II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kinerja Keuangan
Menurut Sawir 2005, kinerja adalah kemampuan perusahaan untuk mendapatkan penghasilan atau meraih keuntungan laba dan
kemampuan dalam mengelola perusahaan secara efisien. Kinerja keuangan merupakan suatu prestasi yang diperlihatkan oleh perusahaan
dari hasil usahanya melalui analisa laporan keuangan perusahaan. Menurut Umar 2003, kinerja perusahaan dapat dilihat dari sisi
keuangan yang didasarkan pada laporan keuangan. Analisis kinerja perusahaan dari sisi keuangan dapat ditelusuri dari berbagai sisi, salah
satunya melalui laporan keuangan perusahaan.
2.2. Laporan Keuangan
Menurut Jumingan 2005, laporan keuangan pada dasarnya merupakan hasil refleksi dari sekian banyak transaksi yang terjadi dalam
suatu perusahaan. Transaksi dan peristiwa yang bersifat finansial dicatat, digolongkan, dan diringkaskan dengan cara setepat-tepatnya dalam
satuan uang, dan kemudian diadakan penafsiran untuk berbagai tujuan. Laporan keuangan merupakan hasil dari proses akuntansi yang
dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan
dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut Munawir, 2007. Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh
informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan. Data keuangan tersebut akan
lebih berarti bagi pihak-pihak yang berkepentingan apabila data tersebut diperbandingkan untuk dua periode atau lebih, dan dianalisa lebih lanjut
sehingga dapat diperoleh data yang akan dapat mendukung keputusan yang akan diambil.
Menurut Munawir 2007, laporan keuangan terdiri dari data-data yang merupakan hasil dari suatu kombinasi antara :
1. Fakta yang telah dicatat recorded fact, berarti bahwa laporan
keuangan ini dibuat atas dasar fakta dari catatan akuntansi, seperti jumlah uang kas yang tersedia dalam perusahaan maupun yang
disimpan di bank, jumlah piutang, persediaan barang dagangan, hutang, maupun aktiva tetap yang dimiliki perusahaan. Pencatatan dari
pos-pos ini berdasarkan catatan historis dari peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di masa lampau dan jumlah-jumlah uang yang tercatat
dalam pos-pos itu dinyatakan dalam harga-harga pada waktu terjadinya peristiwa tersebut.
2. Prinsip-prinsip dan kebiasaan-kebiasaan di dalam akuntansi
accounting convention and postulate , berarti data yang dicatat itu
didasarkan pada prosedur maupun anggapan-anggapan tertentu yang merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang lazim. Hal ini dilakukan
dengan tujuan memudahkan pencatatan dan untuk keseragaman. 3.
Pendapat pribadi personal judgement, dimaksudkan bahwa, walaupun pencatatan transaksi telah diatur oleh konvensi-konvensi
atau dalil-dalil dasar yang sudah ditetapkan dan sudah menjadi standar praktek pembukuan, namun penggunaan dari konvensi-konvensi dan
dalil dasar tersebut tergantung daripada akuntan atau manajemen perusahaan yang bersangkutan. Judgement atau pendapat ini
tergantung kepada kemampuan atau integritas pembuatan yang dikombinasikan dengan fakta yang tercatat dan kebiasaan serta dalil-
dalil dasar akuntansi telah disetujui akan digunakan dalam beberapa hal. Misalnya, cara-cara atau metode untuk menaksir piutang yang
tidak akan dapat ditagih dan penentuan beban penyusutan serta penentuan umur dari suatu aktiva terap akan sangat tergantung pada
pendapat pribadi manajemennya dan berdasarkan pengalaman masa lalu.
Suatu hal yang penting yaitu bahwa baik prosedur, anggapan- anggapan, kebiasaan-kebiasaan maupun pendapat pribadi yang telah
digunakan harus dipertahankan secara terus-menerus atau secara konsisten dari tahun ke tahun. Namun dalam hal ini tidak berarti bahwa
prosedur, kebiasaan, maupun pendapat pribadi yang digunakan tidak boleh diubah. Jika suatu ketika manajemen ingin merubah prosedur,
kebiasaan maupun pendapat pribadi yang telah dipakai, harus dijelaskan dalam laporan keuangannya sehingga mereka yang membaca laporan
keuangan itu dapat mengetahui dengan jelas dasar mana yang sesungguhnya digunakan dalam laporan keuangan yang bersangkutan.
