Politik Pembangunan (Proses Penyusunan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 5 Tahun 2015 tentang Penanggulangan Kemiskinan Yang Diusulkan Oleh Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kota Medan)

(1)

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1

Pedoman Wawancara

1. Siapa yang mengusulkan pembentukan Perda Penanggulangan Kemiskinan? Siapa saja yang terlibat dalam pembuatan Perda ini?

2. Bagaimana proses awal pembentukan Ranperda tentang penanggulangan kemiskinan?

3. Apa yang menyebabkan Pemko Medan merasa perlu adanya Perda penanggulangan kemiskinan?

4. Mengenai pembahasan Ranperda tentang penanggulangan kemiskinan yang sempat tertunda, apa yang menyebabkan Ranperda ini tertunda selama 3 (tiga) tahun?

5. Apakah ada kendala-kendala, seperti pro dan kontra selama proses pembahasan Ranperda ini? Apakah ada revisi atau perubahan pada Ranperda sebelum disahkan menjadi Perda?

6. Bagaimana mengenai program pengalokasian 10% PAD, apa memang kebijakan ini mampu mengurangi kemiskinan?

7. Berapa lama proses pembasan Ranperda ini di DPRD?

8. Kapan dan dimana Ranperda tentang penanggulangan kemiskinan disahkan menjadi Perda?

9. Apa harapan Bapak untuk Pemko Medan dan Tim yang akan melaksanakan Perda ini?

Lampiran 2 Wawancara:

Wawancara dengan Edward Hutabarat, Ketua Panitia Khusus (Pansus) Peraturan Daerah tentang Penanggulangan Kemiskinan

Wawancara dengan Yusriadi, Staff Panitia Khusus (Pansus) Peraturan Daerah tentang Penanggulangan Kemiskinan

Wawancara dengan Rahmat Doni, S.H. M.H. Kasubag Hukum Sekretaris Daerah (SETDA) Kota Medan


(2)

Transkrip Wawancara Penelitian Skripsi

Politik Pembangunan (Proses Penyusunan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 5 Tahun 2015 tentang Penanggulangan Kemiskinan di Badan

Perencanaan dan Pembangunan Daerah)

Hasil wawancara dengan Bapak Edward Hutabarat sebagai Ketua Pansus Perda Penanggulangan Kemiskinan.

Pertanyaan : Mengenai pembahasan Ranperda tentang penanggulangan kemiskinan yang sempat tertunda, apa yang menyebabkan Ranperda ini tertunda selama 3 tahun?

Jawaban : Ranperda ini memang sudah ada dalam Prolegda tahun 2012. Tetapi belum dibahas oleh DPRD Kota Medan karena pada saat itu dianggap ada Ranperda yang lebih mendesak untuk dibahas jika dilihat dari kondisi keadaan kota Medan. Selain itu ada pergantian legislatif juga menjadi alasan tertundanya Ranperda ini.

Pertanyaan : mengingat pasal 10 ayat 2 perda penanggulangan kemiskinan, mengenai pembahasan pengalokasian 10% PAD, apakah ada pro dan kontra dari anggota, fraksi, atau komisi?

Jawaban : Tentu banyak sekali perdebatan pada saat pembahasan 10% PAD ini. Ada yang beranggapan terlalu besar, ada yang mengatakan terlalu kecil jika melihat jumlah penduduk yang miskin. Ada juga yang merasa 5% cukup, tanggapan tentu bermacam-macam, bahkan ada yang mengatakan pengalokasian ini harus disesuaikan dengan kesanggupan PAD kota Medan dan tidak bisa dipatokkan. Semua masukan ini diterima dan dipertimbangkan kembali oleh pansus.

Pertanyaan : Bagaimana pengalokasian dari 10% PAD ini, apa memang kebijakan program ini mampu mengurangi kemiskinan?


(3)

Jawaban : Ada banyak program yang akan dilakukan mengenai pengalokasiannya dilapangan tapi belum bisa saya uraikan karna memang belum ada laporan mengenai hal ini. Beberapa waktu lalu, Pemko dan BkkBN melakukan program bedah rumah tidak layak huni di sekitaran Belawan, menggunakan PAD kota Medan. Seperti hal nya penanggulanggan kemiskinan nantinya mungkin akan dilakukan hal yang sama. Untuk perealisasiannya nanti akan dilakukan oleh TKPKD yang dikoordinasi bappeda.

Pertanyaan : Dalam proses pembahasan Ranperda, apakah ada revisi atau perubahan pada Ranperda sebelum disahkan menjadi perda?

Jawaban : Tentu ada beberapa perbaikan, penambahan, perubahan terhadap pasal-pasal, kalimat-kalimat, semuanya itu dievaluasi. Penjelasan mengenai poin-poin yang diubah sudah ada dalam laporan Pansus.

Pertanyaan : Berapa lama proses pembahasan Ranperda ini di DPRD?

Jawaban : Kurang lebih 1 tahun pembahasan mulai dari Prolegda 2014 sampai pengesahan di tahun 2015, setelah disahkan Ranperda ini diharapkan pemko Medan mampu melaksanakannya secara cepat dan tepat. Mengenai kemiskinan, saya merasa pemko Medan perlu mendata ulang agar valid kemudian pemko Medan diharapkan mengeluarkan perwal agar perda ini lebih maksimal.


(4)

Transkrip Wawancara Penelitian Skripsi

Politik Pembangunan (Proses Penyusunan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 5 Tahun 2015 tentang Penanggulangan Kemiskinan di Badan

Perencanaan dan Pembangunan Daerah)

Hasil wawancara dengan Bapak Yusriadi sebagai staff Pansus Perda tentang Penanggulangan kemiskinan.

Pertanyaan : Siapa saja yang terlibat dalam pembuatan perda ini?

Jawaban : Dalam pembuatan Naskah Akademik ada keterlibatan dari akademisi, usu sebagai tim penyusun yang juga berkoordinasi dengan Pemko dan seluruh SKPD.

Pertanyaan : Apakah ada kendala selama proses pembahasan Ranperda?

Jawaban : Kendala pasti ada, kemarin pada saat pembahasan ada perdebatan mengenai judul kemiskinan itu sendiri karena dianggap kurang layak sehingga diusulkan untuk diubah, melihat ada beberapa daerah diluar sumut yang mengeluarkan perda yang sama tapi tidak dengan judul kemiskinan. Pertanyaan : Kapan dan dimana Ranperda tentang penanggulangan kemiskinan disahkan menjadi Perda?

Jawaban : Pada 14 Sept 2015 lalu, berdasarkan hasil rapat paripurna 9 fraksi DPRD Kota Medan di kantor DPRD Kota Medan menyatakan setuju atas pembentukan Perda ini.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Siagian, Matias. 2012. Kemiskinan dan Solusi. Medan: Grasindo Monoratama.

Fahmi, Irham. 2013. Ekonomi Politik Teori dan Realita. Bandung: Penerbit Alfabeta.

Sumardi, Mulyanto dan Dieter, Hans. 2005. Kemiskinan dan Kebutuhan Pokok. Jakarta: CV. Rajawali.

Sjafari, Agus. 2014. Kemiskinan dan Pemberdayaan Kelompok. Yogyakarta: Graha Ilmu

Tangkilisan, Hesssel Nogi. 2003. Kebijakan Publik Yang Membumi. Yogyakarta: Lukman Offset

Dunn, William N. 2003. Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Hlm 109

Subarsono, AG. 2005. Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Lemhannas. 1997. Pembangunan Nasional. Jakarta: Balai Pustaka

Budiman, Arief. 1995. Teori Pembangunan Dunia Ketiga. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama

DAHL, Robert A. 1992. Demokrasi dan Para Pengritiknya. Edisi ke 1. Diterjemahkan oleh: A. Rahman Zainuddin. Jakarta: Penerbit Obor Indonesia


(6)

Held, David. 2004. Demokrasi dan Tatanan Global. Edisi ke 1. Diterjemahkan oleh: Damanhuri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset

Budiarjo, Miriam. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Dirjen Peraturan Perundang-undangan dan UNDP. 2008. Panduan Praktis Memahami Perancangan Peraturan Daerah. Hal. 16

Situs Internet, Jurnal, dan Sumber Lainnya

Mardianto, Sarul. Kemiskinan Di Indonesia.

diakses

pada 17 Maret 2016 pukul 15.00

http://www.pemkomedan.go.id/file/lakip2012.pdf

USU e-Repository. Indah Gustina. Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) di Kecamatan...2008

Thalhah,HM. 2009. “Teori Demokrasi Dalam Perspektif Pemikiran Hans Kelsen”. Jurnal Hukum. Vol.16 Nomor 3. Juli 2009.


(7)

hukumonline.com diakses pada 23 Juli 2016 Pukul 23.00

https://medankota.bps.go.id/fronted/subjek/view/id/12

Naskah Akademis Penyusunan Ranperda Penanggulangan Kemiskinan Kota Medan


(8)

BAB III

Analisis Proses Penyusunan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 5 Tahun 2015 Tentang Penaggulangan Kemiskinan


(9)

Adanya hak dan kewenangan pemerintah daerah untuk menetapkan Peraturan Daerah dan peraturan-peraturan lainnya, sebagaimana diatur lebih lanjut dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Peraturan Pembentukan Perundang-undangan mengatur tentang mekanisme perencanaan, penyusunan, pembahasan, pengesahan dan pengundangan, sebagai bentuk untuk melaksanakan otonomi daerah. Proses pembentukan Rancangan Peraturan Daerah didasarkan oleh Program Legislasi Daerah (Prolegda).

Sesuai dengan Pasal 33 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, yang mengatur bahwa Prolegda berisi tentang program pembentukan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota dengan judul Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota, materi yang diatur, dan keterkaitannya dengan Peraturan Perundang-Undangan lainnnya. Program Legislasi Daerah merupakan suatu instrumen program pembentukan Peraturan Daerah baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota yang disusun lebih terencana, terpadu, dan sistematis. Program Legislasi Daerah dilakukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan Pemerintah Daerah dalam jangka waktu satu tahun.

Program Legislasi Daerah (Prolegda) ini bertujuan untuk memberikan tujuan obyektif tentang kondisi umum permasalahan pembentukan Peraturan Daerah, menetapkan skala prioritas penyusunan rancangan peraturan daerah untuk jangka panjang, jangka menengah, atau jangka pendek,


(10)

menyelenggarakan sinergi antar lembaga atau pihak yang berwenang dalam membentuk peraturan daerah, mempercepat proses pembentukan peraturan daerah dengan memfokuskan berdasarkan skala prioritas yang telah ditetapkan. Prolegda juga sekaligus menjadi sarana pengendali kegiatan pelaksanaan pembentukan peraturan daerah.

Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011, Program Legislasi Daerah Kabupaten/Kota dilaksanakan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota, dalam penyusunan Program Legislasi Daerah sebagaimana yang dilaksanakan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dikoordinasikan dengan alat kelengkapan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang menangani secara khusus dibidang legislasi. Sedangkan Program Legislasi Daerah yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah, selanjutnya dikoordinasikan dengan bagian hukum.

Pembentukan Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) yang dibuat berdasarkan peraturan Perundang-Undangan Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Perundang-Undangan harus dilakukan berdasarkan pada asas pembentukan Perundang-Undangan. Pembuatan Peraturan Daerah tentang penanggulangan kemiskinan sebenarnya merupakan suatu bentuk pemecahan masalah, dengan merumuskan masalah yang akan diatasi dan bagaimana cara memecahkan masalah tersebut.


(11)

Rancangan Peraturan Daerah Kota Medan tentang Penanggulangan Kemiskinan dibentuk oleh pemerintah Kota Medan untuk mewujudkan pembangunan. Pembangunan merupakan suatu cara yang ditempuh pemerintah untuk mencapai tujuan bersama, yaitu pembangunan nasional yang bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur dan pemerataan kesejahteraan materil dan spiritual, pembangunan pada akhirnya ditujukan pada pembangunan manusia, karena untuk mencapai tujuan negara tidak terlepas dari peran masyarakat.

