Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah

Perwakilan Rakyat Daerah DPRD dibentuklah Panitia Khusus Pansus Penanggulangan Kemiskinan.

3.2 Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah

Dalam proses penyusunan Rancangan Peraturan Daerah Ranperda sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, pasal 64 menyatakan bahwa penyusunan Rancangan Peraturan Perundang-undangan dilakukan sesuai dengan teknik penyusunan Peraturan Perundang-undangan. Rancangan Peraturan Daerah dapat diusulkan dari Kepala Daerah Eksekutif dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Legislatif yang terdiri dari komisi, gabungan komisi, atau perorangan. a. Rancangan Peraturan Daerah yang berasal dari Kepala Daerah Eksekutif Rancangan Peraturan Daerah dapat diusulkan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah SKPD melalui Kepala Daerah, Rancangan Peraturan Daerah yang akan diusulkan harus disertai dengan penjelasan-penjelasan ide pokok atau Naskah Akademik. Rancangan Peraturan Daerah yang diterima kemudian akan di kaji lebih lanjut oleh bagian hukum di tingkat KabupatenKota, dan jika diperlukan akan dibahas dalam forum yang mengikutsertakan Satuan Kerja Perangkat Daerah SKPD terkait sehingga ada penyesuaian dan kesepakatan. Selanjutnya, Rancangan Peraturan Daerah Universitas Sumatera Utara akan diberikan kepada pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah untuk dibahas dalam rapat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. b. Rancangan Peraturan Daerah yang berasal dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Legislatif Rancangan Peraturan Daerah yang berasal dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dapat diusulkan oleh komisi, gabungan komisi, ataupun perorangan yang kemudian disusun dalam bentuk Rancangan Peraturan Daerah dan disertai dengan Naskah Akademik untuk kemudian diberikan kepada pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Setelah diterima dan disetujui, pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menyampaikan dalam rapat paripurna. Dalam rapat paripurna terdapat tahapan-tahapan, dimana pengusul memberikan penjelasan tentang usulan ranperda, untuk kemudian ditanggapi oleh anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Fraksi- fraksi, maupun Kepala Daerah. Setiap Rancangan Peraturan Daerah harus dibuat berdasarkan aturan- aturan yang sudah ditetapkan, dimana setiap pembuatan Peraturan Daerah memuat 3 tiga unsur Filosofis, Sosiologis, dan Yuridis. Selain itu, pembuatan Peraturan Daerah harus teruji secara ilmiah dan tidak bersifat asal- asalan, serta tidak adanya pertentangan antara pihak yang melaksanakan Peraturan Daerah maupun pihak yang menjadi objek dilakukannya Peraturan Universitas Sumatera Utara Daerah, karena proses pembentukan Peraturan Daerah ini padasarnya bertujuan untuk melakukan peningkatan. Pada proses penyusunan Rancangan Peraturan Daerah terdapat point menimbang, yang dijadikan sebagai landasan yang berkaitan dengan kondisi yang ada di masyarakat. Pembuatan Peraturan Daerah, selanjutnya terdapat point mengingat yang dijadikan sebagai dasar kewenangan atau dasar hukum untuk membentuk Peraturan Daerah, dan point memutuskan sebagai bentuk penjelasan dalam bentuk pasal-pasal tentang hal apa saja yang diatur dan ditetapkan sebagai isi dari Peraturan Daerah. Setelah adanya Naskah Akademik yang sudah di evaluasi dan ditinjau kembali oleh Kepala Daerah beserta Satuan Kerja Perangkat Daerah SKPD maka dibentuklah Rancangan Peraturan Daerah sesuai dengan isi materi yang dimuat dalam Naskah Akademik. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kasubag hukum SETDA Kota Medan yang mengatakan bahwa 48 Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah dilihat dari aspek management adalah suatu konsep pengambilan keputusan, oleh karena itu dalam proses pengambilan keputusan haruslah didasarkan pada data dan : “Pembentukannya mengacu pada Permendagri nomor 80 tahun 2015, tentu tahap awalnya harus dilakukan penelitian mengenai masalah kemiskinan yang nantinya akan dibahas dalam Ranperda. Naskah Akademik ini kan modal awal dalam pembentukan Ranperda, Ranperda yang akan diusulkan harus berikut dengan Naskah Akademiknya”. 48 Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Rahmat Doni, SH, MH sebagai Kasubag Hukum SETDA Kota Medan Universitas Sumatera Utara informasi yang akurat. Data dan informasi yang akurat sebagaimana dimaksud diatas dapat diperoleh melalui kegiatan penelitian yang teruji secara ilmiah dan dapat di pertanggung jawabkan yang kemudian disusun dalam Naskah Akademik. Suatu konsep keputusan tentu tidak dapat disusun asal jadi, karena keputusan merupakan suatu pendekatan yang sistematis terhadap suatu masalah yang dihadapi dan pengambilan keputusan harus didasarkan pada; 49 a. Dalam proses pengambilan keputusan tidak ada hal yang secara kebetulan; b. Tidak dapat dilakukan asal jadi; c. Hakekat dari masalah harus diketahui dengan jelas; d. Pemecahan tidak dapat dilakukan dengan mencari ilham, tetapi harus didasarkan kepada fakta yang dipercaya dan bersifat up to date; e. Keputusan yang diambil adalah keputusan yang dipilih dari berbagai alternatif. Seperti yang telah dikemukakan oleh Chandler dan Plano bahwa kebijakan publik adalah pemanfaatan yang strategis terhadap sumberdaya- sumberdaya yang ada untuk memecahkan masalah-masalah publik. Hal ini berkaitan dengan permasalahan kemiskinan yang selanjutnya dilakukan proses 49 Dirjen Peraturan Perundang-undangan dan UNDP. 2008. Panduan Praktis Memahami Perancangan Peraturan Daerah. Hal. 16 Universitas Sumatera Utara pengambilan keputusan sebagai salah satu bentuk kebijakan oleh pemerintah sesuai dengan tujuan bersama yaitu untuk memecahkan masalah kemiskinan. Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah sebagai salah satu bentuk kebijakan juga harus melibatkan partisipasi dari masyarakat, dalam hal ini masyarakat diharapkan mampu berikan masukan secara lisan maupun tertulis dalam rangka penyusunan Peraturan Daerah. Peran serta masyarakat dalam proses penyusunan Peraturan Daerah dilaksanakan dengan memperhatikan prinsip akses informasi dan partisipasi. Partisipasi masyarakat sebagaimana diatur dalam Pasal 96 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Peraturan pembentukan Perundang-undangan yang menjelaskan bahwa: 1. Masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan danatau tertulis dalam pembentukan perundnag-undangan 2. Masukan secara lisan danatau tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat dilakukan melalui: rapat dengar pendapat umum, kunjungan kerja, sosialisasi danatau seminar, lokakarya dnatau diskusi 3. Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat 1 adalah orang perseorangan atau kelompok orang yang mempunyai kepentingan atas substansi Rancangan Peraturan Perundang-undangan 4. Untuk memudahkan masyarakat dalam memberikan masukan secara lisan danatau tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat 1, setiap Rancangan Peraturan Perundang-undangan harus dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat. Universitas Sumatera Utara Partisipasi merupakan bagian dari demokrasi yang dijalankan di Indonesia, sebagaimana yang dijelaskan oleh Rousseau, demokrasi adalah sebuah tahapan atau proses yang harus dilalui sebuah negara untuk mendapatkan kesejahteraan. Dalam sebuah negara demokrasi, adanya persamaan hak setiap warga negara, setiap individu diberi kesempatan untuk ikut serta dalam pengambilan keputusan, dan kebebasan untuk memilih siapa pemimpinnnya. Sebagaimana dijelaskan Kasubag Hukum SETDA Kota Medan, yang mengatakan bahwa: 50 Hal serupa juga dijelaskan oleh salah satu staff Panitia Khusus Pansus Penanggulangan Kemiskinan, yang mengatakan bahwa “Tim penyusun itukan tidak terdiri dari 1 SKPD saja, ada dari beberapa SKPD dan pihak akademisi tentunya dalam merumuskan naskah akademik dan ranperda kemiskinan ini”. 