2.2.1. Laporan Neraca
Menurut Harahap 2004, laporan neraca atau daftar neraca disebut juga laporan posisi keuangan perusahaan. Laporan ini
menggambarkan posisi aktiva, kewajiban, dan modal pada saat tertentu. Dan menurut Munawir 2007, neraca adalah laporan yang sistematis
tentang aktiva, hutang serta modal dari suatu perusahaan pada saat tertentu. Jadi tujuan neraca adalah untuk menunjukkan posisi keuangan
perusahaan pada suatu tanggal tertentu, biasanya pada waktu dimana buku-buku ditutup dan ditentukan sisanya pada suatu akhir tahun fiskal
atau tahun kalender, sehingga neraca sering disebut sebagai balance sheet.
Laporan neraca terdiri dari tiga bagian utama, yaitu aktiva, hutang dan modal Munawir, 2007. Aktiva merupakan kekayaan perusahaan
baik yang berwujud Tangible Assets maupun yang tidak berwujud Intangible Assets
. Aktiva dibagi menjadi aktiva lancar dan aktiva tetap. Menurut Munawir 2007, yang termasuk kelompok aktiva lancar
adalah : 1.
Kas, uang tunai yang dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan. Uang tunai yang dimiliki oleh perusahaan, tetapi sudah
ditentukan penggunaannya misalnya uang kas yang disisihkan untuk tujuan pelunasan hutang obligasi, untuk pembelian aktiva tetap atau
untuk tujuan-tujuan lain tidak dapat dimasukkan dalam pos kas. Termasuk dalam pengertian kas adalah cek yang diterima dari para
langganan dan simpanan perusahaan di bank dalam bentuk giro atau demand deposit,
yaitu simpanan di bank yang dapat di ambil kembali
dengan menggunakan cek atau bilyet setiap saat diperlukan perusahaan.
2. Investasi jangka pendek surat-surat berharga atau marketable
securities , adalah investasi yang sifatnya sementara atau jangka
pendek dengan maksud untuk memanfaatkan uang kas yang untuk sementara belum dibutuhkan dalam operasi. Syarat utama agar dapat
dimasukkan dalam investasi jangka pendek adalah bahwa investasi itu harus bersifat marketable,
artinya setiap saat perusahaan membutuhkan uang, investasi itu dapat segera dijual dengan harga
yang pasti. Yang termasuk dalam investasi jangka pendek adalah deposito di bank, surat-surat berharga yang berwujud saham, obligasi,
sertifikat bank dan investasi lain yang mudah diperjualbelikan. 3.
Piutang wesel, adalah tagihan perusahaan kepada pihak lain yang dinyatakan dalam suatu wesel atau perjanjian yang diatur dalam
Undang-Undang. 4.
Piutang dagang, adalah tagihan hutang kepada pihak lain kepada kreditor atau langganan sebagai akibat adanya penjualan barang
dagangan secara kredit. Pada dasarnya piutang bisa timbul tidak hanya karena penjualan barang dagangan secara kredit, piutang karena
adanya penjualan saham secara angsuran, atau adanya uang muka untuk pembelian atau kontrak kerja lainnya.
5. Persediaan, untuk perusahaan perdagangan yang dimaksud dengan
persediaan adalah semua barang-barang yang diperdagangkan yang sampai tanggal neraca masih digudang atau belum laku dijual. Untuk
perusahaan manufaktur, maka persediaan yang dimiliki meliputi persediaan barang mentah, persediaan barang dalam proses, dan
persediaan barang jadi. 6.
Piutang penghasilan atau penghasilan yang masih harus diterima, adalah penghasilan yang sudah menjadi hak perusahaan karena
perusahaan telah memberikan jasa atau prestasinya, tetapi belum diterima pembayarannya sehingga merupakan tagihan.
7. Persekot atau biaya yang dibayar dimuka, adalah pengeluaran untuk
memperoleh jasa atau prestasi dari pihak lain, tetapi pengeluaran itu belum menjadi biaya karena jasa atau prestasi dari pihak lain itu
belum dinikmati oleh perusahaan pada periode ini melainkan peruode berikutnya.
Menurut Munawir 2007, yang dimaksud dengan aktiva tidak lancar adalah aktiva yang mempunyai umur kegunaan relatif permanen
atau jangka panjang atau mempunyai umur ekonomis lebih dari satu tahun atau tidak akan habis dalam satu kali perputaran operasi
perusahaan. Aktiva tidak lancar ini terdiri dari : 1.
