12 Dosis pemberian sinbiotik pada perlakuan B lebih rendah dibandingkan
dengan perlakuan C, namun menunjukan laju pertumbuhan harian yang lebih tinggi. Hal tersebut diduga bahwa pemberian sinbiotik satu dosis merupakan dosis
terbaik bagi laju pertumbuhan. Wang 2007 menyatakan bahwa pemberian probiotik 1 memiliki pertumbuhan dan aktivitas enzim pencernaan yang lebih
baik dibandingkan dengan kontrol. Hasil penelitian Li et al. 2005 juga menunjukan bahwa prebiotik Grobiotik R-A 2 menghasilkan pertumbuhan,
efisiensi pakan dan proteksi terhadap infeksi Mycobacterium marinum yang terbaik dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Pendapat tersebut diperkuat oleh
Widagdo 2011 yang menyatakan bahwa peningkatan bobot udang vaname pada perlakuan pakan yang ditambahkan probiotik sebanyak 1, prebiotik sebanyak
2, dan sinbiotik satu dosis probiotik sebanyak 1 dan prebiotik sebanyak 2 cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol.
Secara statistik perlakuan B satu dosis tidak berbeda nyata dengan perlakuan C dua dosis. Hasil tersebut didukung oleh hasil penelitian Damayanti
2011 yang menunjukan bahwa penambahan sinbiotik dua dosis tidak memberikan hasil yang berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan satu dosis.
Tingginya laju pertumbuhan pada perlakuan tersebut menunjukan bahwa dosis tersebut mampu memperpanjang kolonisasi bakteri probiotik di dalam usus
sehingga pakan dapat dimanfaatkan dengan baik untuk pertumbuhan dengan menghasilkan enzim pencernaan.
3.3 Rasio Konversi Pakan
Menurut Effendi 2004 konversi pakan merupakan suatu ukuran yang menyatakan rasio jumlah pakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 kg bobot
tubuh ikan. Konversi pakan merupakan indikator yang menyatakan seberapa besar efisiensi pemanfaatan pakan oleh udang. Selain itu konversi pakan dapat
digunakan untuk mengetahui kualitas suatu pakan. Semakin rendah nilai konversi pakan maka semakin besar efisiensi pemberian pakan yang diberikan. Hasil
pengamatan rasio konversi pakan pada masing-masing perlakuan disajikan pada Gambar 4.
13
Keterangan : Huruf yang berbeda menunjukan hasil yang berbeda nyata P0,05
K kontrol, A probiotik 0,5 dan prebiotik 1, B probiotik 1 dan prebiotik 2, C probiotik 2 dan prebiotik 4.
Gambar 4. Rasio konversi pakan selama masa pemeliharaan. Gambar 4 menunjukan bahwa konversi pakan terendah terdapat pada
perlakuan B yaitu sebesar 1,23 sedangkan yang tertinggi perlakuan C yaitu sebesar 1,37. Perlakuan C memiliki nilai sintasan terbaik namun memiliki rasio
konversi pakan terburuk. Hal tersebut diduga dari tingginya kadar air pada pakan. Penambahan sinbiotik dua dosis menyebabkan tingginya kadar air pada campuran
pakan. Akibat tingginya kadar air dapat menyebabkan turunnya kestabilan pakan dalam air dan meningkatkan resiko hilangnya nutrisi ke dalam air leaching.
Menurut Akyama dan Cwang 1988 faktor yang mempengaruhi rasio konversi pakan diantaranya adalah kualitas dan pengelolaan pakan. Kualitas pakan dapat
dilihat dari kandungan nutrisi dan kadar air. Pakan yang baik harus memenuhi kebutuhan standar nutrisi seperti protein, karbohidrat, lemak dan nutrisi lainnya.
Selain itu pakan yang baik memiliki kadar air yang tepat. Kadar air berlebih dapat menurunkan kestabilan pakan dalam air. Kestabilan pakan dalam air yang rendah
dapat menurunkan asupan nutrisi bagi ikan. Hal tersebut disebabkan oleh hilangnya nutrisi ke dalam air leaching. Namun demikian hasil uji lanjut Duncan
menunjukan bahwa semua perlakuan tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata P0,05; Lampiran 4 terhadap rasio konversi pakan udang vaname.
1,27 1,23
1,23 1,37
0,00 0,20
0,40 0,60
0,80 1,00
1,20 1,40
1,60
K A
B C
R as
io K
o n
v er
si P
aka n
Perlakuan
a a
a a
14
3.4 Total Hemosit