salah-satu kelompok penting misalnya, keluarga, klub, perusahaan, sekolah dan lain-lain.
Tanpa dukungan hubungan yang sudah mapan ini, orang Jepang tidak dapat mempercayai orang lain untuk memahami segala kelemahannya dari ras
malu atau kehilangan muka. Harus mempraktekkan pengendalian diri dan mengatasi semua rintangan untuk melindungi dirinya sendiri, karena tanpa
hubungan amae, seorang dapat meramalkan bagaimana orang lain akan bertingkah laku.
c. Oyabun-Kobun – Guru-Murid
Hubungan Oyabun-Kobun adalah pola-pola peninggalan dari zaman feodal Jepang sekitar tahun 1185-1868. istilah ini berasal dari kata oya yang secara
harafiah berarti “orangtua” dan ko yang berarti “anak”, namun oyabun-kobun biasanya menggambarkan hubungan antara dosen dengan mahasiswa atau antara
guru dan murid. Pada zaman feodal, bos seseorang memainkan peranan sebagai Tuan Besar
atau Godfather, di mana majikan dan karyawan dihubungkan dalam pola-pola hubungan amae yang meluas bahkan hingga pada anggota keluarga kedua belah
pihak. Di dalam perusahaan dewasa ini, oyabun-kobun tidak lagi mengandung arti hubungan seperti itu sekarang pengertiannya lebih umum merujuk pada
hubungan antara pengikut dan pemimpin dalam sebuah organisasi, namun hal itu masih tetap berlangsung dalam bayangan orang Jepang tentang suasana
lingkungan perusahaan yang ideal, sebagai tempat karyawan dan keluarganya
diikat secara paternalistic dengan juragan yang menyediakan segala kebutuhan anak buah atas prestasi kerja mereka terhadap perusahaan.
d. Sempai-Kohai – Senior-Junior Sempai senior dan Kohai junior adalah istilah-istilah yang
menunjukkan bentuk hubungan vertikal lainnya di dalam adat dan tradisi Jepang. Sempai adalah seseorang yang senior, biasanya karena dia masuk ke instansi
tertentu sebelum Kohai junior melakukannya. Hubungan tersebut membawa ikatan yang kuat terhadap kewajiban seumur hidup, walaupun sebenarnya hal itu
merupakan tradisi perhimpunan perguruan Judo. Sempai sering bertindak sebagai seorang penasihat. Ini merupakan
hubungan amae yaitu sempai menuruti kehendak Kohai yang masih belum berpengalaman sebagai imbalan bagi Kohai yang menutupi kelemahan-kelemahan
sempai 9yang karena hunbungan amae mereka, sempai tidak merasa keberatan mengungkapkan segala kelemahan yang dimilikinya. Seperti halnya dengan
hubungan oyabun-kobun, ini merupakan bentuk hubungan di mana keberhasilan ataupun kegagalan salah-satu pihak akan mempengaruhi keberhasilan dan
kegagalan pihak lain.
e. Dengan dan Tanpa Kelompok