Dekomposisi serasah adalah perubahan secara fisik maupun kimiawi yang sederhana oleh organisme tanah bakteri, fungi dan hewan tanah atau sering
disebut juga mineralisasi yaitu proses penghancuran bahan organik yang berasal dari hewan dan tanaman menjadi senyawa-senyawa anorganik sederhana Sutedjo
et al., 1991. Ma’shum et al. 2003 menyatakan proses dekomposisi bahan organik di dalam tanah memiliki beberapa tahapan proses. Tahapan pertama
adalah tahap penghancuran bahan organik segar menjadi partikel yang berukuran kecil-kecil yang dilakukan oleh cacing tanah dan makrofauna yang lain. Tahapan
selanjutnya yaitu tahapan transformasi, dimana pada tahap ini, sebagian senyawa organik akan terurai dengan cepat, sebagian terurai dengan kecepatan sedang dan
bagian yang lain terurai secara lambat.
2.4. System of Rice Intensification S.R.I.
Sys t
e m
o f
R i
ce In
te nsi
f i
ca ti
o n S.R.I.
merupakan suatu inovasi metode dengan menggunakan cara-cara yang tidak biasa, tetapi secara bersamaan dapat
meningkatkan produktivitas lahan, tenaga kerja, air dan investsi modal dalam produksi padi sawah Uphoff, 2008. Metode S.R.I. pertama kali ditemukan secara
tidak sengaja di Madagaskar antara tahun 1983-1984 oleh Fr. Henri de Laulanie, seorang Pastor asal Prancis yang lebih dari 30 tahun hidup bersama petani-petani
di sana. Metode ini dalam bahasa Prancis dinamakan Le Systme de Riziculture Intensive disingkat S.R.I. Dalam bahasa Inggris populer dengan nama System of
Rice Intensification Mutakin, 2009. Di Indonesia, teknik S.R.I. pertama dilaksanakan oleh Lembaga Penelitian
dan Pengembangan Penelitian di Sukamandi, Jawa Barat pada musim kemarau tahun 1999 dengan hasil 6,2 tonha dan pada musim hujan dengan hasil rata-rata
8,2 tonha. Teknik S.R.I. sudah diperkenalkan dan diterapkan di sejumlah daerah di Indonesia, antara lain Jawa Barat, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara
Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah. Hasil penerapan budidaya padi S.R.I. di Kabupaten Garut dan Ciamis, menunjukkan
bahwa: 1 budidaya padi S.R.I. mampu meningkatkan hasil produksi dibanding budidaya padi konvensional, 2 meningkatkan pendapatan, 3 terjadi efisiensi
produksi dan efisiensi usaha tani secara finansial dan 4 pangsa harga pasar produk lebih tinggi Anugrah et al., 2008.
Berkelaar 2001 memaparkan penjelasan ilmiah secara singkat terkait penerapan S.R.I., antara lain sebagai berikut: 1 Adanya proses fiksasi biologis
nitrogen. Bakteri-bakteri di dalam dan sekitar akar padi memiliki kemampuan menyediakan dan menguraikan nitrogen untuk tanaman, tetapi potensi ini tidak
akan nyata bila penggunaan pupuk N kimia diteruskan atau kondisi tanah anaerob dan tergenang. 2 Mempertahankan tanah agar tetap teraerasi, lembab dan tidak
tergenang, agar akar dapat bernafas. 3 Tranplantasi bibit muda untuk mempertahankan potensi pertambahan batang dan pertumbuhan akar yang optimal
serta menanam pada jarak tanam yang cukup lebar serta satu bibit per titik tanam dapat mengurangi kompetisi tanaman dalam serumpun maupun antar rumpun. 4
Tanaman dengan akar yang bebas menyebar dapat menyerap hara apapun di dalam tanah. Pertumbuhan akar yang bebas hanya mungkin terjadi pada akar bibit
muda yang punya banyak ruang dan oksigen. Kondisi aerob yang kaya bahan organik akan menjadikan perubahan
keragaman organisme tanah, terutama yang melakukan proses dekomposisi. Pada saat bersamaan, perakaran memberikan stimulus pada sitokinin segera membuat
formasi baru untuk mengatur pertumbuhan akar dan bagian atas tanaman Agustamar dan Syarif, 2007. Agar bekerja efektif, organisme tanah yang
berkisar dari ukuran mikroskopis sampai makro, membutuhkan kondisi yang mendukung untuk meningkatkan kelimpahan, keragaman dan aktivitasnya.
Aktivitas tersebut antara lain meliputi: memperbaiki struktur tanah, menjaga kelembaban tanah, menjaga tingkat kesuburan dan dinamika sistem tanah serta
mempertahankan tingkat kondusif bahan organik, oksigen dan temperatur. Kondisi lingkungan S.R.I. sangat mendukung keberadaan organisme tanah
tersebut Uphoff, 2007.
III. BAHAN DAN METODE
3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai Agustus 2010. Penelitian dilakukan di lahan percobaan NOSC Nagrak Organic S.R.I. Center Desa
Cijujung, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Pengukuran laju dekomposisi jerami padi dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Tanah dan
Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
3.2. Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: benih padi varietas Ciherang, benih kedelai varietas Wilis, pupuk anorganik Urea dengan
kadar N-total 46.77 , SP-36 dengan kadar P 36.84 , dan KCl dengan kadar K 60.73 , jerami padi dan bahan-bahan untuk pestisida nabati. Tanah pada lokasi
penelitian ini sebelumnya selalu digunakan untuk pertanian organik. Tanah ini memiliki tekstur liat, pH 5.8, KB sedang, KTK rendah dan kandungan hara Ca,
Mg, Na, K yang relatif sedang. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian meliputi: litterbag dengan tiga
ukuran mesh yang berbeda, yaitu halus 0.038 mm, sedang 0.25 mm dan kasar 10 mm, sebagai kantung jerami padi yang diekspos pada plot sawah. Alat untuk
mengukur laju dekomposisi adalah oven dengan suhu 105 C untuk mendapatkan
bobot kering jerami padi, muffle dengan suhu 700 C untuk pengabuan jerami
padi dan timbangan.
3.3. Metode Penelitian 3.3.1. Tahap Persiapan
a Lahan Percobaan
Penelitian ini dirancang dengan perlakuan jarak pematang, 2 level dan 4 ulangan, yaitu:
1 Jarak pematang sempit, adalah plot sawah dengan jarak antar pematang 4 m, 2 Jarak pematang lebar, adalah plot sawah dengan jarak antar pematang 8 m.