13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Be lakang Masalah
Seni musik adalah bahagian dari seni secara umum, yang mempunyai tempat yang mendasar dalam kehidupan manusia di seluruh dunia. Seni musik, sebagai salah satu
dari cabang kesenian, dan suatu hasil karya seni bunyi, dalam bentuk lagu atau komposisi musik, mengungkapkan pikiran dan perasaan penciptanya. Musik ini disukung oleh
unsur-unsur seperti: irama, melodi, harmoni, bentuk, ritme, ketukan dasar, tempo, dan lainnya. Musik telah berkembang begitu pesat, sehingga bukan saja menyampaikan
bunyi-bunyi yang baru, akibat munculnya berbagai alat musik baru, sesuai perkembangan teknologi yang baru, tetapi juga konsep pada penciptanya dalam menghasilkan karya-
karya musiknya. Sejarah peradaban musik yang begitu panjang, yang berkembang sedemikian
jauh berdasarkan waktu dan ruang yang dilaluinya. Kini musik memiliki kompleksitas problematiknya yang luas dan mendalam. Musik bukan lagi hanya sekedar sarana
pengungkapan diri manusia yang terbatas pada hal-hal yang bersifat ritual, tetapi juga mencakup aspek emosional, sensual, estetis, komunikatif, juga sebagai sarana hiburan,
baik di dalam masryarakat perkotaan maupun pedesaan di seluruh dunia. Pertunjukan musik dapat kita jumpai di berbagai acara, baik secara langsung maupun melalui media
seperti televisi, internet, radio, dan media lain yang menampilkan pertunjukan musik. Dengan demikian, musik adalah bahagian tidak terpisahkan dari kebudayaan manusia.
Universitas Sumatera Utara
14
Musik adalah ekspresi kebudayaan manusia, yang mendukungnya. Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan dan kegiatan manusia
dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari yang dijadikan milik manusia dengan proses belajar. Kebudayaan itu memiliki tujuh buah unsur dan salah satunya
adalah kesenian.
1
1
Koentjaraningrat 1980 dala m bukunya yang berjudul Pengantar Ilmu Antropologi, terbitan Rine ka Cistra, Jaka rta, me mbagi kebudayaan dalam dua dimensi yaitu isi dan wujud.
Dimensi isi d isebutnya juga dengan tujuh unsur kebudayaan universal elements of cultural universal. Dimensi isi ini te rdiri dari: sistem re lig i, bahasa, organisasi sosial, teknologi,
pendidikan, ekono mi, dan kesenian. Seterusnya di sisi lain, d imensi wujud budaya ada tiga, yaitu wujud: a ide atau gagasan, b akt ivitas atau kegiatan, dan c artefa k atau benda-benda. Kedua
dimensi ini saling berhubungan. Misalnya dalam konteks Sumatera Utara, gordang sambilan adalah artefak kebudayaan Mandailing. Di dala mnya terkandung ide kosmologi yang
menghubungkan manusia dengan arwah nenek moyangnya, gordang ini menjadi sarana ko munikasi. De mikian pula dala m bentuk aktiv itas, gordang ini dima inkan oleh para pemusik
yang menainkan alat musik: jangat 2 buah, hudong k udong 2 buah, patolu 2 buah, padua 2 buah, dan enek -enek satu buah. Ju mlah gordang ini sembilan.. Dita mbah pe ma in gong jantan
dan dada boru, mongmongan pamolusi dan pandua-duai, serta pemain sarune. Di dalam kegiatan gordang sambilan ini, terdapat aspek re lig i, bahasa, ekonomi, organisasi sosial dalihan
na tolu, teknologi, pendidikan, dan kesenian.
Seni ini memiliki rumpun-rumpunnya seperti seni pertunjukan, seni rupa, dan seni mediia rekam.
Menurut Murgiyanto, seni terdiri dari rumpun-rumpun seni, antara lain; seni pertunjukkan seni musik, tari dan teater, seni visualseni patung, lukis, dan seni media
rekam. Pada dasarnya seni bersumber dari perasaan manusia, seperti senang, sedih, marah, kecewa, cinta, dan lain-lain yang dapat diwujudkan dalam bentuk karya seni.
