Fourier Transform Infrared FTIR

Dari Gambar 5 dapat dilihat bahwa jika dua berkas sinar-X jatuh pada bidang P 1 dan P 2 yang terpisah sejauh d, maka akan terbentuk sudut θ terhadap bidang yang menumbuk titik A dan C. Kedua berkas akan mencapai maksimum apabila mempunyai fasa yang sama. Analisis XRD menggunakan perangkat difraktometer yang terdiri atas X-ray tube, collimating slits , sample holder dan detektor. X-ray tube berada dalam kondisi vakum yang berperan untuk menghasilkan sinar-X. Sinar- X yang telah melewati collimating slits akan mengarah ke sampel yang diletakkan di dalam sample holder . Ketika sampel atau detektor diputar, maka intensitas dari sinar-X pantul akan direkam. Jika geometri dari peristiwa sinar-X tersebut memenuhi persamaan Bragg, maka akan terjadi interferensi konstruktif dan membentuk suatu puncak. Detektor merekam dan memproses hasil difraksi dan mengubahnya menjadi pola difraksi yang dikeluarkan pada layar komputer. Perangkat difraktometer tersebut dapat diperlihatkan pada Gambar 6.

2.4 Fourier Transform Infrared FTIR

Spektroskopi inframerah Fourier Transform Infrared FTIR merupakan instrumen yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi kandungan gugus kompleks dalam senyawa kalsium fosfat, tetapi tidak dapat digunakan untuk menentukan unsur – unsur penyusunnya. Dalam hal ini metode spektroskopi yang digunakan adalah metode spektroskopi absorbsi, yang didasarkan pada perbedaan penyerapan radiasi inframerah oleh molekul suatu materi. Absorbsi inframerah oleh suatu materi dapat terjadi jika adanya kesesuaian antara frekuensi radiasi inframerah dengan frekuensi vibrasional molekul sampel dan perubahan momen dipole selama bervibrasi. 19 Komponen utama spektroskopi FTIR adalah interferometer Michelson yang berperan untuk menguraikan radiasi inframerah menjadi komponen-komponen frekuensi. Setiap molekul memiliki energi tertentu untuk bervibrasi. Hal ini bergantung pada atom-atom dan kekuatan ikatan yang menghubungkannya. Pada senyawa kalisum fosfat, gugus fungsi yang dapat diamati yaitu gugus PO 4 , gugus CO 3 dan gugus OH. Gugus PO 4 memiliki 4 mode vibrasi, yaitu:  Vibrasi stretching ν 1 , dengan bilangan gelombang sekitar 956 cm -1 . Pita absorpsi ν 1 ini dapat dilihat pada bilangan gelombang 960 cm -1  Vibrasi bending ν 2 , dengan bilangan gelombang sekitar 363 cm -1  Vibrasi asimetri stretching ν 3 , dengan bilangan gelombang sekitar 1040 sampai 1090 cm -1 . Pita absorpsi ν 3 ini mempunyai dua puncak maksimum, yaitu pada bilangan gelombang 1090 cm -1 dan 1030 cm -1 .  Vibrasi antisimetri bending ν 4 , dengan bilangan gelombang sekitar 575 sampai 610 cm -1 Bentuk pita ν 3 dan ν 4 yang tidak simetri membuktikan bahwa senyawa kalsium fosfat tidak semuanya dalam bentuk amorf. Spektrum senyawa kalsium fosfat juga dapat diteliti pada pita ν 4 , yang terbelah dengan bilangan gelombang maksimum 562 cm -1 dan 602 cm -1 . Pita absorpsi OH - dapat juga terlihat dalam spektrum kalsium fosfat, yaitu sekitar 3576 cm -1 dan 632 cm -1 sedangkan pita absorpsi CO 3 karbonat terlihat pada bilangan gelombang 1545, 1450, dan 890 cm -1 . 20 Timbulnya karbonat ini juga akan berpengaruh dalam proses presipitasi dan kristalisasi pada senyawa kalsium fosfat. 21 Gambar 6 Perangkat difraktometer. 18

2.5 Atomic Absorption Spectroscopy AAS