e. Deviant, menolak dasar dan hukum keagamaan serta tatanan moral
masyarakat.
14
Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa menghadapi remaja memang bukan pekerjaan yang mudah. Menurut Adam dan Gullotta,
ada lima aturan kalau kita mau membantu remaja dalam menghadapi masalah mereka. Yang pertama adalah trustworthiness kepercayaan,
yaitu kita harus saling percaya dengan para remaja yang kita hadapi. Tanpa itu jangan harap ada komunikasi dengan mereka. Kedua
genuineness, yaitu maksud yang murni, tidak pura-pura. Ketiga empathi, yaitu kemampuan untuk ikut merasakan perasaan-perasaan
remaja. Keempat yaitu honesty, yaitu kejujuran, kelima adalah adanya pandangan dari pihak remaja bahwa kita memang memenuhi keempat
aturan tersebut
6. Perkembangan Psikologi Remaja
1. Konsep diri
Remaja adalah masa transisi dari periode anak ke dewasa. Namun apakah kedewasaan itu? Secara psikologis, kedewasaan tentu
bukan hanya tercapainya usia tertentu. Secara psikologis kedewasaan adalah keadaan dimana sudah ada ciri-ciri psikologis tertentu pada
seseorang, yaitu:
15
a. Pemekaran diri sendiri extension of the self, yang ditandai
dengan kemampuan seseorang untuk menganggap orang atau hal lain sebagai bagian dari dirinyasendiri juga.
b. Kemampuan untuk melihat diri sendiri secara obyektif self
obyectivication yang ditandai dengan kemampuan untuk mempunyai wawasan tentang diri sendiri self insight dan
14
Opcit, Jalaludin, h. 76
15
M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1995, cet. 3, hlm: 25
kemampuan untuk menangkap humor sense of humor termasuk yang menjadikan dirinya sendiri sebagai sasaran.
c. Memiliki falsafah hidup tertentu unifying philosophy of life. Hal
ini dapat dilakukan tanpa merumuskannya dan mengucapkannya dalam kata-kata.
2. Intelegensi
Menurut Vernon intelegensi merumuskan sebagai kemampuan untuk melihat hubungan yang relavan antara gagasan-gagasan serta
kemampuan untuk menerapkan hubungan-hubungan ini kedalam situasi baru yang serupa.
16
Integensi atau kecerdasan merupakan suatu kemampuan tertinggi dan jiwa makhluk hidup yang hanya di miliki manusia, intelegensi ini
di peroleh manusia sejak lahirdan sejak itu pula intelligensi ini mulai berfungsi mempengaruhi tempo dan kualitas perkembangan idividu,
dan manakala sudah berkembang maka fungsinya semakin berarti lagi bagi manusia yaitu akan mempengaruhi kualitas penyesuaian dirinya
dengan lingkungannya.
17
Ukuran intelegensi dinyatakan dalam IQ Intelligence Quotient pada orang dewasa, usia 16 tahun keatas IQ dihitung dengan cara
memberikan seperangkat pertanyaan yang terdiri atas berbagai soal dan menghitung seberapa banyak pertanyaan dengan sebuah daftar
yang dibuat berdasarkan penelitian yang terpercaya, maka akan didapat IQ orang yang bersangkutan.
18
a. Peran Sosial
Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial, dapat juga diartikan sebagai proses belajar
untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral,
16
Slameto, Belajar dan factor-faktor yang mempengaruhinya, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010hlm: 129
17
M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya 2006, cet. 4, hlm: 111
18
Sarlito W Wirawan, Psikologi Remaja, Jakarta: PT RajaGrafindo, 2011, hlm. 81
dan tradisi melebur diri menjadi suatu kesatuan dan saling berkomunikasi dan bekerja sama.
Selain itu perkembangan emosi sangat berpengaruh terhadap perkembangan sosial, karena dengan pengendalian emosi secara
seimbang sangat menentukan keberhasilan perkembangan sosial remaja. Namun gejolak emosi remaja dan masalah remaja lain pada
umumnya disebabkan oleh adanya konflik peran social. Disatu pihak ia sudah ingin mandiri sebagai orang dewasa, dilain pihak ia
masih harus terus menerus mengikuti kemauan orang tua. Rasa ketergantungan pada orang tua dikalangan anak-anak
Indonesia lebih besar lagi, karena memang dikehendaki demikian oleh orang tua. Hal ini terbukti dari penelitian yang dilakukan oleh
psikolog bangsa Turki bernama C. Kagitcibasi yang meneliti sejumlah 20.403 orang tua dari seluruh dunia. Dalam penelitian itu
terbukti bahwa ibu-ibu dari suku Jawa dan Sunda mengharapkan anak mereka agar menuruti orang tua Jawa:80, Sunda: 81.
