commit to user
V-1
BAB V ANALISIS DAN INTERPRESTASI HASIL
Pada  bab  ini  membahas  tentang  analisis  dari  hasil  penelitian  yang  telah dikumpulkan dan diolah pada bab sebelumnya.
5.1. ANALISIS
Pada  bab  ini  dibahas  mengenai  analisis  nilai  kadar  garam  perbandingan antara pemeraman telur asin metode tradisional dengan metode dehidrasi osmosis
bertekanan  dan  analisis  uji  organoleptik  antara  pemeraman  telur  asin  metode tradisional dengan metode dehidrasi osmosis bertekanan.
5.1.1 Analisis Nilai Kadar Garam Perbandingan Antara Pemeraman Telur
Asin  Metode  Tradisional  dengan  Metode  Dehidrasi  Osmosis Bertekanan
Pada  proses  penelitian  ini  proses  pemeramaan  telur  asin  dibagi  menjadi dua  metode,  yaitu  metode  tradisional  dan  metode  dehidrasi  osmosis  bertekanan.
Metode  tradisional  dilakukan  berdasarkan  proses  pemeraman  telur  asin  sesuai industri  kecil  di  desa  Sidodadi,  Karangtengah,  Sragen.  Dalam  prosesnya
pemeraman  metode  tradisional  membutuhkan  waktu  yang    lama.  Pemeramaan dengan metode dehidrasi osmosi bertekanan dapat mengurangi waktu pemeraman.
Berdasarkan  penelitian  kadar  garam  telur  asin  dengan  menggunakan metode argentometri mohr sesuai dengan SNI 06-6989.19.2004 maka diperoleh
nilai  kadar  garam  pemeraman  metode  tradisional  dan  metode  dehidrasi  osmosis bertekanan.  Pada  proses  pengujian  nilai  kadar  garam  telur  asin  dilakukan
pengujian pada putih telurnya. Ketika proses pemeraman telur asin kadar garama kan masuk ke putih dan kuning telur sehingga putih dan kuning telur akan terasa
asin.  Dalam  penelitian  ini  kadar  garam  kuning  telur  karena  kandungan  kuning telur  berupa  lemak
yang  mengakibatkan  kesulitan  dalam  pengujian menggunkanan titrasi.
Pada metode tradicional nilai rata-rata kadar garam sebesar 64,5 mgL dari 30  sampel  yang  berdistribusi  normal.  Nilai  rata-rata  kadar  garam  metode
tradisional  ini  digunakan  untuk  mengendalikan  agar  nilai  kadar  garam  metode
commit to user
V-2 dehidrasi  osmosis  bertekanan  yang  dihasilkan  mirip  dengan  nilai  kadar  garam
rata-rata metode tradisional. Pada  metode  dehidrasi  osmosis  bertekanan  nilai  kadar  garam  mengalami
36 perlakuan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diperoleh nilai kadar garam yang  paling  rendah  ialah  pada  perlakuan  A
1
B
1
.  Perlakuan  A
1
B
1
merupakan nilai
kadar garam yang dipengaruhi oleh tekanan 15 psi dan waktu pemeraman 24 jam. Nilai rata-rata kadar garam dari perlakuan A
1
B
1
dari 3 buah replikasi adalah 30,31 mgL.  Pada  perlakuan  A
1
B
1
kuning  telurnya  belum  terjadi  masir,  karena  rasa masir  dipengaruhi  oleh  besaran  minyak  yang  keluar,  kekuatan  gel  dari  kuning
telur  dan  diameter  granula  kuning  telur  Wulandari,  dkk.,  2002.  Faktor  yang mempengaruhi  besaran  minyak  yang  keluar,  kekuatan  gel  dari  kuning  telur  dan
diameter  granula  kuning  telur  adalah    garam  dalam  telur  asin  Wulandari,  dkk., 2002. Pada perlakuan A
1
B
1
telur asin yang dihasilkan rasanya kurang asin karena waktu pemeramanya lebih singkat dan tekanan yang digunakan metode dehidrasi
osmosis  bertekanan  tidak  jauh  berbeda  dengan  pemeraman  metode  tradisional sekitar  14,7  psi.  Dengan  tekanan  tersebut  biasanya  metode  tradisonal
membutuhkan  waktu  pemeraman  sekitar  10-12  hari  untuk  mendapatkan  kadar garam  yang  disukai  konsumen  sedangkan  pada  perlakuan  A
1
B
1
waktu pemeramanya hanya 24 jam. Sehingga dapat disimpulkan rasa masir dan rasa asin
pada  perlakuan  A
1
B
1
disebabkan  oleh  waktu  yang  telalu  singkat  dengan  tekanan yang  diterima  kecil.  Nilai  kadar  garam    tertinggi  terdapat  pada  perlakuan  A
3
B
3
, yaitu dengan tekanan 60 Psi dan lama waktu pemeramaan sebesar 72 jam dan nilai
rata-rata  sebesar  67,72  mgL.  Pada  perlakuan  A
3
B
3
telur  asin  dihasilkan  sudah terasa asin dan pada kuning sudah terjadi masir. Pada perlakuan ini tekanan yang
digunakan  3  kali  dari  tekanan  pemeraman  metode  tradisional  dan  waktu  yang diperlukan lebih singkat daripada metode tradisional.
