1.2 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk - Mendapatkan rendemen kitosan tertinggi akibat pengaruh lama waktu
perendaman HCl. - Menentukan proses gelasi ionik terbaik dengan berbagai perlakuan sizing.
- Menentukan karakteristik nanopartikel yang meliputi morfologi, efisiensi, dan ukuran nanopartikel dengan SEM.
- Menganalisis karakteristik partikel kitosan yang dilakukan dengan metode gelasi ionik menggunakan Fourier Transform InfraRed FTIR dan
Scanning Electron Microscopy SEM.
- Menentukan metode pembuatan kitosan yang sederhana, dapat diterapkan dengan mudah di laboratorium.
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komposisi Kimia Kulit Udang
Untuk kebutuhan ekspor udang beku, bagian tubuh udang yang dibekukan adalah bagian badan abdomen hingga ekor uropod. Bagian kepala dan dada
cephaloporax yang dibungkus oleh kulit udang keras merupakan bagian yang dibuang oleh industri pembekuan udang. Kulit udang mengandung
25-40 protein, 30-50 kalsium karbonat dan 15-20 kitin serta komponen lain sebagaimana tercantum pada Tabel 1.
Tabel 1 Komposisi kimia kulit udang Penaeus sp. Komposisi
Jumlah Air
12,86 Protein
32,75 Lemak
2,04 Abu
37,24 Karbohidrat
36,96 Kalsium
13,29 Magnesium
0,85 Fosfor
1,84 Besi
0,02 Mangan
0,0003 Kitin
18 Kalium
0,37 Tembaga
0,005 Natrium
0,436 Seng
0,005 Sulfur
0,419
Sumber: Arlius 1991 dalam Maulana 2007
Limbah udang merupakan bahan yang mudah busuk karena adanya proses degradasi oleh bakteri pembusuk dan enzim yang berjalan dengan cepat. Hal ini
menyebabkan menurunya mutu komponen yang terdapat dalam limbah, sehingga apabila komponen tersebut rusak maka akan mengahsilkan produk yang bermutu
rendah. Oleh karena itu perlu diupayakan penanganan limbah yang baik agar tidak cepat terdegradasi dengan tujuan untuk memperoleh produk yang lebih baik
Suptijah et al. 1992 dalam Maulana 2007.
2.2 Karakteristik
2.2.1 Kitosan
Kitosan adalah jenis polimer alami yang dihasilkan dari proses deasetilasi kitin. Kitosan mempunyai sifat yang khas yakni bioaktifis, biodegradasi dan tidak
beracun. Kitosan merupakan jenis polimer alam yang mempunyai rantai tidak linier dan mempunyai rumus C
6
H
11
NO
4
n. Mempunyai sifat tidak berbau,berwarna putih dan
terdiri dari dua jenis polimer yaitu poli 2-deoksi,2-asetilamin,2-glukosa dan poli2-deoksi,2- amino glukosa yang
berikatan secara beta 1,4. Kitosan larut dalam pelarut organik, HCl encer, HNO
3
encer, dan H
3
PO
4
0,5, tetapi tidak larut dalam basa kuat dan H
2
SO
4
. Sifat kelarutan kitosan ini dipengaruhi oleh bobot molekul dan derajat deasetilasi.
Bobot molekul kitosan beragam, bergantung pada degradasi yang terjadi selama proses deasetilasi Sugita 2010. Struktur kitosan dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Struktur kitosan
Sumber: Mardliyati 2010
Parameter mutu kitosan biasanya dilihat dari nilai derajat deasetilsi, kadar air, kadar abu, bobot molekul, dan viskositas. Viskositas kitosan dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti derajat deasetilasi, bobot molekul, konsentrasi pelarut, dan suhu. Gel kitosan terjadi karena terbentuknya jaringan tiga dimensi antara molekul
kitosan yang terentang pada seluruh volume gel yang terbentuk dengan menangkap sejumlah air di dalamnya. Sifat jaringan serta interaksi molekul yang
mengikat keseluruhan gel menentukan kekuatan, stabilitas, dan tekstur gel. Untuk
memperkuat jaringan di dalam gel biasanya digunakan molekul lain yang berperan sebagai pembentuk ikatan silang Keuteur 1996.
Penggunaan suhu yang terlalu tinggi di atas 150
o
Derajat deasetilasi menyatakan banyaknya gugus amino bebas dalam polisakarida. Kitosan merupakan kitin dengan derajat deasetilasi lebih dari 70.
Deasetilasi adalah proses pengubahan gugus asetil -NHCOCH C menyebabkan
pemecahan ikatan polimer depolimerisasi rantai molekul kitosan sehingga menurunkan berat molekulnya. Kitosan dengan berat molekul rendah akan lebih
tepat diterapkan sebagai antibakteri, antifungi, antioksidan dan antitumor. Kitosan menunjukkan sifat-sifat polimer biomedis misalnya nono-toksik, biokompatibel,
dan biodegradable. Struktur kitosan yang mirip dengan selulosa dan kemampuanya membentuk gel dalam suasana asam, membuat kitosan memiliki
sifat-sifat sebagai matriks dalam sistem pengantar obat Sutriyo et al. 2005. Kitosan biasa dipakai sebagai pengantar obat berdasarkan kekuatan mekanik dan
keteruraian hayatinya yang lambat. Kitosan berbentuk gel atau lembaran telah digunakan sebagai pengantar obat yang merupakan zat antikanker
Dhanikula et al. 2004.