Seperti yang telah diuraikan oleh Talizuduhu Nddrana tentang sasaran pembangunan masyarakat, salah satunya adalah peningkatan taraf hidup masyarakat, dalam hal ini berkaitan dengan kemiskinan. Dimana keadaan masyarakat yang miskin tentu menjadi masalah sekaligus menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah untuk memperbaiki kondisi masyarakatanya serta menjadikan wilayahnya lebih maju dan berkembang dengan keadaan masyarakat yang sejahtera.

Kemiskinan sebagaimana dijelaskan oleh Oscar Lewis, bahwa orang-orang miskin adalah kelompok sosial yang mempunyai budaya kemiskinan sendiri yang mencakup karakteristik psikologis, sosial, dan ekonomi. Selanjutnya, penjelasan faktor-faktor yang mempengaruhi kemiskinan terbagi menjadi 2, yaitu faktor personal yang berasal dari dalam diri sendiri, dan faktor situasional yang berasal dari lingkungan, yang dapat mempengaruhi pribadi seseorang.


(12)

Kedua faktor diatas memang menjadi salah satu penyebab kemiskinan, faktor kemiskinan yang bersifat personal atau berasal dari dalam diri sendiri seperti, rendahnya tingkat pendidikan serta tidak adanya kemampuan atau skill yang menyebabkan seseorang menganggur dan tidak memiliki pekerjaan. Sementara yang dimaksud faktor situasional biasanya meliputi keadaan lingkungan yang kurang memadai, seperti minimnya sarana dan pra sarana untuk mengembangkan usaha.

Dalam upaya pengentasan kemiskinan, Pemerintah Kota Medan telah melaksanakan berbagai program penanggulangan kemiskinan, namun perkembangan jumlah penduduk miskin di Kota Medan masih saja terus bertambah. Berangkat dari fenomena kemiskinan inilah pemerintah Kota Medan merasa perlu adanya identifikasi warga miskin dan Peraturan Daerah yang mengatur tentang penanggulangan kemiskinan, yang diharapkan akan mempermudah aparat dalam melaksanakan penanggulangan kemiskinan secara optimal dan berkelanjutan.

Menurut Pemerintah Daerah Kota Medan yang berkoordinasi dengan Badan Pusat Statistik Kota Medan, yang menjadi konsep untuk mengukur kemiskinan adalah konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai

ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar. Jadi, penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan


(13)

dibawah garis kemiskinan.43 Selanjutnya dijelaskan juga oleh Kasubag Hukum SETDA Kota Medan, bahwa:44

Untuk menindak lanjuti program pengentasan kemiskinan, maka pemerintah Kota Medan melakukan perencanaan pembentukan Peraturan Daerah Kota Medan tentang Penanggulangan Kemiskinan, yang diusulkan oleh Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Medan bersama dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam hal ini yang dimaksud SKPD terkait adalah Dinas Sosial dan Tenaga Kerja (Disosnaker) Kota Medan dan seluruh Dinas/Instansi terkait yang berada dalam lingkungan pemerintah Kota Medan. Hal ini kemudian dijelaskan oleh Kasubag Hukum SETDA Kota Medan, yang mengatakan:

“Melihat fenomena kemiskinan di kota medan ini, hampir setiap tahunnya meningkat. Kemiskinan seperti tidak terkontrol seperti dibeberapa daerah di kota medan fenomena kemiskinan sangat memprihatinkan”.

45

“Naskah Akademik adalah naskah hasil penelitian atau pengkajian hukum dan hasil penelitian lainnya terhadap suatu masalah tertentu yang dapat “Bappeda sebagai pengusul ranperda ini dan tentunya berkoordinasi dengan

SKPD yang berkaitan”.

Sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah, yang menjadi acuan dalam proses pembentukan Rancangan Peraturan Derah sebagaimana diatur dalam Pasal 1 Ayat 20 :

43

https://medankota.bps.go.id/fronted/subjek/view/id

44

Hasil wawancara dengan Bapak Rakmat Doni, SH, MH sebagai Kasubag Hukum SETDA Kota Medan

45


(14)

dipertanggung jawabkan secara ilmiah mengenai peraturan masalah tersebut dalam rancangan peraturan daerah provinsi atau kabupaten/kota sebagai solusi terhadap permasalahan dan kebutuhan hukum masyarakat”.

Sebelum menyusun Naskah Akademik, perlu dilakukan pengkajian terlebih dahulu untuk mendapatkan hasil yang relevan dengan materi yang akan diatur. Berdasarkan data dan informasi yang lengkap dan akurat itulah maka selanjutnya akan dibentuk Naskah Akademik. Dalam penyusunan Naskah Akademik terdapat pola penyusunan dengan format sebagai berikut; (1) Pendahuluan yang berisikan latar belakang, tujuan dan kegunaan yang ingin dicapai, metode pendekatan, materi muatan, dan inventarisasi Peraturan Perundang-undangan. (2) Ruang Lingkup Naskah Akademik yang berisikan materi yang akan diatur (pengertian, asas, materi, sanksi, peralihan, dan penutup). (3) Kesimpulan dan Saran yang berisikan perlunya pengaturan, jenis/bentuk pengaturan, serta pokok-pokok materi yang perlu diatur. (4) Lampiran yang berisikan daftar pustaka, inventarisasi Perundang-undangan, dan hasil kajian atau penelitian terhadap masalah yang bersangkutan.

Naskah Akademik akan menjadi modal awal untuk terbentuknya Peraturan Daerah, dalam proses pembuatan Naskah Akademik dilakukan oleh akademisi, ahli profesi, dan bekerjasama dengan pemerintah daerah terkait dengan anggaran pembuatan Naskah Akademik. Dalam proses mengusulkan Pra-ranperda atau Naskah Akademik harus melewati beberapa tahapan-tahapan.


(15)

Sebagaimana yang dijelaskan dalam Naskah Akademik tentang penanggulangan kemiskinan, bahwa46

Dalam Naskah Akademik Penanggulangan Kemiskinan juga dijelaskan bahwa:

:

“Pemerintah Kota Medan telah melaksanakan berbagai program penanggulangan kemiskinan sebagai respon kebijakan terhadap kemiskinan yang terjadi, namun dalam perkembangannya, jumlah penduduk miskin di Kota Medan masih meningkat. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai karakteristik kemiskinan yang terjadi pada masing-masing bagian wilayah dan merespon kebijakan pemerintah dalam menangani kemiskinan yang terjadi”.

47

Setelah terbentuknya Naskah Akademik, yang kemudian akan diusulkan kepada Kepala Daerah dan berkoordinasi dengan Bagian Hukum untuk dilakukan pengkajian terhadap Naskah Akademik, apabila disetujui maka dibuatlah Nota Pengantar Kepala Daerah (Walikota) dan dilanjutkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) untuk dilakukan proses penanggapan dari masing-masing fraksi dan dikembalikan kepada Kepala Daerah untuk memberikan penjelasan dari tanggapan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Setelah Pra-Ranperda disetujui oleh Dewan “Tujuan dari kegiatan ini adalah: (a) Menyusun pedoman Penanggulangan

Kemiskinan di Kota Medan, (b) Meningkatkan kualitas pelayanan publik di Kota Medan. Adapun manfaat yang diperoleh dari kegiatan ini diharapkan mampu menjadi masukan untuk menyusun petunjuk teknis penyusunan dan penetapan penanggulangan kemiskinan bagi SKPD terkait yang secara langsung memberikan pelayanan publik di Kota Medan Sumatera Utara”.

46

Naskah Akademis Penyusunan Ranperda Penanggulangan Kemiskinan Kota Medan

47


(16)

Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dibentuklah Panitia Khusus (Pansus) Penanggulangan Kemiskinan.

3.2 Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah

Dalam proses penyusunan Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, pasal 64 menyatakan bahwa penyusunan Rancangan Peraturan Perundang-undangan dilakukan sesuai dengan teknik penyusunan Peraturan Perundang-undangan. Rancangan Peraturan Daerah dapat diusulkan dari Kepala Daerah (Eksekutif) dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Legislatif) yang terdiri dari komisi, gabungan komisi, atau perorangan.

a. Rancangan Peraturan Daerah yang berasal dari Kepala Daerah (Eksekutif)

Rancangan Peraturan Daerah dapat diusulkan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) melalui Kepala Daerah, Rancangan Peraturan Daerah yang akan diusulkan harus disertai dengan penjelasan-penjelasan ide pokok atau Naskah Akademik. Rancangan Peraturan Daerah yang diterima kemudian akan di kaji lebih lanjut oleh bagian hukum di tingkat Kabupaten/Kota, dan jika diperlukan akan dibahas dalam forum yang mengikutsertakan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait sehingga ada penyesuaian dan kesepakatan. Selanjutnya, Rancangan Peraturan Daerah


(17)

akan diberikan kepada pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah untuk dibahas dalam rapat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

b. Rancangan Peraturan Daerah yang berasal dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Legislatif)

Rancangan Peraturan Daerah yang berasal dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dapat diusulkan oleh komisi, gabungan komisi, ataupun perorangan yang kemudian disusun dalam bentuk Rancangan Peraturan Daerah dan disertai dengan Naskah Akademik untuk kemudian diberikan kepada pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Setelah diterima dan disetujui, pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menyampaikan dalam rapat paripurna. Dalam rapat paripurna terdapat tahapan-tahapan, dimana pengusul memberikan penjelasan tentang usulan ranperda, untuk kemudian ditanggapi oleh anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Fraksi-fraksi, maupun Kepala Daerah.

Setiap Rancangan Peraturan Daerah harus dibuat berdasarkan aturan-aturan yang sudah ditetapkan, dimana setiap pembuatan Peraturan-aturan Daerah memuat 3 (tiga) unsur Filosofis, Sosiologis, dan Yuridis. Selain itu, pembuatan Peraturan Daerah harus teruji secara ilmiah dan tidak bersifat asal-asalan, serta tidak adanya pertentangan antara pihak yang melaksanakan Peraturan Daerah maupun pihak yang menjadi objek dilakukannya Peraturan


(18)

Daerah, karena proses pembentukan Peraturan Daerah ini padasarnya bertujuan untuk melakukan peningkatan.

Pada proses penyusunan Rancangan Peraturan Daerah terdapat point menimbang, yang dijadikan sebagai landasan yang berkaitan dengan kondisi yang ada di masyarakat. Pembuatan Peraturan Daerah, selanjutnya terdapat point mengingat yang dijadikan sebagai dasar kewenangan atau dasar hukum untuk membentuk Peraturan Daerah, dan point memutuskan sebagai bentuk penjelasan dalam bentuk pasal-pasal tentang hal apa saja yang diatur dan ditetapkan sebagai isi dari Peraturan Daerah.

Setelah adanya Naskah Akademik yang sudah di evaluasi dan ditinjau kembali oleh Kepala Daerah beserta Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) maka dibentuklah Rancangan Peraturan Daerah sesuai dengan isi materi yang dimuat dalam Naskah Akademik. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kasubag hukum SETDA Kota Medan yang mengatakan bahwa48

Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah dilihat dari aspek management adalah suatu konsep pengambilan keputusan, oleh karena itu dalam proses pengambilan keputusan haruslah didasarkan pada data dan

:

“Pembentukannya mengacu pada Permendagri nomor 80 tahun 2015, tentu tahap awalnya harus dilakukan penelitian mengenai masalah kemiskinan yang nantinya akan dibahas dalam Ranperda. Naskah Akademik ini kan modal awal dalam pembentukan Ranperda, Ranperda yang akan diusulkan harus berikut dengan Naskah Akademiknya”.

48

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Rahmat Doni, SH, MH sebagai Kasubag Hukum SETDA Kota Medan


(19)

informasi yang akurat. Data dan informasi yang akurat sebagaimana dimaksud diatas dapat diperoleh melalui kegiatan penelitian yang teruji secara ilmiah dan dapat di pertanggung jawabkan yang kemudian disusun dalam Naskah Akademik.