51 Dalam Rancangan Peraturan Daerah Ranperda Kota Medan tentang Penanggulangan Kemiskinan, terdapat susunan berdasarkan beberapa BAB, Bagian, Pasal-Pasal, dan Ayat sebagai berikut; BAB I menjelaskan tentang Ketentuan Umum, diatur dalam Pasal 1. BAB II menjelaskan tentang Tujuan, Ruang Lingkup dan Asas, diatur dalam Pasal 2, 3, dan 4. BAB III menjelaskan : “Dalam pembuatan Naskah Akademik ada keterlibatan dari akademisi, universitas sumatera utara sebagai tim penyusun yang juga berkoordinasi dengan pemko medan dan seluruh SKPD”. 50 Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Rahmat Doni, SH, MH sebagai Kasubag Hukum SETDA Kota Medan 51 Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Yusriadi sebagai staff pansus perda penanggulangan kemiskinan Universitas Sumatera Utara tentang Identifikasi Warga Miskin, diatur dalam Pasal 5, 6, 7, dan 8. BAB IV menjelaskan tentang hak warga miskin, diatur dalam Pasal 9 dan Pasal 10. Selanjutnya BAB V menjelaskan tentang Kewajiban Warga Miskin, diatur dalam Pasal 11 dan pasal 12. BAB VI menjelaskan tentang Penyusunan Strategi dan Program Penanggulangan Kemiskinan, diatur dalam Pasal 13. BAB VII menjelaskan tentang Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan, Bagian Kesatu Program Penanggulangan Kemiskinan, diatur dalam Pasal 14. Bagian Kedua Bantuan Pangan, diatur dalam Pasal 15. Bagian Ketiga Bantuan Kesehatan, diatur dalam Pasal 16. Selanjutnya, Bagian Keempat Bantuan Pendidikan, terdiatur dalam Pasal 17. Bagian Kelima Bantuan Perumahan, diatur dalam Pasal 18. Bagian Keenam Bantuan Peningkatan Keterampilan, diatur dalam Pasal 19. Bagian Ketujuh Bantuan Modal Usaha, diatur dalam Pasal 20. Bagian Kedelapan Bantuan Perlindungan Rasa Aman, diatur dalam Pasal 21. Bagian Kesembilan Pelaksanaan, diatur dalam Pasal 22. BAB VIII menjelaskan tentang Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah, yang diatur dalam Pasal 23. BAB IX menjelaskan tentang Pengawasan, Monitoring, dan Evaluasi, diatur dalam Pasal 24, 25, dan 26. BAB X menjelaskan tentang Pembiayaan, yang diatur dalam Pasal 27. Dan yang terakhir terdiri dari BAB XI menjelaskan tentang Peran Serta Universitas Sumatera Utara Masyarakat, yang diatur dalam Pasal 28, dan BAB XII menjelaskan tentang Kententuan Penutup Pasal 29. Bagian-bagian dari penjelasan diatas, merupakan bagian hasil penyusunan Rancangan Peraturan Daerah Kota Medan tentang Penanggulangan Kemiskinan, yang disusun berdasarkan usulan Naskah Akademik yang telah disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD bersama dengan Kepala Daerah. Dalam hal Panitia Khusus Pansus penanggulangan kemiskinan sesuai dengan Keputusan DPRD Kota Medan tentang Penetapan Komposisi Personalia Panitia Khusus Pembahasan Ranperda Kota Medan tentang Penanggulangan Kemiskinan, sebagai berikut: Ketua Pansus Edward Hutabarat, Wakil Ketua Pansus Ibnu Ubayd Dilla, SE, dan terdiri dari 20 dua puluh anggota. Pemilihan keanggotaan ini berdasarkan komisi yang berhubungan dengan Penanggulangan Kemiskinan yaitu Komisi B berkaitan dengan kesejahteraan masyarakat, selanjutnya dilibatkan juga perwakilan dari masing-masing komisi sesuai dengan kuota keanggotaan yang akan ditetapkan.

3.3 Pembahasan dan Penetapan Rancangan Peraturan Daerah