Investasi jangka panjang, investasi atau penyertaan ini biasanya merupakan bentuk penanaman dana perusahaan kepada perusahaan
lain dalam jangka panjang. Penyertaan dapat dilakukan dalam bentuk saham, obligasi atau surat berharga lain. Meskipun penyertaan ini
biasanya dalam bentuk kepemilikan saham atau obligasi, tetapi berbeda dengan surat berharga efek pada kelompok aktiva lancar,
dalam surat berharga efek. Saham atau obligasi hanya dipegang untuk jangka pendek satu tahun kurang, sedangkan investasi atau
penyertaan untuk jangka panjang. 2.
Aktiva tetap berwujud, adalah kekayaan yang dimiliki perusahaan yang fisiknya nampak atau konkrit. Syarat lain untuk dapat
diklasifikasikan sebagai aktiva tetap selain aktiva itu dimiliki perusahaan juga harus digunakan dalam operasi yang bersifat
permanen aktiva tersebut mempunyai umur kegunaan jangka panjang atau tidak akan habis dipakai dalam satu periode kegiatan
perusahaan. Kelompok aktiva ini meliputi tanah, bangunan, kendaraan dan perlengkapan atau alat-alat lainnya.
3. Aktiva tidak berwujud, adalah kekayaan perusahaan yang secara fisik
tidak nampak, tetapi merupakan suatu hak yang mempunyai nilai dan dimiliki oleh perusahaan untuk digunakan dalam kegiatan perusahaan.
Yang termasuk aktiva tetap tidak berwujud ini meliputi hak cipta, merk dagang, lisensi dan sebagainya.
4. Beban yang ditangguhkan, adalah menunjukkan adanya pengeluaran
atau biaya yang mempunyai manfaat jangka panjang lebih dari satu tahun, atau suatu pengeluaran yang akan dibebankan juga pada
periode-periode berikutnya. Yang termasuk kelompok ini antara lain adalah biaya pemasaran, biaya pembukaan perusahaan, biaya
penelitian dan sebagainya. 5.
Aktiva lain-lain, adalah menunjukkan kekayaan atau aktiva perusahaan yang tidak dapat atau belum dapat dimasukkan dalam
klasifikasi-klasifikasi sebelumnya, misalnya gedung dalam proses, tanah dalam penyelesaian, piutang jangka panjang dan sebagainya.
Menurut Munawir 2007, hutang adalah semua kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain yang belum terpenuhi, dimana
hutang ini merupakan sumber dana atau modal perusahaan yang berasal dari kreditor. Hutang atau kewajiban dapat dibedakan kedalam hutang
lancar hutang jangka pendek dan hutang tidak lancar hutang jangka panjang. Hutang lancar atau hutang jangka pendek adalah kewajiban
keuangan perusahaan yang pelunasannya atau pembayaran akan dilakukan dalam jangka pendek satu tahun sejak tanggal neraca dengan
menggunakan aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan. Hutang lancar meliputi antara lain :
1. Hutang dagang, adalah hutang yang timbul karena adanya pembelian
barang dagangan secara kredit. 2.
Hutang wesel, adalah hutang yang disertai dengan janji tertulis yang diatur dengan Undang-Undang untuk melakukan pembayaran
sejumlah tertentu pada waktu tertentu di masa yang akan datang. 3.
Hutang pajak, baik pajak untuk perusahaan yang bersangkutan maupun Pajak Pendapatan Karyawan yang belum disetorkan ke kas
negara. 4.
Biaya yang masih harus dibayar, adalah biaya-biaya yang sudah terjadi tetapi belum dilakukan pembayarannya.
5. Hutang jangka panjang yang segera jatuh tempo, adalah sebagian atau
seluruh hutang jangka panjang yang sudah menjadi hutang jangka pendek karena harus segera dilakukan pembayarannya.
6. Penghasilan yang diterima dimuka, adalah penerimaan uang untuk
penjualan barang atau jasa yang belum direalisir. Sedangkan hutang jangka panjang adalah kewajiban keuangan
yang jangka waktu pembayarannya atau jatuh temponya masih panjang atau lebih dari satu tahun tanggal neraca yang meliputi hutang obligasi,
hutang hipotok hutang yang dijamin dengan aktiva tetap tertentu, dan pinjaman jangka panjang lain Munawir, 2007.
Komponen neraca lainnya adalah modal. Modal adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan yang ditunjukkan dalam
pos modal modal saham, surplus dan laba ditahan. Atau kelebihan nilai aktivayang dimiliki oleh perusahaan terhadap seluruh hutang-hutangnya
Munawir, 2007.