Suatu konsep keputusan tentu tidak dapat disusun asal jadi, karena keputusan merupakan suatu pendekatan yang sistematis terhadap suatu masalah yang dihadapi dan pengambilan keputusan harus didasarkan pada;49

a. Dalam proses pengambilan keputusan tidak ada hal yang secara kebetulan;

b. Tidak dapat dilakukan asal jadi;

c. Hakekat dari masalah harus diketahui dengan jelas;

d. Pemecahan tidak dapat dilakukan dengan mencari ilham, tetapi harus didasarkan kepada fakta yang dipercaya dan bersifat up to date;

e. Keputusan yang diambil adalah keputusan yang dipilih dari berbagai alternatif.

Seperti yang telah dikemukakan oleh Chandler dan Plano bahwa kebijakan publik adalah pemanfaatan yang strategis terhadap sumberdaya-sumberdaya yang ada untuk memecahkan masalah-masalah publik. Hal ini berkaitan dengan permasalahan kemiskinan yang selanjutnya dilakukan proses

49

Dirjen Peraturan Perundang-undangan dan UNDP. 2008. Panduan Praktis Memahami Perancangan


(20)

pengambilan keputusan sebagai salah satu bentuk kebijakan oleh pemerintah sesuai dengan tujuan bersama yaitu untuk memecahkan masalah kemiskinan.

Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah sebagai salah satu bentuk kebijakan juga harus melibatkan partisipasi dari masyarakat, dalam hal ini masyarakat diharapkan mampu berikan masukan secara lisan maupun tertulis dalam rangka penyusunan Peraturan Daerah. Peran serta masyarakat dalam proses penyusunan Peraturan Daerah dilaksanakan dengan memperhatikan prinsip akses informasi dan partisipasi. Partisipasi masyarakat sebagaimana diatur dalam Pasal 96 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Peraturan pembentukan Perundang-undangan yang menjelaskan bahwa:

1. Masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan dan/atau tertulis dalam pembentukan perundnag-undangan

2. Masukan secara lisan dan/atau tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan melalui: rapat dengar pendapat umum, kunjungan kerja, sosialisasi dan/atau seminar, lokakarya dn/atau diskusi

3. Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah orang perseorangan atau kelompok orang yang mempunyai kepentingan atas substansi Rancangan Peraturan Perundang-undangan

4. Untuk memudahkan masyarakat dalam memberikan masukan secara lisan dan/atau tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1), setiap Rancangan Peraturan Perundang-undangan harus dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat.


(21)

Partisipasi merupakan bagian dari demokrasi yang dijalankan di Indonesia, sebagaimana yang dijelaskan oleh Rousseau, demokrasi adalah sebuah tahapan atau proses yang harus dilalui sebuah negara untuk mendapatkan kesejahteraan. Dalam sebuah negara demokrasi, adanya persamaan hak setiap warga negara, setiap individu diberi kesempatan untuk ikut serta dalam pengambilan keputusan, dan kebebasan untuk memilih siapa pemimpinnnya. Sebagaimana dijelaskan Kasubag Hukum SETDA Kota Medan, yang mengatakan bahwa:50

Hal serupa juga dijelaskan oleh salah satu staff Panitia Khusus (Pansus) Penanggulangan Kemiskinan, yang mengatakan bahwa

“Tim penyusun itukan tidak terdiri dari 1 SKPD saja, ada dari beberapa SKPD dan pihak akademisi tentunya dalam merumuskan naskah akademik dan ranperda kemiskinan ini”.

51

Dalam Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) Kota Medan tentang Penanggulangan Kemiskinan, terdapat susunan berdasarkan beberapa BAB, Bagian, Pasal-Pasal, dan Ayat sebagai berikut; BAB I menjelaskan tentang Ketentuan Umum, diatur dalam Pasal 1. BAB II menjelaskan tentang Tujuan, Ruang Lingkup dan Asas, diatur dalam Pasal 2, 3, dan 4. BAB III menjelaskan

:

“Dalam pembuatan Naskah Akademik ada keterlibatan dari akademisi, universitas sumatera utara sebagai tim penyusun yang juga berkoordinasi dengan pemko medan dan seluruh SKPD”.

50

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Rahmat Doni, SH, MH sebagai Kasubag Hukum SETDA Kota Medan

51

Berdasarkanhasil wawancara denganBapak Yusriadi sebagai staff pansus perda penanggulangan kemiskinan


(22)

tentang Identifikasi Warga Miskin, diatur dalam Pasal 5, 6, 7, dan 8. BAB IV menjelaskan tentang hak warga miskin, diatur dalam Pasal 9 dan Pasal 10.

Selanjutnya BAB V menjelaskan tentang Kewajiban Warga Miskin, diatur dalam Pasal 11 dan pasal 12. BAB VI menjelaskan tentang Penyusunan Strategi dan Program Penanggulangan Kemiskinan, diatur dalam Pasal 13. BAB VII menjelaskan tentang Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan, Bagian Kesatu Program Penanggulangan Kemiskinan, diatur dalam Pasal 14. Bagian Kedua Bantuan Pangan, diatur dalam Pasal 15. Bagian Ketiga Bantuan Kesehatan, diatur dalam Pasal 16.

Selanjutnya, Bagian Keempat Bantuan Pendidikan, terdiatur dalam Pasal 17. Bagian Kelima Bantuan Perumahan, diatur dalam Pasal 18. Bagian Keenam Bantuan Peningkatan Keterampilan, diatur dalam Pasal 19. Bagian Ketujuh Bantuan Modal Usaha, diatur dalam Pasal 20. Bagian Kedelapan Bantuan Perlindungan Rasa Aman, diatur dalam Pasal 21. Bagian Kesembilan Pelaksanaan, diatur dalam Pasal 22.

BAB VIII menjelaskan tentang Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah, yang diatur dalam Pasal 23. BAB IX menjelaskan tentang Pengawasan, Monitoring, dan Evaluasi, diatur dalam Pasal 24, 25, dan 26. BAB X menjelaskan tentang Pembiayaan, yang diatur dalam Pasal 27. Dan yang terakhir terdiri dari BAB XI menjelaskan tentang Peran Serta


(23)

Masyarakat, yang diatur dalam Pasal 28, dan BAB XII menjelaskan tentang Kententuan Penutup Pasal 29.

Bagian-bagian dari penjelasan diatas, merupakan bagian hasil penyusunan Rancangan Peraturan Daerah Kota Medan tentang Penanggulangan Kemiskinan, yang disusun berdasarkan usulan Naskah Akademik yang telah disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) bersama dengan Kepala Daerah. Dalam hal Panitia Khusus (Pansus) penanggulangan kemiskinan sesuai dengan Keputusan DPRD Kota Medan tentang Penetapan Komposisi Personalia Panitia Khusus Pembahasan Ranperda Kota Medan tentang Penanggulangan Kemiskinan, sebagai berikut: Ketua Pansus Edward Hutabarat, Wakil Ketua Pansus Ibnu Ubayd Dilla, SE, dan terdiri dari 20 (dua puluh) anggota. Pemilihan keanggotaan ini berdasarkan komisi yang berhubungan dengan Penanggulangan Kemiskinan yaitu Komisi B berkaitan dengan kesejahteraan masyarakat, selanjutnya dilibatkan juga perwakilan dari masing-masing komisi sesuai dengan kuota keanggotaan yang akan ditetapkan.

3.3 Pembahasan dan Penetapan Rancangan Peraturan Daerah Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) di DPRD baik yang diusulkan atas inisiatif Pemerintah Daerah (Eksekutif) maupun Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), dilakukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) bersama Kepala Daerah, dan Satuan Kerja Perangkat


(24)

Daerah (SKPD). Tahap pembahasan merupakan suatu bentuk konsultasi publik yang dilakukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) untuk membuka ruang diskusi dengan melibatkan banyak pihak, seperti lembaga, akademisi, dan lainnya.

Sesuai dengan Surat Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Medan tentang Program Legislasi Daerah (Prolegda) tahun 2014, sebagaimana ditetapkan pada 9 Januari 2014 terdapat 24 Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda), maka ditetapkanlah Rancangan Peraturan Daerah Kota Medan tentang Penanggulangan Kemiskinan untuk dibahas. Rancangan Peraturan Daerah yang telah disetujui dan ditetapkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dan Kepala Daerah akan dibahas dengan beberapa tingkat-tingkat pembicaraan dalam rapat komisi, panitia, badan, alat kelengkapan dewan yang menangani bidang legislasi, dan rapat paripurna.

Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) tentang penanggulangan kemiskinan sebagaimana dijelaskan dalam Laporan Hasil Pembahasan Panitia Khusus Dewan Perwakilan Rakyat Kota Medan, pada tanggal 28 Juli 2015 dilakukan rapat internal Panitia Khusus (Pansus) dan Keputusan Rapat Badan Musyawarah DPRD Kota Medan, disepakati bahwa penyampaian hasil pembahasan Panitia Khusus terhadap rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) Kota Medan tentang Penanggulangan Kemiskinan di Kota Medan ditetapkan pada 3 Agustus 2015.


(25)

Dalam melakukan pembahasan Panitia Khusus (Pansus) yang telah melaksanakan rapat internal dan rapat dengan Bagian Otonomi Daerah (OTDA), Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda), Bagian Hukum Sekretaris Daerah (SETDA) Kota Medan dan jajaran SKPD yang berkaitan, mulai tanggal 9 Desember 2014 sampai dengan 5 Mei 2015, dan melakukan konsultasi keluar daerah, yaitu kota Bandung yang sudah terlebih dahulu mengeluarkan Peraturan Daerah mengenai hal yang sama. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan masukan serta wawasan atas pembahasan Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) sekaligus sebagai salah satu proses pembanding sebelum disahkannya Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) tentang kemiskinan di Kota Medan.

Kemudian Panitia Khusus (Pansus) melakukan rapat finalisasi pada tanggal 18 Mei 2015 pembahasan Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) tentang Penanggulangan Kemiskinan di Kota Medan dengan melibatkan Bagian Keuangan Pemko Medan, Bagian Hukum Sekretaris Daerah (SETDA) Kota Medan, Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda), Biro Otonomi Daerah (OTDA) dan undangan SKPD yang berkaitan untuk menyimpulkan hasil pembahasan. Dalam proses pembahasan yang dilakukan oleh Panitia Khusus (Pansus) dengan SKPD terkait, maka Panitia Khusus (Pansus) memberikan beberapa perubahan serta penambahan terhadap beberapa pasal dalam Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) tentang


(26)

Penanggulangan Kemiskinan. Hal ini dijelaskan oleh Ketua Panitia Khusus (Pansus) yang mengatakan bahwa:52

Dalam tahapan pembahasan Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) tentu tidak terlepas dari kendala-kendala serta pro dan kontra, sebagaimana dijelaskan oleh staff Panitia Khusus (Pansus) yang mengatakan bahwa:

“Tentu ada beberapa perbaikan, penambahan, perubahan terhadap pasal-pasal, kalimat-kalimat, semuanya itu di evaluasi. Penjelasan mengenai poin-poin yang diubah sudah ada dalam laporan pansus”.

53

Menanggapi hal ini, kemudian dijelaskan oleh Ketua Panitia Khusus (Pansus) bahwa:

“Kendala pasti ada, kemarin pada saat pembahasan ada perdebatan mengenai judul kemiskinan itu sendiri karena dianggap kurang layak sehingga diusulkan untuk diubah, melihat ada beberapa daerah diluar sumut yang mengeluarkan perda yang sama tapi tidak dengan judul kemiskinan”.

Selain itu, diakui memang dalam pembahasan Ranperda tentang penanggulangan kemiskinan ini juga banyak mengundang perhatian sehingga menimbulkan pro dan kontra, seperti yang dijelaskan pada Pasal 10 ayat 2 Ranperda tentang penanggulangan kemiskinan, bahwa:

“Untuk merealisasikan pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan pemerintah Kota Medan wajib menyisihkan minimal 10% dari Pendapatan Asli Daerah (PAD)”.