3
dan rantai molecular kitin menjadi gugus amina lengkap -NH
2
Tabel 2 Spesifikasi kitosan niaga pada kitosan dengan
penambahan NaOH konsentrasi tinggi. Kemampuan kitosan bergantung pada derajat kimia reaktif yang tinggi gugus aminonyaKusumaningsih et al. 2004
dalam April 2008.
No Parameter Ciri
1 Ukuran partikel
Serbuk sampai bubuk 2
Warna Putih kelabu
3 Kelarutan
97 dalam 1 asam asetat 4
Kadar abu ≤ 2,0
5 Kadar air
≤ 10,0 6
Warna Larutan Tak berwarna
7 N-deasetilasi
≥70,0
Sumber: Kencana 2009
2.2.2 Nano Kitosan
Nano kitosan yaitu kitosan yang memiliki pertikel yang berbentuk padat dengan ukuran sekitar 10 – 1000 nm. Kitosan dalam bentuk nanopartikel ini pun
bersifat netral, tidak toksik, dan memiliki stabilitas yang konstan. Nanopartikel ini digunakan dalam berbagai rute aplikasi parental, mucosal misal oral, nasal, dan
ocular mucosa yang sangat tidak invasive. Dalam sistem pengantaran obat,
nanopartikel berperan sebagai pembawa carrier dengan cara melarutkan, menjebak, mengenkapsulasi, atau menempelkan obat di dalam matriksnya. Baru-
baru ini, nanopartikel yang berasal dari bahan polimer digunakan sebagai sistem pengantaran obat yang potensial karena kemampuan penyebarannya di dalam
organ tubuh selama waktu tertentu, dan kemampuannya untuk mengantarkan protein atau peptida Mohanraj dan Chen 2006.
Nanopartikel dari bahan polimer yang biodegradable dan kompatibel merupakan salah satu perkembangan baik untuk pembawa obat karena
nanopartikel diduga terserap secara utuh di dalam system pencernaan setelah masuk ke dalam tubuh Wu et al. 2005 dalam Wahyono 2010. Tujuan utama
dalam melakukan rancangan nanopartikel sebagai sistem pengantar obat adalah untuk mengatur ukuran partikel, sifat-sifat permukaan, dan pelepasan zat aktif
pada tempat yang spesifik di dalam tubuh sebagi sasaran pengobatan. Aplikasi nanoteknologi membuat revolusi baru dalam dunia industri dan diyakini
pemenang persaingan global di masa yang akan datang adalah negara-negara yang dapat menguasai nanoteknologi. Ruang lingkup nanoteknologi meliputi usaha dan
konsep untuk menghasilkan material atau bahan berskala nanometer, mengeksplorasi dan merekayasa karakteristik material atau bahan tersebut, serta
mendesain ulang material atau bahan tersebut ke dalam bentuk, ukuran dan fungsi yang diinginkan.
2.3 Gelasi ionik
Gelasi atau pembentukan gel merupakan gejala penggabungan atau pengikatan silang rantai-rantai polimer membentuk jaringan tiga dimensi yang
sinambung dan dapat memerangkap air di dalamnya menjadi suatu struktur yang kompak dan kaku yang tahan terhadap aliran bertekanan Fardiaz 1989 dalam
Latifah 2010. Gel yang dapat menahan air dalam strukturnya disebut hidrogel
Wang et al. 2004 dalam Napthaleni 2010. Hidrogel dapat diklasifikasikan menjadi hidrogel kimia dan hidrogel fisika. Contoh hidrogel kimia adalah hidrogel
kitosan yang berikatan silang secara kovalen Keuteur 1996. Larutan kitosan pada batas konsentrasi tertentu dalam asam asetat 1 dapat membentuk gel. Gel
kitosan yang terbentuk dapat diperbaiki sifatnya menurunnya waktu gelasi dan meningkatnya kekuatan mekanik gel dengan penambhan PVA Wang et al. 2004
dalam
Wahyono 2010.
Metode yang paling umum dalam pembuatan nanopartikel melalui proses gelasi ionik yaitu metode magnetic stirer, metode homogenizer ultrasonik dan
metode high speed. Banyak penelitian difokuskan untuk membuat nanopartikel dari polimer yang biodegradable: kitosan, gelatin, dan sodium alginat. Salah satu
contoh metode gelasi ionik ini adalah mencampurkan polimer kitosan dengan polianion sodium tripoliposfat yang menghasilkan interaksi antara muatan positif
pada gugus amino kitosan dengan muatan tripolifosfat. Tripolifosfat dianggap sebagai zat pengikat silang yang paling baik Mohanraj dan Chen 2006.
Proses terbentuknya kitosan nanopartikel dengan gelasi ionik dapat dilihat pada Gambar 2.
Sizing Gelasi Ionik
Chitosan solution chitosan nanoparticle
Gambar 2 Kitosan nanopartikel dengan gelasi ionik
2.4 Tripolifosfat TPP