2.2.2. Laporan Rugi Laba
Menurut Rahardjo 2003, laporan rugi laba income statement merupakan laporan mengenai kemajuan perusahaan. Pada dasarnya
laporan rugi laba memberitahu apa yang diperoleh perusahaan tahun ini, apakah laba atau rugi, dan berapa banyak laba atau kerugiannya. Laporan
ini menggambarkan kemajuan usaha perusahaan selama satu periode tertentu atau selama satu tahun buku.
Menurut Munawir 2007, laporan rugi laba adalah suatu laporan yang sistematis tentang penghasilan, biaya, rugi laba yang diperoleh oleh
suatu perusahaan selama periode tertentu. Walaupun belum ada keseragaman tentang susunan laporan rugi laba bagi tiap-tiap perusahaan,
namun prinsip-prinsip yang umumnya diterapkan adalah sebagai berikut : 1.
Bagian pertama menunjukkan penghasilan yang diperoleh dari usaha pokok perusahaan penjualan barang dagangan atau memberikan
service diikuti dengan harga pokok dari barang atau service yang dijual sehingga diperoleh laba kotor.
2. Bagian kedua menunjukkan biaya-biaya operasional yang terdiri dari
biaya penjualan dan biaya umum administrasi. 3.
Bagian ketiga menunjukkan hasil-hasil yang diperoleh di luar operasi pokok perusahaan yang diikuti dengan biaya-biaya yang
terjadi diluar usaha pokok perusahaan. 4.
Bagian keempat menunjukkan laba atau rugi yang insidentil sehingga akhirnya diperoleh laba bersih sebelum pajak pendapatan.
2.3. Analisis Laporan Keuangan
Setelah laporan keuangan disusun berdasarkan data yang relevan, serta dilakukan dengan prosedur akuntansi dan penilaian yang benar,
akan terlihat kondisi keuangan perusahaan yang sesungguhnya. Kondisi keuangan yang dimaksud adalah diketahuinya berapa jumlah harta
kekayaan, kewajiban utang serta modal ekuitas dalam neraca yang dimiliki. Kemudian juga akan diketahui jumlah pendapatan yang diterima
dan jumlah biaya yang dikeluarkan selama periode tertentu Kasmir, 2008.
Menurut Harahap 2004, analisis laporan keuangan merupakan suatu kegiatan untuk menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi
unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain
baik antara data kuantitatif maupun data non kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting
dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat. Analisis keuangan diperlukan oleh berbagai pihak, seperti para
pemegang saham atau investor, kreditor, dan para manajer karena melalui hasil analisis keuangan mereka akan lebih mengetahui posisi perusahaan
yang bersangkutan dari pada perusahaan lainnya dalam satu kelompok industri. Dalam hal ini terdapat tiga macam alat analisis keuangan suatu
perusahaan, yakni analisis horizontal, analisis vertikal dan analisis rasio Moeljadi, 2006.
Menurut Munawir 2007, dalam menganalisa dan menilai posisi keuangan dan potensi-potensi kemajuan perusahaan, faktor utama yang
perlu diperhatikan adalah : 1.
Likuiditas, adalah menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih. Perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban
keuangannya tepat pada waktunya berarti perusahaan tersebut dalam keadaan “likuid”, dan perusahaan dikatakan mampu memenuhi
kewajiban keuangan tepat pada waktunya apabila perusahaan tersebut mempunyai alat pembayaran ataupun aktiva lancar yang lebih besar
daripada hutang lancarnya atau hutang jangka pendek. Sebaliknya kalau perusahaan tidak dapat segera memenuhi kewajiban
keuangannya pada saat ditagih jatuh tempo, berarti perusahaan tersebut dalam keadaan “ilikuid”. Dengan demikian likuiditas,
diartikan sebagai kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek yang jatuh tempo.
Kewajiban keuangan suatu perusahaan pada dasarnya dapat digolongkan menjadi dua, yaitu kewajiban keuangan yang
berhubungan dengan pihak luar perusahaan kreditur dan kewajiban perusahaan yang berhubungan dengan proses produksi intern
perusahaan. Kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan yang berhubungan dengan pihak luar atau kreditur
dinamakan “likuiditas badan usaha”, sedangkan yang berhubungan dengan pihak intern atau proses produksi seperti membayar upah
buruh, membeli bahan baku dinamakan “likuiditas perusahaan”. 2.