54

52

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Edward Hutabarat sebagai Ketua Pansus perda penanggulangan kemiskinan

53

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Yusriadi sebagai staff pansus perda penanggulangan kemiskinan

54

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Edward Hutabarat sebagai Ketua pansus perda penanggulangan kemiskinan


(27)

“Tentu banyak sekali perdebatan pada saat pembahasan 10% PAD ini. Ada yang beranggapan terlalu besar, ada yang mengatakan terlalu kecil jika melihat jumlah penduduk yang miskin. Ada juga yang merasa 5% cukup, tanggapan tentu bermacam-macam, bahkan ada yang mengatakan pengalokasian ini harus disesuaikan dengan kesanggupan PAD kota medan dan tidak bisa dipatokkan. Semua masukan ini diterima dan dipertimbangkan oleh pansus”.

Berkaitan dengan program yang dibahas sehingga perlu adanya pengalokasian sebesar 10% dari PAD maka muncul kembali pertanyaan, mengenai program seperti apa yang akan dilakukan oleh pemerintah Kota Medan dalam menanggulangi kemiskinan ini. Selanjutnya dijelaskan kembali oleh Ketua Panitia Khusus (Pansus) yang mengatakan:55

Masukan-masukan dari setiap anggota, fraksi, maupun komisi dijadikan sebagai bahan pertimbangan oleh Panitia Khusus (Pansus) untuk diambil kesimpulan yang dianggap lebih layak sebelum Rancangan Peraturan Daerah disahkan. Proses pembahasan Rancangan Peraturan Daerah oleh Dewan “Ada banyak program yang akan dilakukan mengenai pengalokasiannya dilapangan tapi belum bisa saya uraikan karena memang belum ada laporan mengenai hal ini”.

Beliau juga menambahkan penjelasannya:

“Beberapa waktu lalu, pemko dan BkkbN melakukan program bedah rumah tidak layak huni disekitaran belawan, menggunakan PAD kota medan. Seperti hal nya penanggulangan kemiskinan nantinya mungkin akan dilakukan hal yang sama. Untuk perealisasiannya nanti nakan dilakukan oleh TKPKD yang dikoordinasi bappeda”.

55

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Edward Hutabarat sebagai Ketua Pansus perda penanggulangan kemiskinan


(28)

Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) juga sempat mengalami beberapa kendala, seperti yang diberitakan mengenai tertundanya Rancangan Peraturan Daerah Kota Medan untuk disahkan selama 3 tahun menimbulkan banyak pertanyaan, ada apa sebenarnya yang menyebabkan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Medan terkesan lamban dalam menangani hal ini.

Menanggapi hal tersebut, kemudian Ketua Panitia Khusus (Pansus) tentang Penanggulangan Kemiskinan, juga memberikan penjelasan:56

Terhitung dalam jangka waktu 30 hari sejak disetujuinya Rancangan Peraturan Daerah oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dan Kepala “Ranperda ini memang sudah ada dalam perolegda tahun 2012. Tetapi belum dibahas oleh DPRD kota medan karena pada saat itu dianggap ada ranperda yang lebih mendesak untuk dibahas jika dilihat dari kondisi keadaan kota medan. Selain itu, adanya pergantian legislatif juga menjadi alasan tertundanya ranperda ini”.

Setelah dilakukannya proses pembahasan melalui beberapa tingkatan pembicaraan, dan dilakukannya evaluasi, peninjauan kembali terhadap Rancangan Peraturan Daerah serta mempertimbangkan berbagai masukan dan usulan untuk memperbaiki dan mendapatkan keluaran (output) Peraturan Daerah yang berkualitas, maka berdasarkan hasil laporan Pansus Penanggulangan Kemiskinan, ditetapkanlah Rancangan Peraturan Daerah Kota Medan tentang Penanggulangan Kemiskinan untuk selanjutnya disahkan menjadi Peraturan Daerah Kota Medan.

56

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Edward Hutabarat sebagai Ketua pansus perda penanggulangan kemiskinan


(29)

Daerah, sebagai batas waktu untuk menetapkan Rancangan Peraturan Daerah menjadi Peraturan Daerah hal ini diharapkan agar mempercepat proses pelaksanaan dari Peraturan Daerah tersebut.

3.4 Pengesahan dan Pengundangan Peraturan Daerah

Pengesahan adalah langkah terakhir dalam pembentukan Peraturan Daerah sekaligus menjadi langah pertama dalam proses pelaksanaan Peraturan Daerah setelah benar-benar resmi disahkan menjadi Peraturan Daerah. Setelah disahkannya Peraturan Daerah maka setiap aktor yang akan melaksanakannya harus terlebih dahulu memiliki ketersiapan sehingga tercapainya tujuan yang diharapkan.

Sesuai dengan pasal 78 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012, menjelaskan bahwa penyampaian Rancangan Peraturan Daerah Provinsi, Kabupaten/Kota dilakukan dalam jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal persetujuan bersama. Rancangan Peraturan Daerah Provinsi, Kabupaten/Kota dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak Rancangan Peraturan Daerah disetujui bersama oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Kabupaten/Kota, bersama Gubernur, Bupati/Walikota dengan membubuhkan tandatangan.

Apabila Rancangan Peraturan Daerah yang telah disetujui bersama Kepala Daerah tidak ditandatangani oleh Kepala Daerah dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak Rancangan Peraturan Daerah disetujui


(30)

bersama, maka Rancangan Peraturan Daerah dinyatakan sah menjadi Peraturan Daerah dan wajib diundangkan. Setelah melakukan beberapa proses tahapan sejak awal terbentuknya Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) dengan melibatkan banyak pihak dalam setiap prosesnya, serta melakukan beberapa evaluasi, peninjauan kembali, serta perubahan dan penambahan pada Rancangan Peraturan Daerah dengan mempertimbangkan masukan dan usulan dari berbagai pihak, maka pada 12 Oktober 2015 Rancangan Peraturan Daerah Kota Medan tentang Penanggulangan Kemiskinan telah ditetapkan menjadi Peraturan Daerah Kota Medan tentang Penanggulangan Kemiskinan.

Dengan disetujui oleh 9 fraksi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) yang terdiri dari Fraksi PDIP Perjuangan, Fraksi Golkar, Fraksi Gerindra, Fraksi Demokrat, Fraksi PKS, Fraksi PPP, Fraksi PAN, Fraksi Hanura, dan Fraksi Persatuan Nasional, serta Kepala Daerah yaitu Walikota Medan dalam rapat paripurna yang dihadiri oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), Walikota Medan, serta perwakilan dari seluruh jajaran SKPD di lingkungan Pemerintah Kota Medan, dengan membubuhkan tanda tangan maka Rancangan Peraturan Daerah Kota Medan tentang Penanggulangan Kemiskinan telah disahkan menjadi Peraturan Daerah, dan menambahkan kalimat pengesahan yang berbunyi “Peraturan Daerah ini dinyatakan sah”. Hal


(31)

ini kemudian dibenarkan oleh Staff Panitia Khusus (Pansus), yang mengatakan:57

Disetujui dan disahkannya Peraturan Daerah tentang Penanggulangan Kemiskinan ini diharapkan dapat mengurangi tingkat kemiskinan di Kota Medan. Sebagaimana dijelaskan oleh Ketua Panitia Khusus (Pansus):

“Pada 14 September 2015 lalu, berdasarkan hasil rapat 9 fraksi DPRD kota medan di kantor DPRD kota medan menyatakan setuju atas pembentukam perda ini”.

58

Hal ini juga ditanggapi oleh Kasubag hukum SETDA Kota Medan yang mengatakan bahwa:

“Kurang lebih 1 tahun pembahasan, mulai dari prolegda 2014 sampai pengesahan di tahun 2015, setelah disahkan ranperda ini diharapkan pemko medan mampu melaksanakannya secara cepat dan tepat. Mengenai kemiskinan, saya merasa pemko medan perlu mendata ulang agar valid kemudian pemko medan diharapkan mengeluarkan perwal agar perda ini lebih maksimal”.

59

“Harapan kita mengenai pelaksanaannya dilapangan harus benar-benar sesuai, diperlukan juga kerja sama pemerintah dan masyarakat agar pemko medan dapat menekan angka kemiskinan”.

“Turunan dari perda ini sedang dibahas di walikota, nantinya akan dibuat perwal agar pelaksanaan perda ini lebih maksimal dan terencana”.

Beliau juga menambahkan:

57

Hasil wawancara dengan Bapak Yusriadi sebagai Staff Pansus penanggulangan Kemiskinan

58

Hasil wawancara dengan Bapak Edward Hutabarat sebagai Ketua Pansus perda penanggulangan kemiskinan

59


(32)

Disahkannya Peraturan Daerah yang baru, maka sebaiknya ada masa tenggang waktu antara disahkannya Peraturan Daerah sampai kepada proses pelaksanaanya. Hal ini dimaksudkan agar adanya persiapan-persiapan yang dilakukan oleh pemerintah, lembaga/instansi terkait agar pelaksanaannya lebih efektif. Peraturan Daerah ini kemudian diberikan kepada Gubernur untuk mendapatkan Nomor Registrasi. Register ini dilakukan setelah Rancangan Peraturan Daerah disetujui bersama oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Kepala Daerah, Bupati/Walikota belum dapat menetapkan Peraturan Daerah dan mengundangkan dalam lembaran daerah sebelum mendapatkn nomor register.

Proses registrasi ini dimaksudkan agar mendukung tertib administrasi pelaporan Peraturan Daerah dan membentuk informasi Peraturan Daerah secara nasional.60

Dalam proses pengundangan ini adalah hal yang bersifat pengumuman dan penyebarluasan agar setiap orang mengetahui maka Peraturan Daerah harus diundangkan dan dimasukkan kedalam lembaran daerah. Hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal 86 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 yang menegaskan bahwa; Peraturan Perundang-undangan yang diundangkan Untuk Peraturan Daerah tingkat Kabupaten/Kota maka Gubernur yang memiliki kewenangan untuk memberikan nomor registrasi. Setelah mendapatkan Nomor Registrasi oleh Gubernur maka Peraturan Daerah harus diundangkan dan dimasukkan kedalam lembaran daerah.

60


(33)

dalam lembaran daerah adalah Peraturan Daerah Provinsi dan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

Dalam hal penyebarluasan Rancangan Peraturan Daerah yang berasal dari Kepala Daerah dilakukan oleh Sekertaris Daerah, penyebarluasan Rancangan Peraturan Daerah yang berasal dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dilakukan oleh alat kelengkapan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Upaya penyebarluasan dapat dilakukan melalui sosialisasi yang didukung oleh berbagai media serta penyediaan bahan-bahan yang menunjang untuk mempermudah penjelasan mengenai Peraturan Daerah itu sendiri, latar belakangnya, tujuannya, serta pelaksanaannya kepada seluruh jajaran SKPD.

Berdasarkan ketentuan umum diatas setelah diberikannya Nomor Registrasi oleh Gubernur maka Peraturan Daerah Kota Medan tentang Penanggulangan kemiskinan resmi diundangkan di Medan pada tanggal 19 Oktober 2015, atas nama Sekertaris Daerah Kota Medan. Lembaran Daerah Kota Medan Tahun 2015 Nomor 5.


(34)

BAB IV PENUTUP 4.1Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian penulis menyimpulkan bahwa Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 5 Tahun 2012 tentang Penanggulangan Kemiskinan yang diusulkan oleh Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kota Medan bersama dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di lingkungan Kota Medan, sebagaimana ditetapkan di Medan pada tanggal 12 Oktober 2015 oleh Pj. Walikota Medan Randiman Tarigan, dan diundangkan pada tanggal 19 Oktober 2015 oleh Sekertaris Daerah Kota Medan Syaiful Bahri.

