Metoda Pengamatan METODOLOGI PENELITIAN

Gambar 14 Alat oven Memmert yang digunakan untuk pengujian kadar air. E.2. Pengukuran Kadar Air dengan menggunakan Moisture Analyzer HB43-S Alat Moisture Analyzer di nyalakan selama 30 menit. Suhu pengukuran yang diinginkan diatur pada alat dengan memilih metode yang sesuai dengan menekan tombol ”Mode”. Alas alumunium bersih diletakkan pada tempat alas dan alat akan melakukan tare secara otomatis. Sebanyak sekitar 3 gr sampel diratakan pada alas alumunium, kemudian alat ditutup, maka alat akan memanaskan produk dengan pijaran halogennya dan menimbang secara otomatis sampai berat bahan konstan dan hasil akan tercetak pada alat pencetak. E.3. Pengukuran Kadar Air dengan menggunakan metoda Karl Fischer Karl Fischer Method AOAC 977.10, 1995 Pemeriksaan konsentrasi titran Hydranal Composit 5 dan Hydranal Methanol perlu dilakukan dan memastikan selang terhubung dengan tepat ke alat. Pastikan wadah dalam kondisi kering. Alat Karl Fischer Titrator DL-31 dinyalakan tekan tombol “POWER”. Pastikan printer LX8-terhubung dengan alat KF dan dalam kondisi aktif. Wadah titrasi dibilas bersih dan selang diturunkan mendekati dasar wadah. Tekan tombol pompa untuk memasukkan cairan Hydranal Methanol ±40 ml sebagai pelarut ke dalam wadah, titratasi awal pelarut tersebut dengan Hydranal Composit 5 untuk menghilangkan kadar air dalam pelarut. Setelah stabil, masukkan sampel pada wadah dan tutup rapat. Masukkan berat sampel pada alat, dan tekan tombol mulai, maka alat akan mentitrasi sampel dan setelah titik akhir terdeteksi oleh elektroda, maka hasil kadar air atau water content akan tercetak secata otomatis. Gambar 15 Perangkat autotitrator KF Mettler Toledo DL31

