34
Tempat penelitian yang dilakukan oleh penulis untuk menyelesaikan tulisan ini yaitu di Binjai, tepatnya di grup musik Nurul Hasanah Binjai yang terletak di Asrama 121
Kebun Lada, Binjai. Tempat penelitian ini sekali gus juga sebagai rumah kediaman Ibu Hajjah saidah Lubis bersama dengan keluarganya.
1.5.3 Pe ngumpulan Data
Untuk mendukung data-data yang diperoleh di lapangan, penulis melakukan studi kepustakaan yaitu dengan mempelajari buku-buku dan dokumen-dokumen yang berkaitan
dengan topik penelitian Dalam pengumpulan data, penulis melakukan beberapa hal yang begitu sering dilakukan seperti uraian berikut ini.
1.5.3.1 Obse rvasi
Observasi adalah penelitian yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan terhadap subjek yang akan diteliti, baik secara langsung maupun tidak
langsung yang menggunakan tehnik yang disebut dengan pengamatan atau observasi Muhammad Ali, 1987:25. Observasi, terlibat dalam pertunjukan, tanpa memposisikan
diri sebagai pelaku pertunjukan, sering menyaksikan berlangsungnya pertunjukan dari awal sampai akhir. Hal ini berguna untuk mengenal dengan baik dan lebih jauh lagi
jalannya pertunjukan dan aspek-aspek yang terkandung di dalamnya. Sesuai dengan pendapat diatas, maka pelaksanaan penelitian yang dilakukan oleh penulis, bertujuan agar
pengamatan ini menciptakan komunikasi yang baik antara
Universitas Sumatera Utara
35
penulis dengan kalangan pemusik atau seniman musik Padang Pasir tersebut, dan juga masyarakat setempat, sehingga data yang dibutuhkan dapat diperoleh secara lebih akurat.
Maka dalam hal ini observasi dapat dilakukan dengan cara: 1.
Melakukan observasi langsung ke lokasi latihan grup musik Padang Pasir Nurul Hasanah Binjai.
2. Melakukan observasi langsung ke lokasi pertunjukan grup musik Padang Pasir
Nurul Hasanah Binjai.
1.5.3.2 Wawancara
Menurut Poerwadarminta dalam dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 2008:1559 “wawancara adalah tanya-jawab dengan seseorang yang diperlukan untuk
diminta keterangan atau pendapat mengenai sesuatu hal. Menurut Koentjaraningrat 1991:136 bahwa kegiatan wawancara secara umum terbagi atas tiga kelompok yaitu:
persiapan wawancara, tehnik bertanya dan pencatatan data hasil wawancara. Wawancara terdiri dari dua jenis, wawancara terfokus dan wawancara bebas. Wawancara terfokus
dilakukan untuk memperoleh informasi yang lebih banyak dan tidak membosankan atau membuat kaku suasana antara penulis dan informan. Sedangkan wawancara bebas
dilakukan secara tidak terfokus, tetapi mendapatkan banyak informasi yang dibutuhkan. Sesuai dengan teknik wawancara diatas, penulis melakukan wawancara dengan berbagai
pihak di antaranya: 1. Wawancara dengan pemimpin grup musik Padang Pasir Nurul Hasanah Binjai.
2. Wawancara dengan para pemusik grup musik Nurul Hasanah Binjai. 3. Wawancara dengan para penyanyi grup musik Nurul Hasanah Binjai.
4. Wawancara dengan mantan personil grup musik El-Suraya
Universitas Sumatera Utara
36
5. Wawancara pada masyarakat yang sedang melihat pertunjukan grup musik Nurul Hasanah Binjai.
Pada saat wawancara penulis tidak melakukan perekaman karena keadaan yang tidak memungkinkan suara musik yang cukup besar dan kesibukan para informan,
namun walaupun demikian peneliti memperoleh data-data yang dibutuhkan setelah melakukan wawancara dengan para informan dan semua data-data tersebut dicatat
sewaktu penulis berada di lapangan dan kemudian diolah di kerja laboratorium.
1.5.3.3Ke rja Laboratorium
Kerja laboratorium yaitu dengan cara mengolah data yang didapat sewaktu penelitian lapangan dan disaring sebaik mungkin untuk dijadikan sebagai tulisan. Kerja
laboratorium disebut juga analisis yang merupakan pengolahan data yang diperoleh dari kerja lapangan, setelah pengolahan data dianalisis kemudian disusun secara sistematis
sehingga hasilnya dapat dikembangkan sebagai bahan yang akurat dalam pembahasan masalah yang dihadapi. Dalam tahapan ini penulis mengumpulkan data-data yang didapat
dari lapangan, kemudian memilih data-data yang relevan dengan tulisan ini.
Universitas Sumatera Utara
37
BAB II
GAMBARAN UMUM PERJALANAN MUSIK PADANG PASIR
DI INDONESIA DAN SUMATERA UTARA
2.1 Pe nge rtian Musik Padang Pasir
Musik Padang Pasir adalah salah satu jenis musik Kasidah yang memiliki irama bernuansa islami. Musik Padang Pasir memiliki suara atau irama-irama yang bernuansa
islami, dan cenderung ke dakwah baik dalam syair, melodi, dan ritme dan unsur Arab sangat menonjol dalam irama meski ada juga pengaruh lain.
