38
2.2 Pe rke mbangan Musik Padang Pasir di Indonesia
Musik Padang Pasir adalah musik yang berkembang di masyarakat secara turun temurun, dan dikembangkan sebagai sarana hiburan. Tiga komponen yang
saling memengaruhi di antaranya adalah seniman, musik itu sendiri, dan masyarakat
penikmatnya. Hal ini bermaksud untuk mempersatukan persepsi antara pemikiran seniman dan masyarakat tentang usaha bersama dalam mengembangkan dan
melestarikan seni musik Padang Pasir. Menjadikan musik Padang Pasir sebagai perbendaharaan seni musik di masyarakat, sehingga musik Padang Pasir lebih
menyentuh pada sektor komersial umum. Musik Padang Pasir juga adalah musik yang berkembang secara tradisional, di kalangan suku-suku tertentu. Keberadaan
musik Padang Pasir yang digunaka n seba gai hiburan, tent unya suda h sangat sering dilakukan dalam sebuah seni pertunjukan. Dalam sebuah pertunjukan seni,
mus ik Padang Pasir sering diaransemen kembali menjadi sebuah musik yang lebih modern dan dalam jumlah pemusik yang diminimaliskan dengan tujuan
untuk sebagai hiburan dan untuk seni pertunjukan.
Musik Padang Pasir adalah perkembangan seni yang terpengaruh dari dampak modernisasi. Musik yang bernuansa dari Timur Tenga h ini memiliki
sejarah yang sudah dimulai sejak tahun enam puluhan di Indonesia. Musik
Padang Pasir dulu sering disebut musik Gambus, namun mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan zaman, maka sekarang sebutan Gambus sudah
Universitas Sumatera Utara
39 berubah menjadi mus ik Padang Pasir
8
Awalnya musik Padang Pasir ini hanya diminati oleh penduduk Indonesia dari keturunan Arab saja, namun sekarang sudah banyak juga penduduk
pribumi yang menyukai lagu- lagu musik Padang Pasir. Musik Padang Pasir diketahui munculnya pertama kali di indonesia dibawa oleh para pedagang Arab
yang datang untuk menjual berbagai kebutuhan . Oleh karena itu, musik Padang Pasir
adalah musik yang berkembang sesuai dengan perkembangan zaman, dan sekarang ini teknologi telah mengubah warna musik. Berbagai jenis musik telah
banyak yang menggunakan alat-alat elektronik yang sesuai dengan apa yang dialami oleh jaman sekarang ini.
9
Pada tahun 1935, suara Syech Abdullah Albar pertama kali mengudara lewat Studio Nirom yang sekarang telah menjadi RRI Stasiun Surabaya. Lagu-
.
Selain para pedagang ada juga kaum ulama dari Arab yang datang untuk menyebarkan agama islam sekaligus
menyebarkan musik- musik yang be rnuansa Islami di Indo nesia. Musik Padang Pasir telah dikembangkan oleh seorang seniman keturunan Hadramaut Yaman
Selatan kelahiran Surabaya, yakni Syech bin Abdullah Albar 1908-1947. Namanya melambung bersamaan dengan kemajuan peredaran piringan hitam di
Indonesia, dan pada saat yang sama pula stasiun-stasiun penyiaran radio juga sedang gencar dibangun di Indonesia. Sehingga Syech Abdullah Albar memiliki
popularitas melebihi dari penyanyi musik Padang Pasir sebelumnya, seperti Umi Kalsoum, Abdul Wahab, dan Farid Alatras.
