Tingkat pendidikan HASIL DAN PEMBAHASAN

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Dari tabel 5.7. diketahui bahwa pendidikan terakhir responden adalah lulusan SLTPMTssederajat yakni sebanyak 35 orang 36,1. Responden yang tidak bersekolah sebanyak 4 orang 4,1, responden lulusan SDMIsederajat sebanyak 22 orang 22,7, responden lulusan SLTAMAsederajat sebanyak 24 orang 24,7 dan lulusan DiplomaSarjanasederajat sebanyak 12 orang 12,4. Tabel 5.8. Distribusi responden tentang Perilaku berdasarkan tingkat Pendidikan Pendidikan Pelaksanaan Swamedikasi Total P Benar Salah Value Tidak sekolah 3 75,0 1 25,0 4 100 SD MI Sederajat 13 59,1 9 40,9 22 100 SLTP MTs Sederajat 18 51,4 17 48,6 35 100 0,047 SLTA MA Sederajat 14 58,3 10 41,7 24 100 Diploma Sarjana 7 58,3 5 41,7 12 100 Total 55 56,7 42 43,2 97 100 Tabel 5.8. memperlihatkan distribusi responden mengenai perilaku obat antinyeri berdasarkan kelompok jenjang pendidikan yang menyatakan bahwa ada 3 responden 75,0 tidak sekolah yang memiliki cara pelaksanaan yang benar dan 1 responden 25,0 memiliki cara melakukan swamedikasi yang salah. Pada lulusan SDMISederjaat menyatakan bahwa 13 responden 59,1 memiliki pelaksanaan yang benar dan 9 responden 40,9 memiliki perlakuan swamedikasi yang salah. Untuk responden SLTPMTsSederajat memiliki 17 responden 51,4 dengan kebiasaan yang benar dan 17 responden 48,6 memiliki pelaksanaan swamedikasi yang salah. Dilanjutkan responden pendidikan SLTAMASederajat memiliki 14 responden 58,3 melakukan pelaksanaan yang benar dan 10 responden 41,7 melakukan kebiasaan yang salah. Serta lulusan DiplomaSarjana memiliki 7 responden 58,3 dengan pelaksanaan swamedikasi yang benar dan 5 responden 41,7 memiliki pelaksanaan yang salah dalam menggunakan obat swamedikasi antinyeri. Dari hasil uji Chi Square X 2 diperoleh bahwa nilai P value ≤ 0,05 yakni 0,047 yang berarti ada hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan perilaku dalam swamedikasi obat antinyeri di Apotek Kabupaten Rembang. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

e. Tingkat Penghasilan

Tabel 5.9. Distribusi dan Frekuensi Responden Berdasarkan tingkat Penghasilan Penghasilan n Rendah 52 53,6 Sedang 39 40,2 Tinggi 6 6,2 Jumlah 97 100 Dari tabel 5.9. tentang penghasilan, didapatkan sebanyak 52 orang yang berpenghasilan rendah 53,6, berpenghasilan sedang 39 orang 40,2, dan berpenghasilan tinggi 6 orang 6,2. Tabel 5.10. Distribusi responden tentang Perilaku berdasarkan Penghasilan Penghasilan Pelaksanaan Swamedikasi Total P Benar Salah Value Kurang 26 50,0 26 50,0 52 100 Sedang 25 64,1 14 35,9 39 100 0,228 Tinggi 2 33,3 4 66,7 6 100 Total 53 54,6 44 45,4 97 100 Dari tabel 5.10. memperlihatkan bahwa responden berpenghasilan rendah yang melakukan pelaksanaan swamedikasi yang benar sebesar 26 responden 50. Untuk responden yang memiliki penghasilan sedang dan memiliki pelaksanaan yang benar berjumlah 25 responden atau 64,1 dan responden dengan pelaksanaan yang salah sebesar 14 responden 35,9. Selanjutnya yang terakhir untuk responden yang memiliki penghasilan tinggi dan pelaksanaan yang benar sejumlah 2 orang 33,3 dan pelaksanaan yang salah sejumlah 4 orang 66,7. Dari hasil uji Chi Square X 2 diperoleh bahwa nilai P value 0,05 yakni 0,228 yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara penghasilan dengan perilaku dalam swamedikasi obat antinyeri di tiga Apotek Kabupaten Rembang.

5.1.2. Perilaku Swamedikasi

Penelitian ini dilakukan terhadap 97 responden di tiga apotek Kabupaten Rembang tahun 2016 yang merupakan pasien yang sedang membeli obat antinyeri dan sesuai dengan kriteria inklusi. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tabel 5.11. Distribusi dan Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang Swamedikasi Pengetahuan n Tahu baik 76 78,4 Tidak tahu kurang baik 21 23,2 Jumlah 97 100 Tebel 5.11. menyajikan bahwa dari 97 responden ada 21 responden 21,6 yang tidak mengetahui tentang swamedikasi dan 76 responden 78,4 sudah mengetahui swamedikasi sebelumnya Tabel 5.12. Distribusi dan Frekuensi Responden berdasarkan Sumber Informasi tentang Swamedikasi Sumber n Media Informasi 32 42,1 Keluarga tetangga sahabat 27 35,5 Tenaga Kesehatan 13 17,4 Nenek moyang 4 5,3 Jumlah 76 100 Berdasarkan tabel 5.12. diketahui bahwa informasi pengetahuan yang didapatkan responden tentang swamedikasi terbanyak bersumber pada media informasi sebanyak 32 responden 42,1, dari keluarga tetangga sahabat sebanyak 27 orang 35,5, dilanjutkan tenaga medis baik berupa dokter, perawat, apoteker dan lainnya sebanyak 13 orang 13,4, dan sumber terakhir berasal dari kepercayaan turun temurun atau nenek moyang sebesar 5,3. Tabel 5.13. Distribusi dan Frekuensi Responden berdasarkan Alasan Penggunaan Obat Swamedikasi Alasan n Pengalaman sebelumnya 28 36,8 Saran dari teman anggota keluarga 26 34,2 Tidak ada waktu untuk periksa ke dokter 16 21,1 Biaya periksa ke dokter yang mahal 6 7,9 Jumlah 76 100 Dari tabel 5.13. diketahui bahwa ada beberapa alasan yang diungkapkan responden dari 76 responden yang mengetahui swamedikasi adalah sudah menggunakan swamedikasi sebelumnya sebanyak 28 orang 36,8, melakukan swamedikasi atas saran teman anggota keluarga sebanyak 26 orang 34,2, tidak adanya waktu periksa ke dokter sebanyak 16 orang 21,1 dan alasan terakhir karena mahalnya periksa ke dokter sebanyak 6 orang 7,9.