Dimensi Responsiveness Daya Tanggap
nenas. Harapan mereka, jangka waktu pinjaman dapat lebih diperpanjang. Saat hal ini disampaikan kepada pengurus koperasi, alasan mengapa hal tersebut belum
dapat dilakukan adalah terlalu rumit jika ada perbedaan pemberlakuan bunga pinjaman antara anggota dengan non anggota karena unit usaha simpan pinjam ini
menjadi unit usaha yang paling banyak aktifitas transaksinya. Selain itu, alasan mengapa jangka waktu yang diberlakukan hanya 6 bulan adalah agar dana yang
dipinjamkan dapat segera diputar kembali sehingga tidak terhenti pada nasabah.
Atribut dengan nilai gap terbesar kedua adalah pada penyediaan alat pertanian. Nilai gap yang didapatkan dari atribut ini adalah sebesar -0.60 dengan
tingkat ketidakpuasan sebesar 16.74 persen. Nilai gap didapatkan dari nilai kinerja yang cukup baik sebesar 2.97 sedangkan harapan anggota nilai atribut ini 3.56
atau baik. Penyebab besarnya gap pada atribut ini adalah dari segi kualitas saprotan yang disediakan koperasi. Kualitas alat pertanian untuk tanaman nenas
masih cukup rendah dan tidak sesuai dengan keinginan anggota sehingga mereka lebih memilih untuk memesan alat yang berupa cangkul dan sabit ke pandai besi
langganan mereka. Karena faktor kualitas sudah tidak sesuai dengan harapan, maka dari segi waktu, jumlah dan harga bagi mereka tidak terlalu penting untuk
saat ini. Bahkan sebagian responden tidak berharap koperasi menyediakan alat pertanian jenis tersebut karena mereka sudah cukup puas dengan kondisi saat ini
yakni membelinya diluar koperasi.
Atribut dengan nilai gap terbesar ketiga adalah penyediaan pupuk. Nilai gap untuk atribut ini adalah -0.56 dengan tingkat ketidakpuasan sebesar 13.33
persen. Gap terbesar dari atribut ini terletak pada harga. Para responden berharap harga pupuk dapat lebih murah dari harga pasar. Namun pada kenyataannya,
harga pupuk sama dengan harga standar bahkan terkadang lebih tinggi. Hal ini menjadikan beberapa anggota membeli pupuk ke kios luar koperasi yang lebih
dekat dengan rumah mereka. Pupuk yang disediakan oleh koperasi adalah pupuk kimia pada umumnya seperti urea, ZA, TSP, dll. Sedangkan yang diperlukan
petani nenas tidak hanya pupuk-pupuk tersebut. Mereka juga memerlukan tetes yakni cairan hasil limbah penggilingan tebu. Walaupun demikian, hampir seluruh
responden sepakat bahwa koperasi tidak perlu menyediakan pupuk jenis ini karena faktor keterbatasan lahan, tenaga kerja, dan modal.
Atribut penyuluhan teknis budidaya nenas menempati empat besar gap negatif pada dimensi reliability. Nilai gap yang didapatkan sebesar -0.55 dengan
tingkat ketidakpuasan terhadap harapan sebesar 13.71 persen. Beberapa responden dengan jujur menyatakan bahwa mereka terkadang tidak mengikuti acara
penyuluhan karena merasa sudah cukup mahir dalam berusahatani nenas. Saat penelitian ini dilakukan, para petani nenas di Desa Ngancar sedang menghadapi
wabah hama ulat tanah yang menyerang akar sehingga tanaman nenas menjadi kuning, layu dan akhirnya mati. Dari pihak koperasi sudah mendatangkan
berbagai macam tenaga ahli dari berbagai instansi pemerintahan maupun dari kalangan akademisi, namun hingga penelitian ini berakhir, masalah tersebut masih
belum menemui penyelesaian.
Atribut kerjasama koperasi dengan pihak lain menempati urutan gap negatif terbesar kelima. Nilai gap atribut ini sebesar -0.52 dengan tingkat
ketidakpuasan sebesar 11.59 persen. Pihak lain yng dimaksud dalam hal ini meliputi kalangan akademisi, lembaga pemerintahan, LSM, dan para stakeholder
yang lain. Bentuk kerjasama ini bisa berbentuk bantuan dana, kerjasama program,
bantuan tenaga ahli, dll. Program yang pernah didapatkan dari pemerintahan khususnya dari dinas pertanian maupun dinas perkoperasian adalah bantuan ternak
sapi, alat penyerut daun nenas untuk dijadikan kerajinan tangan, PUAP, fasilitas studi banding dengan poktan Subang, dan bibit nenas varietas Smooth cayenne
dari pemerintah. Bentuk kerjasama koperasi dengan pihak akademisi adalah koperasi pernah beberapa kali mendatangkan peneliti dari sebuah institusi
pendidikan untuk melakukan penelitian terkait dengan permasalahan yang sedang dihadapi petani atau melakukan pengembangan komoditas tertentu. Kerjasama
dengan pihak swasta, lebih ke dalam hal pendanaan dan pemasaran hasil panen nenas. Ketidakpuasan beberapa responden terletak pada kurang transparannya
program yang didapatkan koperasi. Ketidaklancaran arus informasi terkait program menyebabkan anggota ada yang tahu dan ada yang tidak. Dan bagi
anggota yang tidak tahu, hal ini menjadi sesuatu yang tidak adil karena merasa program tidak menyebar merata.
Tiga atribut dengan nilai gap terendah yakni ada pada penyediaan obat- obatan, keakuratan informasi yang diberikan pihak koperasi, dan pembagian SHU
tepat waktu. Atribut penyediaan obat-obatan tidak terlalu memiliki gap besar yakni sebesar -0.34 dengan tingkat kepuasan sebesar 8.16 persen. Responden
sudah cukup puas dari segi waktu penyediaan, jumlah maupun kualitas. Hanya saja mereka memiliki harapan yang cukup besar pada sisi harga agar bisa lebih
murah dari pasaran. Atribut keakuratan informasi yang diberikan memiliki nilai gap sebesar -0.16 dengan tingkat ketidakpuasan sebesar 3.65 persen dan
pembagian SHU tepat waktu memiliki nilai gap sebesar -0.13 dengan tingkat ketidakpuasan sebesar 2.84 persen. Kedua atribut tersebut sudah cukup
memuaskan bagi anggota. Namun untuk perkembangan skala usaha koperasi ke depannya mereka tetap berharap pengurus dapat meningkatkan kinerja pada kedua
atribut tersebut.