Solvabilitas, menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasikan,
baik keuangan jangka pendek maupun jangka panjang. Suatu perusahaan dikatakan solvabel jika perusahaan tersebut
mempunyai kekayaan atau aktiva yang cukup untuk membayar semua hutang-hutangnya, sebaliknya apabila jumlah aktiva tidak cukup atau
lebih kecil daripada jumlah hutangnya, berarti perusahaan tersebut dalam keadaan insolvabel.
Baik perusahaan yang insolvabel maupun yang likuid menunjukkan keadaan keuangan yang kurang baik karena kedua-duanya pada suatu
waktu akan menghadapi kesulitan keuangan. Perusahaan yang ilikuid akan segera mengalami kesulitan keuangan walaupun perusahaan
tersebut dalam keadaan solvabel, sebaliknya kalau perusahaan dalam keadaan insolvabel terapi likuid tidak akan segera mengalami
kesulitan keuangan dan kesulitan keuangan baru timbul kalau perusahaan itu dibubarkan.
3. Profitabilitas, adalah menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba selama periode tertentu. Profitabilitas suatu perusahaan diukur dengan kesuksesan perusahaan dan kemampuan
menggunakan aktivanya secara produktif. Dengan demikian profitabilitas suatu perusahaan dapat diketahui dengan
memperbandingkan antara laba yang diperoleh dalam suatu periode dengan jumlah aktiva atau jumlah modal perusahaan tersebut.
4. Aktivitas usaha, adalah menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
melakukan usahanya dengan stabil yang diukur dengan mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk membayar beban
bunga atas hutang-hutangnya dan akhirnya membayar kembali hutang-hutang tersebut tepat pada waktunya, serta kemampuan
perusahaan untuk membayar deviden secara teratur kepada para pemegang saham tanpa mengalami hambatan dan krisis keuangan.
Faktor-faktor tersebut dapat diketahui dengan cara menganalisa atau menginterpretasikan laporan keuangan perusahaan yang
bersangkutan. Analisa laporan keuangan terdiri dari penelaahan atau mempelajari hubungan-hubungan dan tendensi atau kecenderungan
trend untuk menentukan posisi keuangan dan hasil operasi serta perkembangan perusahaan yang bersangkutan.
2.3.1. Analisis Trend Analisis Horizontal
Menurut Munawir 2007, analisis trend adalah analisis yang membandingkan pos-pos laporan keuangan untuk beberapa periode
akuntansi dengan menggunakan tahun dasar. Analisis trend mempelajari pergerakan pos-pos tertentu dari suatu laporan keuangan perusahaan
selama beberapa tahun atau periode akuntansi berturut-turut. Dari analisis ini akan tampak pos-pos yang mengalami kecenderungan arah yang
meningkat, menurun atau tetap. Analisis ini menggunakan angka indeks berupa persentase sehingga analisis ini sering juga disebut analisis
indeks. Untuk dapat menghitung trend yang dinyatakan dalam persentase
dibutuhkan satu tahun yang dijadikan sebagai tahun dasar. Tahun dasar ini diperlukan sebagai dasar perhitungan yang akan dibuat dalam bentuk
persentase. Biasanya data laporan keuangan dari tahun yang paling awal dari deretan laporan keuangan yang dianalisa dianggap sebagai tahun
dasar. Tiap-tiap pos yang terdapat dalam laporan keuangan yang dipilih
sebagai tahun dasar diberikan angka indeks 100, sedangkan pos-pos yang sama dari periode yang dianalisa dihubungkan dengan pos yang sama
dalam laporan keuangan tahun dasar dengan cara membagi jumlah rupiah tiap-tiap pos dalam periode yang dianalisis dengan jumlah rupiah dari
pos yang sama dalam laporan keuangan tahun dasar. Jadi trend yang dimaksud adalah menunjukkan hubungan antara masing-masing pos satu
tahun dengan tahun dasarnya Munawir, 2007.
2.3.2. Analisis Peramalan Forecasting
Meramalkan dalam manajemen keuangan digunakan untuk memperkirakan kebutuhan keuangan dimasa yang akan datang. Hal ini
dilakukan untuk mengantsipasi kebutuhan pembiayaan masa depan perusahaan Keown, et al, 2008.
Peramalan atau forecasting adalah seni dan ilmu untuk memperkirakan kejadian dimasa depan Heizer dan Render, 2006. Hal
ini dapat dilakukan dengan melibatkan pengambilan data masa lalu dan
menempatkannya ke masa yang akan datang dengan suatu bentuk model matematis. Bisa juga merupakan prediksi intusisi yang bersifat subjektif
atau bisa juga menggunakan kombinasi model matematis yang disesuaikan dengan pertimbangan yang baik dari seorang manajer.
