Peralatan Metode Percobaan METODOLOGI PENELITIAN
memiliki kandungan air awal yang identik dan diketahui secara pasti, maka dilakukan proses penyeragaman kadar air awal sampel.
Sampel tapioka dibagi menjadi 3 tiga kelompok yang berbeda, kelompok A adalah sampel tapioka yang diseragamkan kadar air awalnya menggunakan larutan
garam jenuh MgCl
2
RH
25°C
=32,73, kelompok B diseragamkan kadar air awalnya menggunakan larutan garam jenuh NaCl RH
25°C
=75,32, dan kelompok C diseragamkan kadar air awalnya menggunakan larutan garam jenuh KCl RH
25°C
=84,32. Masing – masing kelompok sampel tapioka yang telah mencapai kadar air
kesetimbangan equilibrium moisture contentEMC kemudian diukur kadar airnya menggunakan oven konveksi yang dioperasikan pada suhu tetap 105 °C sampel
A1 dan Moisture Analyzer Mettler Toledo HB43-S yang dioperasikan pada 7 tingkat suhu yaitu 95 °C sampel A2, 100 °C A3, 105°C sampel A4, 110°C
sampel A5, 115°C sampel A6, 120°C sampel A7, dan 125°C sampel A8. Secara skematis skenario percobaan di tahap ini dapat dilihat pada gambar 9.
Keterangan: A = tapioka ; 1 = oven 105 °C ; 2 = MA 95 °C ; 3 = MA 100 °C ; 4 = MA 105 °C ; 5 = MA 110 °C ; 6 = MA 115 °C ; 7 = MA 120 °C ; 8 = MA 125 °C
Gambar 9 Skenario penelitian pendahuluan
Tapioka disimpan dengan RH tertentu selama 21 hari ,
kemudian diuker dengan menggunakan metoda LOD -
Oven 3 kali pengulangan Pengukuran kadar air tapioka yang
sudah dikondisikan tersebut dengan menggunakan Moisture Analyzer
Halogen 3 kali pengulangan pada 7 suhu yang berbeda
A1 A2
A5 A6
A3 A7
A4 A8
Suhu yang menghasilkan
kadar air yang sama dengan LOD
Menjadi acuan suhu pengukuran kadar air pada pengujian selanjutnya
Mana suhu yang hasilnya
mendekati ?
D.2. Penelitian Tahap Pertama
Penelitian tahap pertama dilakukan terhadap tiga jenis bahan dasar yang biasa digunakan sebagai bahan pembawa atau bahan pengisi pada produk perisa yaitu
tepung tapioka, maltodekstrin dan laktosa. Tahapan ini bertujuan untuk menentukan setting suhu pemanasan yang tepat untuk masing–masing bahan pada alat ’Moisture
Analyzer’ , sehingga bila nantinya diterapkan untuk pengukuran kadar air, hasil
pengukuran yang didapatkan oleh ’Moisture Analyzer’ akan setara dengan hasil pengukuran kadar air menggunakan oven konveksi SNI 01-2891-1992 butir 5.1.
Suhu tersebut akan dijadikan acuan untuk pengukuran kadar air produk bubuk perisa yang sebagian besar komponennya adalah ketiga bahan dasar yang telah
disebutkan di atas. Skenario penelitian tahap pertama dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10 Skenario penelitian tahap pertama
Keterangan: A = tapioka ; B = maltodekstrin ; C = laktosa
1 = oven 105 °C ; 2 = MA 100 °C ; 3 = MA 105 °C ; 4 = MA 110 °C
D.3. Penelitian Tahap Kedua
Penelitian kedua dilakukan pada bubuk perisa HVP, Garlic, dan Vanilla.yang sebagian besar komponennya adalah tapioka, maltodekstrin dan laktosa. Tahapan
ini dilakukan untuk memverifikasi apakah setting suhu pemanasan yang telah didapatkan pada tahap sebelumnya dapat diterapkan untuk analisis kadar air produk
perisa HVP berbahan dasar maltodekstrin, perisa garlic berbahan dasar campuran tapioka - maltodekstrin, dan perisa vanilla berbahan dasar laktosa. Apabila dapat
ditunjukkan bahwa hasil pengukuran kadar air ketiga produk ini menunjukkan perilaku yang sama dengan hasil pengukuran pada bahan dasarnya, maka
selanjutnya metoda pengukuran kadar air menggunakan Moisture Analyzer HB43-S untuk produk - produk perisa jenis lain akan mengikuti metoda pengukuran bahan
dasarnya. Skenario penelitian tahap kedua dapat dilihat pada Gambar 11. Khusus untuk perisa vanilla dilakukan pula pengukuran kadar air menggunakan metoda
titrimetri Karl Fischer karena produk ini banyak mengandung bahan – bahan yang diperkirakan akan terdekomposisi bila terekspose panas tinggi.
Gambar 11 Skenario penelitian tahap kedua
Keterangan: A = perisa HVP ; B = perisa garlic ; C = perisa vanilla
1 = oven 105 °C ; 2 = MA 100 °C ; 3 = MA 105 °C ; 4 = MA 110 °C
D.4. Penyeragaman Kadar Air Sampel Tapioka
Penyeragaman kadar air sampel tapioka yang digunakan pada tahap penelitian pendahuluan dilakukan dengan cara menempatkan sample uji ke dalam beberapa
desikatorwadah kedap udara yang didalamnya masing–masing telah ditempatkan larutan garam jenuh A MgCl
2
RH
25°C
= 32,73, B NaCl RH
25°C
= 75,32, dan KCl C RH
25°C
= 84,32. Wadah kedap udaradesikator tersebut selanjutnya disimpan dalam inkubator bersuhu konstan 25°C selama 3 tiga minggu. Di akhir
penyimpanan diharapkan kadar air sampel telah mencapai kadar air kesetimbangan equilibrium moisture content sesuai dengan kondisi RH udara penyimpanan.
a b
c d Gambar 12 Persiapan wadah proses penyeragaman kadar air
Tabel 6 Nilai RH yang dibentuk oleh 3 larutan garam jenuh yang digunakan pada suhu 25
o
C
Larutan garam jenuh Kelembaban relatif yang terbentuk RH,
25
o
C MgCl
2
32,73 NaCl
75,32 KCl
84,32
Sumber : Syarief Halid 1993 dan Koesnandar 2010
Proses penyeragaman kadar air dimulai dengan penyiapan kontainer plastik kedap udara sebagai pengganti desikator, dan mengisi kontainer tersebut dengan
larutan garam jenuh sesuai dengan RH yang hendak disasar Gambar 12a dan 12b. Bagian bawah kontainer plastik tersebut diberi penyangga supaya larutan
garam tidak bersentuhan dengan cawan yang digunakan untuk menaruh sampel Gambar 12c. Cawan yang akan digunakan ditimbang Gambar 12d kemudian
ditambahkan sampel kedalamnya dan ditimbang lagi. Cawan berisi sampel yang telah ditimbang diletakkan di dalam kontainer di atas sekat dan ditutup rapat
gambar 13a, 13b dan 13c setelah itu dimasukkan dalam inkubator 25
o
C dan dibiarkan selama 3 minggu Gambar 13d dan 13e. Setelah 3 minggu maka sampel
dikeluarkan dari inkubator.
a b c
d e
Gambar 13 Proses penyeragaman kadar air sampel tapioka