Berdasarkan  hasil  pengolahan  data  pemeraman  metode  dehidrasi  osmosis bertekanan menunjukkan hasil data yang baik dengan dipenuhinya syarat normal,
homogenitas  dan  independensi  data.  Meskipun  ketiga  syarat  data  tersebut terpenuhi, tetap terdapat variansi data dalam tiap perlakuan perbedaan nilai kadar
garam tiap spesimen walaupun berada dalam perlakuan yang sama. Hal tersebut
commit to user
V-3 bisa  diakibatkan  dari  pengaruh  faktor  tekanan,  waktu  pemeramaan  dan  interaksi
tekanan dan waktu pemeraman. Faktor  yang  diduga  mempengaruhi  nilai  kadar  garam  proses  pemeraman
telur asin adalah tekanan. Pada metode tradisional tekanan yang digunakan sesuai atmosfer bumi yaitu 1 atm atau sekitar 14,7 psi. Tekanan pada metode tradisional
ini  dianggap  konstan  karena  sesuai  tekanan  atmosfer  bumi.  Sedangkan  tekanan yang digunakan pada metode dehidrasi osmosis bertekanan terdiri dari tiga level
yaitu 15 psi, 30 psi dan 45 psi. Berdasarkan  nilai  kadar  garam  metode  dehidrasi  osmosis  bertekanan
dilakukan uji ANOVA. Uji ANOVA digunakan untuk menunjukkan bahwa faktor tekanan  berpengaruh  terhadap  nilai  kadar  garam  metode  dehidrasi  osmosis
bertekanan.  Berdasarkan  hasil  uji  pembanding  ganda,  diketahui  bahwa  tiap perpindahan  level  menunjukkan  terdapat  kenaikan  nilai  yang  signifikan.  Hal  ini
dapat ditunjukkan pada grafik di bawah ini.
Gambar 5.1 Grafik tekanan terhadap nilai kadar garam
Metode dehidrasi osmosis bertekanan Gambar  5.1  menunjukkan  bahwa  rata-rata  nilai  kadar  garam  pada  tekanan
30  psi  bernilai 40,916  mgL,  pada  45  psi  bernilai  46,823  mgL,  pada  60  psi
bernilai 52,781 mgL dan pada 75 psi bernilai 60,157 psi . Nilai terendah terdapat pada  tekanan  30  psi.  Pada  metode  dehidrasi  osmosis  bertekanan  Oleh  karena  itu
dapat  dikatakan  bahwa  semakin  besar  tekanan  yang  diberikan  akan  terjadi peningkatan nilai kadar garam metode dehidrasi osmosis bertekanan Wulandari,
2002.
20 40
60 80
15 Psi 30 Psi
45 Psi 60 Psi
mgL
Tekanan
Tekanan Terhadap Nilai Kadar Garam Metode Dehidrasi Osmosis Bertekanan
commit to user
V-4 Faktor  berikutnya  yang  diduga  mempengaruhi  kadar  garam  proses
pemeraman yaitu waktu pemeramaan. Waktu pemeraman pada metode tradisional produksi  Nyonya  Siam  diperlukan  sekitar  10-12  hari  atau  sekitar  240-288  jam.
Sedangkan waktu pemeraman metode dehidrasi osmosis bertekanan terdiri dari 3 level yaitu 24 jam, 48 jam dan 72 jam.
