Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Minat

km ke lokasi puskesmas beberapa ibu mengatakan terlalu jauh berobat ke pukesmas karena transportasi susah dan biaya transportasi untuk mencapai lokasi puskesmas sekitar Rp.10.000 sampai Rp.15.000 dirasa terlalu memberatkan masyarakat karena lebih besar dari pada biaya berobat ke alternatif lain seperti mantri, bidan, Balai Pengobatan Swasta. Namun, masih ada sebagian ibu yang berobat ke puskesmas dalam kondisi kesehatan persalinan dan 2 orang ibu mengatakan mereka berobat jika penyakitnya parah seperti TB paru. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian di Puskesmas Pamatang Silimahuta untuk menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi pemanfaatan puskesmas buka 24 jam, dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di Kecamatan Pamatang Silimahuta, Kabupaten Simalungun.

1.6 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian adalah apakah ada pengaruh faktor pendidikan, pekerjaan, pengetahuan sikap, pendapatan, informasi, keterjangkauan dan kondisi kesehatan terhadap pemanfaatan puskesmas 24 jam di Kecamatan Pamatang Silimahuta, Kabupaten Simalungun.

1.7 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian yang akan dilakukan adalah untuk menjelaskan pengaruh faktor pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, Universitas Sumatera Utara sikap, pendapatan, informasi, keterjangkauan dan kondisi kesehatan terhadap pemanfaatan puskesmas buka 24 jam pada masyarakat di Kecamatan Pamatang Silimahuta, Kabupaten Simalungun.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Simalungun dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan puskesmas buka 24 jam di wilayah kerjanya. 2. Sebagai bahan informasi kepada Kepala Puskesmas dalam proses pembuatan kebijakan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan puskesmas di Kecamatam Pamatang Silimahuta. 3. Sebagai bahan informasi kepada masyarakat setempat mengenai manfaat puskesmas buka 24 jam dalam membantu peningkatan derajat kesehatan mereka. 4. Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang ilmu administrasi dan kebijakan kesehatan serta dalam penemuan metodologi baru dalam lingkup Ilmu Kesehatan Masyarakat. Universitas Sumatera Utara 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Puskesmas 2.1.1 Sejarah Puskesmas Perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia dimulai sejak pemerintahan Belanda pada abad ke-16 yaitu adanya upaya pemberantasan penyakit cacar dan cholera yang sangat ditakuti oleh masyarakat. Pada tahun 1968 diterapkan konsep puskesmas yang dilangsungkan dalam Rapat Kerja Nasional di Jakarta, yang membicarakan tentang upaya mengorganisasi sistem pelayanan kesehatan di tanah air, karena pelayanan kesehatan pada saat itu dirasakan kurang menguntungkan dan dari kegiatan-kegiatan seperti Balai Kesehatan Ibu dan Anak BKIA, Balai Pengobatan BP, Pemberantasan Penyakit Menular P2M dan sebagainya masih berjalan sendiri-sendiri dan tidak saling berhubungan. Melalui rakernas tersebut timbul gagasan untuk menyatukan semua pelayanan kesehatan tingkat pertama ke dalam suatu organisasi yang dipercaya dan diberi nama Pusat Kesehatan Masyarakat. Puskesmas dibedakan menjadi 4 macam yaitu : 1 puskesmas tingkat desa, 2 puskesmas tingkat kecamatan 3 puskesmas tingkat kewedanan, 4 puskesmas tingkat kabupaten. Pada tahun 1979 mulai dirintis pembangunan di daerah-daerah tingkat kelurahan atau desa, untuk mengkoordinasi kegiatan-kegiatan yang berada di suatu kecamatan maka selanjutnya disebut sebagai puskesmas induk sedangkan yang lain disebut puskesmas pembantu, dua kategori ini Universitas Sumatera Utara dikenal sampai sekarang hhtp:PelangiIndonesia,Sejarah perkembangan puskesmas di Indonesia no.04, 2005, diakses tgl 7 Agustus 2013.