Perkembangan dan pertumbuhan seni tidak terlepas dari kehidupan manusia, karena seni sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh
manusia. Kebudayaan musik dunia yang terwujud pada saat ini, mengandung begitu
banyak ekspresi yang khas, yang di dalamnya dapat kita temui berbagai keanekaragaman konsepsi, dan gagasan budaya yang tujuan nilai-nilainya begitu mendalam. Penghayatan,
pemahaman, dan daya tanggap masyarakat kepada
Universitas Sumatera Utara
15
fenomena budaya seni menyebabkan pilihan-pilihan ke mana mereka harus mengapresiasi jenis musik. Ada musik populer dunia, musik pop nasional, musik pop daerah, musik
tradisi etnik, musik religi, dan lain-lainnya. Termasuk di antara musik religi Islam dalam konteks Sumatera Utara adalah genre jenis musik Padang Pasir.
Dalam kebudayaan Islam di dunia Islam dan Indonesia, terdapat berbagai jenis seni musik dan tari. Di antaranya adalah nasyid, kasidah, barzanji, marhaban, nazam,
gurindam, syair, ghazal, zapin, dana, bedana, selawat. salawaik dulang, kuntulan, hadrah, marawis, saman,meusekat, dikie, zikir, terbangan, cempuling, genjring bonyok,
irama Padang Pasir, dan masih banyak lagi yang lainnya.
2
2
Pada masa sekarang ini, ju mlah u mat Isla m d i seluruh dunia adalah sebesar 1,4 milyar jiwa. Isla m yang awa lnya diturunkan oleh Allah di Tanah Arab dengan konsentrasi di Medianah
dan Mekah, kini telah menyebar ke semua penjuru dunia, baik di Timur maupun di Barat. Islam sendiri me miliki hubungan yang erat baik dari segi teologis maupun sejarah, dengan agama yahudi
dan Kristen. Ketiga agama in i, dala m pandangan Islam d isebut dengan agama sama wiyah, yaitu agama wahyu yang diturunkan Allah ke mu ka bu mi in i untuk ke mashlahatan umat mmanusia. Di
samping agama wahyu ada pula agama ardhiyah, yang muncul dan dikreasikan oleh para tokoh agamanya. Yang termasuk ke dala m ke lo mpok in i adalah aga ma Budha, Hindu, Zoroaster, dan
riban aliran kepercayaan. Di samp ing itu juga terdapat manusia yang tidak me mpe rcayai adanya Tuhan, mere ka ini selalu d igolongkan kepada ke lo mpok atheis me.
Pada masa kin i, u mat Isla m yang tersebar ke seluruh penjuru dunia berada dalam 56 negara bangsa, dan terdiaspora ke berbagai belahan bumi. Di antara negara-negara yang mayoritas
penduduknya beragama Isla m adalah: Arab Saudi, Ya man, Irak, Iran, Bangladesh, Uni Emirat Arab, Libya, Tunisia, Algeria atau Alzaja ir, Ku wait, Oman, Kaza khstan, Uzbekistan, Chechnya,
Turki, Syria, Pakistan, Indonesia, malaysia, Brunei Darussalam, A lbania, Bosnia Herzegovna, dan lain-la innya. Di beberapa negara umat Islam ada yang minoritas seperti di Republik Rakyat China,
Inggris, Belanda, Perancis, Den ma rk, Swed ia, Jerman, Po landia, Montenegro, Brazil, Uruguay, Chile, A merika Serikat, Kanada, Kuba, Libanon, Singapura, Tha iland, ka mboja , laos, Vietna m,
dan lain-lainnya.
Di antara genre-genre seni Islam di atas, kadang saling meminjam dan menggunakan. Contohnya antara nasyid dan
kasidah biasanya saling memakai lagu-lagu yang lazim digunakan dalam dua genre ini. Pada awalnya kasidah di Tanah Arab menurut pendapat para informan adalah nyanyian
para penunggang kafilah unta untuk memuji Nabi Muhammad. Namun dalam perkembangannya di dunia Islam, seni kasidah ini kemudian tidak saja dalam konteks
dimaksud, tetapi telah mengalami
Universitas Sumatera Utara
16
perkembangan dan pembumian menurut kawasan di mana kasidah itu berkembang. Misalnya di Indonesia terdapat kasidah modern yang menggunakan alat-alat musik
elektrik dan menggunakan rentak-rentak Melayu. Di antara lagu kasidah yang terkenal adalah Ya Thoyibah dan lagu-lagu Islamik yang dinyanyikan dan diciptakan oleh
kelompok musik populer Indonesia yaitu Bimbo dari Kota Bandung, Jawa Barat, seperti lagu Sajadah Panjang, Ada Anak Bertanya kepada Bapaknya, Tuhan, dan lain-lainnya.