Proses penyusunan Peraturan Daerah ini memiliki 4 (empat) tahapan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, yaitu tahap pertama adalah perencanaan Rancangan Peraturan Daerah. Pada tahap ini dilakukan penyusunan Naskah Akademik oleh akademisi yang berkoordniasi dengan jajaran SKPD terkait, dimana Naskah Akademik merupakan dasar dari terbentuknya Rancangan Peraturan Daerah. Naskah Akademik ini berisikan tentang hasil penelitian atau pengkajian terhadap isu permasalahan yang selanjutnya akan dibentuk peraturan sebagai solusi dari masalah tersebut. Tahap kedua yaitu tahap penyusunan Rancangan Peraturan Daerah, dimana pada tahap ini berdasarkan


(35)

Naskah Akademik, Rancangan Peraturan Daerah tentang Penanggulangan Kemiskinan disusun dan diusulkan oleh Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Medan melalui persetujuan Kepala Daerah Kota Medan atau pihak Eksekutif kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Medan untuk ditindaklanjutkan. Tahap ketiga, yaitu pembahasan Rancangan Peraturan Daerah di DPRD Kota Medan, pada tahap ini membahas dan mengkaji secara rinci mengenai bab, pasal, dan ayat sesuai dengan kesepakatan bersama yang selanjutnya akan ditetapkan dalam Peraturan Daerah. Tahap keempat, merupakan tahapan terakhir yaitu pengesahan. Dalam tahap ini DPRD Kota Medan beserta Kepala Daerah Kota Medan mengesahkan Peraturan Daerah Kota Medan tentang Penanggulangan Kemiskinan yang telah disetujui. Dengan demikian, Peraturan Daerah Kota Medan tentang Penanggulangan Kemiskinan dinyatakan sah.

4.2Saran

Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 5 Tahun 2015 tentang Penanggulangan Kemiskinan adalah suatu bentuk kebijakan yang diambil oleh pemerintah Kota Medan untuk mengentas kemiskinan dan mensejahterakan masyarakat daerahnya. Keterlibatan Masyarakat dalam pembentukan Peraturan Daerah ini adalah suatu bentuk keterbukaan yang dilakukan pemerintah, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundnag-Undangan sebagaimana peran dari masyarakat memang diperlukan. Hal ini juga akan menguntungkan bagi


(36)

masyarakat dan pemerintah, dimana masyarakat akan lebih mempercayai program yang akan dilaksanakan karena ikut terlibat dalam proses perencanaan dan persiapannya. Pemerintah dan masyarakat Kota Medan serta seluruh aktor pelaksananya diharapkan dapat saling bekerjasama dan mendukung agar proses pelaksanaan program Peraturan Daerah ini akan terlaksana dengan cepat, tepat, dan berkelanjutan menekan angka kemiskinan dan menghasilkan masyarakat Kota Medan yang adil dan sejahtera.


(37)

Dalam bab ini akan diuraikan tentang profil Kota Medan, profil Bappeda Kota Medan, serta uraian isi dari Peraturan daerah Kota Medan Nomor 5 Tahun 2015 tentang Penanggulangan Kemiskinan.

BAB III : Analisis Proses Penyusunan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 5 Tahun 2015 tentang Penanggulangan Kemiskinan

Pada bab ini akan dibahas hasil penelitian dan menganalisis data yang diperoleh sehingga mampu menjawab permasalahan penelitian serta melihat bagaimana proses penyusunan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 5 tahun 2015 tentang Penanggulangan Kemiskinan.

BAB IV : Penutup

Bab ini merupakan bab terakhir dari penulisan skripsi yang akan merangkum kesimpulan dan saran dari seluruh data dan hasil yang diperoleh.


(38)

Profil Kota Medan Dan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 5 Tahun 2015 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

2.1 Profil Kota Medan

Kota Medan merupakan kota yang cukup dikenal oleh masyarakat Indonesia, Kota Medan menyandang predikat terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya. Secara geografis, Medan terletak pada 3,30°- 3,43° LU dan 98,35°- 98,44° BT dengan topografi cenderung miring ke utara. Secara administratif kota Medan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang disebelah timur, barat, dan selatan sedangkan di sebelah utara berbatasan dengan Selat Malaka.

Kota Medan yang berada di wilayah strategis secara geografis ini juga dijadikan sebagai jalur masuknya perdagangan barang dan jasa baik domestik maupun luar negeri. Hal ini tentu sangat berdampak terhadap kemajuan wilayah Kota Medan yang semakin berkembang. Selain itu, daerah-daerah di Kota Medan memiliki kekayaan Sumber Daya Alam, seperti perkebunan dan hutan yang mendukung kemajuan perdagangan dan perindustrian di kota ini.

Karakteristik Kota Medan didukung oleh luas wilayah 265,10 km2 atau 3,6% dari luas total wilayah Provinsi Sumatera Utara. Terdiri dari 21 Kecamatan yang tersebar di seluruh wilayah Kota Medan, dengan urutan luas wilayah yang paling besar yaitu, Kecamatan Medan Labuhan, Kecamatan Medan Belawan, Kecamatan Medan Marelan, Kecamatan Medan Deli,


(39)

Kecamatan Medan Tuntungan, Kecamatan Medan Sunggal, Kecamatan Medan Johor, Kecamatan Medan Helvetia, Kecamatan Medan Selayang, Kecamatan Medan Amplas, Kecamatan Medan Denai, Kecamatan Medan Polonia, Kecamatan Medan Tembung, Kecamatan Medan Timur, Kecamatan Medan Petisah, Kecamatan Medan Baru, Kecamatan Medan Area, Kecamatan Medan Barat, Kecamatan Medan Kota, Kecamatan Medan Perjuangan, Medan Maimun.21

No

Tabel 1.2

Luas Wilayah Kota Medan Menurut Kecamatan 2010-2014 Kecamatan Luas (Km2) Persentase

1 Medan Tuntungan 20,68 7,80

2 Medan Johor 14,58 5,50

3 Medan Amplas 11,19 4,22

4 Medan Denai 9,05 3,41

5 Medan Area 5,52 2,08

6 Medan Kota 5,27 1,99

7 Medan Maimun 2,98 1,13

8 Medan Polonia 9,01 3,40

9 Medan Baru 5,84 2,20

10 Medan Selayang 12,81 4,83

11 Medan Sunggal 15,44 5,83

21


(40)

12 Medan Helvetia 13,16 4,97

13 Medan Petisah 6,82 2,57

14 Medan Barat 5,33 2,01

15 Medan Timur 7,76 2,93

16 Medan Perjuangan 4,09 1,54

17 Medan Tembung 7,99 3,01

18 Medan Deli 20,84 7,86

19 Medan Labuhan 36,67 13,83

20 Medan Marelan 23,82 8,99

21 Medan Belawan 26,25 9,90

Jumlah 265,10 100,00

Sumber: Bagian Tata Pemerintahan

Berdasarkan tabel 1.2, dapat disimpulkan bahwa Kecamatan yang yang paling luas berada pada Kecamatan Medan Labuhan yaitu sebesar 36,67 km2, sedangkan yang paling kecil wilayahnya adalah Kecamatan Medan Maimun sebesar 2,98 km2.

Sesuai dengan dinamika pembangunan kota, luas wilayah administrasi Kota Medan telah melalui beberapa kali perkembangan. Pada Tahun 1951, Walikota Medan mengeluarkan Maklumat Nomor 21 tanggal 29 September 1951, yang menetapkan bahwa luas Kota Medan menjadi 5.130 Ha, meliputi 4 Kecamatan dengan 59 Kelurahan. Maklumat Walikota Medan dikeluarkan


(41)

menyusul keluarnya Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor 66/III/PSU tanggal 21 September 1951, agar daerah Kota Medan diperluas menjadi tiga kali lipat.22

Melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1973 Kota Medan kemudian mengalami pemekaran wilayah menjadi 26.510 Ha yang terdiri dari 11 Kecamatan dengan 116 Kelurahan. Berdasarkan luas administrasi yang sama maka melalui Surat Persetujuan Menteri Dalam Negeri Nomor 140/2271/PUOD, tanggal 5 Mei 1986, Kota Medan melakukan pemekaran Kelurahan menjadi 144 Kelurahan. Perkembangan terakhir berdasarkan Surat Keputusan Gubernur KDH Tingkat I Sumatera Utara Nomor 140.22/2772.K/1996 tanggal 30 September 1996 tentang pendefitipan 7 Kelurahan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 tahun 1992 tentang Pembentukan Beberapa Kecamatan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan, secara administrasi Kota Medan dimekarkan kembali, dan dibagi menjadi 21 Kecamatan yang mencakup 151 Kelurahan, dengan rincian sebagai berikut:23

22

www.pemkomedan.go.id/hal-selayang-pandang

23


(42)

Tabel 1.3

Jumlah Kecamatan dan Keluran Kota Medan

No Kecamatan Kelurahan

1 Medan tuntungan 9 Kelurahan 2 Medan Johor 6 Kelurahan 3 Medan Amplas 8 Kelurahan 4 Medan Denai 5 Kelurahan 5 Medan Area 12 Kelurahan 6 Medan Kota 12 Kelurahan 7 Medan Maimun 6 Kelurahan 8 Medan Polonia 5 Kelurahan 9 Medan Baru 6 Kelurahan 10 Medan Selayang 6 Kelurahan 11 Medan Sunggal 6 Kelurahan 12 Medan Helvetiah 7 Kelurahan 13 Medan Petisah 7 Kelurahan 14 Medan Barat 6 Kelurahan 15 Medan Timur 11 Kelurahan 16 Medan Perjuangan 9 Kelurahan 17 Medan Tembung 7 Kelurahan 18 Medan Deli 6 Kelurahan 19 Medan Labuhan 7 Kelurahan


(43)

20 Medan Marelan 4 Kelurahan 21 Medan Belawan 6 Kelurahan Sumber: Medan Dalam Angka Tahun 2014

Berdasarkan hasil dari tabel 1.3, Kecamatan dengan jumlah Kelurahan yang paling banyakn adalah Kecamatan Medan Area dan Kecamatan Medan Kota masing-masing sebanyak 12 Kelurahan, sedangkan Kecamatan yang memiliki jumlah Kelurahan paling sedikit yaitu Kecamatan Medan Marelan dengan jumlah 4 Kelurahan. Selain itu, pemerintah Kota Medan memiliki Struktur Organisasi dan Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang menyelenggarakan tugas-tugas umum pemerintahan, kewenangan desentralisasi serta membantu kelancaran pelaksanaan tugas-tugas Kepala Daerah yang terdiri dari Sekretariat Daerah, Dinas Daerah, Lembaga Teknis Daerah, Unit Pelaksana Daerah, Kecamatan dan Kelurahan.24

1. Sekertariat Daerah

Sekretariat Daerah dibentuk dengan Peraturan Daerah Nomor 28 tahun 2002 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah Kota Medan dan Sekretariat DPRD Kota Medan. Sekretariat Daerah merupakan unsur staf Pemerintah Daerah yang dipimpin oleh seorang Sekretaris Daerah yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota.

24


(44)

Tugas pokok Sekretariat Daerah adalah membantu Walikota dalam menyelenggarakan tugas pemerintahan, administrasi, organisasi dan tatalaksana serta memberikan pelayanan administratif kepada seluruh perangkat daerah. Sementara itu, untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, fungsi dari Sekretariat Daerah ini mencakup, pengkoordinasian perumusan kebijakan Pemerintah Daerah, penyelenggaraan administrasi pemerintahan, pengelolaan sumber daya aparatur; keuangan; prasarana dan sarana Pemerintah Daerah, pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan fungsinya. Susunan organisasi Sekretariat Daerah terdiri dari 1 orang Sekretaris Daerah, 4 orang Asisten dan 11 orang Kepala Bagian, 1 Sekretaris Dewan dan 3 Bagian.25

2. Dinas Daerah

Dinas Daerah dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 35 Tahun 2002 tentang Perubahan atas Perda Kota Medan No. 4 Tahun 2001 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja dinas-dinas Daerah di lingkungan Pemko Medan yang terdiri dari 21 Dinas. Dinas Daerah merupakan unsur pelaksana pemerintah daerah yang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah.