2.1.2 Pengertian Puskesmas

Puskesmas adalah unit pelayanan teknis dinas kesehatan KabupatenKota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Depkes, 2004. Merujuk dari defenisi puskesmas tersebut, dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Unit Pelaksana Teknis Sebagai unit pelayanan teknis dinas KabupatenKota, puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional dinas kesehatan KabupatenKota dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia. 2. Pembangunan Kesehatan Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal. 3. Pertanggungjawaban Penyelenggaraan Penanggungjawab utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan kesehatan di wilayah KabupatenKota adalah dinas kesehatan KabupatenKota, sedangkan puskesmas bertanggungjawab hanya sebagian Universitas Sumatera Utara upaya pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh dinas kesehatan KabupatenKota sesuai dengan kemampuannya. 4. Wilayah Kerja Secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas adalah satu kecamatan. Tetapi apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu puskesmas, maka tanggung jawab wilayah kerja dibagi antar puskesmas dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah desa, kelurahan atau RW. Masing-masing puskesmas tersebut secara operasional bertanggung jawab langsung kepada Dinas Kesehatan KabupatenKota. Disamping itu dikenal pula Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling.Puskesmas Pembantu adalah unit pelayanan kesehatan sederhana yang merupakan bagian integral dari Puskesmas keliling yaitu unit pelayanan kesehatan keliling berupa kenderaan bermotor roda empat atau perahu motor, dilengkapi peralatan kesehatan, peralatan komunikasi serta sejumlah tenaga yang berasal dari puskesmas Depkes, 2004. 2.1.3 Konsep Dasar Puskesmas 2.1.3.1 Visi Puskesmas Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia sehat. Kecamatan Sehat adalah gambaran masyarakat kecamatan masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan dengan Universitas Sumatera Utara perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Indikator Kecamatan Sehat yang ingin dicapai mencakup 4 indikator utama yakni: 1. Lingkungan sehat 2. Perilaku sehat 3. Cakupan pelayanan kesehatan bermutu 4. Derajat kesehatan penduduk kecamatan Rumusan visi untuk masing-masing puskesmas harus mengacu pada visi pembangunan kesehatan puskesmas di atas yakni terwujudnya Kecamatan Sehat, yang harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat serta wilayah kecamatan setampat Depkes, 2004. 2.1.3.2 Misi Puskesmas Misi Pembangunan Kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional. Misi tersebut adalah: 1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya. 2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah kerjanya. 3. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan. 4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya Depkes, 2004. Universitas Sumatera Utara