Demikian pula dalam konteks Nusantara, muncul berbagai peristilahan setempat, yang tidak dijumpai dari negeri-negeri asal pertumbuhan Islam, khususnya di Jazirah
Arab dan Afrika bahagian utara. Dalam hal ini di Nusantara muncul istilah-istilah seni Islam seperti disebut di atas. Misalnya genre salawaik dulang adalah shalawat yaitu puji-
pujian kepada Nabi Muhammad yang diharapkan syafaatnya oleh seluruh umat Islam di hari akhirat kelak, yang khas bersuasana Minangkabau. Genre seni ini menggunakan
talam dulang sebagai alat musik pengiringnya menggantikan alat musik rebana single headed frame drum chordophone. Di wilayah Nanggroe Aceh Darussalam muncul pula
seni Islam yang disebut dengan tari dan musik saman, yang awalnya muncul di kawasan Gayo dan Alas. Kesenian ini diperkirakan dibawa oleh Syekh Saman yang
mengembangkan tarikat samaniyah di Nusantara. Tidak ketinggalan pula, di Sumatera Utara, muncullah istilah musik Padang
Pasir, untuk menyebutkan musik-musik Islam yang kuat bersuasana musik Arab. Pengertian padang pasir ini sendiri merujuk kepada kawasan negeri-negeri Arab, yang
ciri utamanya adalah merupakan padang pasir atau gurun, yang paling luas adalah Gurun Sahara. Istilah ini populer di tahun 1960-an ketika sebuah orkes, yang
Universitas Sumatera Utara
17
bernama El-Suraya, yang lazim membawakan lagu-lagu Islamik dibentuk oleh Haji Ahmad Baqi di Kota Medan. Beliau adalah pelopor awal pembawa musik Padang Pasir
di kawasan Sumatera Utara. Keberadaan Haji Ahmad Baqi dan Orkes El-Suraya pimpinan belaiau ini,
menurut pendapat sebahagian besar informan, menjadi penting dalam rangka pembentukan nama dan genre seni musik Padang Pasir di kawasan Sumatera Utara.
Bahkan perkembangan genre musik ini sampai ke Negara Malaysia, Singapura, Brunai Darussalam, dan di negeri-negeri Melayu lainnya.
Sebagaimana keberadaan orkes-orkes musik di Kota Medan di tahun 1960-an, salah satunya adalah orkes musik El-Suraya dengan mengolaborasikan
seni musik Melayu dan Arab. Kelompok musik El-Suraya didirika n oleh Haji Ahmad Baqi pada tahun 1964. Awal pembentukan ataupun latar belakang
berdirinya orkes musik El-Suraya, karena alasan keagamaan yaitu sedikitnya lagu- lagu Islam serta anjuran dari teman-teman Ahmad Baqi yang menggeluti bidang
agama di Pesantren Darul Ulum,Tapanuli Tengah. Didirikannya orkes El-Suraya di Kota Medan oleh Haji Ahmad Baqi, bertujuan dakwah. Penyiaran agama Islam
ini bisa melalui sisi seni yang diwakili oleh Ahmad Baqi dan sisi syiar Islam yang diwakili ulama yaitu Al- Ustad Azra’i Abdul Rauf dan H. Abdul Razak. Kedua-
duanya sebagai guru qori bertaraf international. Ketiga tokoh Islam Sumatera Utara ini bisa bersatu dalam menyumbangkan tenaga dan pikiran tentang
keislaman melalui musik, dengan harapan dikemudian hari kelak bisa dikenang oleh anak c ucu mereka.