7
7
www.wikipedia.com
Musik Padang Pasir merupakan musik yang syair-syairnya dapat membantu manusia untuk lebih mendekatkan
diri kepada pencipta alam dan isinya. Kecenderungan dakwah dalam seni terutama musik, bukan semata-mata propaganda, sebab pengertian dan peranan dakwah dalam
Islam sangat luas sekali. Sajak atau syair-syair dalam musik Padang Pasir mengandung unsur agama, sehingga mengajak pendengarnya untuk berbuat kebaikan yang diridhai
Allah SWT. Melalui syair-syair yang ada pada musik Padang Pasir, manusia dapat belajar arti hidup dan kehidupan, sehingga akan membuat manusia lebih tawakal
berserah diri kepada Allah sebagai seorang makhluk.
Universitas Sumatera Utara
38
2.2 Pe rke mbangan Musik Padang Pasir di Indonesia
Musik Padang Pasir adalah musik yang berkembang di masyarakat secara turun temurun, dan dikembangkan sebagai sarana hiburan. Tiga komponen yang
saling memengaruhi di antaranya adalah seniman, musik itu sendiri, dan masyarakat
penikmatnya. Hal ini bermaksud untuk mempersatukan persepsi antara pemikiran seniman dan masyarakat tentang usaha bersama dalam mengembangkan dan
melestarikan seni musik Padang Pasir. Menjadikan musik Padang Pasir sebagai perbendaharaan seni musik di masyarakat, sehingga musik Padang Pasir lebih
menyentuh pada sektor komersial umum. Musik Padang Pasir juga adalah musik yang berkembang secara tradisional, di kalangan suku-suku tertentu. Keberadaan
musik Padang Pasir yang digunaka n seba gai hiburan, tent unya suda h sangat sering dilakukan dalam sebuah seni pertunjukan. Dalam sebuah pertunjukan seni,
mus ik Padang Pasir sering diaransemen kembali menjadi sebuah musik yang lebih modern dan dalam jumlah pemusik yang diminimaliskan dengan tujuan
untuk sebagai hiburan dan untuk seni pertunjukan.
Musik Padang Pasir adalah perkembangan seni yang terpengaruh dari dampak modernisasi. Musik yang bernuansa dari Timur Tenga h ini memiliki
sejarah yang sudah dimulai sejak tahun enam puluhan di Indonesia. Musik
Padang Pasir dulu sering disebut musik Gambus, namun mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan zaman, maka sekarang sebutan Gambus sudah
Universitas Sumatera Utara
39 berubah menjadi mus ik Padang Pasir
8
Awalnya musik Padang Pasir ini hanya diminati oleh penduduk Indonesia dari keturunan Arab saja, namun sekarang sudah banyak juga penduduk
pribumi yang menyukai lagu- lagu musik Padang Pasir. Musik Padang Pasir diketahui munculnya pertama kali di indonesia dibawa oleh para pedagang Arab
yang datang untuk menjual berbagai kebutuhan . Oleh karena itu, musik Padang Pasir
adalah musik yang berkembang sesuai dengan perkembangan zaman, dan sekarang ini teknologi telah mengubah warna musik. Berbagai jenis musik telah
banyak yang menggunakan alat-alat elektronik yang sesuai dengan apa yang dialami oleh jaman sekarang ini.
9
Pada tahun 1935, suara Syech Abdullah Albar pertama kali mengudara lewat Studio Nirom yang sekarang telah menjadi RRI Stasiun Surabaya. Lagu-
.
Selain para pedagang ada juga kaum ulama dari Arab yang datang untuk menyebarkan agama islam sekaligus
menyebarkan musik- musik yang be rnuansa Islami di Indo nesia. Musik Padang Pasir telah dikembangkan oleh seorang seniman keturunan Hadramaut Yaman
Selatan kelahiran Surabaya, yakni Syech bin Abdullah Albar 1908-1947. Namanya melambung bersamaan dengan kemajuan peredaran piringan hitam di
Indonesia, dan pada saat yang sama pula stasiun-stasiun penyiaran radio juga sedang gencar dibangun di Indonesia. Sehingga Syech Abdullah Albar memiliki
popularitas melebihi dari penyanyi musik Padang Pasir sebelumnya, seperti Umi Kalsoum, Abdul Wahab, dan Farid Alatras.
8
www.wikipedia.com
9
www.anneahira.comirama-padang-pasir.htm
Universitas Sumatera Utara
40 lagu Syech Abdullah Albar sering diputar hampir setiap minggu. Bukan itu saja,
piringan hitam rekamannya juga tersebar luas di Malaysia dan Jazirah Arab. Namun seniman berbakat itu wafat di usia muda pada 30 Oktober 1947 di
Suraba ya. Sepeninggal Syech Abdullah Albar sampai era tahun 1950-an, orkes- orkes musik Padang Pasir makin banyak bermunculan dan terkenal. Setiap
malam jumat selalu ada dua grup yang selalu tampil mengisi siaran di RRI Stasiun Suraba ya . Dua grup yang selalu tampil adalah Orkes Padang Pasir Al-Wardah
pimpinan Muchtar Lutfie da n Orkes Padang Pasir Al-Wathan pimpinan Hasan Alaydrus. Namun pada tahun 1960-an pamor orkes-orkes tersebut menurun akibat
Politik Demokrasi Terpimpin yang melarang kesenian di Indonesia bercampur dengan kebudayaan asing.
