Ruang Terbuka dan Ruang Terbuka Hijau

f. Jarak tanaman setengah rapat, 90 dari luas areal harus dihijaukan. Yang dimaksudkan dengan tanaman setengah rapat adalah jarak tanaman agak rapat.

2. Kawasan Hijau Hutan Kota

a. Karakteristik tanaman : struktur daun rapat, ketinggian vegetasi bervariasi. b. Kecepatan tumbuhnya tinggi. c. Dominan jenis tanaman tahunan. d. Berupa habitat tanaman lokal. e. Jarak tanaman rapat, 90 - 100 dari luas areal harus dihijaukan.

3. Kawasan Hijau Rekreasi Hutan Kota :

a. Karakteristik tanaman : tidak bergetahberacun dahan tidak mudah patah perakaran tidak mengganggu pondasi, struktur daun setengah rapat, ketinggian vegetasi bervariasi, warna hijau dan variasi warna lain seimbang. b. Kecepatan tumbuhnya sedang. c. Jenis tanaman tahunan atau musiman. d. Berupa habitat tanaman lokal e. Sekitar 40 - 60 dari luas areal harus dihijaukan.

4. Kawasan Hijau Kegiatan Olah Raga :

a. Karakteristik tanaman : tidak bergetahberacun, dalam tidak mudah patah, perakaran tidak mengganggu pondasi. b. Jenis tanaman lokal dan tanaman budidaya. c. Berupa habitat tanaman lokal dan tanaman budidaya. d. Jarak tanaman tidak rapat, 40 -60 dari luas areal harus dihijaukan. e. Tinggi tanaman bervariasi.

5. Kawasan Hijau Pemakaman

a. Kriteria tanaman : perakarannya tidak mengganggu pondasi, struktur daun renggang sampai setengah rapat, dominan warna hijau. . b. Jenis tanaman tahunan atau musiman. c. Berupa habitat tanaman lokal dan budidaya. d. Jarak tanaman renggang sampai rapat, sekitar 50 dari luas areal harus dihijaukan. e. Tinggi tanaman bervariasi.

6. Kawasan Hijau Pertanian :

a. Karakteristik tanaman : struktur daun rapat, warna dominan hijau. b. Kecepatan tumbuhnya bervariasi dengan pola tanam diarahkan sesingkat mungkin lahan terbuka. c. Jenis tanaman tahunan atau musiman. d. Berupa habitat tanaman budidaya. e. Jarak tanaman setengah rapat sampai 80 - 90 dari luas areal harus dihijaukan.

7. Kawasan Hijau Jalur Hijau

a. Kriteria tanaman : struktur daun setengah rapat sampai rapat, dominan warna hijau, perakaran tidak mengganggu pondasi. b. Kecepatan tumbuhnya bervariasi. c. Dominan jenis tanaman tahunan. d. Berupa habitat tanaman lokal dan tanaman budidaya. e. Jarak tanaman bervariasi, persentasi hijau disesuaikan dengan intensitas kepadatan bangunan.

8. Kawasan SepanjangJalan Tol

a. Kriteria tanaman perdu, struktur daun setengah rapat, dominan warna bervariasi. b. Ketinggian tidak melebihi sudut pandang terendah pengemudi. c. Jenis tanaman musiman. d. Berupa habitat tanaman lokal.

9. Kawasan Bandar Udara

a. Karakteristik tanaman semak, perdu, struktur daun setengah rapat sampai rapat, dominan warna bervariasi. b. Ketinggian tanaman tidak melebihi dari 1,5 meter. c. Jenis tanaman yang tidak mempunyai buah yang dapat mengundang burung. d. Kecepatan tumbuhnya rendah. e. Berupa habitat tanaman lokal.