Universitas Sumatera Utara
18 Orkes musik El-Suraya ada lah orkes yang beraliran musik Arab.
Pemilihan aliran musik ini dilandasi kenyataan bahwa Ahmad Baqi sangat suka mendengarkan
lagu-lagu dari Arab, dan beliau juga berpendidikan agama Islam yang ditimbanya dari negeri Arab, yaitu Mesir. Menurut penjelasan para informan, hampir setiap
hari be liau melua ngka n waktu untuk mende ngarka n lagu- lagu Arab tersebut di televisi, yang dipersembahkan oleh penyanyi Islam kenamaan Mesir yaitu Ummi
Kalstum, Abdul Halim Hafiz, dan Abdul Wahab. Ketiganya adalah sebagai seniman dan pencipta lagu-lagu Mesir. Aliran musik Arab melandasi tumbuh dan
berkembangnya orkes musik El- Suraya adalah karena Ahmad Baqi berasal dari keluarga ulama. Ayahnya H. Abdul Majid, adalah seorang ulama Islam. Selain itu
karena Ahmad Baqi pernah mendapatkan pendidikan di Pesantren Darul Ulum, Tapanuli Tengah. Dari sinilah Ahmad Baqi mengadopsi lagu- lagu dari Arab
dengan menyatuka n lagu- lagu Melayu seperti gerenek ataupun cengkok menyanyi. Letak perpaduan antara lagu-lagu tersebut bisa disimak dalam album orkes El-
Suraya. Penikmat musik bisa menemuka n perpaduan antara musik Arab Timur Tengah dan musik Melayu. Seperti yang tercermin dalam lagu-lagu: Selimut
Putih, El-Ghuyyum, Balladi, Zikrayat, El-Hamamah, Sadarlah, Takdir, Doa dan Air Mata, dan lain- lainnya.
Musik Padang Pasir ini mengalami masa keemasannya di Sumatera Utara selama dua dekade yaitu tahun 1960 sampai 1970-an. Pada masa ini selain kelompoknya Ahmad
Baqi muncul pula grup sejenis seperti Orkes Al-Wathan yang dipimpin oleh Mukhlis, juga kelompok Nurul Asiah yang diketuai oleh Hajjah Nurasiah Jamil. Ketiga tokoh
inilah sebagai ikon musik Padang Pasir di Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
19
Di era 1980-an dan 1990-an keberadaan musik Padang Pasir sedikit meredup, seiring datangnya perubahan zaman. Era ini kemudian diewarnai dengan munculnya grup
nasyid dan kasidah yang didukung oleh industri rekaman baik di tingkat nasional
maupun internasional. Era ini muncul grup-grup nasyid seperti Snada, Al-Kahfi, Debu, dan lain-lainnya di peringkat nasional, yang umumnya memproduksi musik Islam di
Jakarta di bawah beberapa perusahaan rekaman. Di Asia Tenggara khususnya Malaysia juga muncul kelompok-kelompok nasyid yang sifat penyebarannya adalah internasional.
Di antanya yang terkenal adalah Raihan, ada pula Inteam, Hijaz, dan lain-lain. Pangsa pasar mereka adalah Dunia Melayu seluruh Asia Tenggara. Selain itu ada pula kelompok
musik Islam yang memperkenalkan vokal anak-anak yang bertujuan mengisi produksi musik Islam untuk anak-anak. Di antaranya yang terkenal adalah Yulis.
Untuk mengisi keberadaan genre musik Islam, maka beberapa generasi penerus genre Padang Pasir, ingin terus mengekalkan seni ini. Di antaranya adalah Al-Shabab
pimpinan Zulfan Effendi Lubis. Begitu pula dengan El-Suraya yang dipimpin oleh putra Ahmad Baqi yaitu Ahmad Syauqi. Kedua-duanya berada di Kota Medan. Sementara di
Kota Binjai adalah kelompok Orkes Padang Pasir Nurul Hasanah pimpinan Hajjah Saidah Lubis.
Berdasarkan aspek sejarah musik Islam diketahui munculnya pertama kali di indonesia dibawa oleh para pedagang Arab yang datang untuk menjual berbagai
kebutuhan
3
3
.
Selain para pedagang ada juga kaum ulama yang datang untuk menyebarkan agama Islam sekaligus menyebarkan musik-musik yang bernuansa Islami yang di kenal di
www.anneahira.comirama-padang-pasir.html .
Universitas Sumatera Utara
20
Indonesia yaitu musik Padang Pasir. Musik hiburan Padang Pasir sudah menjadi sebuah kebutuhan komunikasi bagi masyarakat yang
menginginkan adanya perubahan dalam kehidupan masyarakat menuju kebaikan melalui syair-syair yang ada pada musik Padang Pasir.
Menurut pendapat informan, pertumbuhan dan perkembangan Orkes Padang Pasir di Indonesia awalnya tumbuh di Sumatera Utara sekitar tahun enam puluhan.