2.1.3.3 Tujuan Puskesmas

Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi- tingginya Depkes, 2004. 2.1.4 Kedudukan Puskesmas Kedudukan puskesmas dibedakan menurut keterkaitannya dengan Sistem Kesehatan Nasional, Sistem Kesehatan KabupatenKota dan Sistem Pemerintah Daerah. 1. Sistem Kesehatan Nasional SKN Kedudukan puskesmas dalam Sistem Kesehatan Nasional adalah sebagai sarana pelayanan kesehatan strata pertama yang bertanggungjawab menyelenggarakan upaya kesehatan per orangan dan upaya kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya. 2. Sistem Kesehatan KabupatenKota Kedudukan puskesmas dalam Sistem Kesehatan kabupatenkota adalah sebagai unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupatenkota yang bertanggungjawab menyelenggarakan sebagian tugas pembangunan kesehatan kabupatenkota di wilayah kerjanya. Universitas Sumatera Utara 3. Sistem Pemerintahan Daerah Kedudukan puskesmas dalam Sistem Pemerintah Daerah adalah sebagai unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupatenkota yang merupakan unit struktural pemerintah daerah kabupatenkota bidang kesehatan di tingkat kecamatan. 4. Antar Sarana Pelayanan Kesehatan Strata Pertama Di wilayah kerja puskesmas terdapat berbagai organisasi pelayanan kesehatan strata pertama yang dikelola oleh lembaga masyarakat dan swasta seperti praktek dokter, praktek dokter gigi, praktek bidan, poliklinik dan balai kesehatan masyarakat.Kedudukan puskesmas di antara berbagai sarana pelayanan kesehatan starata pertama ini adalah sebagai mitra. Di wilayah kerja puskesmas terdapat pula berbagai bentuk upaya kesehatan-kesehatan berbasis dan bersumberdaya masyarakat seperti Posyandu, Polindes, Pos Obat Desa dan Pos UKK. Kedudukan puskesmas di antara berbagai sarana pelayanan kesehatan berbasis dan bersumberdaya masyarakat adalah sebagai Pembina Depkes, 2004. 2.1.5 Fungsi Puskesmas 1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan Puskesmas dapat diharapkan bertindak sebagai motivator, fasilitator dan turut serta memantau terselenggaranya proses pembangunan di wilayah kerjanya agar berdampak positif terhadap kesehatan masyarakat di wilayah kerja. Hasil yang diharapkan dalam menjalankan fungsi ini antara lain adalah terselenggaranya Universitas Sumatera Utara pembangunan di luar bidang kesehatan yang mendukung terciptanya lingkungan dan perilaku sehat. 2. Pusat Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Dalam Pembangunan Kesehatan Sebagai pusat pemberdayaan masyarakat, puskesmas ikut memberdayakan masyarakat, sehingga masyarakat tahu, mau dan mampu menjaga dan mengatasi masalah kesehatan secara mandiri. Wujud pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan kesehatan adalah tumbuh kembangnya upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat, kemitraan dengan LSM dan pelbagai potensi masyarakat lainnya. Sebagai pusat pemberdayaan keluarga, puskesmas diharapkan bisa secara proaktif menjangkau keluarga, sehingga bisa menjaga keluarga sehat tetap sehat dan keluarga sakit menjadi sehat. Wujudnya adalah pelaksanaan Puskesmas Peduli Keluarga yang tingkat keberhasilannya dapat dilihat dari makin banyaknya keluarga sehat di wilayah kerja puskesmas. 3. Pusat Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama Sebagai pusat pelayanan tingkat pertama di wilayah kerjanya, puskesmas merupakan sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya, puskesmas merupakan sarana pelayanan kesehatan pemerintah yang wajib menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara bermutu, terjangkau, adil dan merata. Pelayanan kesehatan yang diselenggarakan adalah pelayanan kesehatan dasar yang sangat dibutuhkan oleh sebagian besar masyarakat dan sangat strategis dalam upaya meningkatkan status kesehatan masyarakat umum. Universitas Sumatera Utara Upaya pelayanan yang diselenggarakan meliputi: 1. Pelayanan kesehatan masyarakat yang lebih mengutamakan pelayanan promotif dan preventif, dengan pendekatan kelompok masyarakat, serta sebagian besar diselenggarakan bersama masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas. 2. Pelayanan medik dasar yang lebih mengutamakan pelayanan kuratif dan rehabilitatif dengan pendekatan individu dan keluarga pada umumnya melalui upaya rawat jalan dan rujukan. Pada kondisi tertentu bila memungkinkan dapat dipertimbangkan puskesmas memberikan pelayanan rawat inap sebagai rujukan anatar sebelum dirujuk ke Rumah Sakit Depkes, 2004.