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Penelitian Pendahuluan

Pada penelitian pendahuluan, tepung tapioka dikondisikan dengan menempatkan sampel ini di dalam wadah yang berisi larutan garam jenuh dan disimpan dalam inkubator 25 o C selama 3 minggu. Adapun garam jenuh yang digunakan adalah MgCl 2 dengan RH 25 o C = 32,73, NaCl dengan RH 25 o C = 75,32, KCl dengan RH 25 o C = 84,32. Larutan garam dinyatakan jenuh apabila sebagian dari kristal garam tersebut tidak dapat larut lagi di dalam air atau membentuk endapan. Tabel 7 Peningkatan kadar air tepung tapioka pada suhu 100 o C dengan MA pada berbagai a w Kadar Air Tapioka diukur dengan MA 100 o C Jenis Garam MgCl 2 NaCl KCl RH 32,73 75,32 84,32 Hari ke 0 9,63 9,63 9,63 Hari ke 1 9,25 12,75 13,23 Hari ke 7 8,47 14,13 15,74 Hari ke 9 8,68 14,48 16,34 hari ke 12 8,78 14,26 16,54 hari ke 21 8,75 14,43 16,30 Pada pengujian pendahuluan ini beberapa sampel diambil dari wadah yang berisi larutan garam jenuh untuk melihat apakah tepung tapioka yang ditaruh di dalamnya telah mencapai kesetimbangan atau belum. Penyimpanan dilakukan selama 21 hari karena belum diketahui berapa lama tepung tapioka perlu disimpan sampai kesetimbangan tercapai. Dari tabel 7 didapatkan informasi baru bahwa tepung tapioka yang dikondisikan pada berbagai RH tersebut telah mencapai kesetimbangan pada hari ke-9 penyimpanan pada suhu 25 o C. Berikut ini adalah hasil rata-rata perhitungan kadar air tepung tapioka basis kering dan basis basah yang telah dikondisikan pada berbagai RH yang telah mencapai kesetimbangan ERH equilibrium relative humiditt yang diukur pada berbagai suhu pengukuran yang berbeda untuk mendapatkan suhu pengukuran yang sesuai yang dapat digunakan pada pengujian selanjutnya. Hasil kadar air yagn didapat dapat disebut sebagai EMC equilibrium moisture content. Perhitungan ANOVA dan Dunnett dilakukan pada tepung tapioka yang disimpan pada larutan garam jenuh MgCl 2 RH=32,72 pada tabel 9 dan 10 hasil perhitungan kadar air basis basah, sedangkan tabel 12 dan 13 yang merupakan hasil perhitungan menggunakan basis kering. Tabel 8 Kadar air kesetimbangan EMC tepung tapioka basis basah di berbagai ERH pada 7 suhu pengukuran yang berbeda Garam RH a w Rata-rata kadar air basis basah pada Tapioka diukur dengan alat dan suhu yang berbeda Oven 105 MA 95 MA 100 MA 105 MA 110 MA 115 MA 120 MA 125 MgCl 2 32,72 0,33 9,1534 8,6500 8,7567 9,2533 9,4100 9,6867 9,8800 10,1050 NaCl 75,32 0,75 14,5486 14,0867 14,4667 14,7433 14,8900 15,0400 15,2533 15,4000 KCl 84,32 0,84 16,4765 16,1267 16,2700 16,4567 16,7767 16,9567 17,0133 17,2533 Tabel 9 ANOVA tepung tapioka basis basah pada Garam MgCl 2 RH=32,72 pada 7 suhu pengukuran yang berbeda Sumber Keragaman DB JK KT Fhitung F 5 F 1 Perlakuan 7.00 5.57 0.80 110.15 2.92 3.73 Galat 16.00 0.12 0.01 Total 23.00 5.69 Tabel 10 Hasil Dunnett Test pada tepung tapioka basis basah pada Garam MgCl 2 RH=32,72 pada 7 suhu pengukuran yang berbeda Perbandingan Sample vs Kontrol Beda Mutlak |Y i -Y j | Nilai d Hasil MA 95 o C Oven 105 o C 0.503 0.203 Beda Nyata MA 100 o C Oven 105 o C 0.397 0.203 Beda Nyata MA 105 o C Oven 105 o C 0.100 0.203 Tidak Nyata MA 110 o C Oven 105 o C 0.257 0.203 Beda Nyata MA 115 o C Oven 105 o C 0.533 0.203 Beda Nyata MA 120 o C Oven 105 o C 0.727 0.203 Beda Nyata MA 125 o C Oven 105 o C 0.952 0.203 Beda Nyata Tabel 11 Kadar air kesetimbangan EMC tepung tapioka basis kering g100 g padatan diberbagai ERH pada 7 suhu pengukuran yang berbeda Garam RH a w Rata-rata kadar air basis kering pada Tapioka diukur dengan alat dan suhu yang berbeda Oven 105 MA 95 MA 100 MA 105 MA 110 MA 115 MA 120 MA 125 MgCl 2 32,7 0,33 10,0757 9,4692 9,5971 10,1970 10,3875 10,7257 10,9632 11,2409 NaCl 75,3 0,75 17,0257 16,3966 16,9135 17,2929 17,4950 17,7025 17,9988 18,2034 KCl 84,3 0,84 19,7270 19,2274 19,4316 19,6984 20,1588 20,4191 20,5013 20,8508 Tabel 12 ANOVA tepung tapioka basis kering pada Garam MgCl 2 RH=32,72 pada 7 suhu pengukuran yang berbeda Sumber Keragaman DB JK KT Fhitung F 5 F 1 Perlakuan 7,00 8,25 1,18 111,06 2,92 3,73 Galat 16,00 0,17 0,01 Total 23,00 8,42 Tabel 13 Hasil Dunnett Test pada tepung tapioka basis kering pada Garam MgCl 2 RH=32,72 pada 7 suhu pengukuran yang berbeda Perbandingan Sample vs Kontrol Beda Mutlak |Y i -Y j | Nilai d Hasil MA 95 o C Oven 105 o C 0,606 0,246 Beda Nyata MA 100 o C Oven 105 o C 0,479 0,246 Beda Nyata MA 105 o C Oven 105 o C 0,121 0,246 Tidak Nyata MA 110 o C Oven 105 o C 0,312 0,246 Beda Nyata MA 115 o C Oven 105 o C 0,650 0,246 Beda Nyata MA 120 o C Oven 105 o C 0,887 0,246 Beda Nyata MA 125 o C Oven 105 o C 1,165 0,246 Beda Nyata Dari tabel data di atas terlihat bahwa hasil pengukuran EMC menggunakan moisture analyzer yang diatur pada suhu 105 °C menunjukkan hasil yang paling mendekati hasil pengukuran menggunakan oven konveksi UM-400 yang diperlakukan sebagai kontrol. Uji ANOVA terhadap data–data tersebut membuktikan bahwa sekurang–kurangnya terdapat 95 yang memiliki hasil F hitung kurang dari F tabel 2.92 seperti tampak pada tabel 10 dan 12. Selanjutnya dengan uji lanjutan Dunnett dapat dibuktikan bahwa hasil pengukuran EMC tepung tapioka menggunakan moisture analyzer HB43-S yang diatur pada suhu 105 °C adalah secara statistik setara dengan hasil pengukuran menggunakan oven konveksi UM-400. Hasil pengukuran dengan MA 105°C tidak berbeda nyata dengan hasil pengukuran pada oven 105°C seperti tampak pada tabel 11 dan 13. Untuk detail perhitungan dapat dilihat pada lampiran 4. Dari hasil percobaan pendahuluan ini maka dapatkan suhu yang akan dipakai untuk pengujian selanjutnya adalah 105 o C beserta suhu di bawah dan diatasnya +- 5 o C.