Personifikasi BAB KEPRIBADIAN SAMPAI EYSENCK COSTA

terbuka dan umum, seperti berbicara, atau juga tersembunyi, seperti dalam fikiran atau khayalan. [2] Menurut Sullivan, pola adalah sampul yang menutupi perbedaan-perbedaan kecil yang tidak berarti. Ini berarti suatu ciri baru dapat ditambahkan pada suatu pola tanpa mengubah pola itu sejauh ciri itu dapat ditutupi, tidak nyata-nyata berbeda dengan ciri lainnya. Dinamisme adalah pola yang spesifik dan berulang dari tingkah laku yang menjadi ciri khas seorang. Dinamisme yang melayani kebutuhan kepuasan organisme melibatkan bagian tubuh, yakni alat reseptor, efektor dan sistem syaraf. Misalnya, dinamisme makan melibatkan mulut dan otot leher, dinamisme seks melibatkan organisme genital. Dinamisme yang menjadi pembeda antar manusia tidak berhubungan dengan bagian tubuh, tetapi menjadi ciri khas hubungan antarpribadi. Suatu kebiasaan bagaimana mereaksi orang lain, baik dalam bentuk perasaan, sikap, maupun tingkah laku terbuka. Dinamisme dengki memusuhi orang atau kelompok orang tertentu; dinamisme nafsu kecenderungan mencai hubungan birahi; dinamisme ketakutan anak yang bersembunyi dibelakang ibunya setiap menghadapi ornag asing; dan dinamisme sistem self diri. [3] Sullivan yakin bahwa sistem diri merupakan produk dari aspek-aspek irasional masyarakat. Maksudnya, anak kecil dibuat supaya merasa cemas dengan alasan-alasan yang tidak akan ditemukan dalam suatu masyarakat yang lebih rasional; ia terpaksa menggunakan cara-cara yang tak wajar dan tak realistik untuk mengatasi kecemasannya. Meskipun Sullivan mengakui bahwa perkembangan sistem diri mutlak penting untuk menghindari kecemasan dalam masyarakat modern, dan mungkin dalam setiap bentuk masyarakat yang dapat diciptakan oleh manusia, namun ia juga mengakui bahwa sistem diri sebagaimana kita kenal dewasa ini merupakan “ganjalan penghalang utama bagi perubahan-perubahan yang bermanfaat dalam kepribadian”. Mungkin dengan bergurau ia menulis, “Diri adalah isi dari kesadaran pada setiap saat ketika orang benar-benar puas dengan perasaan harga dirinya, prestise yang diperolehnya diantara sesamanya, serta penghargaan dan hormat yang diberikan mereka kepadanya”.