2.1.6 Upaya Puskesmas

Untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan melalui puskesmas yakni terwujudnya Kecamatan Sehat Indonesia Sehat, puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan per orangan dan upaya kesehatan masyarakat, yang keduanya jika ditinjau dari Sistem Kesehatan Nasional merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama.Upaya kesehatan tersebut dikelompokkan menjadi 2 dua yakni: 1. Upaya Kesehatan Wajib Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta mempunyai daya ungkit tinggi Universitas Sumatera Utara untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini harus diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di wilayah Indonesia. Upaya kesehatan wajib tersebut adalah: a. Upaya Promosi kesehatan b. Upaya Kesehatan lingkungan c. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak,termasuk Keluarga Berencana d. Upaya Perbaikan gizi masyarakat e. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan penyakit menular f. Upaya Pengobatan 2. Upaya Kesehatan Pengembangan Upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok puskesmas yang telah ada yakni: a. Upaya Kesehatan Sekolah b. Upaya Kesehatan Olah Raga c. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat d. Upaya Kesehatan Kerja e. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut f. Upaya Kesehatan Jiwa g. Upaya Kesehatan Mata h. Upaya Kesehatan Usia Lanjut Universitas Sumatera Utara i. Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional Upaya laboratorium medis dan laboratorium kesehatan masyarakat serta upaya pencatatan pelaporan tidak termasuk pilihan karena ketiga upaya ini merupakan pelayanan penunjang dari setiap upaya wajib dan upaya pengembangan puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan dilakukan apaila upaya kesehatan wajib di pukesmas telah terlaksana secara optimal dalam arti target cakupan erta peningkatan mutu pelayanan tercapai Depkes, 2004. 2.2 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Menurut Dever dalam Betty Sirait, 2013, ada beberapa faktor yang memengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan yaitu: 1 faktor sosiokultural meliputi teknologi pemanfaatan pelayanan kesehatan dan normanilai yang ada dimasyarakat, 2 faktor organisasi meliputi, ketersediaaan sumber daya, akses geografi, sosial dapat diterima mengarah pada faktor psikologis, sosial dan faktor budaya, sedangkan terjangkau mengarah kepada faktor ekonomi, 3 faktor yang berhubungan dengan konsumen, interaksi konsumen dengan provider, 4 faktor yang berhubungan dengan produsen, mencakup karakteristik dari provider dan faktor ekonomi. Masyarakat mulai menghubungi sarana kesehatan sesuai dengan pengalaman atau dari informasi yang diperoleh dari orang lain tentang tersedianya jenis-jenis pelayanan kesehatan. Pilihan terhadap sarana kesehatan tersebut dengan sendirinya Universitas Sumatera Utara didasari atas kepercayaan atau keyakinan akan kemajuan sarana tersebut Sarwono, 2004. Menurut pendapat Wirick yang dikutip oleh Sopar 2009 terdapat 4 empat faktor-faktor yang memengaruhi permintaan pelayanan kesehatan yaitu : 1. Kebutuhan, seseorang yang menderita suatu penyakit akan mencari pelayanan atau pemeriksaan medis. 2. Kesadaran akan kebutuhan tersebut, seseorang harus tahu dan memahami bahwa ia membutuhkan pelayanan medis. 3. Kemampuan finansial harus tersedia untuk memperoleh pelayanan yang dibutuhkan 4. Tersedia fasilitas dan sarana pelayanan Berbagai karakteristik masyarakat memengaruhi pembayaran Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat, diantaranya adalah karakteristik demografi. Faktor umur merupakan dasar penggunaan kesehatan yang utama, umur tidak hanya berhubungan dengan tingkat pelayanan melainkan juga jenis pelayanan dan penerimaan pelayanan. Faktor jenis kelamin juga merupakan faktor lain yang memengaruhi penerimaan pelayanan, tuntutannya terhadap sistem pemeliharaan kesehatan termasuk diantaranya masalah dokter, obat dan fasilitas pelayanan kesehatan. Tingkat penghasilan, pengetahuan masyarakat juga sebagai salah satu dasar utama dalam tingkat kemauan dan kemampuan dalam membayar premi asuransi. Penghasilan tidak hanya berhubungan dengan kemampuan dan kemauan membayar, Universitas Sumatera Utara melainkan juga berhubungan dengan permintaan pelayanan kesehatan dan jenis pelayanan yang diterima. Menurut Anderson 1968 dalam Notoatmodjo 2007, bahwa beberapa faktor yang memengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah: 1. Komponen yang memengaruhi predisposing, ada banyak orang memiliki kecenderungan untuk memanfaatkan layanan lebih banyak dari pada individu lainnya, dimana kecenderungan ke arah penggunaannya bisa diketahui dengan karakteristik individu yang ada sebelumnya dengan permulaan episode tertentu penyakit tersebut. Orang-orang tertentu yang karakteristik ini lebih memungkinkan memanfaatkan layanan kesehatan