Rendemen Kitosan Karakteristik nano kitosan cangkang udang vannamei (Litopenaeus vannamei) dengan metode gelasi ionik

kadar abu yang diteliti oleh Ravichandran et al. 2009 sebesar 21,5 bk. Perbedaan nilai kadar abu diduga dapat disebabkan oleh perbedaan hábitat dan lingkungan hidup. Hasil perhitungan kadar karbohidrat dengan metode by difference menunjukkan bahwa cangkang udang vannamei mengandung karbohidrat sebesar 31,75. Hasil perhitungan karbohidrat dengan metode by difference ini merupakan metode penentuan kadar karbohidrat dalam bahan pangan secara kasar, dimana serat kasar juga terhitung sebagai karbohidrat Winarno 2008.

4.2 Rendemen Kitosan

Rendemen kitosan ditentukan berdasarkan persentase berat kitosan yang dihasilkan terhadap bahan baku kulit udang kering dengan lamanya waktu perendaman HCl. Rendemen kitosan dari kulit udang yang diperoleh dengan perlakuan waktu perndaman HCl 1 N selama 0 jam, 24 jam, 48 jam, dan 72 jam tertera pada Tabel 4 dan Gambar 5. Tabel 4 Rendemen kitosan dari cangkang udang terhadap lamanya waktu perendaman HCl 1 N No. Perlakuan Jam Rendemen + stdev 1. 11,57 ± 0,14 2. 24 12,00 ± 0,7 3. 48 13,20 ± 0,37 4 72 13,50 ± 0,37 Rendemen yang diperoleh untuk setiap perlakuan 11,43 - 13,87. Hasil percobaan Suptijah et al. 1992 menunjukkan rendemen kitin kitosan yang diperoleh dari limbah udang 20 - 30. Perlakuan waktu perendaman HCl 1 N yang berbeda memberikan pengaruh terhadap rendemen kitosan tersebut. Perlakuan dengan perendaman HCl 1 N 72 jam menghasilkan rendemen tertinggi yakni sebesar 13,50. Perlakuan waktu perendaman HCl 1 N 0 jam menghasilkan rendemen terendah yakni sebesar 11,57 . Hal ini dipengaruhi oleh kadar air pada kitosan tersebut yang relatif rendah yakni sebesar 5,09 . Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 7. Grafik rendemen kitosan menurut waktu perendaman dengan HCl dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5 Grafik rendemen kitosan terhadap pengaruh waktu perendaman HCl Perlakuan perendaman dengan HCl 1 N yang berbeda memberikan pengaruh terhadap rendemen kitosan. Mineral memiliki sifat larut asam, oleh karena itu perendaman cangkang udang dengan HCl 1 N menyebebkan mengembangnya matrik cangkang udang sehingga memudahkan pelarut masuk ke dalaam matriks. Berdasarkan hal tersebut, waktu perendaman retention time kulit udang di dalam larutan HCl 1 N akan mempengaruhi penurunan kadar mineral pada proses pembuatan kitin. Semakin lama waktu perendaman, maka akan menghasilkan semakin banyak rendemen dari kitosan. Hal ini dikarenakan, perendaman menyebabkan terbukanya pori-pori cangkang udang yang maksimal, sehingga ruang-ruang yang terbentuk memudahkan dicapai oleh pengestrak HCl, dengan demikian mineral mudah terlepas atau terekstrak dengan optimum Suptijah 1992 dalam Ariesta 2008.

4.3 Mutu kitosan