2.3.3. Analisis Persentase Per Komponen Common Size Percentage atau
Analisis Vertikal
Menurut Munawir 2007, analisis persentase per komponen adalah suatu metode analisis untuk mengetahui persentase investasi pada
masing-masing aktiva terhadap total aktivanya, juga untuk mengetahui struktur permodalannya dan komposisi perongkosan yang terjadi
dihubungkan dengan penjualannya. Analisis ini merupakan pelengkap bagi analisis rasio dan dapat memberikan gambaran tentang perubahan
yang terjadi dalam masing-masing pos dari tahun ke tahun dalam hubungannya dengan total aktiva atau total hutang atau total penjualan
dan analisis ini dilakukan secara vertikal dengan membandingkan pos- pos laporan keuangan dalam satu periode yang sama.
Menurut Munawir 2007, metode untuk merubah jumlah-jumlah rupiah dalam suatu laporan keuangan menjadi persentase-persentase
dapat dilakukan sebagai berikut : 1.
Nyatakan total aktiva, total pasiva, serta total penjualan netto masing- masing dengan 100
2. Hitunglah rasio dari tiap-tiap pos atau komponen dalam laporan
tersebut dengan cara membagi jumlah rupiah dari masing-masing pos aktiva dengan total aktivanya, jumlah rupiah masing-masing pos
pasiva dengan total pasivanya dan masing-masing pos rugi laba dengan total penjualan nettonya dikalikan 100.
2.3.4. Analisis Rasio
Menurut Sawir 2005, untuk menilai kinerja keuangan perusahaan, diperlukan tolak ukur berupa rasio atau indeks yang menghubungkan
antara data yang satu dengan yang lainnya. Analisis dan interpretasi dari bermacam-macam rasio dapat memberikan pandangan yang lebih baik
mengenai kinerja keuangan dan prestasi perusahaan.
Rasio keuangan dapat membantu dalam mengidentifikasi beberapa kekuatan dan kelemahan keuangan perusahaan Keown, et al, 2008.
Rasio keuangan memberikan dua cara untuk membuat perbandingan dari data keuangan perusahaan menjadi lebih berarti yakni pertama, dapat
meneliti rasio antar waktu untuk mengetahui arah pergerakannya; kedua, dapat memperbandingkan rasio keuangan perusahaan dengan perusahaan
lain. Analisis ini mencakup empat kelompok analisis yang meliputi
analisis likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, dan aktivitas Munawir, 2007. Alat analisis rasio ini dapat memberikan gambaran mengenai baik
buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan apabila angka rasio tersebut dibandingkan dengan angka pembanding yang digunakan
sebagai standar.
a. Rasio Likuiditas
Menurut Munawir 2007, likuiditas didefinisikan sebagai kemampuan perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajiban
keuangannya yang sudah jatuh tempo. Jadi, analisis likuiditas menunjukkan apakah perusahaan mampu memenuhi kewajiban
keuangannya yang akan jatuh tempo. Analisis rasio ini dapat digunakan untuk menganalisis dan menginterpretasikan posisi keuangan jangka
pendek, serta membantu manajemen untuk mengecek efisiensi modal kerja yang digunakan dalam perusahaan.
Suatu perusahaan dikatakan mempunyai posisi keuangan yang kuat apabila mampu memenuhi kewajiban-kewajiban yang harus dibayar tepat
pada waktunya, memelihara modal kerja yang cukup untuk operasi normal, membayar bunga dan deviden yang dibutuhkan dan memelihara
tingkat kredit yang menguntungkan. Analisis likuiditas pada umumnya diukur dengan menggunakan rasio berikut :
1. Rasio Lancar Current Ratio
Rasio lancar menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar. Rasio lancar
yang rendah menunjukkan bahwa dalam perusahaan terdapat masalah
likuiditas. Namun rasio lancar yang tinggi menunjukkan ketidakmampuan perusahaan dalam mengoptimalkan aktiva yang ada
untuk menghasilkan laba Sawir, 2005. 2.
Rasio Cepat Quick Ratio Rasio cepat menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk
memenuhi kewajiban-kewajibannya dengan tidak memperhitungkan persediaan. Menurut Sawir 2005, persediaan merupakan unsur aktiva
lancar yang tingkat likuiditasnya rendah sehingga sulit untuk direalisasikan menjadi uang kas dalam waktu yang singkat. Jadi rasio ini
dinilai lebih baik dalam mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
b. Analisis Solvabilitas