Latar belakang Masalah PENDAHULUAN

Astri Muharohmah, 2013 Analisis Pedagogis Proses Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Menengah Atas Negeri Se-Kota Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah

Sejak masa proklamasi olahraga dilaksanakan di sekolah diberi nama olahraga pendidikan, yaitu olahraga yang diterapkan sesuai dengan tujuan –tujuan pendidikan. Jadi olahraga bukanlah menjadi tujuan, melainkan sebagai sarana atau alat untuk mencapai pendidikan. Di samping olahraga pendidikan dikenal pula olahraga prestasi, olahraga rekreasi, olahraga rehabilitas dan sebagainya. Seperti yang yang dijelaskan di atas penulis berencana menganalisis jalannya mata pelajaran penjas di sekolah yang dalam Undang – Undang no.3 tahun 2005, pasal 1 ayat 11 yang berbunyi : Olahraga pendidikan adalah pendidikan jasmani dan olahraga yang dilaksanakan sebagai bagian proses peendidikan yang teratur dan berkelanjutan untuk memperolah pengetahuan, kepribadian, keterampialan, kesehatan dan kebugaran jasmani. Dalam sejarahnya pendidikan jasmani berasal dari Amerika Serikat yang berawal dari istilah gymnastic, hygine, dan physical culture. Di Indonesia, istilah pendidikan jasmani berawal dari “gerak badan” atau “aktivitas jasmani”. Dalam perjalanan sejarah juga pernah mengalami istilah “pendidikan olahraga”, “pendidikan jasmani kesehatan rekreasi”, “pendidikan jasmani kesehatan” sebelum sehingga saat ini kembali pada istilah “pendidikan jasmani”. Perjalanan ini menunjukkan ketidak konsistenan misi dan visi pendidikan jasmani yang diemban di tanah air, terombang – ambing pengaruh zaman dan budaya serta nilai orientasi yang juga tidak konsisten. Hingga saat ini pun, di sekolah dikenal dengan mata pelajaran “pendidikan jasmani”, tetapi sekolah sepakat semua orang menyebutnya sebagai mata pelajaran “olahraga”. Istilah “gymnastics” yang pernah ada di Amerika, terjadi sekitar tahun 1800- an, yang merujuk pada aktivitas jasmani atau latihan yang dilakukan di Astri Muharohmah, 2013 Analisis Pedagogis Proses Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Menengah Atas Negeri Se-Kota Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu gymnasium. Istilah ini juga populer di negara Eropa, tetapi di Amerika digunakan sebagai bagian fase perkembangan program pendidikan jasmani. Pada saat ini, karena terjadi penciutan makna, berubah menjadi lebih spesif ik, seperti “Olympic gymnastics ” atau “corrective gymnastics”. “hygiene” merupakan suatu istilah populer lainnya pada tahun 1800-an, yang mengacu pada pengetahuan untu k mengantar orang menjadi “sehat”. Istilah ini muncul kembali pada tahun 1900- an meski menjadi istilah “health education”. Dalam pelaksanaannya istilah olahraga Pada saat kemunculan itu para pemimpin di bidang pendidikan jasmani memutuskan dari dan mengembangkan diri unuk bisa mengantarkan para sis wanya untuk “sehat”. Istilah lain yang pernah muncul di Amerika Serikat adalah “physical culture .” Pada sekitar tahun 1800-an, istilah ini sangat dekat dengan tema “pelatihan jasmani”, yang lebih mengarah pada program “latihan kondisi”. Program seperti ini juga sering diselenggarakan pada program ketentaraan mereka. Tetapi, tentu istilah ini tidak akan sesuai diselenggarakan dalam program pendidikan jasmani di sekolah. Daryl Siedentop, seorang pakar pendidikan jasmani dari Amerika Serikat Abduljabar, 2009:5 mengatakan bahwa saat ini pendidikan jasmani dapat diterima secara luas sebagai model “pendidikan melalui jasmani”, yang berkembang sebagai akibat dari merebaknya telaahan pendidikan gerak pada akhir abad ke-20 ini dan menekankan pada kebugaran jasmani, penguasaan keterampilan, pengetahuan, dan perkembangan sosial. Secara singkat dapat dikatakan bahwa : “pendidikan jasmani adalah pendidikan dari, tentang, dan melalui jasmani .” Dari penjelasan tersebut bahwa yang dimaksud dengan pendidikan jasmani adalah pendidikan dari, tentang dan melalui aktivitas jasmani. Menurut Jesse Feiring Williams; Freeman, 2001; Abduljabar, 2009:5 pendidikan jasmani adalah sejumlah aktivitas jasmani manusiawi yang terpilih sehingga dilaksanakan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Pengertian tersebut didukung oleh adanya pemahaman bahwa: Astri Muharohmah, 2013 Analisis Pedagogis Proses Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Menengah Atas Negeri Se-Kota Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Manakala pikiran mental dan tubuh disebut dua unsur yang terpisah, pendidikan jasmani yang menekankan pendidikan fisikal... melalui pemahaman sisi kealamiahan fitrah