walaupun karakteristiknya tidak secara langsung bertanggungjawab terhadap pemanfaatan layanan kesehatan. Karakteristik demikian mencakup demografi, struktur sosial, dan variabel-variabel keyakinan bersikap. Usia dan jenis kelamin, misalnya diantara variabel-variabel demografis, adalah hal yang sangat terkait dengan kesehatan dan kesakitan. Namun, semua ini masih dianggap menjadi kondisi memengaruhi kalau sejauh usia tidak dianggap suatu alasan untuk memperhatikan perawatan kesehatan. Lain lagi orang-orang pada kelompok usia berbeda memiliki jenis berbeda dan jumlah kesakitan dan akibat pola berbeda dalam perawatan kesehatan. Kesakitan yang lalu dimasukkan dalam kategori ini karena ada bukti jelas bahwa orang-orang yang telah mengalami masalah kesehatan di masa lampau adalah mereka yang kemungkinan Universitas Sumatera Utara mempunyai sifat menuntut terhadap sistem perawatan kesehatan di masa mendatang. Variabel-variabel struktur sosial mencerminkan lokasi status individu dalam masyarakat sebagaimana diukur melalui karakteristik seperti pendidikan, pekerjaan kepala keluarga, bagaimana gaya hidup individu, kondisi fisik serta lingkungan sosial dan pola perilaku yang akan menghubungkan dengan pemanfaatan layanan kesehatan. Karakteristik demografis dan struktur sosial juga terkait dengan sub komponen ketiga kondisi yang memengaruhi sikap atau keyakinan mengenai perawatan kesehatan, dokter, dan penyakit. Apa yang seorang individu pikir tentang kesehatan pada hakekatnya bisa memengaruhi kesehatan dan perilaku kesakitan. Seperti halnya variabel- variabel lain yang memengaruhi, keyakinan kesehatan tidak dianggap menjadi suatu alasan langsung terhadap pemanfaatan layanan namun betul-betul bisa berakibat pada perbedaan dalam kecenderungan ke arah pemanfaatan layanan kesehatan. Misalnya, keluarga yang sangat yakin dalam hal kemanjuran pengobatan dokter mereka akan mencari dokter seketika dan memanfaatkan lebih banyak layanan daripada keluarga yang kurang yakin dalam hasil pengobatan tersebut. 2. Komponen pemungkin enabling, Walaupun individu akan lebih cenderung memanfaatkan layanan kesehatan, harus pula banyak perangkat yang wajib tersedia bagi mereka. Kondisi yang memungkinkan suatu keluarga bisa Universitas Sumatera Utara bertindak menurut nilai atau memenuhi kebutuhan terkait layanan kesehatan pemanfaatannya dianggap sebagai faktor pemungkin. Kondisi pemungkin menyebabkan sumberdaya layanan kesehatan tersedia wajib bagi individu. Kondisi pemungkin bisa diukur menurut sumberdaya keluarga seperti pendapatan, tingkatan pencakupan asuransi kesehatan. Atau sumber lain dari pembayaran pihak ketiga, apakah individunya memiliki sumberdaya perawatan kesehatan berkala atau tidak, maka sifat dari sumberdaya perawatan kesehatan berkala atau tidak, maka sifat dari sumberdaya perawatan kesehatan berkala, dan akses kesumberdaya menjadi hal sangat penting. Terlepas dari sifat-sifat keluarga, karakteristik pemungkin tertentu pada komunitas dimana keluarga tersebut hidup bisa juga memengaruhi pemanfaatan layanan. Satu karakteristik demikian adalah pokok dari fasilitas kesehatan dan petugas dalam suatu komunitas. Apabila sumberdaya menjadi melimpah dan bisa dipakai tanpa harus bertunggu, maka semuanya bisa dimanfaatkan lebih sering oleh masyarakat. Dari sudut pandang ekonomi, orang bisa berharap orang-orang yang mengalami pendapatan rendah agar menggunakan lebih banyak layanan kesehatan medis. Ukuran lain sumberdaya masyarakat mencakup wilayah negara bagian dan sifat pola pedesaan dan perkotaan dari masyarakat dimana keluarga tinggal. Variabel-variabel ini akan dikaitkan dengan pemanfaatan dikarenakan norma- norma setempat menyangkut bagaimana pengobatan sebaiknya dipraktekkan Universitas Sumatera Utara atau melombai nilai-nilai masyarakat yang memengaruhi perilaku individu yang tinggal di masyarakat tersebut. 3. Komponen tingkatan kesakitan illness level, ada faktor memengaruhi dan pemungkin, individu atau keluarganya harus merasa kesakitan ataupun kemungkinan kejadiannya dalam hal pemanfaatan layanan kesehatan akan terjadi. Tingkatan kesakitan memperlihatkan penyebab paling langsung pemanfaatan layanan kesehatan. Secara skematis konsep pemanfaatan pelayanan kesehatan menurut Anderson 1974 digambarkan sebagai berikut: Gambar 2.1 Skema Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Faktor pemungkin Kebutuhan Faktor predisposisi Keluarga: Pendapatan, dukungan , Asuransi kesehatan. Tingkat rasa sakit: Ketidakmampuan, Gejala penyakit, Diagnosis, Keadaan umum. Demografi : Umur, Jenis kelamin, status perkawinan, penyakit masa lalu Komunitas Masyarakat: Informasi, Tersedianya fasilitas dan petugas kesehatan, lokasi jarak transportasi biaya pelayanan Struktur sosial: Pendidikan, Ras, Pekerjaan, Besar keluarga, Agama, Evaluasi: Gejala-gejala, Diagnosis- diagnosis Keyakinan : Persepsi, Sikap, pengetahuan Universitas Sumatera Utara

