Keputusan Bersama Tim Perunding

iklim, persahabatan yang saling menguntungkan, kesan kita terhadap Jepang, perjalanan kita, kesukaan, golf dan olahraga lain, merupakan rangkaian topik pembukaan yang sangat tepat untuk merenggangkan urat saraf sekaligus dapat membantu memperlancar pembahasan tentang topik yang lebih serius. Saling membagi pengalaman pribadi, seperti memperlihatkan foto anak, akan memperlihatkan adanya perasaan keakraban dan kekeluargaan yang ikhlas. Walau demikian , kita jangan merasa bahwa harus mengisi setiap peluang atau selang waktu kosong yang terjadi di tengah-tengah pembicaraan. Di Jepang, banyak perasaan orang diungkapkan dengan isyarat. Jangan merasa rugi atau khawatir karena bersikap diam. Karena di Jepang, hubungan yang ideal adalah hubungan yang berwawasan jauh, maka semua pihak harus merasa terpanggil untuk ikut bertanggung jawab dan membangun sikap kehati-hatian yang cermat. Orang Jepang cenderung menjamin bahwa hubungan bisnis yang baru akan berubah secara perlahan-lahan berdasarkan tata tertib yang berlaku. Bagi mereka, hubungan yang telah terjalin dan suasana yang harmonis dalam pertemuan pertama ini jauh lebih penting saat itu ketimbang kemungkinan keuntungan jangka panjang yang mungkin bisa diraih di kemudian hari. Tahapan yang dirintis ini merupakan tahapan yang mempunyai dampak sangat besar terhadap negoisasi di kemudian hari.

3.1.2. Keputusan Bersama

Kebiasaan saling berbagi tanggung jawab dalam pengambilan keputusan di kalangan orang Jepang adalah alasan lain mengapa peroses negoisasi berlangsung lama. Walaupun beberapa perusahaan baru yang dipimpin langsung oleh pendiri yang merangkap sebagai direktur utama mempunyai kewenangan yang menyeluruh atas pengambilan keputusan, tetapi pembagian kewenangan secara tradisional dalam proses pengambilan keputusan adalah jauh lebih umum terjadi. Proposal rencana kegiatan perusahaan Jepang umumnya diprakarsai oleh manajer tingkat menengah dan bawah, dalam bentuk ringi-sho, suatu usulan tertulis yang sebelum disampaikan ke atas terlebih dahulu harus dibagikan secara horizontal kepada pejabat setingkat. Setiap orang yang terlibat harus membubuhi tanda persetujuannya dengan cara memberikan paraf koordinasi. Proses ini disebut ringi-seido atau “permohonan bagi sistem keputusan kelompok bagi orang Jepang”. Hal ini membutuhkan waktu yang cukup lama, mengingat karena banyaknya diskusi informal yang harus dilakukan sebelum ringi-sho disusun. Di dalam perundingan, ini berarti bahwa anda perlu mendapat dukungan dan keyakinan seluruh anggota kelompok, bukan hanya satu orang, yang berarti anda juga membutuhkan tingkat kesabaran yang lebih tinggi dari yang biasanya. Akhirnya, keputusan dapat dilaksanakan secara cepat dan tepat dengan dukungan, bahkan dari seluruh pihak yang terlibat.

3.1.3. Tim Perunding

Tim perunding Jepang biasanya terdiri dari seorang penerjemah, penengah, kepala Eksekutif atau Chief Executive Officer yang hadir hanya selama acara resmi, para manajer menengah yang berwenang merumuskan keputusan, staf oprasional yang melakukan tawar-menawar, dan kemungkinan ahli keuangan dan ahli tekhnik. Sebagai tambahan, biasanya juga terdapat seorang juga yang memiliki tanggung jawab utama untuk mendengar, melihat isyarat-isyarat kunci dan menyampaikan pesan-pesan. Kehadiran para asisten seperti ini tidak hanya menambah gengsi tim perunding, tetapi juga akan menghadapi jajaran staf oprasional pihak Jepang, yang merupakan perunding sesungguhnya di sini. Di samping itu, hubungan informal antara anggota tim tingkat bawahan adalah saluran komunikasi yang terpenting antara kedua tim perunding. Bila ada masalah yang muncul, yang sekiranya akan sangat merusak harmoni suasana kalangan atas dari kedua belah pihak, maka umumnya permasalahan ini dapat dipecahkan dalam pembicaraan terbuka antara staf oprasional pada jam istirahat minum. Untuk kemudian honne dapat saling diungkapkan. Hubungan pada tingkatan bawahan ini perlu dibangun sedini mungkin. Disarankan juga melengkapi tim dengan seorang yang hanya berfungsi untuk memperhatikan dan mendengar. Pengamat seperti ini dapat menghitung dengan tepat berapa lama waktu yang diperlukan lawan negoisasi untuk mengungkapkan suatu permasalahan, sebagai indikator yang baik untuk menentukan prioritas. Mungkin ada baiknya kita menyertakan seorang spesialis dalam jajaran tim, tetapi jangan sekali-kali membawa seorang ahli hukum. Orang Jepang menganggap bahwa kehadiran seorang pengacara di dalam perunding adalah indikasi yang kuat tentang tidak adanya rasa kepercayaan terhadap lawan negoisasi. Jika perundingan dilakukan di luar Jepang, biasanya sebelumnya kita sudah mengetahui jumlah dan posisi orang-orang yang datang dan susunlah tim kita dengan sesuai. Sudah dipastikan, orang Jepang akan melakukan pengamatan dan perhitungan yang sama atas orang-orang asing lawan negosiasi mereka.

1.1.4. Kesungguhan Hati atau Basa-basi