Demikian pula para ayah dari suku tersebut yang mengharapkan sama Jawa:85, Sunda: 76. Harapan itu berbeda dari bangsa
korea, singapura, dan Amerika Serikat. Mereka mengharap agar anaknya bias mandiriIbu Korea: 62, ibu Singapura: 60, ibu
AS: 51, Ayah Korea: 68, ayah Singapura: 69, ayah AS: 43.
19
Dari uraian diatas jelaslah bahwa konflik peran yang dapat menimbulkan gejolak emosi dan kesulitan-kesulitan lain pada masa
remaja dapat dikurangi dengan memberi latihan-latihan agar anak dapat mandiri sedini mungkin. Dengan kemandiriannya, anak dapat
memilih jalannya sendiri dan ia akan berkembang lebih mantap. Ia tahu dengan tepat saat-saat yang berbahaya dimana ia harus
kembali berkonsultasi dengan orang tuanya atau dengan orang dewasa yang lebih tahu dari dirinya sendiri.
19
Sarlito W Wirawan, Op.cit, hlm. 101
b. Peran Gender
Gender adalah suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang di kontruksi secara social maupun
cultural.
20
Sejarah perbedaan gender antara manusia jenis laki-laki dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang, oleh karena
itu terbentuknya perbedaan-perbedaan gender dikarenakan oleh banyak hal, diantaranya dibentuk, di sosialisasikan, di perkuat,
bahkan di kontruksi secara social dan cultural melalui ajaran keagamaan maupun Negara. Dan akhirnya gender dianggap
menjadi ketentuan Tuhan seolah-olah bersifat biologis dan tidak bisa di ubah lagi, sehingga perbedaan-perbedaan gender di anggap
dan di pahami sebagai kodrat laki-laki dan perempuan. Jadi berbeda dengan anggapan awam, peran gender ini tidak
hanya ditentukan oleh jenis kelamin orang yang bersangkutan, tetapi juga oleh lingkungan dan factor-faktor lainnya. Dengan
demikian, secara otomatis seorang anak laki-laki harus pandai bermain sepak bola sedangkan anak perempuan pandai menari.
Kenyataannya menunjukkan bahwa banyak laki-laki pandai menari dan perempuan pandai bermain sepak bola dan mereka akhirnya
tetap menjadi pria atau wanita yang normal tidak banci.
21
c. Moral dan Religi
Tidak bisa disangkal bahwa agama mempunyai hubungan erat dengan moral, karena setiap agama mengandung suatu ajaran
moral yang menjadi pegangan bagi perilaku yang menganutnya.
22
Religi yaitu kepercayaan terhadap kekuasaan suatu zat yang mengatur alam semesta ini adalah sebagian dari moral, sebab
dalam moral sebenarnya diatur segala perbuatan yang dinilai baik
20
Mansour Faqih, Analisis Gender dan Transformasi Sosial, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996, hlm: 8
22
K. Bertens, Etika, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka, 2007, hlm: 35
dan perlu dilakukan, serta perbuatan yang dinilai tidak baik sehingga perlu dihindari. Agama mengatur juga tingkah laku baik
buruk, secara psikologis termasuk juga dalam moral. Hal lain yang termasuk dalam moral adalah sopan santun, tata karma, norma-
norma masyarakat lain. Maka dari itu moral dan religi merupakan bagian yang cukup
penting dalam jiwa remaja. Sebagian orang yang berpendapat bahwa moral dan religi bisa mengendalikan tingkah laku anak yang
beranjak dewasa ini sehingga ia tidak melakukan hal-hal yang merugikan atau bertentangan dengan kehendak atau pandangan
masyarakat. Disisi lain tiadanya moral dan religi ini sering kali dituding sebagai factor penyebab meningkatnya kenakalan remaja
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam menghadapi dan memahami remaja itu tidak hanya dari satu segi
saja, tetapi harus diperhatikan dari berbagai segi, yaitu dari segi konsep dirinya, itelegensi, peran sosial, peran gender, moral dan
religinya, karena semua ini saling berkaitan baik dalam diri individu maupun dalam masyarakat.
B. Perilaku Disiplin