Sering kita mendengar bahkan menyanyikan lagu Perdamaian yang dipopulerkan group band GIGI, atau lagu Kota Santri yang dilantunkan penyanyi Diva
Indonesia, Krisdayanti. Namun, sama sekali tidak disadari, kedua lagu tersebut merupakan lagu-lagu kasidah modern yang sebelumnya telah dipopulerkan oleh group
musik Padang Pasir Nasida Ria asal Semarang yang hingga kini masih melegendaris. Grup musik kasidah modern ini berdiri 1975 di Kauman, Semarang, dan hingga kini telah
menelurkan 34 album berbahasa Indonesia dan dua album berbahasa Arab. Album perdana, Alabaladil Makabul, diproduksi 1978 di bawah PT Ira Puspita Record yang
dipasarkan di dalam dan luar negeri. Grup musik Nasida Ria telah mampu menembus hiruk pikuk berbagai aliran musik, dengan sentuhan dan kreasi yang mengkombinasikan
irama Padang Pasir ini menjadi disukai masyarakat. Nasida Ria berawal dari grup rebana yang berkat inovasi dan kreasi Mudrikah
Zain. Grup ini memiliki genre tersendiri, dengan ciri khasnya berupa artis dan musisi pendukung yang terdiri dari wanita berjilbab. Nasida Ria tercatat telah menyambangi
Universitas Sumatera Utara
41
beribu tempat untuk mengisi acara, baik di dalam maupun di luar negeri, dengan sejumlah lagunya yang sudah tidak asing di telinga penggemar seperti Shalawat Badar, Kaya
Miskin Bahagia, Damailah Palestina, Magadir, dan Nabi Muhammad Insan Pilihan. Kiprah perjalanan Nasida Ria antara lain, mengisi paket Acara Hari Raya Idhul Fitri di
TMII Taman Mini Indonesia Indah Jakarta setiap tahun, Tour Show Silaturrahmi Djarum 76 di 16 Kota Jateng 2001-2004. Selain itu, grup musik ini juga pernah tampil
dalam Islamic Art and Cultural Perfomance di Batam Kepulauan Riau [2004] dan Isra Miraj di Tanjung Pinang [2006], serta berbagai tempat di pelosok tanah air. Baik
undangan hajatan maupun acara resmi berbagai lembaga. Sementara di luar negeri, Nasida Ria juga pernah tampil memenuhi undangan
Kerajaan Malaysia pada peringatan 1 Muharam 1988, Berlin Maret 1994, undangan Haus de Kulturen derWelt Lembaga Kebudayaan Jerman dalam paket Die Garten des Islam
Pameran Kesenian Islam Dunia. Di Jerman Juli 1996, grup ini tampil dalam festival Heimatklange ‘96 Sinbad Travels di delapan kota seperti Berlin, Reclinghousen dan
Dusseldof, atas undangan Cultural Departement of The Senat of Berlin and Tempodrom, SFB, ORB, European Forum of Worldwide Music Festival. Atas kiprah dan pretasi yang
telah diperoleh, Nasida Ria banyak mendapat penghargaan, seperti Pengemban Budaya Islam dari PWI Persatuan Wartawan Indonesia Pusat Jakarta 1989, Penghargaan Seni
dari PWI Jateng 1992 dan Anugrah Keteladanan dari PRPP Jateng 2004.
2.3 Pe rke mbangan Musik Padang Pasir di Sumate ra Utara
Pertumbuhan dan perkembangan Orkes Padang Pasir di Indonesia kemudian tumbuh di Sumatra Utara sekitar tahun 1960-an. Tokoh-tokoh seperti Hasyim P.E., H.
Adam Sakimaman, H. Azrai Abdurrauf dan H. A. Rifai Abdja Manaf adalah tokoh yang dikenang sebagai penggerak orkes berirama Padang Pasir di Sumatera Utara. H. Azrai
Universitas Sumatera Utara
42
sekarang lebih dikenal sebagai guru para qari dan qariah yang mengikuti Musabaqah Tilawatil Quran Nasional, selain pernah dikenal sebagai ahli kasidah di Sumatera Utara
namanya juga terdengar sampai ke Malaysia. Ketika masih bekerja di Nirom sejak tahun 1938, H. Rifai sudah memulai karirnya sebagai pencipta lagu bernafas Islami. Lagu karya
anggota DPRD Kotamadya Medan dari Golkar ini yang sangat populer sampai sekarang adalah lagu Panggilan Jihad yang meneriakkan seruan Allahu Akbar. Sehingga lagu ini
dinilai oleh Menteri Kemajuan Tanah, Galian dan Tugas-tugas Malaysia, Datuk Ashry bin Haji Muda, sebagai lagu yang membangkitkan semangat dan kepahlawanan bagi
perjuangan umat Islam.
Pertumbuhan dan perkembangan Orkes Padang Pasir di Sumatera Utara terutama di Kota Meda n, suda h semakin ba nyak grup yang memperlihatkan
kuantitasnya. Selain bertujuan untuk dakwah, masing- masing grup berlomba menyempurnakan jumlah pemain dan peralatan. Kuantitas ini mulai diperlihatkan
sejak munculnya El-Kawakib yaitu sebuah lemba ga gabungan orkes-orkes Padang Pasir yang ada di Medan yang terdiri dari berbagai nama. Tetapi apabila mereka
dibut uhka n, mereka harus bersedia bermain di ba wah sebuah nama grup di luar nama grup mereka sendiri. Sebagai pelopornya waktu itu adalah H. Rivai, Prof. H.