Dinas Daerah ini melaksanakan tugas dan fungsi operasional untuk bidang-bidang tertentu seperti pendidikan, pariwisata dan kebudayaan,

25


(45)

kesehatan, perhubungan, informasi, telekomunikasi dan pengolahan data elektronik, pertanian dan lain-lain.26

3. Lembaga Teknis Daerah

Lembaga Teknis Daerah merupakan badan/kantor yang dikepalai oleh seorang Kepala Badan/Kepala Kantor sebagai unsur penunjang yang membantu Walikota dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah untuk bidang-bidang tertentu. Kepala Badan/Kepala Kantor berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah. Pembentukannya didasarkan pada Peraturan Daerah Nomor 36 Tahun 2002 tentang pembentukan organisasi dan tata kerja Lembaga Teknis Daerah Kota Medan yang terdiri dari 8 Badan dan 5 Kantor. Beberapa lembaga teknis yang terdapat dalam pemerintah Kota Medan antara lain Badan Pengawas, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Badan Kepegawaian Daerah, Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat, Kantor Polisi Pamong Praja dan Kantor Penanaman Modal Daerah, dan lain-lain.27

4. Unit Pelaksana Daerah

Unit Pelaksana Daerah berkedudukan sebagai pelaksana daerah yang membantu Walikota di bidang tertentu, dipimpin oleh Kepala Unit yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah.28

5. Kecamatan 26

ibid

27

ibid

28


(46)

Pemerintah Kecamatan merupakan perangkat daerah yang dipimpin oleh seorang camat yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah. Organisasi Kecamatan terdiri dari camat, sekretariat kecamatan, dan 5 seksi. Pemerintah Kota Medan dibantu oleh 21 Kecamatan, 151 Kelurahan dan 105 seksi.29

2.2 Profil Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA)

Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) yang terletak di kantor Walikota Medan memiliki tugas untuk membantu Walikota Medan untuk menentukan arah dan kebijakan dibidang perencanaan dan pembangunan kota. Bappeda Kota Medan sebagai unsur penunjang pemerintah Kota Medan berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekertaris Daerah.

Untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, Bappeda Kota Medan mempunyai fungsi diantaranya, merumuskan kebijakan teknis dalam perencanaan pembangunan kota, menyusun pola dasar pembangunan pola dasar daerah yang terdiri dari pola umum pembangunan kota jangka panjang dan kota jangka menengah (lima tahun), menyusun Rencana Anggran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD), mengikuti perkembangan dan mempersiapkan rencana pembangunan kota untuk penyempurnaan perencanaan lebih lanjut, melaksanakan perkembangan dan mempersiapkan rencana pembangunan untuk penyempurnaan perencanaan lebih lanjut, melaksanakan seluruh kewenangan yang ada sesuai

29


(47)

dengan bidang tugasnya, melakukan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Daerah.30

Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Kepala Daerah Kota Medan dibantu dan memberikan sebagian wewenangnya antara lain kepada Sekretaris, Bidang Ekonomi, Bidang Sosial Budaya, Bidang Fisik, Bidang Data dan Monitoring dan Evaluasi. Bappeda Kota Medan memiliki Struktur Organisasi yang dikembangkan dan ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan nomor 3 tahun 2009 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Medan secara umum, Rencana Strategis (Renstra). 31

Bappeda kota medan dalam tahap implementasi pelaksanaan akan dikelola oleh seluruh jajaran aparatur Bappeda Kota Medan dengan struktur organisasi, yaitu (1) Kepala Bappeda, (2) Sekertaris, yang membawahi Sub. Bagian Umum, Sub. Bagian Keuangan, dan Sub. Bagian Penyusunan Program. (3) Bidang Ekonomi, yang membawahi Sub. Bidang Industri Perdagangan dan Pertanian, Sub. Bidang Koperasi dan Usaha Kecil Menengah. (4) Bidang Sosial dan Budaya, yang membawahi Sub. Bidang Sosial Kemasyarakatan, Sub. Bidang Pendidikan dan Kebudayaan. (5) Bidang Fisik dan Tata Ruang, yang membawahi, Sub. Bidang Prasarana Kota, Sub. Bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup. (6) Bidang Data Monitoring dan Evaluasi, yang membawahi, Sub. Bidang Data, Monitoring, Informasi dan Evaluasi.32

30

www.pemkomedan.go.id/RADPPK/Renstra_Bappeda.pdf

31

ibid

32


(48)

Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Medan, merupakan unsur pendukung tugas Walikota, yang dipimpin oleh seorang Kepala Bappeda yang bertanggung jawab kepada Walikota Medan melalui Sekretaris Daerah. Bappeda mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang perencanaan pembangunan kota. Sekretariat dipimpin oleh seorang Sekretariat yang mempunyai tugas dan melaksanakan tugas dibidang ketatausahaan yang meliputi pengolahan administrasi umum, keuangan, kepegawaian, dan penyusunan program. Dalam melaksanakan tugas pokok sekretariat menyelenggarakan fungsi, diantaranya, (a) Penyusunan rencana, program, dan kegiatan kesekretariatan. (b) Pengkoordinasian penyusunan perencanaan program badan. (c) Pelaksanaan dan penyelenggaraan pelayanan administrasi kesekretariatan badan yang meliputi administrasi umum, kepegawaian, keuangan, dan kerumahtanggaan badan. (d) Pengelolaan dan pemberdayaan sumber daya manusia, pengembangan organisasi, dan ketatalaksanaan. (e) Pelaksanaan koordinasi penyelenggaraan tugas-tugas badan sub bidang. (f) Pelaksanaan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian bidang kesekretariatan. (g) Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan kesekretariatan. (h) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bappeda sesuai dengan tugas dan fungsi yang ditentukan.33

Bidang Ekonomi di pimpin oleh Kepala Bidang, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan, mempunyai tugas pokok dalam

33


(49)

melaksanakan tugas lingkup industri, perdagangan, pertanian, koperasi, dan usaha kecil menengah. Dalam melaksanakan tugas pokok, bidang ekonomi menyelenggarakan fungsi, diantaranya, Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Ekonomi; (a) Penyusunan petunjuk teknis perencanaan kota lingkup industri, perdagangan, pertanian, koperasi, dan usah kecil menengah. (b) Pelaksanaan kegiatan perencanaan pembangunan kota lingkup pertanian dan kelautan, perindustrian dan perdagangan. (c) Pengkoordinasian dan memadukan rencana pembangunan kota lingkup pertanian dan kelautan, perindustrian dan perdagangan. (d) Pelaksanaan investarisasi permasalahan ekonomi, merumuskan langkah-langkah, dan kebijakan pemecahannya. (e) Pengkoordinasian dan melaksanaan sosialisasi rencana kerja tahunan di bidang ekonomi yang meliputi pertanian dan kelautan, perindustrian dan perdagangan, kebudayaan dan pariwisata, koperasi usaha mikro dan menengah, pendapatan, penanaman modal, ketahanan pangan, dan pelayanan perijinan terpadu dalam rangka melaksanakan program pembangunan kota atau program dan kegiatan yang perlu diusulkan ke pemerintah provinsi dan pemerintah pusat. (f) Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang ekonomi. (g) Pelaksanan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bappeda sesuai dengan tugas dan fungsinya.34

Bidang Sosial dan Budaya di pimpin oleh Kepala Bidang, yang berada dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan. Bidang Sosial dan Buadaya mempunyai tugas melaksanakan lingkup sosial, kemasyarakatan, pendidikan,

34


(50)

dan kebudayaan. Dalam melaksanakan tugas pokok, Bidang Sosial dan Budaya menyelenggarakan fungsi, diantaranya, (a) Penyusunan rencana program kegiatan bidang sosial dan budaya. (b) Penyusunan petunjuk teknis perencanaan kota lingkup sosial, kemasyarakatan, pendidikan dan kebudayaan. (c) Pelaksanaan kegiatan perencanaan pembangunan kota lingkup pendidikan, kesehatan, sosial, kemiskinan, ketenagakerjaan. (d) Pengkoordinasian dan memadukan rencana pembangunan kota lingkup pendidikan, kesehatan, sosial, kemiskinan, dan keluarga berencana. (e) Pelaksanaan inventaris permasalahan di bidang sosial budaya, merumuskan langkah-langkah dan kebijakan pemecahannya. (f) Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang sosial budaya. (g) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bappeda sesuai dengan tugas-tugasnya.35

Bidang Fisik dan Tata Ruang dipimpin oleh Kepala Bidang yang mempunyai tugas melakasanakan tugas lingkup prasarana kota, tata ruang, dan lingkungan hidup. Dalam melaksanakan tugas pokok bidang fisik dan tata ruang menyelenggarakan fungsi, diantaranya, (a) Penyusunan rencana program dan kegiatan bidang fisik dan tata ruang. (b) Penyusunan petunjuk teknis perencanaan kota lingkup prasarana kota, tata ruang dan lingkungan hidup. (c) Pelaksanaan kegiatan perencanaan pembangunan prasarana kota serta pengendalian tata ruang dan lingkungan hidup. (d) Pengkoordinasian dan memadukan rencana pembangunan prasarana kota, tata ruang, dan lingkungan

35


(51)

hidup yang disusun oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah di lingkungan Pemerintah Daerah. (e) Pelaksanaan inventarisasi di bidang fisik dan tata ruang, merumuskan langkah-langkah dan kebijakan pemecahannya. (f) Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang fisik dan tata ruang. (g) Pelaksanaan tugas yang lain yang diberikan oleh Kepala Bappeda sesuai dengan tugas dan fungsinya.36

Bidang Data Monitoring dan Evaluasi di pimpin oleh Kepala Bidang yang berada dibawah dan bertanggung jawab oleh Kepala Badan, mempunyai tugas melaksanakan tugas lingkup data, monitoring dan evaluasi. Dalam melaksanakan tugas pokok, Bidang Data Monitoring dan Evaluasi menyelenggarakan fungsi, diantaranya, (a) Penyusunan rencana program, dan kegiatan Bidang Data Monitoring dan Evaluasi. (b) Penyusunan petunjuk teknis perencanaan pembangunan kota lingkup data, monitoring, dan evaluasi. (c) Pelaksanaan pengumpulan data dan informasi sehubungan dengan kota medan. (d) Penyusunan data mengenai pelaksanaan program pembangunan. (e) Pelaksanaan publikasi data dan informasi sesuai kebutuhan. (f) Pengembangan pusat data perencanaan daerah. (g) Pelaksanaan evaluasi data lingkup pembangunan kota medan. (h) Pelaksanaan hasil laporan penyelesaian akhir tahun. (i) Penyusunan laporan rapat kerja nasional.37

Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Medan memiliki Visi dan Misi. Visi merupakan pandangan jauh ke depan,

36

ibid

37


(52)

kemana dan bagaimana instansi pemerintah harus dibawa dan berkarya agar konsisten dan dapat eksis, antisipasif, inovatif serta produktif. Visi tidak lain adalah suatu gambaran yang menantang tentang keadaan masa depan berisikan cita dan citra yang diwujudkan oleh instansi pemerintah mengacu pada batasan tersebut. Adapun yang menjadi visi Bappeda Kota Medan, adalah “Terwujudnya Bappeda yang Profesional dan Partisipatif Mendukung Akselerasi Pembangunan Kota”.38

Misi Bappeda Kota Medan diantaranya; Pertama, meningkatkan kualitas ketersediaan rencana pembangunan merupakan langkah strategis yang dilaksanakan agar rencana pembangunan kota tidak hanya diarahkan untuk memenuhi kebutuhan formal, tetapi dilandasi kebutuhan material. Sekaligus alternatif kebijakan dan formulasi program serta kegiatan dan penganggaran pelayanan umum yang ditetapkan. Kedua, meningkatkan efektivitas pengukuran, pemantauan, evaluasi, dan pelaporan capaian kinerja pembangunan kota, yang merupakan siklus manajemen pembangunan kota yang diarahkan untuk mendapatkan data dan informsi bahwa implementasi pelaksanaan rencana sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya, sekaligus memberikan umpan balik bagi siklus perencanaan berikutnya.39

Ketiga, meningkatkan integrasi dan koordinasi rencana pembangunan merupakan upaya meningkatkan nilai optimum dari setiap pemanfaatan sumber daya pembangunan yang digunakan baik secara makro maupun mikro.