4
Keberadaan musik Padang Pasir tidak hanya dikarenakan kebutuhan rohani saja, namun banyak juga masyarakat yang menyukai musik ini dikarenakan irama-irama dan
syair-syair dari musik itu sendiri yang juga bukan hanya ditujukan untuk kebutuhan religi, tetapi sekaligus untuk hiburan, khususnya untuk masyarakat muslim
Perkembangan zaman menimbulkan perubahan seperti pada berbagai jenis grup musik yang hampir sama dengan Orkes Padang Pasir yaitu seperti grup musik nasyid dan
shalawat. Nasyid adalah grup musik yang mengandalkan suara vokal dan tarian, dan hanya
menggunakan alat musik seperti marawis gendang kecil, hajir gendang besar dan tamborin. Contoh lagu yang dibawakan oleh grup nasyid sama seperti lagu yang
dibawakan oleh grup Padang Pasir yaitu lagu-lagu yang di ciptakan oleh Ahmad Baqi dan Nurasiah Jamil. Hanya konsep penyajian musiknya saja yang berbeda. Shalawat
adalah grup musik Islam yang mengutamakan tema pada puji-pujian atau shalawat kepada Nabi Muhammad, yang menggunakan alat musik seperti beduk, biola, gitar,
bahkan dengan jumlah personil yang tidak terbatas. Contoh lagu yang dibawakan grup nasyid adalah lagu-lagu yang dibawakan oleh Rayhan, Kahfi, Rabani, Madani, dan Opik.
4
Wawancara dengan Ibu Hajjah Saidah Lubis, selaku pimpinan Orkes Padang Pasir Nurul Hasanah pada tanggal 28 Novenber 2011.
Universitas Sumatera Utara
21
di Binjai. Kota Binjai adalah salah satu kota di Sumatera Utara yang menjadi tempat berkembangnya musik Padang Pasir. Dari perkembangan musik Padang Pasir ini
munculah beberapa grup-grup di kota Binjai, salah satunya yaitu Grup irama Padang Pasir yang bernama Nurul Hasanah. Grup ini berdiri sendiri sampai sekarang ini dan
memiliki sarana dan prasarana yang cukup lengkap. Berdasarkan pengamatan sementara masyarakat di Kota Binjai, kemunculan Orkes Padang Pasir saat ini cukup diminati oleh
masyarakat yang umumnya beragama Islam, ulama, dan para seniman di Binjai. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya pertunjukan yang dilaksanakan oleh grup musik Padang
Pasir Nurul Hasanah sebagai musik hiburan di Kota Binjai. Nurul Hasanah merupakan grup musik Padang Pasir di kota Binjai yang
merupakan grup musik yang terdiri sejak tahun 1990. Beralamat di komplek Asrama 121 Kebun Lada Binjai. Pemimpin grup musik Padang Pasir Nurul Hasanah yang
bernama Hajjah Saidah Lubis. Beliau bertempat tinggal di Asrama 121, Kebun Lada, Binjai. Tempat tinggal beliau sekaligus menjadi tempat di mana para personil-personil
musik Nurul Hasanah latihan. Nurul Hasanah tumbuh karena para musisi yang ingin mengembangkan musik
yang bernuansa Islami ini agar tidak punah dan berkembang dari zaman ke zaman, karena musik Padang Pasir di Binjai cukup diminati sebagai wadah hiburan oleh masyarakat
Muslim di kota Binjai. Di mana kegiatan mereka di sini adalah sebagai musik hiburan, yang biasanya berkegiatan dalam acara pernikahan, sunatan, Isra’Miraj, dan Maulid Nabi
dan acara keagamaan lainnya. Orkes Padang Pasir Nurul Hasanah dulunya memiliki sarana dan prasarana yang
lengkap untuk mendukung segala aktivitas persiapan untuk pertunjukan, seperti
Universitas Sumatera Utara
22
alat musik suling, akordion, keyboard, biola, conga, dan tempat latihan. Namun, setelah zaman terus berkembang, sudah sangat jarang sekali orang yang bisa menggunakan alat
musik yang tidak umum seperti akordion dan suling, sehingga sarana di Nurul Hasanah ini juga semakin berkurang yang sekarang hanya menggunakan alat musik seperti biola,
conga, keyboard, dan tamborin. Orkes Padang Pasir Nurul Hasanah adalah sebuah grup musik yang selalu
menyajikan suatu struktur musik dengan tujuan untuk dipertunjukkan. Grup musik ini menggarap musik-musik irama Padang Pasir menjadi lebih modern dengan
menggunakan alat musik Barat dan digarap sebaik mungkin. Sehingga dalam setiap pertunjukan yang dilakukan, penonton dapat menikmati musik mereka dan mengambil
pesan yang disampaikan. Saat ini cukup banyak orang yang mengadakan acara seperti pesta pernikahan,
sunatan, bahkan acara hari besar keagamaan seperti Isra’ Mi’raj, dan Maulid Nabi, yang menginginkan grup musik Padang Pasir sebagai hiburan untuk menghibur para tamu atau
masyarakat setempat. Karena selain membawakan lagu-lagu yang bernuansa islami, Nurul Hasanah juga membawakan lagu-lagu hiburan seperti dangdut, India, Batak,
Melayu dan lain-lain. Bagi para seniman ini sendiri, menjadikan grup musik Padang Pasir adalah sebagai wadah atau ajang kreativitas untuk menuangkan kemampuan yang
mereka miliki untuk diasah agar menjadi lebih berkembang dan lebih berkualitas khususnya di grup musik Nurul Hasanah Binjai.