Ahmad Baqi, dan Muhaddis Nasution. El-Kawakib didirikan sejak tahun 1968. Tetapi entah apa sebabnya, aktivitas dan perkembangan orkes gabungan ini
sekarang tidak lagi berkembang. Aktivitasnya sudah tak terdengar lagi, sehingga orang mengira mereka sudah pasif. Padahal cita-cita El-Kawakib sejak mulai
didirikan, yaitu agar para pemain mendalami musik modern dan klasik yang tidak
Universitas Sumatera Utara
43 saja berbau Arab. El-Kawakib diharapkan nantinya bisa menjadi sebuah orkes
simphoni
10
Menurut Djohan A. Nasution, Kepala Kabin Kesenian Perwakilan Departemen P dan K Sumatera Utara, Orkes Padang Pasir di Sumatera Utara yang
terdaftar di arsipnya sampai sekarang 28 buah. Namun demikian yang dihitung aktif secara menyolok, terutama di TVRI Televisi Republik Indonesia Studio
Medan atau di RRI Radio Republik Indonesia Medan, masih bisa dihitung dengan jari
. Tetapi cita-cita itu ternyata kandas.
11
Orkes Padang Pasir El-Suraya adalah kelompok seni musik yang dibuat oleh seniman kota Medan sebagai wujud kreativitas. El-Suraya ada lah suatu grup
musik yang menyajikan musik Padang Pasir dan digarap kembali menjadi lebih modern. Terbentuknya Orkes Padang Pasir El-Suraya dilatarbelakangi adanya
. Perkembangan zaman menimbulkan perubahan seperti pada berbagai jenis-jenis grup musik yang hampir sama dengan Orkes Padang Pasir
yaitu sepe rti grup mus ik Nasyid dan Sholawat Badar. Seni musik dengan aliran kasidah atau dikenal juga dengan Irama Padang Pasir sangat dipengaruhi oleh
kebudayaan Arab dan India. Group Qasidah ini menghimpun diri dalam sebuah wadah atau kelompok orkes musik yakni Orkes Padang Pasir El-Suraya dari Kota
Medan 1977-1990.
10
Wawancara dengan Ibu Hajjah Saidah Lubis, selaku pimpinan Orkes Padang Pasir Nurul Hasanah pada tanggal 28 Novemb er 2011.
11
www.anneahira.comirama-padang-pasir.htm Su mb er: Majalah TEMPO Edisi. 42IV21 - 27 Desemb er 1974
Universitas Sumatera Utara
44 keinginan dari Prof. H. Ahmad Baqi untuk membentuk sebuah grup musik
Padang Pasir.
Prof. H. Ahmad Baqi adalah anak bungsu dari 4 bersaudara dari pasangan H. Abdul Majid dan Hajjah Halimah. Beliau Lahir di Kampung Baru, Medan, 17
Juni 1921. Prof. H. Ahmad Baqi terlahir dari latar belakang keluarga yang bukan seniman. Ayah dari Prof. H. Ahmad Baqi berlatar belakang seorang guru mengaji
yang sangat terpandang dan disegani didaerah mereka menetap dan karena didikan ayah beliau. Prof. H. Ahmad Baqi ditempah untuk menjadi seorang
ulama. Pada masa penjajahan Jepang tahun 1941 perang Asia Timur Raya, Prof. H. Ahmad Baqi memutuskan keinginannya untuk melanjutkan pendidikannya di
Universitas Al- Azhar di Mesir. Namun, Tuhan punya rencana lain bagi Prof. H. Ahmad Baqi, karena gagal melanjutkan cita-citanya, tidak menghambat beliau
untuk maju terus mengasah ilmu de ngan memba nt u sang ayah mengajar mengaji. Prof. H. Ahmad Baqi cukup cerdas untuk mengetahui segala tingkat bacaan di Al-
Qur’an, seperti tajwid, hawa, dan lain sebagainya. Hingga pada suatu hari beliau belajar menggesek biola secara autodidak, tanpa di dampingi oleh seorang guru
musik, Prof. H. Ahmad Baqi hanya berpedoman kepada hawa Al-Qur’an seperti: rast, soba, sikkah, hijaz, bayati, huzam dan lain seba gainya yang dijadika n sarana
bagi Prof. H. Ahmad Baqi untuk mengasah ilmu dan sekaligus menjadi guru biola yang sangat berharga untuk beliau pelajari.
Ayah Prof. H. Ahmad Baqi yang keras dan fanatik tidak mengizinkan putranya untuk mempelajari musik. Karena ayah Prof. H. Ahmad Baqi
menganggap musik adalah hal yang tabu dan diharamkan. Hingga suatu ketika
Universitas Sumatera Utara
45 Prof. H. Ahmad Baqi sedang mengasah ilmu biolanya, tanpa disadari sang ayah
datang ke mudian biola Prof. H. Ahmad Baqi yang paling berharga itu dipatahkan oleh sang ayah. Prof. H. Ahmad Baqi berprinsip, dan tidak mau menentang
pendapat sang ayah, beliau hanya berpedoman kepada fatwa yang dikutip dari Buya Hamka: “Bahwa umat Islam di Indonesia berkesenian itu halal, selama
karya seni itu mengandung moral dan tidak mendatangkan kerusakan.”
Pada tahun 1947, Prof. H. Ahmad Baqi melamar di Perusahaan Listrik Negara PLN yang dikelola oleh orang Belanda. Disela waktu luang sebagai seorang karyawan,
Prof. H. Ahmad Baqi pun tetap mengasah kecermatannya dalam menggesek biola, hingga akhirnya beliau bertemu dengan Wahab, seorang guru musik hasil didikkan orang
Belanda. Hasilnya sempurnalah ilmu beliau dengan berguru pada lelaki yang lebih muda dari usianya dalam mempelajari not balok dan partiturnya. Dengan beberapa syair yang
ditulis dan ia simpan, Prof. H. Ahmad Baqi mencoba menyempurnakan syair-syairnya kedalam sebuah lagu dan partitur not balok. Kesempurnaan itu terlahir dengan
menciptakan lagu Teluk Berombak yang menjadi karya ciptanya yang pertama yang ia ciptakan di tanah kelahirannya Kampung Baru, Medan pada tgl 16 april 1952.