Berdasarkan  nilai  kadar  garam  metode  dehidrasi  osmosis  bertekanan dilakukan  uji  ANOVA  untuk  membuktikan  dugaan  tersebut.  Hasil  uji  ANOVA
untuk  faktor  waktu  pemeramaan  menunjukkan  bahwa  waktu  pemeramaan berpengaruh  terhadap  kadar  garam.  Berdasarkan  hasil  uji  pembanding  ganda,
diketahui bahwa tiap perpindahan level menunjukkan terdapat kenaikan nilai yang signifikan. Hal ini dapat ditunjukkan pada grafik di bawah ini.
Gambar 5.2 Grafik nilai kadar garam berdasarkan lama waktu pemeraman
metode dehidrasi osmosis bertekanan Gambar  5.2  menunjukkan  bahwa  rata-rata  nilai  kadar  garam  pada  waktu
pemeraman 24 jam bernilai 41,987 mgL, pada 48 jam bernilai 48,938 mgL dan
pada  72  jam  bernilai  59,583  mgL.  Nilai  terendah  terdapat  pada  lama  waktu pemeraman  24  jam.  Pada  metode  dehidrasi  osmosis  bertekanan  semakin  besar
lama  waktu  pemeraman  yang  diberikan,  maka  terjadi  peningkatan  nilai  kadar garam metode dehidrasi osmosis bertekanan kastaman, dkk., 2008.
Faktor  yang  diduga  selanjutnya  adalah  interaksi  antara  tekanan  dan  waktu pemeraman. Berdasarkan nilai kadar garam metode dehidrasi osmosis bertekanan
dilakukan  uji  ANOVA  untuk  membuktikan  dugaan  tersebut.  Hasil  uji  ANOVA
10 20
30 40
50 60
70
24 jam 48 jam
72 jam
mgL
Lama Waktu Pemeramaan
Waktu Pemeramaan Terhadap Nilai Kadar Garam
commit to user
V-5 untuk    interaksi  tekanan  dan  waktu  pemeramaan    menunjukkan  bahwa  interaksi
kedua faktor tersebut berpengaruh terhadap kadar garam. Berdasarkan  dari  data  pemeraman  telur  asin  metode  dehidrasi  osmosis
bertekanan  dengan  uji  ANOVA  maka  yang  mempengaruhi  kadar  garam  adalah tekanan,  waktu  pemeraman  dan  interaksi  antar  tekanan  dan  waktu  pemeraman.
Berdasarkan  data  tersebut  maka  nilai  kadar  garam  metode  dehidrasi  osmosis bertekanan  dapat  membangun  sebuah  model  regresi.  Model  regresi  digunakan
untuk  menetukan  model  kadar  garam  metode  dehidrasi  osmosis  bertekanan  dan koefisiensi-koefisiensi  tekanan,  waktu  pemeraman  dan  interaksi  waktu  dan
tekanan. Berdasarkan  hasil  SPSS  dengan  uji  F  maka  model  regresi  dari  nilai  kadar
garam metode dehidrasi osmosis bertekanan dapat digunakan untuk mempredeksi tekanan, waktu pemeramaan dan interaksi antara tekanan dan waktu pemeramaan
yang  berpengaruh  tehadap  nilai  kadar  garam.  Berdasarkan  hasil  SPPS  dapat dilihat tiga variabel independen yang dimasukkan dalam regresi, variabel tekanan,
waktu pemeraman dan interaksi tekanan dan waktu pemeraman yang berpengaruh secara  signifikan  terhadap  kadar  garam.  Sehingga  dapat  dimodelkan  sebagai
berikut: ö = ƼĖ, ŠƼǴ + Ė,
Š
Ƽ
+ Ė,
Ǵ
− Ė. ĖĖ
Ƽ Ǵ
+e Keterangan
Y : Nilai rata-rata kadar tradisional
X
1
: Tekanan X
2
: Waktu pemeraan X
1
X
2
: Interaksi tekanan dan waktu pemeraman e
: Error Pada  model  regresi  metode  dehidrasi  osmosis  bertekanan  dipengaruhi  oleh
variabel tekanan, waktu pemeraman dan interaksi tekanan dan waktu pemeraman. Variabel  tekanan  memberikan  nilai  koefisiensi  parameter  terbesar  sekitar  0,586
dengan  tingkat  signifikan  0,000.  Variebel  waktu  memberikan  nilai  koefisiensi parameter  sebesar  0,493  dengan  tingkat  signifikan  0,000.  Sedangkan  variabel
interaksi  yang  merupakan  interaksi  tekanan  dan  waktu  pemeraman  memberikan nilai  koefisiensi  parameter  sebesar  -0.003.  Variabel  interaksi  tidak  terlalu  besar
pengaruhnya  terhadap  model  karena  tingkat  signifikan  0,023.  Dengan  demikian variabel  tekanan,  waktu  pemeraman  dan  interaksi  waktu  dan  pemeraman  lebih
commit to user
V-6 kecil dari pada signifikansi  yang ditetapkan
 = 0,05, maka tolak H dan berarti
bahwa  koefisien  tekanan,  waktu  pemeraman  dan  interaksi  tekanan  dan  waktu pemeraman berpengaruh signifikan terhadap model regresi tersebut.
