I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagian  besar  wilayah  permukaan  bumi adalah  samudera.  Sirkulasi  samudera  saling
berhubungan  dengan  sirkulasi  atmosfer, keduanya  mengalami  interaksi  fisik  terutama
di permukaan laut. Daerah tropika merupakan daerah  yang  lebih  intensif  menerima  radiasi
matahari  dan  menerima  dua  kali  penyinaran matahari  yang  tegak  lurus,  sehingga  suhu
permukaan  laut di daerah tropika lebih tinggi daripada  di  daerah  kutub.  Ketika  suhu
permukaan  laut  tinggi  maka  terbentuk  pusat tekanan rendah yang dapat memicu terjadinya
siklon  tropis  yang  dimulai  dengan  gangguan tropis  lalu  depresi  tropis,  badai  tropis
selanjutnya terjadi siklon tropis.
Siklon tropis memerlukan samudera tropis yang hangat dan lembab menyebabkan adanya
pusat  tekanan  rendah  dengan  gerak  angin berlawanan
dengan arah
jarum jam
counterclockwise pada BBU  Belahan Bumi Utara  dan  searah  jarum  jam  pada  BBS
Belahan  Bumi  Selatan  serta  menyebabkan massa  udara  berputar  dan  terangkat.  Siklon
tropis
merupakan salah
satu peristiwa
meteorologi yang
merusak dan
dapat menghasilkan
angin kencang
yang membahayakan, storm surge yaitu gelombang
yang  besar  yang  dapat  menghancurkan kehidupan  di  wilayah  pesisir,  hujan  lebat  dan
banjir serta kerugian ekonomi  yang besar  dan mengancam jiwa.
Di  seluruh  permukaan  bumi,  rata-rata terbentuk sekitar 80 siklon tropis setiap tahun
dengan  kecepatan  angin  melebihi  20  mdetik. Dari  jumlah  ini,  lebih  dari  setengahnya
mencapai kekuatan hurricane. Lebih dari dua- pertiga  diantaranya  terjadi  di  BBU,  sekitar
setengah dari jumlah ini terjadi di atas Lautan Pasifik Utara bagian barat, sekitar seperempat
di  atas  Lautan  Pasifik  Utara  bagian  timur, sekitar  seperenam  diatas  Lautan  Atlantik
Utara dan  sekitar seperdelapan di atas  Lautan Hindia  Utara.  Diantara  siklon  yang  terjadi  di
BBS,  hampir  setengahnya  terbentuk  diatas perairan  sebelah  utara  Australia,  sepertiga  di
atas Lautan Indonesia Selatan, dan seperempat di  atas  Lautan  Pasifik  Selatan  Neiburger
1995.  Oleh  karena  itu,  perlu  dilakukan analisis siklon tropis yang terjadi di Samudera
Pasifik  bagian  barat.  Selain  itu,  penelitian sebelumnya  oleh  Mustika  2008  pada  tahun
1994-2006  kejadian  siklon  tropis  di  lintang utara  lebih  banyak  dibandingkan  di  lintang
selatan  sehingga  perlu  dilakukan  analisis kejadian siklon tropis terbaru yaitu dari tahun
2007 hingga 2011.
1.2 Tujuan
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan: 1.
Menganalisis  frekuensi  kejadian  siklon tropis
2. Menganalisis  shear  vertikal  angin
horizontal 3.
Membuat analisis dari Typhoon Choi-wan dan Typhoon Nida tahun 2009
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Siklon Tropis
Siklon  tropis  merupakan  siklon  yang terbentuk  di  perairan  tropis  dan  dipicu  oleh
pergerakan  panas  dari  samudera.  Umumnya peringatan tentang siklon tropis mengacu pada
kecepatan angin
maksimum dengan
ketinggian 10 m dari permukaan laut dan rata- rata dengan waktu 10 menit kecuali di negara
Amerika  Serikat menggunakan  rata-rata
waktu  dalam  1  menit.  Siklon  tropis  dalam tahap  pembentukan  terdiri  dari  depresi  tropis,
badai  tropis  dan  hurricane.  Depresi  tropis ditandai  dengan  kecepatan  angin  maksimum
yaitu  17  ms  atau  kurang.  Badai  tropis dicirikan  dengan  terjadinya  kecepatan  angin
maksimum dengan kisaran yaitu 18 hingga 32 ms.  Lalu  jika  kecepatan  angin  maksimum
lebih  dari  33  ms  atau  lebih  maka  dikenal dengan  nama  hurricane  di  wilayah  Atlantik
Utara  bagian  barat  dan  wilayah  Pasifik  Utara bagian  timur,  typhoon  dikenal  di  wilayah
Pasifik Utara bagian barat dan di wilayah lain dikenal  dengan  severe  tropical  cyclones
Emanuel 2003.
Penamaan  siklon  tropis  berbeda  pada setiap  wilayah  di  dunia.  Menurut  Lynch  dan
Cassano  2006  di  Samudera  Pasifik  bagian timur  dan  Samudera  Atlantik  bagian  utara
disebut Hurricane.
Sedangkan menurut
Ahrens  2009  di  Samudera  Hindia  disebut Cyclone  dan  di  Australia  disebut  Tropical
cyclone  dan  di  Pasifik  Barat  Laut  disebut Typhoon.
Gambar 1 Struktur  siklon  tropis.  Sumber:  Lynch  dan
Cassano 2006
Badai  dewasa  memiliki  diameter  berkisar dari  100  hingga  1500  km.  Angin  berpilin  ke
dalam  ke  arah  pusat  dan  biasanya  tekanan lebih  rendah  dari  970  mb  dengan  kecepatan
meningkat  antara  50  sampai  100  ms  dekat pusatnya.  Pada  daerah  pusat  kecepatan  angin
hanya sekitar 5 ms atau bahkan kurang  yang sering  disebut  dengan  mata  siklon.  Di  dalam
mata  siklon  tidak  terdapat  hujan.  Mata  siklon dikelilingi  oleh  dinding  mata,  yaitu  lingkaran
berupa  awan  cumulonimbus  yang  menjulang dan
hujan lebat
berasal dari
awan cumulonimbus  tersebut.  Jalur  awan  cumulus
dan  cumulonimbus  disertai  hujan,  berpilin kedalam dari batas tepi badai ke arah dinding
mata.  Angin  terkuat  terjadi  tepat  di  luar  mata Neiburger 1995.
2.2 Syarat-syarat  Pembentukan  Siklon