D. Personifikasi

Personifikasi adalah suatu gambaran yang dimiliki individu tentang dirinya sendiri atau orang lain. Personifikasi adalah perasaan, sikap, dan konsepsi kompleks yang timbul karena mengalami kepuasan kebutuhan atau kecemasan. Misalnya bayi mengembangkan personifikasi tentang ibu yang baik, karena ia menyusui dan memeliharanya. Setiap hubungan antarpribadi yang memberikan kepuasan akan membangun suatu gambaran yang baik tentang orang yang memberinya kepuasan. Sebaliknya personifikasi bayi tentang ibu yang buruk adalah hasil dari pengalaman-pengalaman dengan ibunya yang menyebabkan kecemasan. Ibu yang mencemaskan itu dipersonifikasikan sebagai ibu yang buruk. Akhirnya kedua personifikasi tentang ibu ini beserta personifikasi lain yang mungkin terbentuk, seperti ibu yang menggairahkan atau ibu yang terlalu melindungi, bersama-sama membentuk suatu personifikasi yang kompleks. Kepribadian Page 8 Gambaran-gambaran yang ada dalam pikiran kita ini jarang merupakan gambaran- gambaran yang tepat tentang orang-orang yang bersangkutan. Gambaran-gambaran itu dibentuk pertama-tama untuk menghadapi orang-orang dalam situasi-situasi antarpribadi yang agak terisolasi, tetapi sekali terbentuk maka gambaran-gambaran itu biasanya tetap ada dan mempengatuhi sikap kita terhadap orang-orang lain. Jadi, seseorang yang mempersonifikasikan ayahnya sebagai pemberang dan diktaktor, mungkin memproyeksikan personifikasi yang sama ini kepada pria-pria lain yang lebih tua, misalnya, guru, polisi, dan majikan. Maka dari itu sesuatu yang berfungsi mereduksikan kecemasan pada awal kehidupan mungkin mempengaruhi hubungan-hubungan antarpribadi seseorang dalam kehidupannya kemudian. Gambaran-gambaran yang penuh dengan kecemasan ini mengubah konsepsi-konsepsi seseorang tentang orang-orang yang penting sekarang ini. Personifikasi- personifikasi tentang diri, seperti saya seorang yang baik the good-me dan saya seorang yang buruk the bad-me mengikuti prinsip yang sama seperti personifikasi tentang orang- orang lain. Personifikasi ‘saya seorang yang baik’ disebabkan oleh pengalaman-pengalaman antarpribadi yang menyenangkan, sedang personifikasi ‘saya seorang yang buruk’ disebabkan oleh situasi-situasi yang membangkitkan kecemasan. Dan seperti personifikasi tentang orang- orang lain, personifikasi-personifikasi diri ini cenderung menghalangi evaluasi diri yang objektif. Personifikasi-personifikasi yang dimiliki oleh sejumlah orang disebut stereotipe. Inilah konsepsi-konsepsi yang diakui bersama, yakni ide-ide yang diterima secara luas diantara anggota-anggota masyarakat dan diwariskan dari generasi ke generasi. Contoh dari stereotipe-stereotipe yang umum dalam kebudayaan kita adalah profesor yang linglung, seniman yang eksentrik, pemimping perusahaan yang keras kepala. E. TINGKATAN KOGNISI Sumbangan yang unik dari Sullivan tentang kognisi atau pengetahuan dalam hubungannya dengan kepribadian ialah klasifikasinya tentang pengalaman kedalam tiga golongan. Pengalaman, katanya, terjadi dalam tiga cara, yakni cara-caraprototaksis, parataksis, dan sintaksis. [4] - Prototaksis Prototaxis adalah rangkaian pengalaman yang terpisah-pisah yang dialami pada masa bayi, dimana arus kesadaran pengindraan, bayangan dan perasaan mengalir kedalam jiwa tanpa pengertian “sebelum” dan “sesudah”. Semua pengetahuan bayi adalah pengetahuan saat itu, disini dan sekarang. Semua pengalaman berdiri sendiri-sendiri, sepotong-sepotong, tidak diintergrasikan kedalam urutan yang logis. Elemen pengalaman protaksis – sensasi sederhana – mungkin terus dan tetap menjadi bagian dari kehidupan mental orang dewasa, namun orang selalu menghubungkan elemen-elemen itu menjadi kesatuan pengalaman. Pada usia dewasa, dominasi pengalaman prototaksis hampir tidak ditemui. - Parataksis Parataxis. Kira-kira pada awal tahun kedua, bayi mulai mengenali persamaan-persamaan dan perbedaan peristiwa-peristiwa, disebut pengalaman parataksis atau Kepribadian Page 9 pengalaman asosiasi. Pada tahap ini, bayi mengembangkan cara berfikir melihat hubungan sebab akibat, asosiasional peristiwa yang terjadi pada saat yang bersamaan atau peristiwa- peristiwa yang mempunyai detail yang sama, tetapi hubungan itu tidak harus logis. Misalnya, bayi yang diberi makan saus apel memakai sendok yang terlalu panas karena disiram air panas sehingga lidahnya menjadi sakit. Bayi itu menolak makan bukan karena rasa saus apel tetapi karena sendoknya panas. Parataksis ini dialami dan difikirkan, sehingga sering dilakukan orang dewasa. Misalnya, orang yang masuk ke ruangan yang ada banyak orang didalamnya yang sedang berbicara. Orang-orang itu tiba-tiba berhenti berbicara sesudah melihatnya, ini menimbulkan perasaaan bahwa mereka membicarakan dirinya. - Sintaksis Syntaxis. Berfikir logik dan realistik, menggunakan lambang-lambang yang diterima bersama, khususnya bahasa - kata - bilangan. Ketika anak mulai belajar berbicara, mempelajari “kata” yang secara umum diterima sebagai wakil dari suatu peristiwa, saat itulah anak mulai berfikir sintaksis. Sintaksis menghasilkan hubungan logis antar pengalaman dan memungkinkan orang berkomunikasi satu dengan lainnya, melalui proses validasi konsensus consensus validation; mencapai konsensus atau persetujuan dengan orang lain mengenai sesuatu dan kemudian meyakinkan kebenarannya melalui pengulangan pengalaman. Tiga mode pengalaman kognitif itu terjadi sepanjang hayat. Normalnya, sintaksis mulai mendominasi sejak usia 4-10 tahun. Sullivan menekankan pentingnya tinjauan ke masa depan dalam fungsi kognitif. Manusia hidup di masa lampau, masa sekarang, dan masa depan yang semuanya jelas relevan dalam menerangkan fikiran dan perbuatannya. Tinjauan ke masa depan yang semuanya jelas relevan dalam menerangkan fikiran dan perbuatannya. Tinjauan ke masa depan tergantung kepada ingatan orang kepada masa lampau dan interpretasinya terhadap masa sekarang.

F. Tahap tahap perkembangan