commit to user 35
3. Tahap Penggabungan Integration Tahap ini merupakan tahap akhir dalam proses pencucian uang.
Jika pada tahap penempatan dan pelapisan telah berhasil diselesaikan maka pelaku akan berusaha menggabungkan kembali
dana yang dicuci dalam bentuk yang dapat dimanfaatkan oleh pelaku, mekanisme integrasi menggunakan institusi finansial atau
penyedia jasa keuangan dan alat yang sama yang digunakan dalam tahap-tahap lainnya, pada tahap ini pelaku pencucian sekarang
perlu membuat dana tersebut terlihat seperti sah asalnya. “Integration
adalah upaya menggunakan harta kekayaan yang telah tampak sah, baik untuk dinikmati langsung, diinvestasikan ke
dalam berbagai bentuk kekayaan materiil maupun keuangan, dipergunakan untuk membiayai kegiatan bisnis yang sah, ataupun
untuk membiayai kembali kegiatan tindak pidana Adrian Sutedi,2010 : 25”.
Pada tahap ini uang hasil kejahatan benar-benar telah bersih dan sulit untuk dikenali sebagai hasil tindak pidana, muncul
kembali sebagai aset atau investasi yang tampak legal. Pada umumnya, bentuk pencucian uang tahap ini diwujudkan meliputi
antara lain mengubah uang tunai menjadi aset fisik seperti kendaraan bermotor, barang-barang perhiasan atau batu-batu
permata yang mahal, atau ”real estate”, atau dapat juga berupa instrumen keuangan lainnya.
4. Tinjauan Umum Tentang Bank
a. Pengertian Bank
“Bank adalah badan usaha di bidang keuangan yang menarik uang dari masyarakat dan menyalurkannya kembali ke masyarakat,
terutama dengan cara memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang Malayu SP Hasibuan,2001 :
4”. Pada umumnya bank melakukan kegiatan usahanya berupa menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali kepada
commit to user 36
masyarakat dalam bentuk kredit atau pinjaman maupun dalam bentuk lain.
Dalam Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, berbunyi :
”Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam
bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”.
b. Jenis dan Kegiatan Usaha Bank
1. Jenis Bank
Dalam Pasal 5 angka 1 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, dijelaskan bahwa :
”Menurut jenisnya bank terdiri dari : a. Bank Umum
b. Bank Perkreditan Rakyat”.
Dalam Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, dijelaskan mengenai bank umum adalah sebagai
berikut : “Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha
secara konvensional dan atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran”.
Sedangkan dalam Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, dijelaskan mengenai bank perkreditan
rakyat adalah sebagai berikut : “Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan
kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam
lalu lintas pembayaran”.
Berbeda dengan Undang-Undang Perbankan yang hanya membagi bank menjadi dua jenis seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya. Secara umum jenis bank dapat dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan karakter bank masing-masing. Jenis
commit to user 37
perbankan dewasa ini dapat ditinjau dari berbagai segi karakter antara lain adalah :
1. Bank dilihat dari segi fungsinya yaitu : a. Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha
secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran. b. Bank Perkreditan Rakyat BPR adalah bank yang
melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. 2. Bank dilihat dari segi kepemilikannya yaitu :
a. Bank Milik Pemerintah adalah dimana baik akte pendririan maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah, sehingga
seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah pula. Contoh : Bank Tabungan Negara BTN, BRI.
b. Bank Milik Swasta Nasional adalah seluruh atau sebagian besarnya dimiliki oleh swasta nasional serta akte
pendiriannya didirikan oleh swasta, begitu pula pembagian keuntungannya untuk keuntungan swasta pula. Contoh :
Bank Central Asia, Bank Lippo, Bank Danamon. c. Bank Milik Koperasi adalah kepemilikan saham-saham bank
ini dimiliki oleh perusahaan yang berbadan hukum koperasi. Contoh : Bank Umum Koperasi Indonesia.
d. Bank Milik Asing adalah bank ini merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri, baik milik swasta asing atau
pemerintah asing. Contoh : City Bank, Bank of Tokyo. e. Bank Milik Campuran adalah kepemilikan saham bank
campuran dimiliki oleh pihak asing dan swasta nasional, kepemilikan sahamnya secara mayoritas dipegang oleh
commit to user 38
warga negara Indonesia. Contoh : Ing Bank, Sumitomo Niaga Bank.
3. Bank dilihat dari segi statusnya yaitu : a. Bank Devisa adalah bank yang dapat melaksanakan transaksi
ke luar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan.
b. Bank Non Devisa adalah bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan transaksi sebagai bank devisa sehingga
tidak dapat melaksanakan transaksi seperti halnya bank devisa.
4. Bank dilihat dari segi cara menentukan harga yaitu : a. Bank yang berdasarkan prinsip konvensional adalah bank
dalam mencari keuntungan dan menentukan harga kepada para nasabahnya, bank berdasarkan prinsip konvensional
misalnya menetapkan bunga sebagai harga. b. Bank yang berdasarkan prinsip syariah adalah bank dalam
menentukan harga atau mencari keuntungan bagi bank berdasarkan
prinsip syariah
misalnya pembiayaan
berdasarkan prinsip bagi hasil mudharabah, pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal musharakah
Kasmir,2004 : 36-39.
2. Kegiatan Usaha Bank