38

ibid

39


(53)

Pengintegrasian dan pengkoordinasian sendiri diarahkan untuk memaduserasikan tujuan nasional dan regional dalam pembangunan secara hirarkis, sehingga dapat di formulasikan berbagai rencana efektif dan yang bersifat implementasi. Keempat, meningkatkan nilai opmum dan setiap pemanfaatan sumber daya pembangunan yang digunakan baik secara makro maupun mikro.40

Tujuan Bappeda Kota Medan Tahun 2011-2015 berdasarkan visi dan misi yang ditetapkan, adalah sebagai berikut; (a) Meningkatkan kualitas rencana pembangunan kota jangka menengah dan jangka pendek. (b) Meningkatkan implementasi pelaksanaan rencana pembangunan kota. (c) Meningkatkan pengendalian dan evaluasi implementasi pelaksanaan rencana pembangunan kota. (d) Meningkatkan penyelenggaraan tugas-tugas lain yang ditugaskan oleh Kepala Daerah dalam kaitan dengan kebijakan pembangunan.41

40

ibid

41

ibid

2.3 Deskripsi Kemiskinan Di Kota Medan

Upaya pemerintah dalam melakukan hal penanggulangan kemiskinan tampaknya belum juga membuahkan hasil, hal ini terlihat dari masih meningkatnya angka kemiskinan di Kota Medan dari tahun ke tahun. Oleh sebab itu kemiskinan masih saja menjadi topik penting bagi pemerintah untuk terus melakukan upaya pemberantasan dan penurunan angka kemiskinan melalui berbagai program kebijakan yang dilakukan.


(54)

Menurut Bappenas, tantangan utama penanggulangan kemiskinan berada pada beberapa hal, diantaranya:

1. Pertumbuhan penduduk yang masih cukup besar

2. Petani dan nelayan dihadapkan pada lahan usaha yang terbatas 3. Kapasitas dan peluang usaha masyarakat miskin masih rendah 4. Laju urbanisasi yang pesat memperparah kemiskinan perkotaan

5. Peningkatan penyerapan tenaga kerja sektor formal menghadapi tantangan isu ketenagakerjaan

6. Masih banyak daerah terisolir, dengan akses pelayanan dasar rendah 7. Belum tersedianya Jaminan Perlindungan Sosial yang komprehensif

8. Social Exclusion (marjinalisasi), seperti kepada penduduk: disabel, penyakit kronis, ilegal, dll.

Kepadatan penduduk adalah salah satu tantangan dalam penanggulangan kemiskinan, pada tahun 2014 jumlah penduduk Kota Medan mencapai 2.191.140 jiwa, jika dibandingkan dengan hasil proyeksi penduduk 2014, terjadi pertambahan penduduk sebesar 55.624 jiwa (2,6%). Dengan luas wilayah mencapai 265,10 km2, kepadatan penduduk mencapai 8.265 jiwa/km2.42

42

https://medankota.bps.go.id/fronted/subjek/view/id/12

Persebaran penduduk yang tidak didukung oleh lingkungan dan pembangunan yang memadai biasanya akan menimbulkan masalah sosial yang kompleks.

Tabel 1.4


(55)

Kecamatan Luas Wilayah Penduduk Kepadatan Penduduk Per

Km2

Medan Tuntungan 20,68 84 775 4 099

Medan Johor 14,58 130 414 8 945

Medan Amplas 11,19 121 362 10 846

Medan Denai 9,05 145 677 16 097

Medan Area 5,52 98 955 17 927

Medan Kota 5,27 74 406 14 119

Medan Maimun 2,98 40 624 13 632

Medan Polonia 9,01 55 369 6 145

Medan Baru 5,84 40 519 6 938

Medan Selayang 12,81 104 454 8 154

Medan Sunggal 15,44 115 687 7 493

Medan Helvetia 13,16 149 806 11 383

Medan Petisah 6,82 63 333 9 286

Medan Barat 5,33 72 620 13 625

Medan Timur 7,76 111 369 14 352

Medan Perjuangan 4,09 95 790 23 421

Medan Tembung 7,99 137 062 17 154

Medan Deli 20,84 178 147 8 548

Medan Labuhan 36,67 116 357 3 173

Medan Marelan 23,82 156 394 6 566

Medan Belawan 26,25 98 020 3734

Kota Medan 265,10 2 191 140 8 065

Sumber: Medan Dalam Angka 2015

Tingkat kepadatan penduduk berdasarkan Kecamatan pada tahun 2014, sebagai Kecamatan yang paling banyak jumlah penduduknya yaitu Kecamatan Medan Deli sebanyak 178.147 jiwa, dan wilayah yang memiliki jumlah penduduk paling kecil yaitu Kecamatan Medan Baru sebanyak 40.519 jiwa. Penjelasan rangkuman paragraf di atas disusun dalam bentuk tabel 1.4.

Tabel 1.5

Statistik Kemiskinan Medan


(56)

Garis Kemiskinan (Rp/Kap/Bln) 384 608 396 112 Jumlah Penduduk Miskin (000 Jiwa) 201,06 209,69

Jumlah Penduduk Miskin (%) 9,33 9,64

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, tingkat kemiskinan di Kota Medan pada tahun 2013 mengalami kenaikan dibanding tahun 2012, yaitu sebanyak 201,06 jiwa menjadi 209,69 jiwa, dari 9,33% menjadi 9,64%. Selain itu, kemiskinan di Kota Medan juga menempati urutan ke delapan diantara Kabupaten/Kota di Sumatera Utara. Hal ini tentu sangat menjadi perhatian bagi pemerintah untuk bekerja sama dengan masyarakat agar mengurangi laju pertumbuhan angka kemiskinan.

Perbedaan perkembangan masing-masing wilayah memiliki persebaran kemiskinan yang berbeda-beda pula, hal ini terlihat dari persebaran ketersediaan sarana dan perbedaan letak lokasi yang mempengaruhi kemiskinan, misalnya Wilayah Kecamatan Medan Belawan merupakan wilayah Kecamatan yang paling tinggi tingkat kemiskinanya. Jumlah masyarakat miskin di Kecamatan Belawan mencapai 42.698 Kepala Keluarga, Mata pencaharian masyarakat Kecamatan Belawan didominasi oleh nelayan dan buruh.

Keterbatasan ekonomi inilah yang menjadi pemicu kemiskinan yang terjadi di daerah ini, karena rendahnya tingkat pendidikan yang dimiliki masyarakat Kecamatan Belawan, sehingga banyak diantara mereka yang tidak


(57)

memiliki pekerjaan atau menganggur, keadaan seperti ini tentu menjadi penghalang untuk mendapatkan penghasilan dalam rangka memenuhi kebutuhan.

Sulitnya mendapatkan pekerjaan disebabkan karena pendidikan yang rendah, serta minimnya tingkat keterampilan yang dimiliki masyarakat juga menjadi faktor kemiskinan. Kemiskinan juga terjadi karena kondisi alam yang buruk, karena sebagian besar mata pencaharian di wilayah Medan Belawan adalah nelayan, mereka hanya menangkap ikan bergantung pada keadaan cuaca.

Selain itu, angka kemiskinan yang paling rendah berada pada wilayah Kecamatan Medan Baru, yang memiliki jumlah masyarakat miskin sebesar 6.323 Kepala Keluarga. Hal ini disebabkan karena wilayah Medan Baru di dominasi oleh penduduk yang masih berusia produktif, dan banyaknya permukiman industri dan usaha-usaha yang mendukung perekonomian penduduk di wilayah ini. Penjelasan mengenai kemiskinan juga dirangkum dalam bentuk tabel 1.6.

Tabel 1.6

Data Kemiskinan per Kecamatan

No Kecamatan Jumlah KK Miskin

1 Medan Tuntungan 12 893

2 Medan Johor 20 950

3 Medan Amplas 14 735


(58)

5 Medan Area 18 943

6 Medan Kota 15 071

7 Medan Maimun 11 295

8 Medan Polonia 11 044

9 Medan Baru 6 323

10 Medan Selayang 10 575

11 Medan Sunggal 16 966

12 Medan Helvetia 10 432

13 Medan Petisah 16 254

14 Medan Barat 25 281

15 Medan Timur 20 991

16 Medan Perjuangan 16 650

17 Medan Tembung 17 476

18 Medan Deli 24 721

19 Medan Labuhan 32 471

20 Medan Marelan 15 547

21 Medan Belawan 42 698

Kota Medan 393 147

Sumber: BPS Kota Medan Dalam Angka 2012

Tingkat kemiskinan di wilayah perkotaan memang sangat kompleks, dalam upaya mengentaskan kemiskinan pemerintah harus melakukannya


(59)

dengan menggunakan strategi dan program yang kuat untuk meningkatkan perekonomian dan kualitas masyarakat yang mampu berdaya saing.

2.4 Politik Pembangunan Kota Medan

Pembangunan merupakan suatu bentuk usaha yang dilakukan pemerintah untuk mencapai suatu tujuan negara yaitu menjadi berkembang dan mensejahterakan masyarakatnya. Segala bentuk upaya pembangunan yang dilakukan pemerintah tentu tidak terlepas dari peran penting warga negaranya, karena pada hakikatnya pembangunan ditujukan untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan pemerataan kesejahteraan material dan spiritual.

Sebagaimana dijelaskan dalam Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 5 Tahun 2015 tentang Penanggulangan Kemiskinan, dalam rangka memenuhi hak dasar warga negara, sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, maka diperlukan upaya-upaya nyata dalam penanggulangan kemiskinan, dimana kemiskinan adalah masalah yang bersifat multi dimensi, multi sektor dengan beragam karakteristik karena menyangkut hak dan martabat manusia, maka perlu keterpaduan program dan melibatkan partisipasi masyarakat.

Mengingat terbentuknya Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 5 tahun 2015 diturunkan melalui pasal 18 ayat (6) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Undang-Undang Nomor 8 Drt Tahun 1956 tentang pembentukan Daerah Otonom Kota-Kota Besar Dalam Lingkungan Daerah Provinsi Sumatera Utara, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem


(60)

Jaminan Sosial Nasional, Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1973 tentang Perluasan Daerah Kotamadya Medan, Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 1991 tentang Pembentukan Kecamatan.

Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1992 tentang Pembentukan 18 Kecamatan, Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2009 tentang Tata Naskah Dinas di Lingkungan Pemerintah Daerah, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah, kemudian dibentuk Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 2 Tahun 2009 tentang urusan pemerintahan Kota Medan.

Sesuai dengan ketentuan umum yang berlaku dalam Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 5 Tahun 2015, pemerintah adalah pemerintah pusat, pemerintah provinsi adalah Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, daerah adalah Kota Medan, pemerintah daerah adalah penyelenggara urusan pemerintah di daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) adalah lembaga perwakilan rakyat daerah yang berkedudukan sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah. Kemiskinan adalah suatu kondisi sosial ekonomi seseorang atau sekelompok orang yang tidak terpenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Dalam memenuhi rencana pemerintah daerah untuk


(61)

menanggulangi kemiskinan dibentuklah Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota.

Tujuan dari pembentukan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 5 tahun 2015 ini adalah menjamin perlindungan dan pemenuhan hak-hak dasar warga miskin secara bertahap agar dapat menjalani kehidupan yang bermartabat, mempercepat penurunan jumlah warga miskin, meningkatkan partisipasi masyarakat, serta menjamin konsistensi, integrasi, sinkronisasi, dan sinergi dalam penanggulangan kemiskinan. Selain itu, ruang lingkup yang digunakan adalah identifikasi warga miskin, hak dan kewajiban warga miskin, penyusunan strategi dan program, pelaksanaan dan pengawasan, serta peran masyarakat. Penanggulangan kemiskinan berasaskan adil dan merata, partisipatif, demokratis, koordinatif/keterpaduan, transparan dan akuntabel, tertib hukum dan saling percaya yang menciptakan rasa aman.

