c. pengendalian diri control. Hal ini berkaitan dengan sejauh mana
sikap seseorang terhadap berbagai alat kontrol seperti tata tertib, dan atau peraturan. Misalnya tidak menyontek, menghargai teman,
mengutamakan kepentingan bersama, dll. d.
kehendak dan kebebasan untuk memilih perbuatan. Terdapat dua macam kehendak yaitu positif dan negatif. kehendak positif adalah
kehendak seseorang yang bersedia berbuat dan mengerjakan sesuatu sesuai dengan aturan atau norma yang ada. Sebaliknya kehendak
negatif adalah seseorang yang tidak mau mengerjakan sesuatu sasuai dengan peraturan norma yang ada. Mislnya norma agama, norma
agama, norma kesopanan, dan norma kesusilaan. Antara keempat unsur tersebut saling melengkapi. Munculnya
pengetahuan tentang peraturan dan akibat-akibatnya dilandasi oleh kesadaran moral. Kesadaran moral berkaitan dengan pengendalian diri.
Kualitas pengendalian diri tersebut berpengaruh pada aspek pilihan kehendak. Kalau diperhatikan keempat unsur diatas merupakan unsur
yang ada dalam diri individu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam menerapkan
disiplin hendaknya disesuaikan dengan perkembangan anak. Seorang anak akan cocok pada suatu disiplin, tetapi mungkin anak yang lain tidak
sesuai. Pemberian disiplin tergantung pada di mana biasanya muncul permasalahan. Oleh karena itu disiplin sebaiknya mulai diberikan dalam
hubungan dengan kegiatan rutin sehari-hari, seperti cara makan, tidur, ataupun kebiasaan belajar.
3. Faktor-faktor Pendorong Perilaku Disiplin
a.
Lingkungan keluarga
Keluarga merupakan suatu satuan social terkecil dalam kehidupan umat manusia sebagai makhluk social, ia merupakan unit pertama
dalam masyarakat. Disitulah tahap awal proses sosialisasi dalam perkembangan individu.
27
Sedangkan keluarga dalam Islam adalah suatu system kehidupan masyarakat yang terkecil yang di batasi oleh adanya keturunan,
pengertian ini dapat di buktikan dengan kehidupan sehari-hari umat Islam. Misalnya dalam hubungan waris terlihat bahwa hubungan
keluarga dalam pengertian keturunan tidak terbatas hanya ayah, ibu, dan anak-anak saja.
Maka dari itu pendidikan agama dalam keluarga, adalah pendidikan yang berjiwa agama, terutama bagi kanak-kanak yang
masih dalam
fase pendidikan
pasif, ketika
pertumbuhan kecerdasannya masih kurang sekali orang tua harus memberi contoh
dalam kehidupannya, misalnya b iasa beribadah shalat dan berdo’a
kepada Tuhan. Disamping mengajak anak untuk meneladani sikap tersebut pergaulan dan perlakuan terhadap anak, harus tampak kasih
sayang, kejujuran, kebenaran dan keadilan dalam segala hal.Proses peletakan dasar-dasar pendidikan basic edicational dilingkungan
keluarga, merupakan tonggak awal keberhasilan proses pendidikan selanjutnya baik secara formal maupun non formal. Demikian pula
sebaliknya kegagalan pendidikan dirumah tangga, akan berdampak cukup besar terhadap keberhasilan proses pendidikan anak
selanjutnya. Dalam hal ini Allah berfirman:
“Hai orang-orang ysng beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak
27
Eneng Muslihah, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Diadit Media, 2011, h: 84-85
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan”. Q.S. al-
Tahrim [66]: 6
28
Batasan diatas memberikan gambaran yang jelas, bahwa hubungan dan tanggung jawab orang tua terhadap keberlangsungan
pendidikan anak pada dasarnya tidak bisa dipikulkan kepada orang atau pihak lain. Keberadaan pendidikan sebagai tenaga professional
dan keikut sertaan masyarakat dalam membantu proses pendidikan kepada peserta didik, hanya merupakan keikut sertaan mereka dalam
membantu orang tua untuk mendidik dan membina peserta didik kearah tercapainya suatu tujuan yang tertinggi secara optimal.
b. Lingkungan sekolah
Lingkungan sekolah atau guru merupakan pendidik professional, karenanya secara implicit ia telah merelakan dirinya menerima dan
memikul tanggung jawab pendidikan yang terpikul di pundak orang tua. Mereka ini menyerahkan anaknya kesekolah sekaligus berarti
melimpahkan sebagian tanggung jawab pendidikan anaknya kepada guru. Hal itupun menunjukkan pula bahwa orang tua tidak mungkin
menyerahkan anaknya kesembarang gurusekolah karena tidak sembarang orang menjabat jadi guru. Maka dari itu lingkungan
sekolahguru dapat mempengaruhi factor perilaku anak. c.
Lingkungan masyarakat Masyarakat merupakan lingkungan yang mempengaruhi perilaku
anak setelah anak mndapatkan pendidikan dalam keluarga dan sekolah, pada awalnya seorang anak bermain sendiri, setelah itu
seorang anak berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar. Karena masyarakat merupakan faktor penting yang mempengaruhi
disiplin anak, terutama pada pergaulan dengan teman sebaya, maka dari itu orang tua harus senntiasa mengawasi pergaulan anak-anaknya
agar tidak bergaul dengan orang yanng kurang baik.
28
Yayasan Penelenggara Penterjemah Al- Qur’an,op.cit. hlm. 820
Dari uraian di atas menunjukkan bahwa nilai-nilai disiplin dalam kehidupan sehari-hari dapat ditunjukkan dengan perilaku-perilaku,
kepatuhan dan ketaatan secara sadar terhadap nilai-nilai, norma atau kaidah, peraturan yang berlaku baik peraturan yang tertulis maupun
yang tidak tertulis. Hal tersebut dapat tercapai melalui kesadaran diri terhadap perilaku jujur, amanah, bertangungjawab, menjunjung tinggi
nilai kebenaran, tepat waktu, patuh serta taat pada peraturan atau norma yang berlak
4. Kerangka Berpikir