Groenen, Sejarah Dogma Kristologi, hlm. 53

21 Yunani bisa saja mengambil alih gelar tradisional itu, Anak Allah dan Tuhan. Tetapi, yang perlu di garis bawahi adalah pada mulanya bagi orang Yunani gelar-gelar itu tidak sama artinya dengan artinya bagi orang Yahudi. 15 Dalam konteks Yunani, gelar-gelar tersebut, yang sudah diberi ‗isi‘ yang baru dalam alam pikir Yunani, mempunyai hubungan yang erat dengan ke-Mesias-an Yesus. Gelar-gelar tersebut dalam konteks Yunani menjelaskan ke- Mesias-an Yesus dalam alam pikir Yunani. Dengan konsep seperti itu juga Yesus yang adalah ―Yang Diurapi‖ dapat diterima dalam dunia Yunani. Gelar Tuhan pada diri Yesus „Kyrios‟ bhs. Yunani seringkali diartikan sebagai ‗Tuhan‘, namun kata ini bisa juga diartikan ‗tuan‘. Cuma beda huruf ‗h‘ saja, namun jika kata tersebut dipasangkan atau dikenakan pada diri Yesus maka lain ceritanya. kuri,ou VIhsou bisa berarti ‗Tuhan Yesus‘ atau ‗tuan Yesus‘. Perbedaan ada atau tidaknya huruf ‗h‘ ternyata menimbulkan masalah teologis terkait siapa diri Yesus. Kata Yunani kyrios sebenarnya berarti orang yang berkuasa atas sesuatu atau seseorang; orang yang memiliki kuasa penuh atas miliknya sendiri. Berdasarkan artian tersebut, maka kyrios sebenarnya adalah manusia biasa yang mempunyai wewenang atau kuasa atas sesuatu. Lalu, apakah hal ini berarti bahwa „kuri,ou VIhsou‟ berarti ‗tuan Yesus‘? Dalam Perjanjian Lama berbahasa Yunani Septuaginta, kata kyrios menerjemahkan kata Ibrani adonadonai atau ba‟al, dan dipakai untuk manusia maupun untuk Allah, 16 dengan tekanan pada wewenang memberi perintah. Tetapi, kata kyrios ternyata memegang peranan yang penting karena kata kyrios Yunani menerjemahkan kata „adonay‟ yang dipakai sebagai pengganti ―Yahweh‖ – bahkan lebih dari 6000 kali. Dalam tradisi Yahudi, umat dilarang mengucapkan kata ―Yahweh‖, sehingga mengucapkan kata „adonay‟ yang menunjuk pada arti yang sama. 17 Dengan demikian, maka menurut Septuaginta kata kyrios menunjuk pada ‗Tuhan‘. Namun, bagaimana dengan teks-teks Perjanjian Baru di mana 15

C. Groenen, Sejarah Dogma Kristologi, hlm. 53

16 Bandingkan dengan pendapat Moule dalam bukunya yang berjudul “The Origin of Christology” London: Cambridge University Press. 1977, di mana dia membedakan antara kata adonay yang memakai ‗á‘ panjang qames dengan adonay yang memakai ‗a‘ pendek pathah. ‗adõnáy dipakai untuk subjeknya manusia, sedangkan ‗adõnãy dipakai untuk subjek nama suci, misalnya Allah. Kata ‗adonay‘ dua-duanya kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani menjadi ‗kyrios‘, sehingga kata ‗kyrios‘ bisa mengartikan subjeknya manusia maupun Tuhan. Hlm. 39 17 Tom Jacobs. Imanuel; Perubahan dalam Perumusan Iman akan Yesus Kristus Yogyakarta: Kanisius. 2004 Hlm. 105 22 kepenulisannya tidak menerjemahkan dari bahasa Ibrani seperti halnya Septuaginta? Agaknya kurang tepat jika kuri,ou VIhsou diartikan sebagai ‗tuan Yesus‘ dan bukan ‗Tuhan Yesus‘. Mengapa? Kepenulisan teks-teks Perjanjian Baru itu sendirilah yang menjadi buktinya. Teks-teks Perjanjian Baru ditulis pada masa pasca-Paskah kebangkitan. Oleh karena kebangkitan-Nya, Yesus memperoleh kemuliaan sebagai Tuhan dan Kristus Kis 2: 36. Terkait dengan hal ini, Tom Jacobs mengatakan bahwa kebangkitan berarti bahwa Yesus masuk ke dalam kemuliaan Allah dan menjadi ―Tuhan‖. Yesus disebut Tuhan, karena di dalam-Nya – khususnya sesudah kebangkitan – kemuliaan Allah menjadi kentara. 18 Dengan demikian, kata „kyrios‟ dalam teks-teks Perjanjian Baru – yang dipasangkan dengan Yesus – juga menunjuk pada arti ‗Tuhan‘ karena kemuliaan Yesus yang ingin ditonjolkan oleh para penulis kitab „kuri,ou VIhsou‟ berarti Tuhan Yesus. Jika gelar kyrios dikenakan pada diri Yesus sehingga diberitakan dan diakui sebagai Tuhan atau „kuri,ou VIhsou‟, maka seperti apakah ke-Tuhan-an Yesus? Kata kyrios pada Septuaginta mengacu pada bahasa Ibrani adonay, yang menunjuk pada Yahweh. Apakah ini berarti bahwa gelar kyrios pada diri Yesus juga ingin menunjukkan bahwa Yesus adalah Allah? Sekalipun Yesus diberitakan dan diakui sebagai Tuhan kyrios, namun orang Kristen – baik Yahudi maupun Yunani – pada waktu itu sepertinya enggan menyamakan Yesus Kristus dengan Allah. Dalam tradisi religius Yahudi, monoteisme sangat dipegang teguh. Oleh karena itu, Mesias bukanlah Allah sekalipun berasal dari Allah. Septuaginta yang merupakan terjemahan dari bahasa Ibrani tidak bisa dijadikan patokan terkait adanya kata kyrios sebagai terjemahan adonay, 19 karena Yesus – secara historis – belum ada pada zaman itu. Selain itu, nubuat para nabi pun juga tidak menunjuk pada diri Yesus secara langsung. Bagi masyarakat Yunani pun sepertinya juga sama, Tuhan tidak sama dengan Allah. Kyrios memang diartikan sebagai Tuhan – jika menunjuk pada Yesus, namun untuk menyebut Allah menggunakan kata theos. Dengan kata lain, sekalipun gelar Tuhan dikenakan pada diri Yesus namun Ia tidaklah sama dengan Allah. Senada dengan hal ini, dalam catatan kaki atas buku yang ditulisnya, Tom Jacobs berpendapat bahwa tidak dapat disimpulkan bahwa Kristus adalah adalah Allah. Kesimpulannya tersebut berdasarkan pada teks- teks yang ‗bermasalah‘ 18 Tom Jacobs. Imanuel; Perubahan dalam Perumusan Iman akan Yesus Kristus, hlm. 106-107 19 Terkait dengan permasalahan ini, TB LAI menerjemahkan YHWH sebagai TUHAN dan adonay sebagai Tuhan. 23 dengan penerjemahan. Misalnya dalam Kol 2:2 ada kalimat ―…rahasia Allah yaitu Kristus…‖. Kata ―yaitu‖ tidak ada dalam teks asli. Karena itu ada tiga kemungkinan: 1 rahasia Allah = Kristus; 2 Allah = Kristus; 3 Allah dari Kristus. Teks tidak jelas, dan naskahnya berbeda- beda: ―rahasia Kristus‖; ―rahasia Allah, yang adalah Kristus‖, dan masih lain lagi. Karena ketidakjelasan teks seperti itulah, maka tidak dapat ditarik kesimpulan bahwa Kristus disebut Allah. Selain teks Kol 2:2, Tom Jacobs juga menafsirkan beberapa ayat, sehingga ia menarik kesimpulan bahwa Allah dan Kristus jelas dibedakan. Oleh karena itu, sebaiknya Kristus dipandang sebagai ―kemuliaan Allah‖, serupa dengan Yoh 2:11. 20 Senada dengan pendapat Tom Jacobs, Groenen mengatakan bahwa Yesus menjadi penampakan Allah di muka bumi Tit 2:11; 3:4; 2Tim 1:10; 1Tim 3:16 dan mirip dengan penampakan dewa-dewi yang dikenal tradisi Yunani Kis 14:11-12. Yesus boleh disebut Tuhan juga, tidak seperti raja, tetapi lebih dari itu. Sebab kuasa Allah, Tuhan, sudah menjadi nyata dan berwujud Yesus Kristus. Orang Yunani mudah saja menerima dan meneruskan konsep ini dan oleh karena Yesus dilihat sebagai penampakan Allah, maka gelar ―Tuhan‖ mendapat ciri ilahi seperti yang dipikirkan orang Yunani. 21 Dengan demikian, gelar Tuhan pada diri Yesus mengartikan bahwa Ia adalah penyataan Allah yang konkret di bumi. Gelar Anak Allah pada diri Yesus Kalau dikatakan bahwa sebutan ‗Anak Allah‘ berakar dalam Perjanjian Lama, khususnya dalam mesianisme, maksudnya bukanlah bahwa Mesias dan anak Allah adalah sama. Memang kadang- kadang hampir tidak ada perbedaan antara ‗Kristus‘ dan ‗Anak Allah‘. Tetapi dalam julukan ‗Anak Allah‘, hubungan dengan Allah lebih menonjol. Justru itulah yang membuat kekhasan diri Yesus. 22 . Di dalam alam pemikiran Yahudi-Palestina, gelar ‗Anak Allah‘ dapat mengacu kepada, dengan urutan yang makin meningkat, setiap orang dari antara anak-anak Israel; atau khususnya kepada mesias rajani atau oknum sorgawi. Dengan kata lain, gelar ‗anak Allah‘ senantiasa dipahami sebagai kiasan di banyak lingkungan Yahudi. Di dalam tulisan-tulisan Yahudi, pemakaian gelar ini tidak pernah diartikan bahwa orang yang menyandangnya mengambil bagian di dalam kodrat ilahi. 20 Tom Jacobs. Imanuel; Perubahan dalam Perumusan Iman akan Yesus Kristus, hlm. 131-132 21

C. Groenen, Sejarah Dogma Kristologi, hlm. 53