Identifikasi warga miskin dalam Peraturan Daerah ini dilakukan melalui pendataan, verifikasi dan atau validasi data, dan penetapan warga miskin. Pendataan yang dilakukan adalah hasil kerja sama antara pemerintah daerah dan badan statistik. Pendataan yang dilakukan akan ditetapkan berdasarkan Keputusan Walikota. Warga miskin adalah masyarakat yang harus dilindungi negara, yang memiliki hak diantaranya, adalah: hak atas kebutuhan pangan, hak atas pelayanan kesehatan, hak atas pendidikan, hak atas pekerjaan dan berusaha, hak atas modal usaha, hak atas perumahan, hak atas air bersih dan


(62)

sanitasi yang baik, hak mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat, hak atas rasa aman dari perlakuan atau ancaman dan tindak kekerasan, dan hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial ekonomi dan politik. Pemenuhan atas hak sebagaimana yang telah disebutkan akan dibiayai oleh pemerintah daerah melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah serta dari sumber lainnya yang tidak mengikat, untuk merealisasikan pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan Pemerintah Daerah wajib menyisihkan minimal 10% dari Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Sebagai masyarakat daerah kota Medan yang teridentifikasi sebagai warga miskin yang memiliki hak, warga miskin juga memiliki kewajiban, hal ini bertujuan agar penanggulangan kemiskinan yang dilakukan pemerintah daerah dapat terlaksana dan berhasil, warga miskin wajib menaati dan berperan aktif terhadap segala upaya penanggulangan kemiskinan sesuai dengan pasal 9. Pemerintah Daerah berkewajiban menanggulangi kemiskinan secara terpadu, masyarakat berkewajiban untuk berpartisipasi dalam peningkatan kesejahteraan, dan setiap keluarga harus berupaya untuk memenuhi kebutuhan dasar keluarganya masing-masing.

Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 5 Tahun 2015 ini dibentuk dengan melakukan penyusunan Strategi dalam menanggulangi kemiskinan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah, penyusunan strategi penanggulangan kemiskinan wajib dikoordinasikan dengan seluruh pemangku kepentingan dan akan menjadi pedoman penyusunan program penanggulangan kemiskinan


(63)

pada setiap SKPD. Pemerintah daerah dapat melakukan program penanggulangan kemiskinan secara spesifik, yang tidak bertentangan dengan norma-norma agama, sosial, dan ketentuan yang berlaku.

Setelah dibentuknya Penyusunan Strategi dan Program Penanggulangan Kemiskinan, maka selanjutnya akan dibahas tentang Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan. Program penanggulangan kemiskinan ini, meliputi: bantuan pangan, bantuan kesehatan, bantuan pendidikan, bantuan perumahan, bantuan peningkatan keterampilan, bantuan modal usaha, bantuan perlindungan yang aman. Bantuan pangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 14 huruf a dilaksanakan melalui pemberian subsidi pembelian bahan pangan yang aman, sehat, utuh, dan halal (ASUH). Bantuan kesehatan meliputi pembebasan pelayanan kesehatan rawat jalan tingkat lanjutan pada ruang perawatan kelas III. Bantuan pendidikan meliputi: pembebasan biaya masuk sekolah pada jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah, pembebasan biaya pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah dalam bentuk beasiswa Pemerintah Daerah dan Bantuan Penyelenggara Pendidikan.

Bantuan perumahan meliputi: penyediaan perumahan, bantuan perbaikan rumah dan bantuan sarana dan prasarana pemukiman. Bantuan peningkatan keterampilan meliputi: bantuan bimbingan pelatihan keterampilan dan pengolahan atau manajemen usaha. Bantuan modal usaha meliputi: sebagaimana dimaksud dalam pasal 14 huruf f modal usaha


(64)

diberikan kepada warga miskin untuk mendapatkan modal untuk meningkatkan penghasilannya. Bantuan perlindungan rasa aman meliputi: pengurusan administrasi kependudukan, penyelesaian konflik sosial, perlindungan dari tindak kekerasan dan perlindungan dalam menjalankan ibadah.

Dibentuknya Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) dalam rangka efektivitas dan efisiensi penanggulangan kemiskinan, terdiri dari SKPD atau instansi tekait, dunia usaha, perguruan tinggi, organisasi non pemerintah serta pemangku kepentingan lainnya. Berdasarkan tugas dan fungsinya, TKPKD mempunyai tugas melakukan langkah-langkah konkrit untuk mempercepat pengurangan jumlah penduduk miskin melalui koordinasi dan sinkronisasi penyusunan dan pelaksanaan penajaman kebijakan penanggulangan kemiskinan, pemantauan pelaksanaan penanggulangan kemiskinan, serta evaluasi dan laporan pelaksanaan penanggulangan kemiskinan.

Dalam rangka pengawasan pelaksanaan penanggulangan kemiskinan, Pemerintah Daerah membangun sistem monitoring dan evaluasi terpadu. Selain itu, TKPKD melakukan pengawasan, monitoring dan evaluasi serta menyusun Laporan Tahunan Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan Daerah dan diserahkan kepada Walikota dan Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Pusat melalui Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia.


(65)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemiskinan merupakan suatu masalah yang sangat kompleks yang sedang dihadapi setiap individu, keluarga, masyarakat, negara, bahkan dunia. Menurut Mencher, kemiskinan adalah gejala penurunan kemampuan seseorang atau sekelompok orang atau wilayah sehingga mempengaruhi daya dukung hidup seseorang atau kelompok orang tersebut, dimana pada suatu titik waktu secara nyata mereka tidak mampu mencapai kehidupan yang layak.1 Selain itu, Mencher secara implisit mengemukakan eksistensi kemiskinan untuk dua objek yang berbeda, yaitu kemiskinan yang ditujukan terhadap manusia atau masyarakat dan kemiskinan yang ditujukan terhadap wilayah atau regional.2

Bicara tentang kemiskinan berarti berbicara mengenai harkat dan martabat manusia. Pada dasarnya manusia selalu ingin memenuhi kebutuhan hidupnya baik secara moral ataupun materil sesuai dengan tingkat kemampuannya. Kebutuhan manusia terbagi menjadi dua, kebutuhan pokok atau primer, dan kebutuhan tambahan atau sekunder. Kedua hal ini tentu berbeda, dimana kebutuhan primer adalah kebutuhan yang paling utama yang harus dipenuhi untuk keberlangsungan hidup, yaitu makanan, pakaian, dan

1

Matias Siagian. 2012. Kemiskinan dan Solusi. Medan: Grasindo Monoratama. hlm 5

2


(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dan diperbanyak oleh Halaman Persetujuan

Nama : Ade Beby Yuliana Sitompul NIM : 120906059

Judul : Politik Pembangunan (Proses Penyusunan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 5 Tahun 2015 tentang Penanggulangan Kemiskinan Yang Diusulkan Oleh Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kota Medan)

Menyetujui:

Ketua Departemen Ilmu Politik Dosen Pembimbing

Dra. T. Irmayani, M.Si Husnul Isa Harahap, S.Sos, M.Si

NIP. 196806301994032001 NIP. 198212312010121001

Mengetahui, Dekan FISIP USU,

Muryanto Amin, S.Sos, M.Si NIP. 196805251992031002


(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih dan berkatNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat waktu. Penulisan skripsi ini merupakan tugas akhir dan persyaratan dalam menyelesaikan studi guna mendapatkan gelar sarjana ilmu politik di FISIP USU. Skripsi berjudul “Politik Pembangunan (Proses Penyusunan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 5 Tahun 2015 tentang Penanggulangan Kemiskinan yang diusulkan Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kota Medan)” ini merupakan suatu penelitian terhadap proses pembentukan suatu Peraturan Daerah yang terdiri dari beberapa tahapan, perencanaan, penyusunan, pembahasan, sampai kepada tahap pengesahan.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis merasa masih terdapat kekurangan-kekurangan karena keterbatasan waktu dan dana. Karena itu penulis menerima kritik dan saran yang membangun guna menyempurnakan skripsi ini untuk dijadikan referensi. Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari peranan orang-orang disekitar penulis yang mendukung penulis sepenuhnya. Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang membantu, khususnya kepada:

1. Bapak Muryanto Amin, S.Sos, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. T. Irmayani, M.Si selaku Ketua Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Husnul Isa Harahap, S.Sos, M.Si selaku Dosen Pembimbing, terima kasih untuk bimbingan, nasihat, serta waktunya.

4. Seluruh dosen dan staff Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

5. Ir. S.Sitompul, ayahanda tercinta yang selalu mendoakan dan menjadi motivasi saya untuk mencapai gelar sarjana.


(3)

6. Ermina Tarigan, Ibunda tercinta yang selalu mendoakan dan mendukung saya sejak awal perkuliahan hingga mencapai gelar sarjana.

7. Segenap kawan-kawan Ikatan Mahasiswa Departemen Ilmu Politik (IMADIP) 2012. Terkhusus sahabat setia saya semasa perkuliahan Jessi Monika, Reggy Apridha, Arya Pranata, Joseph Allan.

8. Sahabat-sahabat saya diluar lingkungan kampus, Grace Irna, Karina Devi, Ariyati Chairunnisa, Eka Ronauli, Riza Devianti, Sugiarti Sipahutar yang selalu mendoakan, menemani, dan mendukung saya untuk menyelesaikan skripsi.

9. Dan seluruh pihak yang terlibat dalam proses penyelesaian skripsi, serta seluruh teman-teman yang telah mendoakan, mendukung, membantu, mohon maaf karena namanya tidak bisa saya sebutkan satu per satu.

Medan, 10 Agustus 2016


(4)

DAFTAR ISI

Halaman

Abstrak ... i

Abstract ... ii

Halaman Pengesahan ... iii

Halaman Persetujuan ... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... vii

Daftar Tabel ... ix

BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Permasalahan Penelitian ... 8

1.4 Tujuan Penelitian ... 8

1.5 Manfaat Penelitian ... 8

1.6 Kerangka Teori ... 9

1.7 Metodologi Penelitian ... 19

1.8 Sistematika Penulisan ... 21

BAB II Profil Kota Medan dan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 5 Tahun 2015 tentang Penanggulangan Kemiskinan 2.1 Profil Kota Medan ... 23

2.2 Profil Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Medan ... 31

2.3 Deskripsi Kemiskinan di Kota Medan ... 38

2.4 Politik Pembangunan Kota Medan ... 43

BAB III Analisis Proses Penyusunan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 5 Tahun 2015 tentang Penanggulangan Kemiskinan 3.1 Perencanaan Rancangan Peraturan Daerah... 50

3.2 Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah ... 56

3.3 Pembahasan dan Penetapan Rancangan Peraturan Daerah ... 63


(5)

3.4 Pengesahan dan Pengundangan

Peraturan Daerah ... 68

BAB IV Penutup

4.1 Kesimpulan ... 73 4.2 Saran ... 74 DAFTAR PUSTAKA ... 76 DAFTAR LAMPIRAN:

Lampiran 1. Pedoman Wawancara

Lampiran 2. Transkrip Wawancara dengan Edward Hutabarat Lampiran 3. Transkrip Wawancara dengan Yusriadi


(6)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1.1 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut

Kabupaten/Kota Tahun 2011-2013 ... 4 Tabel 1.2 Luas Wilayah Kota Medan Menurut Kecamatan

2010-2014 ... 24 Tabel 1.3 Jumlah Kecamatan dan Kelurahan di Kota Medan ... 27 Tabel 1.4 Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kota

Medan Tahun 2014 ... 39 Tabel 1.5 Statistik Kemsikinan Medan... 40 Tabel 1.6 Data Kemiskinan per Kecamatan ... 42