Prof. H. Ahmad Baqi menikah dengan seorang wanita yang berasal dari daerah Tapanuli bernama Dewiana Siregar. Putri dari Bapak H. Mustakim Siregar dengan Hajjah
Zakiah Lubis. Dari hasil pernikahannya Prof. H. Ahmad Baqi dikaruniai 8 orang anak, yang terdiri 5 orang laki-laki dan 3 orang perempuan.
El-Suraya terbentuk pada tahun 1964 karena hasrat Prof. H. Ahmad Baqi, berkeinginan untuk memiliki sebuah wadah dimana beliau mampu memotori murid
didikannya yang beranggotakan 25 orang. Salah seorang murid wanita beliau kini telah berhasil ia tempah selama beberapa tahun. Namun sangat disayangkan, khusus untuk
penyanyi pertama yang ia bina ini tidak ada bukti keterlibatan dalam rekaman kaset atau
Universitas Sumatera Utara
46
piringan hitam. Pada tanggal 23 Februari sampai 30 Maret 1965, adalah tahun pertama grup El-Suraya mengisi acara di Hotel Panghegar, Bandung, Jawa Barat pada acara
Konferensi Asia-Afrika. Perjalanan perdana yang memakan waktu 1 bulan 7 hari ini menjadi suatu momen yang berkesan untuk Prof. H. Ahmad Baqi masa itu.
Pada tahun 1967, kedatangan Atikah Rahman, Asmidar Darwis, Rukiah Zein, dan Mohammad Taher menjadi semangat untuk Prof. H. Ahmad Baqi dalam
kepemimpinannya sebagai seorang leader untuk membina murid- muridnya. Pada tahun 1952 hingga 1965, Prof. H. Ahmad Baqi telah menciptakan 40 buah lagu
dan instrumental. Judul-judul Instrumental tersebut diantaranya adalah El Ghuyyum, Balladi, Kecewa, Zikrayat, Fuadi, El Hamamah, dan Syauqi. Judul-
judul lagu yang beliau ciptakan pada masa itu adalah Pengembara, Nelayan Derita, Pemuda Islam, Bunda, Ummi-Ummi, Pusara Kasih Al’Ayyam, Dunia
Bitigri, dan lain sebagainya. Bergemanya suara Atikah Rahman menyanyika n Pusara Kasih, Asmidar Darwis
menyanyikan Pemuda Islam, dan Mohammad Taher menyanyikan Nelayan, menjadikan perjalanan El-Suraya semakin terkenal dalam mengisi berbagai
kegiatan hiburan masyarakat, acara pernikahan, syukuran dan acara hari besar Islam di Kota Medan.
Kejeniusan Prof. H. Ahmad Baqi dalam menciptakan lagu semakin tidak terbendung. Sekembalinya dalam perjalanan beliau ke daerah Tanah Karo, Tiga
Binanga, tepatnya tahun 1967 beliau menciptakan lagu- lagu berjudul Beduk dan Azan, Subhanallah, Cita-Cita, Kemarau, Pilihan Terakhir, Doa dan Air mata,
Sadarlah, Madah Terakhir, dan banyak lagi. Pada tanggal 18 juli 1968, Prof. H. Ahmad Baqi menciptakan lagu berjudul Selimut Putih.
Universitas Sumatera Utara
47 Lagu yang menggunakan hawa rast dalam Al-Qur’an menambah indah
lagu tersebut dan menjadikan lagu ini sebagai The Symbol of El-Suraya. Instrumental musik Pantai Kenangan, Mandili, dan Khal El Habib, meramaikan
karya cipta beliau hingga tahun 1970.
Pada tanggal 30 April sampai 1 juni 1970, Prof. H. Ahmad Baqi memboyong anggotanya yang berjumlahkan 25 orang untuk menghadiri
undangan perdana El-Suraya ke Kota Baru, Kelantan, yang diundang oleh Dato’ H. Mohammad Asri Bin H. Muda. Pada tahun inilah penganugerahan gelar
honoris causa diberikan oleh Perdana Menteri Besar Kelantan kepada Prof. H. Ahmad Baqi. Gelar profesor pun ia sandang di depan nama beliau.
Penghargaan yang sama juga diberikan oleh H. Bahrum Jamil pendiri Universitas Islam Sumatera Utara kepada Prof. H. Ahmad Baqi , diberikan
beberapa saat kepulangan beliau dari perjalanan Kota Baru Kelantan sebagai komponis lagu- lagu nasyid pada masa itu. Ketika usianya menginjak 75 tahun,
pada 1997, pendiri El-Suraya itu juga mendapat gelar Ahli Setia Darjah Kota Kinabalu dari Kerajaan Sngkan dari Pemerintah Indonesia, Prof. H. Ahmad Baqi
menerima anugerah sebagai Pembina Seni dan Budaya Sumatera Utara dari Gubernur Sumatera Utara, Raja Inal Siregar.
Meskipun karya seni musik aliran irama Padang Pasir ini awalnya tidak diperhitungkan sebagai kreativitas yang bisa menghasilkan keuntungan banyak, tetapi
akhirnya Orkes Padang Pasir El-Suraya menjadi salah satu orkes yang cukup populer di kota Medan bahkan di negara-negara tetangga seperti Malaysia, Brunei
Darussalam, dan lain-lain. Situasi perkembangan musik pada saat itu sedang hangat-
Universitas Sumatera Utara
48
hangatnya melawan pengaruh dari budaya Barat. Hal ini menunjukkan bahwa Orkes Musik El-Suraya tidak begitu mendapat perhatian dari pemerintah setempat dan
kurangnya kesadaran masyarakat untuk mempelajarinya. Pada tahun 1977, prestasi yang membanggakan bagi kota Medan, bahwa Kota
Medan memiliki sebuah Orkes Padang Pasir yang diakui kemahirannya dalam segi aransement, syair, dan lagu-lagunya di industri musik Malaysia, dan Brunei Darussalam.
