beramplitudo rendah frekuensi lebih tinggi dan berkaitan dengan efek fisik medium pada gelombang dan biasanya disebut “gelombang energi rendah” atau
“ultrasonik frekuensi tinggi”. Biasanya, gelombang amplitudo rendah digunakan dalam tujuan analisis untuk mengukur kecepatan dan koefisien absorpsi
gelombang dalam medium pada rentang 2 sampai 10 MHz. Yang kedua adalah gelombang energi tinggi frekuensi rendah, yang dikenal dengan “ultrasonik
energi tinggi” dan terletak antara 20 – 100 KHz. Jenis kedua ini digunakan untuk pembersihan, pembentukan plastik, dan yang terbaru adalah untuk sonokimia
Mason et al. 2002 dalam Komariah 2010. Efek kimia dari gelombang ultrasonik, tidak secara langsung berinteraksi
dengan molekul – molekul untuk menginduksi suatu perubahan kimiawi. Ini karena panjang gelombang ultrasonik yang terlalu panjang jika dibandingkan
dengan panjang gelombang molekul – molekul. Interaksi gelombang ultrasonik dengan molekul – molekul terjadi melalui media perantara berupa cairan.
Gelombang yang dihasilkan oleh tenaga listrik lewat tranduser diteruskan oleh media cair ke medan yang dituju melalui fenomena kavitasi akustik
Wardiyati et al. 2004 dalam Wulandari 2010, yang menyebabkan terjadinya temperatur dan tekanan lokal ektrem dalam cairan dimana reaksi terjadi.
2.7 Pengeringan Semprot spray drying
Metode pengerinagn semprot spray drying merupakan metode yang paling mudah dan sederhana untuk mengenkapsulasi suatu bahan karena larutan suspensi
yang akan dinanoenkapsulasi cukup dimasukkan ke dalam alat pengering semprot dengan serbuk nanokapsul sebagai produk. Metode ini dapat dilakukan melalui
beberapa tahap, yaitu 1 produk yang berupa cairan didispersikan dalam penyemprot sprayer, 2 kontak antara semprotan dengan udara panas, 3
pengeringan semprotan, dan 4 pemisahan antara produk kering aliran serbuk bebas dan udara.
Keuntungan nanoenkapsulasi dengan metode pengeringan semprot ini diantaranya ialah 1 meningkatkan stabilitas serbuk, 2 teknik yang dapat
dipercaya, 3 biaya yang murah, 4 menghasilkan serbuk berupa mikrokapsul yang kecil, 5 teknik yang ramah, terhindar dari penggunaan pelarut organik, 6
dilakukan satu tahap, atau dengan kata lain prosesnya sinambung continuous, dan 7 merupakan metode yang fleksibel, dapat digunakan untuk enkapsulasi
polimer – polimer yang berbeda dan suhu berbeda Yundhana 2008.
2.8 Scanning Electron Microscopy SEM
Mikroskop merupakan alat untuk melihat benda yang berukuran kecil mm. Salah satu jenis mikroskop adalah SEM scanning electron microscopy. Scanning
Electron Microscopy SEM menggunakan elektron dan cahaya tampak sebagai
sumber cahayanya. Elektron menghasilkan gelombang yang lebih pendek dibandingkan cahaya foton dengan ukuran 0,1 nm dan menghasilkan gambar
dengan resolusi yang lebih baik Lee 1993 dalam Rini 2010. Scanning electron microscopy SEM menghasilkan gambar dari suatu
permukaan spesimen dengan kedalaman fokus 500 kali lebih besar dibandingkan mikroskop cahaya. Gambar yang dihasilkan memiliki fokus yang baik pada
kedalaman spesimen, sehingga gambar yang dihasilkan berupa bentuk tiga dimensi spesimen. Hal ini disebabkan oleh ketajaman pancaran elektron yang
menyinari spesimen. Mikroskop SEM memiliki perbesaran hingga 50.000 kali Fujita et al. dalam Rini 2010.
Mikroskop SEM memiliki lensa yang berbeda dengan mikroskop cahaya. Bagian electron gun berfungsi memancarkan elektron. Condensing lenses
berfungsi untuk memantulkan elektron. Lensa yang berdekatan dengan sampel adalah lensa objek. Pancaran elektron yang mengenai permukaan sampel
diteruskan oleh detektor, sehingga penampakan permukaan sampel dapat terlihat pada monitor Chandler 1980 dalam Rini 2010.
Elektron bermuatan negatif sehingga untuk mengamati permukaan sampel, diperlukan pelapis sampel yang bersifat konduktor. Pelapis yang umumnya
digunakan antara lain platina, emas, dan perak. Namun, platina relatif mahal dibandingkan dengan emas dan perak. Perak memiliki harga yang relatif lebih
murah dibandingkan dengan platina dan emas, namun memiliki daya konduktor yang kurang baik. Sehingga emas lebih banyak digunakan sebagai pelapis sampel
Lee 1993 dalam Rini 2010.
2.9 FTIR Fourier Transform InfraRed