1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Upaya peningkatan disiplin nasional dan program peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan tema dan program pembangunan nasional
yang sampai saat ini sering dibicarakan. Multi krisis yang dialami oleh bangsa Indonesia dalam masa reformasi ini pun selalu terkait dengan perilaku
disiplin. Pelanggaran terhadap hukum dan peraturan yang berlaku seakan menjadi suatu hal yang lumrah atau biasa.
Peningkatan disiplin dan peningkatan kualitas sumber daya manusia menjadi sangat penting untuk diperhatikan mengingat peradaban modern
belum mampu mengontrol naluri manusia. Peradaban modern yang oleh sebagian besar orang dijadikan pedoman hidup, sampai pada saat ini belum
mampu menghindarkan atau membendung berbagai perilaku negatif. Salah satunya adalah adanya tindak pelanggaran perilaku disiplin. Sementara yang
terjadi bahwa peradaban modern belum mampu menciptakan kehidupan yang saling menghormati hak asasi. Dengan demikian peningkatan disiplin manusia
khususnya di Indonesia akan semakin mendapat tantangan dengan semakin besarnya pengaruh peradaban asing yang banyak bertentangan dengan budaya
dan kepribadian bangsa Indonesia.
1
. Dengan begitu dapat dilihat dari berbagai kasus-kasus penyelewengan,
kredit macet, korupsi, suap, penipuan, meningkatnya perkara kriminal dan amoral, pelanggaran lalu lintas dan tabrak lari yang terjadi pada masyarakat
merupakan bukti rendahnya perilaku disiplin bangsa Indonesia. Pada kalangan siswa fenomena kenakalan dan kejahatan sudah
menggejala. Seperti halnya budaya bolos sekolah, menyontek, mencuri, perkelahian antar pelajar, terjangkitnya narkoba, porno aksi dan pornografi
serta masih banyak lagi ragam kasus-kasus kenakalan dari yang sepele sampai
1
A. Mukti Ali, Memahami beberapa Aspek Ajaran Islam, Bandung: Mizan, 1990, hal. 140-142
yang bersifat kriminal sering terjadi dan penulis saksikan pada berbagai media masa. Hal ini menunjukkan bahwa lembaga-lembaga penegak disiplin dan
semua peraturan yang ada dalam kehidupan masyarakat dan negara belum berfungsi secara maksimal sebagaimana yang diharapkan. Jika hal ini
dikaitkan dengan agama, akan tampak bahwa agama belum teraktualisasi sesuai ajaran-ajaran normatifnya.
Kalangan ahli psikologi agama dan para agamawan berpendapat bahwa agama dapat berperan untuk membina dan mempersiapkan mental
manusia agar secara kreatif dan aktif melaksanakan tugas-tugasnya dan diharapkan mampu memberikan kesetabilan dalam menghadapi berbagai
kemungkinan berupa goncangangejolak dan ketegangan psikis.
2
Dalam Undang-undang sistem pendidikan Nasional no 20 tahun 2003 yang mengatur tentang Pendidikan Keagamaan dalam pasal 30 ayat 2
disebutkan bahwa “Pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-
nilai ajaran agamanya dan menjadi ahli ilmu agama. Namun realita yang terjadi bahwa anak-anak yang belajar agama Islam
memiliki perilaku yang jauh dari pengalaman beragama. Masih banyaknya siswa yang melakukan pergaulan bebas, tawuran, minuman keras, bahkan
mengkonsumsi narkoba. Pos Kota memberitakan bahwa pada hari selasa 1810 lalu di Jalan
Margonda, Depok, samping Universitas BSI terjadi tindakan brutal siswa kelas 3 SMK yang membacok dua siswa SMK yang berlainan sekolah.
Tindakan ini berawal ketika kedua korban tengah menanti angkutan umum dipinggir jalan untuk menuju kerumahnya, tiba-tiba datang HS bersama
segerombolan teman SMK-nya yang langsung melakukan penyeranngan terhadap kedua korban. Dan saat ditanya oleh petugas polsek Beji
yangmenangkapnya, mereka mengatakan bila tindakanya membacok korban
2
Anshari, Hafi, Dasar-dasar Ilmu Jiwa Agama, Surabaya: Usaha Nasional,1991, hal. 127.
itu karena dendam, lantaran sekolah mereka adalah musuh kita, kata HS tersangka.
3
Selain itu masih ada lagi bahwa pada hari kamis 1512 di Pasar Burung Grogol, Jakarta Barat, terjadi tawuran antar siswa SMP dengan siswa
SMK, menurut Riyanto peristiwa ini terjadi pada hari kamis pukul 17:30 sepulang sekolah, bersama teman-temannya melewati pasar Burung Grogol.