Peran serta para seniman berbakat sangat berpengaruh pada perkembangan Orkes Padang Pasir yang ada di kota Medan pada zamannya. Tanpa penanganan kreatif dari seniman itu
sendiri, Orkes Padang Pasir di kota Medan tidak akan mampu bersaing dengan Orkes- Orkes lain yang berada diluar kota Medan ataupun di luar Indonesia. Penyajian lagu yang
sederhana dan lirik-lirik lagu yang baik membuat Orkes Padang Pasir El-Suraya memiliki nilai plus dibanding Orkes-orkes Padang Pasir diluar kota Medan dan di luar Indonesia.
Pada tahun 1984, seorang ajudan wakil presiden merekrut Prof. H. Ahmad Baqi dan sebagian anggotanya untuk hijrah ke Jakarta. Beliau meminta Prof. H. Ahmad Baqi
mengganti nama El-Surayya menjadi Azzizan. Namun grup Azzizan ini hanya bertahan sampai 4 tahun saja. Selama ada di Jakarta, lagu Cintaku dan Sebuah Nama adalah 2
buah karya cipta beliau yang sangat populer. Dua tahun kepulangan dari Jakarta, membawa perubahan yang sangat melesukan
di dalam El-Surayya, tepatnya pada tahun 1990. Orkes Padang Pasir El-Suraya mengalami kemunduran karena kemunculan alat musik keyboard yang serba praktis,
murah ,dan serba bisa untuk menghibur suatu acara. Hingga perlahan, Orkes Padang Pasir El-Suraya semakin pudar di pasaran dan akhirnya Kota Medan harus merelakan orkes-
orkes musik pusat Jakarta bangkit dan meraih kembali pasar musik mereka dari dunia industri musik Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
49
Orkes Padang Pasir di Medan jelas banyak bedanya dengan Orkes Padang Pasir yang ada di Jawa, hal ini dapat dilihat bahwa gaya permainan musik mereka selalu
diiringi dengan full band, seperti grup Bintang-Bintang Illahi pimpinan Agus Sunaryo atau Zamain Bersaudara. Sedangkan grup-grup di Medan, begitu jelas warna musiknya
yang ingin menjadi duplikat irama musik khas Arab. Pada tahun 1990, musik instan merajalela bagaikan jamur tumbuh dimusim
hujan. Berbagai kritik dan saran pernah diajukan oleh seorang putra beliau. Namun sedikitpun Prof. H. Ahmad Baqi tidak tergiur untuk mengikuti perubahan yang
dianggapnya merusak. Pada tahun 1994 dalam acara temu ramah oleh pejabat tinggi Kota Kinabalu, sebuah penghargaan tertinggi ASDK dinobatkan kepada Profesor. H. Ahmad
Baqi, sebagai seniman dan sastrawan terbaik antar bangsa. Kemudian menyusul pula Gubernur Sumatera Utara Raja Inal Siregar memberikan penghargaan sebagai seniman
dan komponis Islam terbaik Sumatera Utara. Pada tahun 1988, perjalanan musik Prof. H. Ahmad Baqi yang terakhir yaitu ke
Tapanuli Tengah Sibolga. Sepulang dari perjalanan ini suara Prof. H. Ahmad Baqi mulai sakit-sakitan, suaranya serak dan perlahan menghilang. Inna Lillahi Wa inna illahi
Rojiun,
12
12
Ini adalah kalimat yang umu m diucapkan umat Islam ketika mendengar dan melihat umat Isla m lainnya yang meninggal dunia, d ipanggil oleh A llah SWT dan tertimpa musibah.
Artinya secara harfiah kita berasal dari Allah dan ke mbali pula kepada Allah. Di dala mnya terkandung ajaran bahwa yang namanya makh luk tu tidak ke kal, dan sementara hidupnya di dunia
ini.
tepatnya dua hari dibulan Syawal 1421 H. 22 Januari 1999. Di keheningan subuh, Ahmad Baqi mengakhiri sujud terakhirnya diatas sajadah pada pukul 2:30 wib dini
hari di usia 78 tahun. Berita duka pun bertambah, ketika anak tertua Prof. H. Ahmad Baqi meninggal dunia sepulang dari pemakaman ayahnya. Kepergian beliau sangat
mengejutkan kota Medan. Beberapa hari kepergian Prof. H. Ahmad Baqi, Pimpinan Orkes dihibahkan kepada seorang Putra Prof. H. Ahmad Baqi yaitu Ahmad Syauqi.
Sebulan kepergian Prof. H. Ahmad Baqi, Departemen Agama Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
50
mengadakan acara Malam Kenangan Ahmad Baqi di Hotel Garuda Plaza, Medan. Yang dihadiri tamu dari Negara jiran, Bapak Hanan Bin Awang dari Kota Kinabalu, serta
Wakil Gubernur Sumatera Utara.