Hubungan  persamaan  regresi  ditandai  dengan  adanya  hubungan  antara  nilai kadar garam Y, tekanan X
1
dan waktu pemeraman X
2
. Jika nilai kadar garam tinggi maka tekanan dan pemeraman yang dibutuhkan tinggi pula. Pada persaman
regresi  koefisie  interaksi  antara  tekanan  dan  waktu  pemeraman  bernilai  negatif dan  mempunyai  pengaruh  kecil  karena  koefisien  kecil  akan  tetapi  koefisiensi
interaksi  tersebut  signifikan.  Saat  tekanan  dan  waktu  pemeraman  tinggi  maka akan  berpengaruh  terhadap  koefisien  interaksi  bernilai  negatif  makin  tinggi.
Pengaruh  ini  dapat  terlihat  ketika  terjadi  penurunan  tekanan  pada  proses pemeraman dikarenakan waktu yang dibutuhkan pada proses pemeraman lama.
Terjadinya  penurunan  tekanan  disebabkan  koefisiensi  interaksi  negatif. Penurunan  tekanan  berbanding  lurus  dengan  tekanan  dan  waktu  pemeraman.
Sehingga  semakin  tinggi  tekanan    waktu  proses  pemeraman  semakin  lama  maka penurunan  tekanan  semakin  besar.  Dalam  penelitian  ini  penurunan  tekanan
diminimalkan  dengan  pembuatan  alat  pemeraman  yang  baik.  Pada  alat pemeraman  bahan  yang  digunakan  Stenlistel
berbentuk  silinder  berukuran diameter 20 cm, tinggi 30 cm dan tebal 0.5 cm dan pada tutup bagian atas diberi
perekat  dan  12  baut.  Semua  ini  dilakukan  supaya  menjaga  tekanan  tidak  bocor keluar.  Sehingga  perlu  dilakukan  pemeriksaan  tekanan  secara  berkala  dan
penambahan tekanan jika pada pemeriksaan tekanan berkurang. Model  regresi  yang  dibangun  dari  nilai  kadar  garam  metode  dehidrasi
osmosis bertekanan digunakan untuk menentukan tekanan, waktu pemeraman dan interaksi  tekanan  dan  waktu  pemeraman  yang  sesuai  dengan  nilai  kadar  garam
rata-rata metode tradisional yaitu 64,5 mgL. Dengan menggunakan model regresi metode  dehidrasi  osmosis  bertekanan  maka  didapatkan  dua  perlakuan  yang
menghasilkan  nilai  kadar  garam  yang  mirip  dengan  kadar  garam  metode tradisional yaitu:
1.  Perlakuan pertama: 60 jam dan 60 psi 2.  Perlakuan kedua   : 72 jam dan 50 psi
commit to user
V-7 Setelah  dihasilkan  dua  perlakuan  dari  model  regresi  metode  dehidrasi
osmosis bertekanan, perlu dilakukan uji nilai rata-rata dan uji organoleptik untuk mengetahui  kemiripan  nilai  kadar  garam  metode  dehidrasi  osmosis  bertekanan
terhadap metode tradisional. Nilai  rata-rata  digunakan  untuk  menentukan  kemiripan  kadar  garam
pemeraman  telur  asin  antara  perlakuan  pertama  dan  perlakuan  kedua  dari  model regresi  metode  dehidrasi  osmosis  bertekanan  dibandingkan  dengan  metode
tradisional.  Berdasarkan  hasil  pengolahan  data  dengan  pengujian  hipotesis  yang mengenai nilai rata-rata atau mean. Rata-rata nilai kadar garam metode tradisional
sebesar 64,5 mgL dengan pendugaan rata- rata mean dengan α = 0.01 diperoleh
selang  kepercayaan  bagi  rata-rata  nilai  kadar  garam  metode  tradisional  dalam populasi terletak di antara 63,419 µ  65,51.