2.2.4 Ruang Terbuka Hijau Perkotaan

Ruang Terbuka Hijau RTH merupakan ruang fungsional bagi suatu wilayah perkotaan yang dapat mempengaruhi kualitas fisik, non fisik, dan estetika lingkungannya. Pada sisi lain, lahan di wilayah perkotaan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi sehingga perlu dilakukan efisiensi dan efektifitas penggunaannya. Disamping itu, keberadaan tanaman di suatu kawasan perkotaan memerlukan suatu ekosistem yang lebih alami, dan hal ini dapat menjadi indikator dari tingkat kualitas lingkungan hidup. Manusia yang tinggal di lingkungan perkotaan membutuhkan lingkungan yang sehat dan bebas polusi untuk hidup dengan nyaman. Peran RTH untuk memenuhi kebutuhan ini adalah sebagai penyumbang ruang bernafas yang segar, keindahan visual, sebagai paru-paru kota, sumber air dalam tanah, mencegah erosi, keindahan dan kehidupan satwa, menciptakan iklim dan sebagai unsur pendidikan Simond,1983 RTH dalam suatu wilayah perkotaan mempunyai manfaat yang tinggi. Fungsi utamanya adalah . sebagai penjaga keseimbangan ekosistem kota, yaitu untuk kelangsungan fungsi ekologi untuk berjalannya fungsi kota yang sehat dan wajar Depdagri,1988. Manfaat RTH juga sebagai pelembut kesan keras dari struktur fisik, mengatasi tekanan-tekanan dari kebisingan,udara panas dan polusi, serta sebagai pembentuk ruang kesatuan kota Carpenter et al., 1975. RTH suatu kota adalah ruang-ruang terbuka open spaces di berbagai tempat di suatu wilayah perkotaan yang secara optimal digunakan sebagai daerah penghijauan dan berfungsi, baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk kehidupan dan kesejahteraan manusia atau warga kotanya Nurisyah, 1996 Bentuk RTH sangat beragam dan dapat dikategorikan berdasarkan jenis vegetasi yang berada dalam RTH vegetasi asli, binaan dan produksi, fungsi konservasi, perlindungan tanah dan air, bentuk ekologis simpul, jalur dan kawasan dan estetika yang akan diperankan oleh RTH dalam meningkatkan kualitas lingkungan hidup kota. Ditinjau dari tujuan pemanfaatan suatu RTH, menurut Inmendagri No. 14 tahun 1988, ada 7 bentuk dari RTH kawasan perkotaan yaitu: 1. RTH yang berlokasi pasti karena adanya tujuan konservasi 2. RTH untuk keindahan kota. 3. RTH karena adanya tuntutan dari fungsi kegiatan tertentu, misalnya untuk lingkungan sekitar pusat kegiatan olah raga. 4. RTH untuk pengaturan lalu lintas. 5. RTH sebagai sarana olah raga bagi kepentingan lingkungan perumahan. 6. RTH untuk kepentingan flora dan fauna seperti kebun binatang, dan 7. RTH untuk halaman bangunan. Simonds 1983 mengemukakan standar ruang terbuka minimum yang mempertimbangkan kebutuhan ruang untuk setiap hirarki wilayah yang ada di kota seperti yang tercantum pada Tabel 1. Di Indonesia standar luasan RTH suatu kota Inmendagri No.14 Tahun 1988 dihitung berdasarkan persentase luas wilayah kota, yaitu 40 sampai 60 dari total wilayah yang bersangkutan harus dihijaukan. Departemen Pekerjaan Umum menggunakan standar penyediaan RTH 15 m 2 penduduk atau minimal 10 dari luas areal kota dalam berbagai bentuk. Berdasarkan standar tersebut, tingkat kebutuhan RTH kota adalah : A. Kebutuhan minimal untuk taman Setiap orang berhak mendapatkan 1,75 m 2 untuk menikmati taman, seperti taman bermain, taman lingkungan atau taman kota. B. Kebutuhan RTH yang bergabung dengan peruntukan lain Penyediaan RTH pada lokasi dengan aksesibilitas tinggi, dekat dengan lingkungan pemukiman padat dan sesuai dengan tingkatskala pelayanan. C. Kebutuhan RTH yang merupakan bagian peruntukan bukan RTH perumahan, perdagangan, industri, rekreasi, pendidikan dll akan disesuaikan dengan Koefisien Dasar Bangunan KDB D. Kebutuhan RTH yang bersifat tetap Daerah yang direncanakan sebagai kawasan RTH permanen adalah jalur hijau sempadan sungai, sempadan situ, hutan kota, cagar alam dan jalur hijau pengaman. E. Kebutuhan RTH untuk produksi Tabel 1 Standar Luas Ruang Terbuka Umum Simond, 1983 Wilayah Hirarki Jumlah KK Wilayah Jumlah jiwa wilayah Ruang Terbuka m 2 1000 jiwa Penggunaan Ruang Terbuka Ketetanggaan 1.200 4.320 12.000 Lap. bermain, areal rekreasi, taman rumah pekarangan Komuniti 10.000 36.000 20.000 Lap. Bermain, lapangan atau taman, koridor lingkungan termasuk ruang terbuka untuk ketetanggaan Kota 100.000 - 40.000 Ruang terbuka umum, taman, areal bermain termasuk ruang terbuka untuk komuniti Wilayah Regional 1.000.000 - 80.000 Ruang terbuka umum, taman, areal rekreasi, hutan kota, jalur lingkar kota, sawah kebun

2.3 Ruang Terbuka Hijau sebagai Daerah Resapan

2.3.1 Perubahan Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan land use diartikan sebagai setiap bentuk intervensi manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya, baik materiil maupun spiritual. Penggunaan lahan dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan besar yaitu penggunaan lahan pertanian dan penggunaan lahan nonpertanian Sitorus, 1989. Penggunaan lahan pertanian dibedakan dalam penggunaan lahan berdasarkan atas penyediaan air dan komoditi yang diusahakan, dimanfaatkan atau yang terdapat di atas lahan tersebut, seperti penggunaan lahan tegalan, sawah, kebun kopi, kebun karet, padang rumput, hutan produksi, hutan lindung, padang alang - alang, dan sebagainya. Penggunaan lahan bukan pertanian dibedakan ke dalam penggunaan lahan kota atau desa pemukiman, industri, rekreasi, pertambangan, dan sebagainya Arsyad, 2000. Penggunaan lahan adalah penggunaan lahan utama atau penggunaan utama atau kedua apabila merupakan, penggunaan lahan berganda dari sebidang lahan pertanian, lahan hutan, padang rumput dan sebagainya. Jadi penggunaan lahan lebih merupakan tingkat pemanfaatan oleh masyarakat Sitorus, 1989. Proses perubahan penggunaan lahan pada dasarnya dapat diartikan sebagai bentuk konsekuensi logis dari adanya pertumbuhan dan transformasi perubahan struktur sosial ekonomi masyarakat yang sedang berkembang. Perkembangan yang dimaksud tercermin dengan adanya: pertumbuhan aktifitas pemanfaatan sumberdaya alam akibat meningkatnya permintaan jumlah penduduk dan kebutuhan per kapita dan adanya pergeseran kontribusi sektor pembangunan dari sektor pertanian dan pengolahan sumberdaya alam ke aktifitas sektor sekunder manufaktur dan tersier jasa Hardjowigeno,1994. Doxiadis . 1988 menjelaskan perubahan penggunaan dan penutup lahan merupakan gejala normal sesuai dengan proses perkembangan dan pengembangan kota. Terdapat dua tipe dasar pengembangan kota, yaitu pertumbuhan dan transformasi. Pertumbuhan mencakup semua jenis penggunaan lahan, termasuk di dalamnya jenis penggunaan yang sama sekali baru dan perluasan penggunaan lahan, sedangkan transformasi adalah perubahan secara terus menerus pada bagian- bagian pemanfaatan lahan di perkotaan dan perdesaan untuk meningkatkan nilai dan tingkat efisiensi bagi penggunanya. Perubahan penggunaan lahan dapat mengacu pada dua hal yang berbeda, yaitu pada penggunaan lahan sebelumnya atau rencana tata ruang yang ada. Perubahan yang mengacu pada penggunaan lahan sebelumnya adalah suatu penggunaan baru atas lahan yang berbeda dengan penggunaan lahan yang sebelumnya. Perubahan yang mengacu pada rencana tata ruang adalah penggunaan baru atas tanah lahan yang tidak sesuai dengan yang ditentukan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah yang telah disahkan Permendagri No. 4 thn 1996. Proses alih fungsi lahan dapat dipandang sebagai pergeseran - pergeseran dinamika alokasi dan distribusi sumberdaya menuju keseimbangan baru yang lebih optimal. Namun seringkali terjadi berbagai distorsi yang menyebabkan alokasi pemanfaatan lahan berlangsung menjadi tidak efisien. Proses alih fungsi lahan pada umumnya didahului oleh adanya proses alih penguasaan lahan. Dalam kenyataanya, di balik proses alih fungsi lahan umumnya terdapat proses memburuknya struktur penguasaan sumberdaya lahan.