8
www.wikipedia.com
9
www.anneahira.comirama-padang-pasir.htm
Universitas Sumatera Utara
40 lagu Syech Abdullah Albar sering diputar hampir setiap minggu. Bukan itu saja,
piringan hitam rekamannya juga tersebar luas di Malaysia dan Jazirah Arab. Namun seniman berbakat itu wafat di usia muda pada 30 Oktober 1947 di
Suraba ya. Sepeninggal Syech Abdullah Albar sampai era tahun 1950-an, orkes- orkes musik Padang Pasir makin banyak bermunculan dan terkenal. Setiap
malam jumat selalu ada dua grup yang selalu tampil mengisi siaran di RRI Stasiun Suraba ya . Dua grup yang selalu tampil adalah Orkes Padang Pasir Al-Wardah
pimpinan Muchtar Lutfie da n Orkes Padang Pasir Al-Wathan pimpinan Hasan Alaydrus. Namun pada tahun 1960-an pamor orkes-orkes tersebut menurun akibat
Politik Demokrasi Terpimpin yang melarang kesenian di Indonesia bercampur dengan kebudayaan asing.
Sering kita mendengar bahkan menyanyikan lagu Perdamaian yang dipopulerkan group band GIGI, atau lagu Kota Santri yang dilantunkan penyanyi Diva
Indonesia, Krisdayanti. Namun, sama sekali tidak disadari, kedua lagu tersebut merupakan lagu-lagu kasidah modern yang sebelumnya telah dipopulerkan oleh group
musik Padang Pasir Nasida Ria asal Semarang yang hingga kini masih melegendaris. Grup musik kasidah modern ini berdiri 1975 di Kauman, Semarang, dan hingga kini telah
menelurkan 34 album berbahasa Indonesia dan dua album berbahasa Arab. Album perdana, Alabaladil Makabul, diproduksi 1978 di bawah PT Ira Puspita Record yang
dipasarkan di dalam dan luar negeri. Grup musik Nasida Ria telah mampu menembus hiruk pikuk berbagai aliran musik, dengan sentuhan dan kreasi yang mengkombinasikan
irama Padang Pasir ini menjadi disukai masyarakat. Nasida Ria berawal dari grup rebana yang berkat inovasi dan kreasi Mudrikah
Zain. Grup ini memiliki genre tersendiri, dengan ciri khasnya berupa artis dan musisi pendukung yang terdiri dari wanita berjilbab. Nasida Ria tercatat telah menyambangi
Universitas Sumatera Utara
41
beribu tempat untuk mengisi acara, baik di dalam maupun di luar negeri, dengan sejumlah lagunya yang sudah tidak asing di telinga penggemar seperti Shalawat Badar, Kaya
Miskin Bahagia, Damailah Palestina, Magadir, dan Nabi Muhammad Insan Pilihan. Kiprah perjalanan Nasida Ria antara lain, mengisi paket Acara Hari Raya Idhul Fitri di
TMII Taman Mini Indonesia Indah Jakarta setiap tahun, Tour Show Silaturrahmi Djarum 76 di 16 Kota Jateng 2001-2004. Selain itu, grup musik ini juga pernah tampil
dalam Islamic Art and Cultural Perfomance di Batam Kepulauan Riau [2004] dan Isra Miraj di Tanjung Pinang [2006], serta berbagai tempat di pelosok tanah air. Baik
undangan hajatan maupun acara resmi berbagai lembaga. Sementara di luar negeri, Nasida Ria juga pernah tampil memenuhi undangan
Kerajaan Malaysia pada peringatan 1 Muharam 1988, Berlin Maret 1994, undangan Haus de Kulturen derWelt Lembaga Kebudayaan Jerman dalam paket Die Garten des Islam
Pameran Kesenian Islam Dunia. Di Jerman Juli 1996, grup ini tampil dalam festival Heimatklange ‘96 Sinbad Travels di delapan kota seperti Berlin, Reclinghousen dan
Dusseldof, atas undangan Cultural Departement of The Senat of Berlin and Tempodrom, SFB, ORB, European Forum of Worldwide Music Festival. Atas kiprah dan pretasi yang
telah diperoleh, Nasida Ria banyak mendapat penghargaan, seperti Pengemban Budaya Islam dari PWI Persatuan Wartawan Indonesia Pusat Jakarta 1989, Penghargaan Seni
dari PWI Jateng 1992 dan Anugrah Keteladanan dari PRPP Jateng 2004.
2.3 Pe rke mbangan Musik Padang Pasir di Sumate ra Utara