manusia ketika sisi keutuhan individu adalah suatu fakta yang tidak dapat dipungkiri, pendidikan jasmani diartikan sebagai pendidikan melalui fisikal. Pemahaman ini menunjukkan bahwa pendidikan jasmani juga terkait dengan respon emosional, hubungan personal, perilaku kelompok, pembelajaran mental, intelektual, emosional, dan estetika. Pendidikan melalui fisikal merupakan pendidikan melalui aktivitas fisikal aktivitas-jasmani, tujuannya mencakup semua aspek perkembangan kependidikan, termasuk pertumbuhan mental, sosial siswa. Manakala tubuh sedang ditingkatkan secara fisik, pikiran mental harus dibelajarkan dan dikembangkan, dan selain itu perlu pula berdampak pada perkembangan sosial, seperti belajar bekerjasama dengan siswa lain. Menurut Abduljabar 2010:4 mendefinisikan pendidikan jasmani sebagai “pendidikan melalui fisikal”, bahwa : Kontribusi unik pendidikan jasmani terhadap pendidikan secara umum adalah perkembangan tubuh yang menyeluruh melalui aktivitas jasmani. Ketika aktivitas jasmani ini dipandu oleh para guru yang kompeten, maka hasil berupa perkembangan utuh insani menyertai perkembangan fisikalnya. Ini hanya dapat dicapai ketika aktivitas jasmani menjadi budaya dan kebiasaan jasmani atau pelatihan jasmani. Pendidikan jasmani yang perlu dijadikan bagian kurikulum kependidikan pada setiap jenjang pendidikan yang ada. Program pendidikan jasmani yang berkualitas dapat memberikan kontribusi pada setiap domain pembelajaran. Namun demikian kontribusi pendidikan jasmani terhadap pendidikan sangat bergantung pada komitmen guru untuk melaksanakan program yang berkualitas, dan mendukung siswa untuk belajar di sekolah, dan bekerja di masyarakat. Pendidikan jasmani pun dapat berkontribusi kepada tujuan pendidikan dalam berbagai cara, yaitu: 1. Kontribusi yang unik terhadap perkembangan total siswa. Karena pendidikan jasmani dalam kurikulum merupakan mata pelajaran yang Astri Muharohmah, 2013 Analisis Pedagogis Proses Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Menengah Atas Negeri Se-Kota Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu mempromosikan pengembangan keterampilan gerak dan kebugaran jasmani. 2. Kontribusi terhadap nilai kesehatan dan kesejahteraan yang dapat mudah dikenal oleh siswa 3. Kontribusi terhadap kesiapan belajar siswa, dengan siswa yang memiliki badan yang sehat dapat belajar lebih efektif, memiliki energi lebih untuk melaksanakan tugas-tugasnya. 4. Kontribusi terhadap integrasi semua pelajaran yang ada di sekolah kedalam suatu keutuhan yang bermakna, dan mampu melihat inter-relasi yang terjadi. Pendidikan jasmani dapat berkontribusi terhadap setiap domain pembelajaran. Di dalam kurikulum, tujuan pendidikan jasmani berkontribusi terhadap perkembangan kognitif dan afektif siswanya. Namun demikian, hal ini pun sangat tergantung pada bagaimana guru pendidikan jasmani dapat menekankan atau mengorientasikan perkembangan dalam program-program pembelajarannya. Kontribusi dari pendidikan jasmani yang sangat unik untuk kurikulum pendidikan adalah pada aspek perkembangan psikomotornya. Perkembangan pada domain ini menekankan bahwa pendidikan jasmani dapat mengembangkan keterampilan gerak dan tingkat kebugaran jasmani siswa. Tentu juga pada saat yang bersamaan pembelajaran pendidikan jasmani juga dapat mengembangkan dua domain pembelajaran lainnya, yaitu, domain afektif dan kognitif. James A. Baley dan David A. Field Abduljabar, 2010:4 menekankan bahwa pendidikan fisikal yang dimaksud adalah aktivitas jasmani yang membutuhkan upaya yang sungguh – sungguh. Kedua ahli ini menyebutkan bahwa : Pendidikan jasmani adalah suatu proses terjadinya adaptasi dan pembelajaran secara organik, neuromuscular, intelektual, sosial, kultural, emosional, dan estetika yang dihasilkan dari proses pemilihan berbagai aktivitas jasmani. Astri Muharohmah, 2013 Analisis Pedagogis Proses Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Menengah Atas Negeri Se-Kota Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Aktivitas jasmani yang dipilih harus disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dan kapabilitas siswa. Aktivitas fisikal yang dipilih ditekankan pada berbagai aktivitas jasmani yang wajar, aktivitas jasmani yang membutuhkan sedikit usaha sebagai aktivitas rekreasi dan atau aktivitas jasmani yang sangat membutuhkan upaya keras seperti untuk kegiatan olahraga kepelatihan atau prestasi. Pendidikan jasmani itu memusatkan diri pada semua bentuk kegiatan aktivitas jasmani yang mengaktifkan otot – otot besar gross motorik, memusatkan diri pada sebuah gerak fisikal dalam permainan, olahraga, dan fungsi dasar tubuh manusia. Karakteristik pendidikan jasmani tidak terdapat pada mata pelajaran lain. Karena dalam hasil kependidikan dari pengalaman belajar fisikal tidak terbatas hanya pada perkembangan tubuh saja, maka konteks melalui aktivitas jasmani yang dimaksud adalah konteks yang utuh menyangkut semua dimensi tentang manusia, seperti halnya hubungan tubuh dan pikiran. Tentu pendidikan jasmani tidak hanya menyebabkan seseorang terdidik fisiknya, tetapi juga semua aspek yang terkait dengan kesejahteraan total manusia. Seperti diketahui, dimensi hubungan tubuh dan pikiran menekankan pada tiga domain kependidikan, yaitu: psikomotor, afektif, dan kognitif. Seorang ahli pendidikan jasmani lain yang menyeb utkan bahwa “tubuh adalah tempat bersemayamnya pikiran .” Pendidikan adalah jalur utama yang harus ditempuh untuk berperan aktif dalam perkembangan zaman. Menurut Eckert Fibrian Dwi M, 2012:1 bahwa “pendidikan merupakan sarana untuk membekali generasi baru dengan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk dapat bertahan dalam kelompok masyarakat .” Apalagi proses pendidikan didalam sekolah sangat penting peranannya dalam laju pembangunan yang dapat menjadi pemicu mobilitas. Sampai sekarang kualitas pendidikan merupakan masalah yang paling menonjol dalam dunia pendidikan, perubahan kurikulum merupakan suatu usaha pemerintah untuk memperbaiki mutu pendidikan. Astri Muharohmah, 2013 Analisis Pedagogis Proses Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Menengah Atas Negeri Se-Kota Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Untuk dapat mewujudkan pendidikan yang lebih baik dan dapat meningkatkan mutu pendidikan, salah satu komponen utama yang mempengaruhi mutu pendidikan yaitu guru. Menurut Noor Jamaluddin 1978: 1 http:definisimu.blogspot.com201209definisi-guru.html Guru adalah pendidik, yaitu orang dewasa yang bertanggung jawab memberi bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaannya, mampu berdiri sendiri dapat melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Allah khalifah di muka bumi, sebagai makhluk sosial dan individu yang sanggup berdiri sendiri. Oleh karena itu guru mempunyai peran penting dalam bidang pendidikan yang harus berperan secara aktif dan dapat menempatkan kedudukannya sebagai tenaga yang profesional sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang. Tugas guru ialah sebagai pendidik dan pembimbing untuk membuat siswanya menjadi yang lebih baik. Guru pun tidak hanya menyampaikan informasi atau ilmu kepada peserta didiknya, tetapi harus bisa menjadi fasilitator yang bertugas memberikan kemudahan belajar kepada seluruh peserta didiknya, agar mereka dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan, gembira, penuh semangat, tidak cemas dan berani mengemukakan pendapat secara terbuka. Dalam hal ini guru harus bisa membangkitkan motivasi siswanya dalam proses belajar mengajar, karena motivasi merupakan salah satu faktor penting yang berpengaruh dan dapat menentukan keberhasilan proses belajar mengajar sehingga membuat siswa terdorong untuk mengubah tingkah laku siswa dalam belajar untuk kearah yang lebih baik. Pembelajaran yang baik, berkualitas atau efektif dalam pembelajaran pendidikan jasmani jika guru mampu merekayasa lingkungan belajar yang memanfaatkan lingkungan yang ada secara optimal sehingga dapat menciptakan situasi dan kondisi yang dapat merangsang siswa untuk senangmengikuti pembelajaran aktivitas jasmani. Menurut sugiyanto dan Sudjarwo 1991:373-376, dalam:http:file.upi.eduDirektoriFPOKJUR._PEND._OLAHRAGA197409072 Astri Muharohmah, 2013 Analisis Pedagogis Proses Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Menengah Atas Negeri Se-Kota Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 001121-DIDIN_BUDIMANpedagogi_olahragaPeran_Guru_Penjas.pdf tugas dan kewajiban guru yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pembelajaran sebagai berikut: 1. Guru sebagai perencana pengajaran. Guru pendidikan jasmani harus mampu menetapkan tujuan pengajaran, memilih materi pengajaran, menentukan strategi belajar mengajar, menyiapkan sarana pembelajaran yang diperlukan, menyiapkan alat evaluasi dalam pelaksanaan pembelajaran aktivitas jasmani. 2. Guru sebagai pengelola proses belajar mengajar. Guru pendidikan jasmani harus menciptakan kondisi lingkungan belajar gerak yang kondusif. 3. Guru sebagai motivator. Guru harus mampu memotivasi dan menggerakkan siswa agar mau belajar dengan lebih giat untuk mencapai prestasi yang lebih tinggi. Guru pun harus berusaha memahami kondisi dan karakter setiap siswanya agar mampu menemukan bentuk motivasi yang sesuai bagi siswa. 4. Guru sebagai evaluator. Guru pendidikan jasmani harus melakukan kegiatan evaluasi, baik dalam proses belajar mengajar berlangsung maupun sesudah proses belajar mengajar dilaksanakan. Permasalahan dalam dunia pendidikan di Indonesia adalah masalah kualitas, kuantitas, dan relevansi. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan kebutuhan yang mendesak, mengingat kualitas pendidikan di Indonesia sudah jauh tertinggal dari negara tetangga. Kegiatan pembangunan yang sedang dilaksanakan membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas, demokrasi, dan tanggapan terhadap masalah – masalah praktis yang harus segera diselesaikan. Oleh karena itu sumber daya manusia yang berkualitas sangat dibutuhkan dalam dunia pendidikan. Kualitas pendidikan tidak terlepas dari tujuan, materi, metode dan evaluasi pembelajaran. Dalam pemberian materi pendidikan harus menentukan hasil belajar yang lebih baik, oleh karna itu dalam pelaksanaan proses belajar mengajar harus dirancang sebaik mungkin sehingga dapat mengembangkan hasil belajar yang diperlukan oleh siswa, begitu pula tujuan, metode dan evaluasi yang penting guna bagi menentukan arah proses pembelajaran di sekolah. Astri Muharohmah, 2013 Analisis Pedagogis Proses Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Menengah Atas Negeri Se-Kota Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Mata pelajaran pendidikan jasmani merupakan bagian dari pendidikan yang memiliki tugas yang unik yaitu menggunakan “gerak tubuh” sebagai media untuk membelajarkan peserta didik. Namun Fenomena yang terjadi dewasa ini tentang tugas mata pelajaran Pendidikan Jasmani, olahraga dan kesehatan di sekolah tidak sesuai dengan tujuan pendidikan jasmani itu sendiri. Menurut CDC, 2000; Disman, 1990; Pate dan Trost, 1998; Murdiansyah, 2011:16 mengemukakan bahwa: Pendidikan Jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikirkritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Faktanya dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah pada sekarang ini sudah banyak yang belum sesuai dengan tujuan dari pendidikan jasmani itu sendiri, misalnya dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani terkadang guru memberi pelajaran seperti militer, guru kurang memahami arti pendidikan jasmani yang meliputi belajar gerak dan belajar sambil bergerak, tidak membuat kesenangan bagi peserta didiknya dalam proses pembelajarannya, tidak memperhatikan perubahan kemampuan anak, guru memberikan materi yang terlalu mudah atau terlalu sukar sehingga peserta didik merasakan bosan dalam mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani, sarana dan prasarana yang kurang sehingga dalam pelaksanaannya siswa lebih banyak menunggu giliran dibandingkan geraknya, proporsi waktu aktif belajar yang sangat terbatas. Dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani saat ini belum dapat berkontribusi secara tepat dan sesuai dengan tujuan pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari fakta lapangan ketika penulis melakukan Program Latihan Profesi disalah satu SMA Negeri di Kota Bandung. Fakta di lapangan menunjukkan permasalahan yang mendasar dalam pendidikan jasmani, yaitu antara lain : 1. Guru berpegang teguh bahwa penguasaan keterampilan olahraga merupakan tujuan utama dari pendidikan jasmani, kurang memperhatikan Astri Muharohmah, 2013 Analisis Pedagogis Proses Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Menengah Atas Negeri Se-Kota Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu tujuan yang bersifat afeksi seperti kesenangan dan keceriaan serta memperhatikan aspek gerak dasar siswa yang bermanfaat bagi keterlibatan siswa dalam berbagai aktivitas sehari-hari. 2. Dalam proses pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani dalam pengembangan dan variasi aktivitas belajar yang diberikan cenderung kurang dalam pengembangan tujuan secara holistik dan cenderung didasarkan pada minat, perhatian, kesenangan dan latar belakang gurunya. Aktivitas pendidikan jasmani yang diperoleh siswa cenderung terbatas sehingga siswa berpartisipasi pada permainan dan aktivitas yang jumlahnya relatif terbatas. Guru kurang mengembangkan aspek afektif karena kurang melibatkan aktivitas yang dapat mengembangkan keterampilan sosial, kerjasama, dan kesenangan siswa terhadap pendidikan jasmani. Siswa disuruh untuk melakukan aktivitas-aktivitas yang terlalu mudah atau terlalu sukar yang dapat menyebabkan mereka bosan, frustasi, atau melakukannya dengan asal-asalan. Proporsi jumlah waktu aktif belajar sangat terbatas sebab siswa harus menunggu giliran, memilih team, terbatasnya peralatan. 3. Kurangnya alokasi waktu pembelajaran pendidikan jasmani yang hanya 1 kali dalam seminggu dengan waktu yang sedikit, yaitu 2 x 45 menit di setiap pertemuannya. Sehingga menjadikan pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Menengah Atas kurang berkontribusi baik terhadap tingkat kebugaran jasmani siswa. 4. Evaluasi, pelaksanaan evaluasi belum begitu nampak terintegrasi dalam sebuah proses belajar mengajar karena guru dikejar-kejar oleh bahan ajar yang harus tuntas, materi evaluasi terkadang kurang relevan dengan materi yang diberikan pada proses belajar mengajar, situasi pelaksanaan evaluasi. 5. Jumlah siswa dan karakteristik siswa, dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani siswa yang terlalu banyak apalagi ketika suatu materi yang siswanya dari kelas paralel. Astri Muharohmah, 2013 Analisis Pedagogis Proses Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Menengah Atas Negeri Se-Kota Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 6. Sarana dan prasarana pembelajaran pendidikan jasmani, kurangnya sarana dan prasarana pembelajaran pendidikan jasmani. Lapangan yang harus bergantian dengan guru olahraga yang lainnya, bola yang terlalu sedikit sehingga siswa lebih banyak menunggu giliran dibandingkan belajar geraknya. 7. Keberhasilan kurikulum pendidikan jasmani, keberhasilan kurikulum pendidikan jasmani masih bersifat samar dan cenderung lokal belum menyeluruh sebagaimana yang tercantum dalam tujuan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Untuk memperbaiki kondisi pendidikan jasmani di Sekolah Menengah Atas SMA dibutuhkan proses pembelajaran yang dapat membekali siswa Sekolah Menengah Atas untuk dapat hidup aktif sepanjang hayat, menjadikan aktivitas jasmani sebagai kebutuhan hidup, serta pembelajaran yang berkualitas bergantung pada keputusan instruksional guru dalam mengajar yang dideskripsikan melalui: perilaku guru, perilaku siswa, interaksi guru dan siswa serta aspek yang dikembangkan selama proses pembelajaran pendidikan jasmani berlangsung. Keputusan intraksional yang dilakukan guru akan berdampak pada kondisi dan situasi pembelajaran. Suasana belajar dan mengajar menjadi tanggungjawab sepenuhnya dari seorang guru. Guru merupakan aktor penting bagi terjadinya proses belajar siswa. Guru pun seakan memberikan pesan kepada siswa karena itulah peran guru menjadi penting dalam sebuah proses belajar mengajar. Manakala guru mengajar maka perlu disambut siswa untuk belajar, pesan atau informasi yang diberikan guru perlu menyebabkan siswa belajar dan mendapatkan sejumlah pengetahuan sebagai akibat dari pengalaman belajar yang dilakukannya. Siswa perlu membuat reaksi atas perilaku yang dilakukan guru dengan demikian peran siswa adalah untuk menyambut atau merespon atas perilaku guru. Guru mengajar perlu dilanjut oleh siswa belajar, sehingga terjadi interaksi intens yang membangun sebuah kontruksi belajar mengajar. Secara umum setelah guru menjelaskan dan mendemonstrasikan tugas belajar gerak, maka perlu diikuti Astri Muharohmah, 2013 Analisis Pedagogis Proses Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Menengah Atas Negeri Se-Kota Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu oleh siswa melakukan tugas gerak dalam cara-cara yang dikembangkan tingkat kemudahan dan kesulitan gerak itu serta perbaikan tugas gerak jika siswa melakukannya secara kurang tepat sampai siswa dapat memahami, merespon, merasakan dan melakukan tugas gerak yang diinginkan. Interaksi guru dan siswa membangun sebuah makna pada aspek yang ingin dikembangkan atau diraih. Ini berarti guru bersama siswa akan membentuk orientasi pada peraihan kesehatan dan kebugaran siswa, kesenangankeriangan siswa, kepatuhankedisiplinan siswa, atau pada peristiwa belajar siswa. Hal ini seakan merupakan dampak dari jalinan interaksi intens diantara guru dengan siswa. Keputusan intruksional guru terhadap belajar siswa dalam upaya meraih tujuan yang diinginkan merupakan proses pedagogis. Proses pedagogis ini akan dianalisis untuk memberikan gambaran proses belajar mengajar pendidikan jasmani di sekolah. Dengan demikian peneliti akan mengadakan penelusuran deskriptif tentang: Analisis Pedagogis Proses Belajar Mengajar PBM Pendidikan Jasmani di Sekolah Menengah Atas Negeri se-Kota Cimahi Penelitian Deskriptif Tentang Perilaku Guru, Perilaku Siswa, Interaksi Guru dan Siswa, dan Aspek Yang Dikembangkan.

B. Identifikasi Masalah

Dokumen yang terkait

SURVEY FASILITAS PENDIDIKAN JASMANI DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR PENDIDIKAN JASMANI DI SMP DAN SMA NEGERI SE - KOTA MADYA TEBING TINGGI TAHUN AJARAN 2012/2013.

0 1 17

PENGARUH SUPERVISI DAN LESSON STUDY TERHADAP KINERJA GURU DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA.

0 5 45

PERBANDINGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN JASMANI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI UNGGULAN DAN NON UNGGULAN KOTA CIMAHI.

0 7 31

PEMETAAN LEMBAGA PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA CIMAHI MELALUI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS.

0 3 41

KINERJA GURU PENDIDIKAN JASMANI YANG BERSERTIFIKASI DAN YANG BELUM BERSERTIFIKASI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DI SMA NEGERI KOTA CIMAHI: Studi Deskriptif Terhadap Guru Pendidikan Jasmani Sekolah Menengah Atas Negeri Kota Cimahi.

0 6 56

PENGARUH SISTEM KOMPENSASI TERHADAP MOTIVASI KERJA GURU DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI SE-KOTA CIMAHI.

1 2 46

PENGARUH LESSON STUDY TERHADAP EFEKTIVITAS GURU DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN DI SEKOLAH MENENGAH UMUM.

0 5 57

FAKTOR YANG MENDUKUNG PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) NEGERI SE-KABUPATEN BANTUL.

1 1 120

Evaluasi Proses Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani dan Kesehatan di Sekolah Dasar Kotamadya Padang - Universitas Negeri Padang Repository

0 4 81

Implementasi Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan di Sekolah Menengah Atas Negeri I Kota Sawahlunto - Universitas Negeri Padang Repository

0 0 71