Dengan uji  yang bersifat dua  arah statistik ujinya menggunakan nilai  a2 karena  luas  daerahnya  berada  di  kanan  dan  kiri  kurva  baik.  Karena  uji  yang
digunakan  bersifat  dua  arah  maka  wilayah  kritiknya  terletak  di  salah  satu  ujung baik  kiri  maupun  kanan  kurva.  Untuk  pengambilan  kesimpulan  ditentukan  oleh
besarnya nilai statistik uji. Berdasarkan pengolahan untuk menyatakan kesamaan nilai  kadar  garam  metode  tradisional  dengan  perlakuan  pertama  72  jam  dengan
50  psi,  kesamaan  nilai  kadar  garam  metode  tradisional  dengan  perlakuan  kedua 60  jam  dengan  60  psi  dan  kesamaan  nilai  kadar  garam  perlakuan  pertama
dengan  perlakuan  kedua  metode  dehidrasi  osmosis  bertekanan  maka  diperlukan pengujian hipotesa.
Berdasarkan  pengolahan  data  uji  nilai  rata-rata  antara  nilai  kadar  garam perlakuan  pertama  dengan  rata-rata  nilai  kadar  garam  metode  tradisional,
diperoleh  nilai    statistik uji  perlakuan  pertama  sebesar  1,048.  Ini  berarti  nilai  uji statistik
perlakuan pertama
terletak di
wilayah penerimaan
821 .
2 821
. 2
- t
dan t
.  Sehingga  dapat  disimpulkan  diterima  Ho  berarti  rata- rata nilai kadar garam dengan perlakuan pertama sama dengan nilai kadar garam
metode tradisional. Berdasarkan  pengolahan  data  uji  nilai  rata-rata  nilai  kadar  garam
perlakuan kedua dengan rata-rata nilai kadar garam metode tradisional. Diperoleh nilai statistik uji perlakuan 1 sebesar 1,023. Ini berarti nilai uji statistik perlakuan
commit to user
V-8 pertama terletak di wilayah penerimaan
821 .
2 821
. 2
- t
dan t
. Sehingga dapat disimpulkan diterima Ho berarti rata-rata nilai kadar garam perlakuan kedua sama
dengan nilai kadar garam metode tradisional. Pada pengujian antara nilai rata-rata perlakuan pertama dengan perlakuan
kedua  digunakan  adalah  pengujian  mengenai  selisih  dua  mean  untuk membuktikan  bahwa  rata-rata  nilai  kadar  perlakuan  pertama  berbeda  dengan
perlakuan  kedua,  jika  diasumsikan  perlakuan  pertama  tidak  sama  dengan perlakuan  kedua.  Uji  yang  digunakan  bersifat  dua  arah  karena  hipotesis
alternatifnya  bersifat  dua  arah  yaitu  H
1
:  µ
1
¹ µ
2
.  Wilayah  kritiknya  t
0.025
- 2.552 dan t
0.025
2.552 terletak di kedua ujung baik kiri dan kanan kurva. Nilai statistik  uji  yang  digunakan  adalah  t  yang  diperoleh  hasilnya  sebesar  1,749.
sehingga  nilai  statistik  uji  berada  pada  wilayah  penerimaan.  Kesimpulan  yang diambil  adalah  menerima  H
yang  berarti  bahwa  rata-rata  niali  kadar  garam perlakuan pertama sama dengan nilai rata-rata kadar garam perlakuan kedua.
Uji  nilai  rata-rata  yang  dihasilkan  yaitu  adanya  kemiripan  antara  kadar garam  pemeraman  telur  asin  perlakuan  pertama  metode  dehidrasi  osmosis
bertekanan  dengan  metode  tradisional,  adanya  kemiripan  antara  kadar  garam pemeraman  telur  asin  perlakuan  kedua  metode  dehidrasi  osmosis  bertekanan
dengan  metode  tradisional,  dan  adanya  kemiripan  kadar  garam  pemeraman  telur asin  antara  perlakuan  pertama  dan  perlakuan  kedua  metode  dehidrasi  osmosis
bertekanan. Hasil uji nilai rata-rata dapat disimpulkan bahwa kadar garam proses pemeraman telur asin metode dehidrasi osmosis bertekanan sama dengan metode
tradisional.
5.1.2 Analisis  Uji  Organoleptik  antara  Pemeraman  Telur  Asin  Metode