Setiba di pasar tersebut, beberapa siswa SMP menyindir-nyindir Riyanto dan teman-temannya, sehigga membuat Riyanto dan teman-temannya emosi dan
menclurit tiga siswa SMP tersebut.
4
Dari penjelasan diatas dapat dilihat bahwa ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi tingkat religiusitas dan perilaku disiplin remaja tidak sesuai
dengan norma-norma yang ada, dan penyebab terjadinya perilaku tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah orang tua yang kurang
berpartisipasi dalam mendidik anak mereka terutama dalam hal agama, selain itu lingkungan masyarakat yang kurang mendukung sehingga anak dapat
terpengaruh dan melakukan hal yang tidak sesuai dengan ajaran agama, dan lingkungan sekolah yaitu guru yang kurang memperhatikan perilaku peserta
didik baik yang positif maupun negative selama di lingkungan sekolah, dan yang terakhir adalah tingkat usia anak remaja.
Dengan latar belakang tersebut, upaya untuk mengkaji dan meneliti faktor-faktor yang berpengaruh dalam proses pembentukan manusia Indonesia
yang berdisiplin tinggi akan bisa dilaksanakan dengan baik. Terlebih bila dikaitkan dengan faktor religiusitas seseorang. Mengingat bangsa Indonesia
dikenal sebagai bangsa yang mayoritas muslim memiliki ciri kepribadian yang sangat religius dan menjunjung tinggi ajaran agama, terutama religiusitas
muslim dengan perilaku disiplin menjadi penting untuk dikaji dan diketahui. Dalam agama Islam banyak ditekankan agar manusia dalam hidupnya selalu
berusaha untuk hidup disiplin taat dengan menjalankan perintah Allah SWT,
3
Pos Kota, 19 Desember 2011, hal. 9
4
Pos Kota, 17 Desember 2011, hal. 9
dan menjauhi larangan-Nya. Penyelewengan, penipuan dan membuang-buang waktu merupakan tindakan yang sangat dikecam oleh ajaran Islam.
Demikian pula kewajiban-kewajiban agama ditetapkan dalam rangka kebaikan dan kemaslahatan manusia. Dapat diumpamakan sholat, Al-
Qur’an dan Hadist banyak menyeru kepada kaum muslim. Selain itu Shalat adalah
kewajiban yang menunjukkan kadar perbedaan seorang muslim dengan non muslim. Selain itu shalat itu dapat mencegah perbuatan keji dan munkar.
Religiusitas seseorang mestinya berimplikasi dalam segala kehidupannya, baik dalam belajar, bergaul, berusaha, dan bekerja.
Bacalah tentang apa yang diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Kitab Al- Qur’an dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari
perbuatan-perbuatan keji dan munkar, dan sesungguhnya mengingat Allah shalat adalah lebih besar keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain. Dan
Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan Q.S. Al-ankabut 29: 45 .
5
MAN Sawit Boyolali adalah salah satu lembaga pendidikan yang menyiapkan anak didiknya untuk berkehidupan sesuai dengan ajaran agama
Islam. Karena dalam usaha dan pekerjaan apapun sangat dibutuhkan etos kerja dan sikap patuh, jujur, ulet, tepat waktu yang kesemuanya terakumulasi dalam
sikap disiplin itu telah terbentuk sejak dibangku sekolah Selama ini temuan secara empirik tentang seberapa jauh keagamaan
religiusitas siswa MAN Sawit Boyolali belum diketahui. Sebatas pengetahuan penulis penelitian ini sangat diperlukan, maka penulis tertarik
dan perlu meneliti keterkaitan antara religiusitas dengan perilaku disiplin pada remaja.
5
Al- Qur’an dan terjemahan, yang diterjemahkan Yayasan Penyelenggara peterjemah Al-
qur’an, Semarang: CV.Al waah, 2004, hal:566
Semua siswa MAN Sawit Boyolali berusia remaja dan beragama Islam. Dengan muatan mata pelajaran agama Islam PAI yang lebih banyak
dibanding di sekolah umum, sehingga sangat memungkinkan para siswa MAN Sawit Boyolali memiliki tingkat religiusitas yang lebih tinggi. Pemilihan
MAN Sawit Boyolali sebagai obyek penelitian ini karena madrasah tersebut berada di daerah pedesaan dan di dalam lingkungan Asrama.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penulis tertarik untuk meneliti apakah ada pengaruh yang signifikan antara tingkat
kereligiusitas terhadap perilaku disiplin pada Remaja yang dikemas dalam
skripsi yang berjudul “PENGARUH TINGKAT RELIGIUSITAS TERHADAP PERILAKU DISIPLIN REMAJA DI MAN SAWIT
BOYOLALI ”
B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah