2.2. Habitat
Ekosistem lamun merupakan ekosistem yang dinamis sehingga apabila terjadi ganguan tersebut akan menurunkan keseimbangan ekologisnya. Gangguan
tersebut dapat berupa ganguan fisik, seperti badai dan pasang rendah yang membuka dan mengeringkan ekosistem lamun sehingga dapat berubah struktur
komunitas dan luasan wilayah ekosistem lamun. Ganguan biologi yang ditimbulkan aktivitas hewan pengali lubang udang, kepeting, dan beberapa jenis
ikan serta aktivitas hewan pemakan lamun bintang laut, bulu babi, dan duyung. Selain ganguan alam, kerusakan ekosistem lamun juga disebabkan oleh kegiatan
manusia terutama pulau-pulau yang dijadikan resort wisata, pemukiman dan kegiatan penambangan pasir laut. Kondisi substrat dasar, kecerahan perairan, dan
adanya pencemaran sangat berperan dalam menentukan komposisi jenis, kerapatan jenis dan biomasa lamun. Kondisi ekosistem lamun dapat diketahui
dengan melihat persentase penutupan lamun Tabel 1. Tabel 1. Status padang lamun
Kondisi Penutupan
Kayasehat ≥ 60
Kurang KayaKurang Sehat 30 - 59.9
Miskin ≤ 29.9
Sumber: Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 200 tahun 2004
2.2.1. Substrat
Menurut Dahuri et.al. 2001, tumbuhan lamun mampu hidup pada berbagai macam tipe substrat mulai dari lumpur hingga karang. Kebutuhan substrat yang
paling utama adalah kedalaman substrat yang cukup. Peranan kedalaman pada substrat dalam stabilitas sedimen, yaitu sebagai pelindung tanaman dari arus laut
dan sebagai tempat pengolahan serta pemasok nutrien. Hampir semua tipe substrat lumpur berpasir yang tebal antara hutan rawa mangrove dan terumbu karang
Begen, 2001. Berdasarkan karakteristik dan tipe substratnya, padang lamun di Indonesia dapat di kelompokan menjadi 6 kategori yaitu lumpur, lumpur pasiaran,
pasir, pasir lumpuran, puing karang, dan batu karang. Pengelompokan ini berdasarkan ukuran partikel dari substrat tersebut Dahuri, 2003.
Berdasarkan ukuran dan besar butiran tipe substat dapat diklasifikasi seperti yang ditunjukan tabel 2.
Tabel 2. Ukuran besar butiran untuk tipe substrat menurut skala Wenworth Wenworth 1992 in Mckenzie dan Yoshida 2009
Nama Substrat Ukuran
mm
Batu stone
Bongkah boulder 256
Krakal coble 64 – 256
Kerikil peble 4 - 64
Butiran granule 2 – 4
Pasir sangat kasar v. coarse sand
1 – 2
Pasir Sand
Pasir kasar coarse sand
12
– 1
Pasir sedang medium sand
14 - ½
Pasir halus fine sand
18 - ¼
Pasir sangat halus v.fine sand
116 - 18
Lumpur kasar coarse silt
132 - 116
Lumpur sedang medium silt
164 - 132
Lumpur Silt
Lumpur halus silt
1128 - 164
Lumpur sangat halus v. fine silt
1256 - 1128
Lempung kasar coarse clay
1640 - 1256
Lempung sedang medium clay
11024 - 1640
Lempung Clay
Lempung halus fine clay
12360 - 11024
Lempung sangat halusv. fine clay
14096 - 12360
2.2.2. Kedalaman dan kecerahaan
Kecerahan perairan menunjukan kemampuan cahaya untuk menembus lapisan air pada kedalaman tertentu. Pada perairan alami, kecerahan sangat
penting karena erat dengan proses fotosintesis. Semakin tinggi nilai kecerahan maka akan tinggi pula tingkat penetrasi cahaya ke kolom perairan. Penetrasi
cahaya matahari atau kecerahan sangat penting bagi tumbuhan lamun. Hal ini terlihat dari sebaran lamun yang terbatas pada daerah yang masih menerima
cahaya matahari Supriharyono, 2009. Daya jangkau atau kemampuan tumbuh tumbuhan lamun untuk sampai kedalaman tertentu sangat dipengaruhi oleh
saturasi cahaya setiap individu lamun. Distribusi kedalaman tergantung dari hubungan beberapa faktor yaitu, gelombang, arus substrat, turbiditas dan penetrasi
cahaya BTNKpS, 2008 in Dwintasari, 2009.
2.2.3. Padatan tersuspensi total