Rekaman piringan hitam dalam pergelaran musik yang dihasilkan oleh H. Ahmad Baqi semasa hidupnya adalah sebagai berikut:
1. JB Interprise Jakarta 19 September 1968, 2. KMI Kuala Lumpur Life 12 Januari 1971,
3. MMI Malaysia 4 Juni 1971, 4. MMI Malaysia 7 Juni 1972,
5. RTM Kota Kinabalu 12 Juni 1972, 6. RTM Life 12 Juni 1974,
7. RTM Malaysia 26 Februari 1976, 8. King Musical Industri, Malaysia 2 Maret 1976,
9. RTM Malaysia 20 April 1976, dan 10. RTM Kuala Lumpur MMI 26 November 1982.
Rekaman yang dihasilkan dalam bentuk kaset Ahmad Baqi di Medan dan Jakarta semasa hidupnya adalah sebagai berikut.
1. Doa dan Airmata Vol 1 14 Oktober 1974, 2. Hawa dan Nafsu Vol 2 27 Maret 1975,
3. Bisikan Dunia Vol 3 28 Maret 1975, 4. Tak Mungkin Kembali Vol 4 3 Februari 1976,
Universitas Sumatera Utara
51
5. Madah Pusaka Vol 5 23 Februari 1976, 6. Pantai Suratan Vol 6 21 September 1976,
7. Hidup yang Kekal Vol 7 6 Oktober 1976, 8. Harga Diri Vol 8 26 Mei 1977,
9. Letak Bahagia Vol 9 28 Mei 1977, 10. Usia dan Cita -cita Vol 10 1 Agustus 1978,
11. Jangan Harapkan Vol 11 24 Agustus 1978, 12. Tangkal Melangkah Vol 12 28 Agustus 1978,
13. Nelayan Vol 13 1 September 1978, 14. Walau Dimana Vol 14 22 Maret 1979,
15. Seribu Kenangan Vol 15 23 April 1979, 16. Jadda Vol 16 20 Agustus 1979,
17. Pantai Narathiwat Vol 17 21 Agustus 1979, 18. Meniti Batang Vol 18 23 Agustus 1979, dan
19. Petuah Guru September 1991. karya-karya Ahmad baqi tersebut terkodifikasi di dalam album-album yang
dihasilkannya, yang sebahagian besar adalah dijual dalam bentuk kaset atau piringan hitam yang komersial. Beberapa album di antaranya bahkan dicetak di Malaysia baik
secara legal maupun ilegal. Kemudian keberadaan lagu-lagu dan orkesnya ini diteruskan oleh anandanya yaitu haji Ahmad Sauqi dan juga beberapa murid haji Ahmad Baqi
seperti Zulfan Effendi Lubis. Di antara mereka juga adalah Hajjah Saidah Lubis, yang menjadi pimpinan kelompok Orkes Padang Pasir Nurul Hasanah, yang menjadi objek
penelitian ini. Latar belakang pertumbuhan dan perkembangan orkes-orkes Padang pasir seperti
terurai di atas menjadi landasan budaya, bagi Orkes Padang Pasir Nurul Hasanah untuk terus mempertahankan genre seni ini. Demikian menurut penjelasan pemimpin kelompok
Universitas Sumatera Utara
52
musik ini yaitu Ibu Hajjah Saidah Lubis. Beliau terinspirasi dengan keberadaan Orkes padang pasir El-Suraya, terutama ikon dan kepemimpinan Prof. H. Ahmad Baqi, yang
begitu tulus mencipta musik-musik Islam.
Universitas Sumatera Utara
53
BAB III
KELOMPOK MUSIK PADANG PASIR
NURUL HASANAH DI BINJAI
3.1 Ke lompok Musik Padang Pasir Di Binjai
Mayoritas pe nduduk ko ta Binjai ada lah pe nduduk yang beragama Islam, dan selalu mengadakan berbagai kegiatan baik dalam kegiatan adat maupun
kegiatan-kegiatan keagamaan. Hal ini sesuai dengan suku yang mendiami kota Binjai yaitu suku Melayu, Jawa, dan Batak di mana masyarakatnya selalu
mengadakan berbagai kegiatan adat dan keagamaan dengan menyertakan kesenian dalam acara tersebut. Kesenian yang disertakan beragam bentuk dan jenis,
sepaerti seni tari, seni rupa, dan seni musik. Bentuk-bentuk kesenian ini disertakan dalam kegiatan utama maupun hanya sebagai hiburan, sesuai dengan keperluan
dari pelaksanaan acara. Musik sebagai salah satu dari cabang kesenian yang menjadi sajian pada
acara yang dilakukan oleh masyarakat, disesuaikan pula dengan pelaksanaan acara, dalam hal ini adalah musik-musik yang bernuansa Islami. Musik- musik
yang dapat dikatakan musik Islami dan banyak disertakan dalam acara-acara antara lain, nasyid, Padang Pasir, dan lain sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
54 Nasyid merupakan senandung yang biasanya bercorak Islam dan
mengandungi kata-kata nasihat, kisah para Nabi, memuji Allah, dan yang berkaitan dengan Islam lainnya. Nasyid biasanya dinyanyikan secara acappela
suara instrumen musik yang dihasilkan oleh mulut manusia atau dengan diiringi gendang. Pada awalnya, nasyid selalu menyanyikan syair-syair asli
berbahasa Arab. Namun akhirnya berkembang dengan adanya nasyid berbahasa Indonesia dan dengan tema yang semakin luas tidak hanya tema syahid dan
jihad, dan dipengaruhi oleh situasi kondisi masyarakat Indonesia
13
. Kesemua jenis musik ini cukup diminati masyarakat Binjai khus usnya yang beragama Islam
untuk mengisi acara-acara yang mereka lakukan, salah satunya adalah musik Padang Pasir. Keberadaan musik Padang Pasir tidak hanya dikarenakan
kebutuhan rohani saja, namun banyak juga masyarakat yang menyukai musik ini dikarenakan irama-irama dan syair-syair da ri mus ik itu sendiri yang juga buka n
hanya ditujukan untuk kebutuhan religi, tetapi sekaligus untuk hiburan, khususnya untuk masyarakat Muslim di kota Binjai. Kota Binjai adalah salah satu kota di
Sumatera Utara yang menjadi tempat berkembangnya musik Padang Pasir. Dari perkembangan musik Padang Pasir ini munculah beberapa grup- grup di kota
Binjai, salah satunya yaitu Grup irama Pada ng Pasir yang bernama Nurul Hasanah. Nurul Hasanah adalah salah satu grup musik Padang Pasir di Kota
Binjai yang menggarap musik Padang Pasir menjadi musik modern dengan tujuan untuk sebagai hiburan dan untuk seni pertunjukan.