Keberadaan Orkes Padang Pasir Nurul Hasanah telah mengambil hati para masyarakat setempat. Musik Padang Pasir juga mendapat sambutan dari berbagai
kelompok atau kalangan kelompok seni di Binjai maupun di Medan, dan ini terbukti
Universitas Sumatera Utara
23
dari semakin bertambahnya kelompok-kelompok seni musik yang mendirikan grup-grup musik Padang Pasir sebagai wadah hiburan khususnya di Kota Binjai.
Ketertarikan penulis terhadap keberadaan kelompok musik Padang Pasir Nurul Hasanah ini adalah sebagai berikut. i Kelompok musik Padang Pasir Nurul Hasanah ini
berada di luar Kota Medan, yaitu tepatnya di Kota Binjai, yang selama ini bahwa pusat perkembangan awal orkes Padang Pasir adalah di Kota Medan, khususnya orkes pertama
Padang Pasir El-Suraya pimpinan H. Ahmad Baqi; ii Kelompok musik Padang Pasir Nurul Hasanah ini, dibentuk dan didirikikan oleh Hajjah Saidah Lubis ketika genre musik
ini mengalami penurunannya. Apa latar belakang kelompok ini mempertahankan genre musik Padang Pasir di tengah munculnya genre-genre yang menguasai pangsa pasar
musik Islam. Apakah mereka ini berhasil? Apa-apa saja yang menjadi tantangannya. iii Dibandingkan dengan kelompok Orkes El-Suraya yang diteruskan oleh keturunan
kandung Ahmad Baqi yaitu Ahmad Sauqi, maka Hajjah Saidah Lubis hanyalah sebagai bekas vokalis El-Suraya, maka bagaimana ia meneruskan genre musik Padang Pasir ini
sesuai dengan kapasitasnya? iv Secara keilmuan, fenomena kelompok musik Padang Pasir Nurul Hasanah di Kota Binjai ini, amat menarik dilihat dari aspek enkulturasi
budaya dan juga persebarannya dari Kota Medan ke Binjai. v Selain itu, kalau dalam perkembangan awal, orkes irama Padang Pasir sangatlah menonjol peran kaum lelaki,
maka di dalam kelompok Nurul Hasanah ini, maka penulis melihatnya agak meononjol peranan kaum wanita, khususnya yang diperankan oleh Hajjah Saidah Lubis.
Dengan demikian, penulis tertarik untuk mengkaji dan mengangkat topik ini menjadi bahan penelitian untuk bahan skripsi saya dengan judul: Analisis Fungsi,
Struktur Musik, dan Lirik Lagu-lagu yang Dipertunjukkan oleh Kelompok Musik
Universitas Sumatera Utara
24
Padang Pasir Nurul Hasanah di Binjai, Sumatera Utara. Ada tiga penekanan utama kajian ini yaitu fungsi sosial dan budaya, struktur musik yang mencakup aspek melodi
dan ritme, serta struktur lirik atau teks lagu-lagu yang disajikan oleh kelompok ini.
1.2 Pokok Pe rmasalahan