4.3. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Padi pada Plot dengan Jarak Pematang 4 meter dan 8 meter
Pengamatan perkembangan vegetatif tanaman padi dilakukan setiap 2 minggu sekali, yaitu pada 2, 4, 6 dan 8 MST Minggu Setelah Tanam.
Pengamatan dilakukan pada 10 contoh tanaman yang dipilih secara acak pada masing-masing plot ulangan. Komponen pertumbuhan tanaman yang diamati
adalah tinggi tanaman dan jumlah batang per rumpun jumlah anakan. Tinggi tanaman diukur mulai dari permukaan tanah sampai ujung daun tertinggi pada saat
fase vegetatif, sedangkan jumlah batang yang dihitung adalah jumlah batang yang masih aktif tidak mati.
Perbandingan tinggi tanaman padi antara jarak pematang 4 m dengan jarak pematang 8 m dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Tinggi Tanaman Padi pada Jarak Pematang 4 meter dan 8 meter Berdasarkan Gambar 6, dapat ditunjukkan bahwa hasil rata-rata tinggi
tanaman padi pada jarak pematang 4 m memiliki tinggi tanaman yang lebih tinggi dari jarak pematang 8 m. Suratno 1997 menyebutkan bahwa selama masa
pertumbuhannya, sejak berkecambah sampai panen, tanaman padi terdiri dari stadia pertumbuhan vegetatif dan reproduktif. Fase vegetatif meliputi
pertumbuhan tanaman dari mulai berkecambah sampai dengan inisiasi promodia malai hari ke 0 – 60 setelah berkecambah. Fase pertumbuhan vegetatif
merupakan fase yang menyebabkan terjadinya perbedaan umur panen. Selama fase pertumbuhan vegetatif, jumlah batang bertambah dengan cepat, tanaman
bertambah tinggi dan daun tumbuh secara reguler. Oleh karena itu, pada fase ini banyak dibutuhkan hara guna menunjang pertumbuhannya.
Tabel 5. Tinggi Tanaman dan Jumlah Anakan Tanaman Padi pada Umur 8 MST
Jarak Pematang Tinggi
Tanaman cm Jumlah Anakan
batang per rumpun 4 m
89.60
a
52.50
a
8 m 85.70
b
43.03
b Keterangan: Pada kolom yang diikuti oleh huruf yang sama, tidak
berbeda nyata menurut Uji Lanjut Duncan 5
Berdasarkan pada Tabel 5, dapat dilihat bahwa tinggi tanaman pada umur 8 MST antara jarak pematang 4 m dengan 8 m berbeda nyata menurut Uji Lanjut
Duncan. Jarak pematang 4 m memiliki pertumbuhan tinggi tanaman yang lebih tinggi dibandingkan dengan jarak pematang 8 m. Salah satu faktor yang
mendukung pertumbuhan tanaman pada jarak pematang 4 m adalah populasi fauna tanah yang jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan jarak pematang 8
m Damayanti, Unpublish. Keberadaan organisme tanah pada lahan sawah dapat membantu dalam merangsang pertumbuhan tanaman karena salah satu fungsinya
sebagai penyedia hara bagi tanaman dan membantu tanaman dalam penyerapan hara tersebut. Berbagai organisme tanah yang mampu memfiksasi N dan
melarutkan P dapat menyediakan unsur hara essensial bagi pertumbuhan tanaman. Perbandingan jumlah anakan batang per rumpun tanaman padi antara
jarak pematang 4 m dengan jarak pematang 8 m dapat dilihat pada Gambar 7.
10 20
30 40
50 60
2 4
6 8
Minggu Setelah Tanam MST
J u
m la
h A
n a
k a
n
b at
an g
ru m
p u
n
4 m 8 m
Gambar 7. Jumlah Anakan Padi pada Jarak Pematang 4 meter dan 8 meter Pada budidaya S.R.I., penanaman bibit dilakukan satu batang per lubang
tanam, tanam dangkal, dan penentuan jarak tanam yang lebar. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi patah akar, mengoptimalkan proses fotosintesis
sehingga hasil fotosintesis digunakan tanaman untuk pertumbuhan anakan bukan
untuk pertumbuhan pucuk akibat kerusakan dan dipersiapkan untuk perakaran dan anakan padi yang baru Ardi, 2009. Berdasarkan Gambar 7, dapat ditunjukkan
bahwa hasil rata-rata jumlah anakan tanaman padi pada jarak pematang 4 m memiliki perkembangan yang lebih baik dari jarak pematang 8 m. Pada awal
pengukuran 2 MST terlihat bahwa jumlah anakan yang berkembang masih sedikit. Jumlah tersebut makin meningkat seiring dengan pertumbuhan tanaman.
Mengacu pada Tabel 5, jumlah anakan tanaman padi pada umur 8 MST dapat dilihat bahwa jarak pematang 4 m memiliki perbedaan yang nyata dengan
jarak pematang 8 m. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh faktor jumlah fauna tanah yang semakin berkembang dari hari ke hari, dimana semakin banyak bahan
organik, maka akan semakin banyak fauna tanah yang tumbuh pada lahan akibat aktivitas organisme tanah tersebut. Semakin banyaknya fauna tanah yang terdapat
pada lahan dapat mempercepat laju dekomposisi bahan organik. Seperti pada Gambar 4, yang menunjukkan penurunan sisa jerami padi seiring dengan lamanya
waktu eksposisi. Semakin lamanya waktu eksposisi ini, populasi fauna tanah semakin bertambah. Pertumbuhan dan perkembangan organisme tanah inilah yang
dapat mempengaruhi pertumbuhan jumlah anakan tanaman. Menurut Suprihatno et al. 2007, pertumbuhan tinggi tanaman padi
varietas Ciherang pada budidaya konvensional memiliki kisaran antara 107 – 115 cm. Berbeda dengan rata-rata tinggi tanaman padi pada penelitian ini yang
memiliki kisaran tinggi antara 85 – 89 cm. Hal ini disebabkan karena pada budidaya konvensional, bibit ditanam pada usia lebih dari 21 hari bibit sudah
tinggi, sedangkan pada budidaya S.R.I., bibit ditanam muda, yaitu pada usia 8 hari masih kecil. Menyebabkan pertumbuhan tinggi yang maksimal dicapai oleh
budidaya konvensional. Untuk anakan produktif tanaman padi varietas Ciherang, Suprihatno et al.
2007 menyebutkan kisaran jumlah anakan antara 14 -17 batang pada pola tanam konvensional. Pada penelitian ini, diperoleh kisaran jumlah anakan padi sebanyak
43 – 52 batangrumpun. Perbedaan yang mencolok ini dipengaruhi oleh pola tanam yang diterapkan pada S.R.I., yaitu penanaman bibit muda, tanam satu bibit
per lubang dengan jarak tanam yang lebar serta pengairan secara macak-macak dapat menyebabkan kemampuan tanaman dalam memproduksi batang meningkat.
Perakaran yang masih muda, dapat mencapai perkembangan anakan secara maksimal. Persaingan antar tanaman untuk memperoleh ruang tumbuh, cahaya,
atau nutrisi dalam tanah akan berkurang dengan penanaman satu bibit per lubang dan jarak tanam lebar, sehingga perakaran memiliki banyak ruang untuk
menyebar dan memperdalam perakaran Berkelaar, 2001. Pemberian air secara macak-macak dan intermitten menjamin ketersediaan O
2
di zona perakaran dan secara konsisten memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan yang
digenangi secara terus-menerus Gani et al., 2002.
4.4. Hama Tanaman Padi