2.3 Minat

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI karangan WJS, minat diartikan sebagai perhatian, kesukaan kecenderungan hati kepada sesuatu. Minat merupakan suatu rasa suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal dan aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan di luar diri, semakin kuat atau semakin dekat hubungan tersebut maka semakin besar minat. Beberapa kondisi yang memengaruhi minat: 1. Status ekonomi. Apabila status ekonomi membaik, orang cenderung memperluas minat mereka untuk mencakup hal semula belum mampu mereka laksanakan. Sebaliknya kalau status ekonomi mengalami kemunduran karena tanggung jawab keluarga atau usaha yang kurang maju, maka cenderung untuk mempersempit minat mereka. 2. Pendidikan Semakin tinggi dan semakin formal tingkat pendidikan yang dimiliki seseorang maka semakin besar pula kegiatan yang bersifat intelek yang dilakukan. Seperti yang dikutip Notoatmojo, 1997 dari L.W. Green jika seseorang yang mempunyai pengetahuan yang baik, maka ia mencari pelayanan yang lebih kompeten atau lebih aman baginya. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai pelayanan kesehatan akan memengaruhi pemanfaatan fasilitas pelayanan yang ada sehingga berpengaruh pada kondisi kesehatan mereka. Universitas Sumatera Utara 3. Tempat tinggal Dimana orang tinggal banyak dipengaruhi oleh keinginan yang biasa mereka penuhi pada kehidupan sebelumnya masih dapat dilakukan atau tidak hhtp:Psikologi.or.id, Minat- Gede Juliarsa, diakses tgl 5 April 2014.

2.4 Kerangka Konsep

Dokumen yang terkait

Pengaruh Faktor Predisposisi, Pemungkin dan Kebutuhan terhadap Pemanfaatan Pelayanan Jampersal di Wilayah Kerja Puskesmas Parongil Kabupaten Dairi

5 67 131

Pengaruh Faktor Predisposisi, Kebutuhan dan Pemungkin Ibu Hamil terhadap Pemanfaatan Antenatal Care (ANC) di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Limun Kota Medan

12 76 133

Pengaruh Faktor Predisposisi, Pemungkin Dan Kebutuhan Terhadap Pemanfaatan Sarana Pelayanan Antenatal Oleh Ibu Hamil Di Kelurahan Pasir Bidang Kecamatan Sarudik Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2010

0 49 98

Pengaruh Faktor Predisposisi, Pemungkin dan Kebutuhan Terhadap Pemanfaatan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) pada Wanita Pasangan Usia Subur di Puskesmas Batang Kuis Tahun 2015

0 0 16

Pengaruh Faktor Predisposisi, Pemungkin dan Kebutuhan Terhadap Pemanfaatan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) pada Wanita Pasangan Usia Subur di Puskesmas Batang Kuis Tahun 2015

0 0 2

Pengaruh Faktor Predisposisi, Pemungkin dan Kebutuhan Terhadap Pemanfaatan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) pada Wanita Pasangan Usia Subur di Puskesmas Batang Kuis Tahun 2015

0 0 11

Lampiran 1 KUESIONER PENGARUH FAKTOR PREDISPOSISI, PEMUNGKIN DAN KEBUTUHAN TERHADAP PEMANFAATAN PELAYANAN JAMPERSAL DI PUSKESMAS PARONGIL KABUPATEN DAIRI Petunjuk Pengisian

0 0 21

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan - Pengaruh Faktor Predisposisi, Pemungkin dan Kebutuhan terhadap Pemanfaatan Pelayanan Jampersal di Wilayah Kerja Puskesmas Parongil Kabupaten Dairi

0 0 32

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Faktor Predisposisi, Pemungkin dan Kebutuhan terhadap Pemanfaatan Pelayanan Jampersal di Wilayah Kerja Puskesmas Parongil Kabupaten Dairi

0 0 9

LEMBAR KUESIONER PENGARUH FAKTOR PREDISPOSISI, PEMUNGKIN DAN KEBUTUHAN TERHADAP PEMANFAATAN PUSKESMAS 24 JAM DI KECAMATAN PAMATANG SILIMAHUTA KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2014 Nomor Responden: Tanggal Kegiatan: Petunjuk:

0 1 57