Indeks nilai penting INP Indeks Keanekaragaman, Keseragaman, Dominansi

berasal dari aktivitas manusia sehingga memiliki persen penutupan paling kecil. Penutupan lamun terendah terdapat pada stasiun 4 di ikuti dengan stasiun 3. Tabel 13. Persentase penutupan lamun No Jenis Penutupan Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5 1 Cymodocea rotundata 1.81 11.00 3.75 0.86 2 Cymodocea serrulata 9.86 4.30 4.29 20.75 3 Enhalus acoroides 28.00 11.59 14.17 3.17 12.50 4 Halodule pinifolia 1.72 2.00 3.14 4.50 5 Halodule uninervis 0.92 6 Halophila ovalis 2.14 7 Halophila spinulosa 5.00 8 Syringodium isoetifolium 3.25 9 Thalassia hempricii 11.44 7.33 2.43 26.86 10 Thalassodendron ciliatum 21.14 TOTAL 37.86 30.87 34.50 24.83 89.86 Penutupan lamun akan semakin tinggi pada daerah yang jauh dari pantai. Hal ini disebabkan ganguan ekositem yang diterima lamun akibat pembuangan limbah rumah tangga serta aktivitas masyarakat belum memberikan pengaruh yang nyaara. Jenis lamun memiliki persentase penutupan terendah dikarenakan bentuk morfologi yang kecil dan sulit untuk ditemui. Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 200 tahun 2004 tutupan lamun dibagi menjadi 3 kategori, penutupan lamun di perairan Teluk Bakau tergolong kurang sehat. Penutupan lamun di perairan Teluk Bakau lebih dari 30. Hal ini disebabkan oleh tekanan lingkungan yang sangat tinggi seperti tingkat sedimentasi dan polusi air, serta pembangunan di pesisir pulau. Sebaran lamun di perairan Teluk Bakau cenderung rendah.

5.2.4. Indeks nilai penting INP

Indeks nilai penting memberikan gambaran besarnya pengaruh peranan suatu jenis lamun dalam suatu komunitas padang lamun. Nilai INP sangat bergantung pada nilai kerapatan relatif, penutupan relatif, dan frekuensi relatif setiap jenis lamun. Berdasarkan Tabel 14, diketahui bahwa rata-rata indeks nilai penting tertinggi pada lima stasiun pengamatan dalam adalah Enhalus acoroides dengan kisaran nilai indeks nilai penting 0,32 – 2,08. Dapat dikatakan bahwa Enhalus acoroides mempunyai pengaruh yang paling besar dibandingkan dengan jenis lamun lainnya. Lamun jenis ini paling banyak dijumpai hampir dijumpai hampir di seluruh tipe perairan dan sangat baik tumbuh di kondisi perairan Teluk Bakau yang dangkal dan terbuka saat surut. Tabel 14. Indeks nilai penting lamun No Jenis INP Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5 1 Cymodocea rotundata 0.26 1.40 0.35 0.12 2 Cymodocea serrulata 0.92 0.39 0.32 0.37 3 Enhalus acoroides 2.08 0.96 0.94 0.32 0.46 4 Halodule pinifolia 0.57 0.57 0.39 0.41 5 Halodule uninervis 0.72 6 Halophila ovalis 0.32 7 Halophila spinulosa 0.31 8 Syringodium isoetifolium 0.32 9 Thalassia hempricii 0.82 0.88 0.27 0.75 10 Thalassodendron ciliatum 0.57 Indeks Nilai Penting tertinggi yang ditunjukan oleh Tabel 14 sangat beragam. Namun besarnya Indeks Nilai Penting tidak seragam, sehingga memungkinkan terjadinya dominasi satu jenis pada perairan Teluk Bakau. Hal ini menunjukan bahwa lamun yang tumbuh Teluk Bakau sangat dipengaruhi oleh karakteristik lingkungan perairan dan adapatasi jenis lamun terhadap keadaan lingkungan di masing-masing di setiap stasiun.

