UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
5. Penghasilan
Penghasilan adalah jumlah penghasilan yang diperoleh responden dalam satu bulan. Penghasilan diindikasikan sebagai faktor yang mempengaruhi adanya
penanganan obat secara rasional. Berdasarkan penelitian CK Riley-Doucet 2004 menunjukkan bahwa masyarakat yang menggunakan obat swamedikasi adalah
masyarakat yang memiliki penghasilan rendah di Kanada yang banyak menggunakan swamedikasi yaitu sebesar 40, sedangkan masyarakat Amerika yang banyak
memanfaatkan obat swamedikasi adalah yang penghasilannya sedang yaitu sebesar 36,6.
Dengan hasil diatas diketahui bahwa responden berpenghasilan rendah lebih menyukai pengobatan yang praktis tanpa harus datang ke dokter atau instalasi rumah
sakit untuk penanganan sakit yang diderita. Selain itu kelompok berpenghasilan rendah juga merasa jika mereka atau anggota keluarga yang merasakan nyeri maka
tidak dilakukan penanganan ke dokter atau instalasi rumah sakit karena biayanya lebih besar dibandingkan penggunaan obat secara bebas. Swamedikasi dapat
membantu upaya penyembuhan penyakit ringan pada pasien dengan penghasilan rendah, karena biaya yang relatif murah. Selain itu praktek swamedikasi murah dan
mudah sehingga hal ini menjadi alasan responden melakukan swamedikasi tanpa melihat biaya periksa ke dokter yang mahal Woro Supadmi, 2013. Ditambahkan lagi
menurut Djunarko 2011 faktor yang berhubungan dengan praktik perawatan sendiri dan swamedikasi adalah kondisi ekonomi.
Menurut Hendrawan 2003, penghasilan suatu keluarga berhubungan dengan penggunaan pelayanan kesehatan. Biaya pengobatan akan menjadi pertimbangan yang
terpenting bagi masyarakat dengan penghasilan rendah sehingga mereka cenderung mencari pertolongan kesehatan disesuaikan dengan kemampuan keuangannya.
Tingkat penghasilan ini berpengaruh pada upaya pencegahan, penanganan maupun dalam usaha meningkatkan kesehatan keluarga, termasuk swamedikasi Hendrawan,
2003. Hasil uji Chi Square X
2
memperlihatkan nilai p=0,228, membuktikan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara penghasilan dengan perilaku
penggunaan obat antinyeri secara swamedikasi. Hasil ini senada dengan penelitian yang dilakukan Sulcha Fithriya 2014 yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan
antara status ekonomi orang tua dengan pengetahuan dalam pemberian obat antibiotik
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
pada anak secara swamedikasi. Namun, hasil ini berbeda dengan penelitian Panagakou 2012 yang menyatakan bahwa ada hubungan antara penghasilan dengan
pengetahuan orangtua.
5.2.3. Perilaku Swamedikasi
Perilaku adalah hasil interaksi antara seseorang dengan lingkungan, maka dalam mempelajari perilaku maka perlu dipelajari juga hubungannya
dengan lingkungan Dr. Singgih D. Gunarsa, 2008. Lingkungan adalah segala sesuatu yang bisa merangsang seseorang sehingga menimbulkan suatu
tingkah laku yang terdiri dari kumpulan respon. Lingkungan meliputi segala hal di luar diri seseorang maupun dalam diri seseorang baik bersifat fisik
maupun ide yang berpengaruh dan menjadi sumber rangsangan dan bisa memunculkan suatu reaksi dan respon. Dr. Singgih D. Gunarsa, 2008.
Hasil yang diperoleh berdasarkan pengambilan data yang diambil dari data primer berupa kuesioner menunjukkan bahwa 53 responden melakukan
swamedikasi dengan
tepat 54,6
sedangkan 44
lainnya melakukan
swamedikasi dengan tidak tepat. Pengetahuan adalah kemampuan responden dalam mengetahui tentang
penggunaan obat swamedikasi secara rasional. Hasil yang diperoleh berdasarkan pengambilan data melalui data primer berupa kuesioner terdapat 76 responden yang
telah mengetahui istilah swamedikasi secara umum dari 97 responden yang menjadi target responden. 21 responden lainnya menyatakan belum mengetahui swamedikasi
dan ini adalah kali pertama melakukan swamedikasi obat antinyeri. Sumber pengetahuan swamedikasi yang dilakukan responden berasal dari
media elektronik, yaitu iklan tv, radio, majalah, dan internet sebesar 33 dan menjadi rasio paling besar diantara sumber yang lainnya, berasal dari keluarga, tetangga, dan
sahabat sebanyak 27,8. Sedangkan informasi swamedikasi dari tenaga kesehatan seperti dokter, perawat, apoteker, atau penyuluh kesehatan sebesar 13,4, dari nenek
moyang atau secara turun temurun sebanyak 4,1. Sumber informasi tentang swamedikasi sebelumnya telah diteliti oleh U. Sushita 2012 dengan hasil sumber
tertinggi berasal dari dokter, perawat, apoteker dan tenaga kesehatan lain yaitu sebesar 25,3. Penelitian lain yang juga dilakukan di Indonesia oleh Puji Pratiwi 2014
menunjukkan nilai tertinggi sumber informasi berasal dari keluarga yaitu sebesar 37,4. Dengan hasil ini, menunjukkan bahwa peran apoteker saat ini kalah oleh