13
www.cybernasyid.com dan http:nurmestika1.blogdrive.com
Universitas Sumatera Utara
55
3.2 Ke lompok Musik Padang Pasir Nurul Hasanah di Binjai
Semenjak Prof. H. Ahmad Baqi wafat, Grup El-Suraya pun juga menjadi fakum dan tidak berkegiatan lagi untuk sementara waktu. Akhirnya para personil El-Surayya
pun keluar dari grup dan kemudian mereka membentuk grup Marhaban di Kota Binjai. Grup Marhaban ini terdiri dari kumpulan ibu-ibu yang membacakan doa dengan cara
dinyanyikan barzanji dan ini dilaksanakan pada upacara pernikahan dan khitanan. Grup Marhaban ini membawakan lagu Islami dengan mempergunakan alat-alat musik pukul
seperti tambourin, gendang besar, dan gendang kecil. Grup Marhaban yang hanya mengandalkan suara vokal dan alat-alat musik yang tidak bernada ini akhirnya
mempunyai semangat dan ide kreatif untuk membentuk grup musik Padang Pasir, dikarenakan ada beberapa anggota grup Marhaban tersebut yang menguasai alat musik
seperti biola dan gendang, dan hanya penambahan alat musik akordion dan keyboard membuat grup musik ini menjadi lengkap sehingga berubah menjadi grup musik Padang
Pasir. Grup musik Padang Pasir ini dipimpin oleh Ibunda Hajjah Saidah Lubis dan
dinamakan Grup musik Padang Pasir Nurul Hasanah yang artinya adalah Cahaya Kebaikan. Nurul Hasanah merupakan grup musik Padang Pasir di kota Binjai yang
merupakan grup musik yang berdiri sejak tahun 1990. Nurul Hasanah beralamat di komplek Asrama 121 Kebun Lada, Binjai, dimana tempat tinggal Ibunda Hajjah Saidah
Lubis ini sekaligus menjadi tempat dimana para personil-personil musik Nurul Hasanah Binjai latihan.
Nurul Hasanah ini tumbuh karena para musisi yang ingin mengembangkan musik yang bernuansa Islami ini agar tidak punah dan berkembang pesat dari zaman ke zaman,
karena musik Padang Pasir di Binjai cukup diminati sebagai wadah hiburan khususnya oleh masyarakat Muslim di Kota Binjai. Orkes Padang Pasir Nurul Hasanah adalah
Universitas Sumatera Utara
56
sebuah grup musik yang selalu menyajikan suatu struktur musik dengan tujuan untuk di pertontonkan. Grup musik ini menggarap musik-musik irama Padang Pasir menjadi
lebih modern dengan menggunakan alat musik Barat dan digarap sebaik mungkin. Sehingga dalam setiap pertunjukan yang dilakukan, penonton dapat menikmati musik
yang mereka sajikan dan mengambil pesan yang disampaikan. Keberadaan musik Padang Pasir di Sumatera Utara khususnya di Binjai,
biasanya tidak terlepas dari fungsi musik tersebut yang hanya digunakan sebagai hiburan pada suatu acara. Musik Padang Pasir juga adalah sebuah komposisi musik yang
diaransemen oleh para musisi, dan biasanya musik Padang Pasir ini digarap dengan tujuan untuk dipertunjukkan dan saat ini banyak dijumpai musik Padang Pasir yang
dijual di pasar dengan menggunakan rekaman audio maupun video. Nurul Hasanah adalah sebuah grup musik Padang Pasir yang musiknya sering
digunakan sebagai musik pengiring suatu acara baik itu secara live maupun melalui suatu rekaman audio. Di setiap pertunjukkannya tidak jarang Nurul Hasanah menerima honor
dari pihak penyelenggara acara, Nurul Hasanah memiliki nominal honor minimal Rp.1.000.000 dan maksimal Rp.2.000.000. Bahkan tidak jarang pula Nurul Hasanah
memberikan sumbangan kepada penyelenggara acara dengan tidak menerima honor, seperti dalam acara peresmian panti asuhan dan pondok pesantren. Cukup banyak
dijumpai keterlibatan dan pengaruh Nurul Hasanah terhadap grup-grup musik Padang Pasir di Kota Binjai. Banyaknya grup-grup musik Padang Pasir yang mencontoh musik
grup Nurul Hasanah, itu disebabkan latar belakang dari musik Padang Pasir yang dimiliki oleh Nurul Hasanah masih ada hubungannya dengan musik dan lagu yang diciptakan oleh
Prof. H. Ahmad Baqi. Hal itu merupakan salah satu kelebihan dari Nurul Hasanah dibandingkan dengan grup musik Padang Pasir yang lain.
Universitas Sumatera Utara
57
3.2.1 Struktur Organisasi dan Ke anggotaan Grup Padang Pasir Nurul Hasanah