5.2.5. Indeks Keanekaragaman, Keseragaman, Dominansi

Hasil dari pengamatan lamun di lima stasiun di perairan Teluk Bakau ditemukan 10 jenis lamun 76,9, dari 13 jenis lamun yang ada di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa lokasi pengamatan memiliki keanekaragaman jenis lamun yang tinggi. Indeks keanekaragaman digunakan untuk mengukur kelimpahan komunitas berdasarkan jumlah jenis spesies dan jumlah tegakan dari setiap spesies pada suatu lokasi. Semakin banyak jumlah jenis spesies, maka semakin beragam komunitasnya. Sedangkan indeks keseragaman dapat digunakan untuk mengetahui penyebaran tegakan antar spesies yang berbeda. Indeks dominasi dapat diguanakan untuk mengetahui seberapa besar suatu spesies mendominasi suatu habitat. Gambar 8. Nilai indeks keanekaragamanH’, keseragamanE, dan dominasi D lamun Berdasarkan Nilai indeks keanekaragamanH’, keseragamanE, dan dominasi D lamun di wilayah daerah yang berada di beberapa stasiun. Adapun stasiun tersebut adalah Stasiun 1, stasiun 4 dan Stasiun 5 di bandingkan dengan Stasiun 2 dan Stasiun 3. Pada Stasiun 1 pada daerah tersebut hanya ditemukan 2 spesies lamun yang dapat tumbuh di daerah tersebut sehingga Nilai indeks keanekaragamanH’, keseragamanE, dan dominasi D lamun rendah, namun terjadi dominasi jenis Enhalus acoroides. Hal ini dikarenakan kondisi fisik perairan yang masih mendapat penggaruh langsung dari darat berupa run off yang berasal dari masukan air sungai dan merupakan areal keluar masuk kapal. Enhalus acoroides ketahanan hidup yang sangat luas di perairan Teluk Bakau diabandingkan jenis lamun lainya. Sedangkan pada Stasiun 2 dan Stasiun 3 adalah stasiun pengamatan yang dimanafaatkan sebagai kawasan wisata. Karakteristik jenis lamun yang ditemukan pada kedua temapat tersebut hampir serupa,jenis lamunnya. Namun keadaan lingkungan membuat perbedaan kondisi lamun pada kedua area tersebut. Pada Stasiun 2 memiliki kemiripan lingkungan dengan Stasiun 1 karena warna perairanya keruh. Sehingga jenis lamun yang dapat tumbuh pada Stasiun 1 juga ditemukan pada Stasiun 2 dan pada stasiun tersebut terjadi dominasi spesies. Adapun spesies yang mendominansi adalah Enhalus acoroides dan Cymodocea rotundata. Lamun jenis ini sangat sering ditemui pada daerah yang memeliki ganguan ekologis, karena dapat beradaptasi dengan baik. Sedangkan pada Stasiun 3 jenis lamun juga beragam, namun pada daerah tersebut memiliki keanekaragaman terendah kedua Stasiun 1. Hal ini dikarenakan lamun yang ditemukan pada daerah penelitian sangat jarang serta aktivitas wisata menggangu lamun yang tumbuh pada daerah tersebut. Berdasarkan Gambar 8 menunjukan daerah yang memiliki indeks keanekaragaman tertinggi pada Stasiun 4 dan Stasiun 5. Hal ini menunjukan bahwa daerah tersebut ditemukan lebih dari lima jenis spesies lamun yang berebeda. Namun pada Stasiun 4 terjadi jugadominasi tertinggi dibandingkan dengan stasiun lainya di wilayah daerah yang berada didekat pantai . Hal ini dikarenakan spesies yang ditemukan sangat banyak jumlahnya dan menyebar luas di Stasiun 4, yaitu Halodule uninervis. Jenis lamun ini dapat hidup membentuk padang lamun monospesifik di perairan dan ukuran sangat kecil. Hal ini disebabkan adanya tekanan lingkungan berupa pembuangan limbah rumah tangga yang membuat jenis lamun yang dapat tumbuh ditemukan dalam jumlah sedikit pada araeal tersebut. Semakin jauh dari daerah daerah yang berada didekat pantai jenis lamun yang ditemukan mulai beragam. Sedangkan pada Stasiun 5, yang jenis lamun sering di jumpai adalah dominasi oleh spesies Thalassodendron ciliatum. Karena kondisi substrat di stasiun tersebut didominasi jenis substrat yang terdiri dari remahan koral coral rubble bercampur dengan pasir, dan pecahan cangkang siput, dan pasir kasar. Karakteristik dari daerah tersebut ditemukan jenis 2 spesies lamun yang dapat hidup di perairan dalam dan salah satunya dapat membentuk hamparan padang lamun yang luas, yaitu Syringodium isoetifolium. Di wilayah tersebut selalu terendam perairan dan kondisi pantainya lebih curam dibandingan empat stasiun pengamatan lainya dan memiliki arus yang cepat. Berdasarkan indeks keanekaragaman Shannon-Wiener diketahui bahwa lima stasiun pengamatan secara keseluruhan memiliki tingkat keanekaragaman rendah di setiap lokasi penelitian dan menunjukan dengan tekanan ekologi yang tinggi.karena spasies yang ditemukan sedikit. Secara keseluruhan ditemukan 10 jenis lamun atau sekitar 76.9 berada di Teluk Bakau. Hal ini menunjukan bahwa keanekaragaman lamun di Teluk Bakau termasuk tinggi, karena jenis yang ditemukan banyak berada di lokasi yang berbeda dan ekosistem berada pada daerah tersebut dalam kondisi stabil dengan keseragaman tinggi. Nilai keseragaman menunjukan komposisi tegakan setiap spesies yang terdapat dalam suatu komunitas berada dalam keseimbangan. Nilai keseragaman yang tinggi pada lokasi pengamatan menunjukan bahwa jumlah spesies berada dalam jumlah yang merata atau tidak ada spesies yang mendominasi. Dengan kata lain tidak terdapat spesies yang secara ekstrim mendominasi spesies lainnya dan kondisi lingkungan stabil, dan tidak terjadi tekanan ekologis terhadap biota di lokasi tersebut.

5.3. Sebaran Spasial Lamun