Pengaruh Faktor Predisposisi, Pemungkin dan Kebutuhan terhadap Pemanfaatan Pelayanan Jampersal di Wilayah Kerja Puskesmas Parongil Kabupaten Dairi

(1)

PENGARUH FAKTOR PREDISPOSISI, PEMUNGKIN DAN KEBUTUHAN TERHADAP PEMANFAATAN PELAYANAN JAMPERSAL

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PARONGIL KABUPATEN DAIRI

TESIS

Oleh

BETTY SIRAIT 107032007/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PENGARUH FAKTOR PREDISPOSISI, PEMUNGKIN DAN KEBUTUHAN TERHADAP PEMANFAATAN PELAYANAN JAMPERSAL

DI PUSKESMAS PARONGIL KABUPATEN DAIRI

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

BETTY SIRAIT 107032007/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

Judul Tesis : PENGARUH FAKTOR PREDISPOSISI, PEMUNGKIN DAN KEBUTUHAN TERHADAP PEMANFAATAN PELAYANAN JAMPERSAL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

PARONGIL KABUPATEN DAIRI Nama Mahasiswa : Betty Sirait

Nomor Induk Mahasiswa : 107032007

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Juanita, S.E, M.Kes)

Ketua Anggota

(dr. Heldy BZ, M.P.H)

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S.)


(4)

Telah diuji

Pada Tanggal : 7 Mei 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Juanita, S.E, M.Kes Anggota : 1. dr. Heldy BZ, M.P.H

2. Siti Khadijah Nasution, S.K.M, M.Kes 3. Drs. Amru Nasution, M.Kes


(5)

PERNYATAAN

PENGARUH FAKTOR PREDISPOSISI, PEMUNGKIN DAN KEBUTUHAN TERHADAP PEMANFAATAN PELAYANAN JAMPERSAL

DI PUSKESMAS PARONGIL KABUPATEN DAIRI

T E S I S

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Juli 2013

(Betty Sirait) 107032007/IKM


(6)

ABSTRAK

Masalah kematian ibu hamil, bersalin dan kematian bayi adalah masalah kesehatan dunia yang belum dapat diselesaikan. Langkah dunia yang telah dilakukan untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) melalui MDG’s. Sasaran MDG’s AKB sampai tahun 2015 yaitu mengurangi dua pertiga jumlah kematian anak di dunia dan target MDG’s AKI antara 1990 dan 2015 seharusnya 5,5 persen per tahun. Angka Nasional untuk AKI (2007) sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB sebesar 34 per 1.000 kelahiran hidup. AKI Kabupaten Dairi (2010) yaitu 209 per 100.000 Kelahiran Hidup dan AKB 14 per 1.000 Kelahiran Hidup.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh faktor predisposisi, pemungkin dan kebutuhan terhadap pemanfaatan pelayanan Jampersal di wilayah kerja Puskesmas Parongil Kabupaten Dairi. Jenis penelitian ini adalah explanatory research. Sampel berjumlah 95 orang ibu bersalin. Analisis data terdiri dari analisis univariat, bivariat dengan menggunakan uji chi square dan fisher dan multivariat dengan menggunakan regresi logistik berganda.

Hasil penelitian menunjukkan 30,53% responden memanfaatkan pelayanan Jampersal dan 69,47% responden tidak memanfaatkan pelayanan Jampersal. Hasil uji chi-square dan fisher menunjukkan ada 3 variabel berhubungan secara signifikan terhadap pemanfaatan pelayanan Jampersal dimana nilai p<0,005 yaitu pengetahuan (p<0,001), fasilitas (p<0,001) dan kebutuhan (p<0,001). Dari hasil multivariat regresi logistik berganda yang paling berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan Jampersal adalah fasilitas.

Disarankan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Dairi untuk melakukan monitoring, controlling dan evaluasi terhadap pelaksanaan pelayanan Jampersal di masing-masing Unit Pelaksana Teknis (UPT) dan rumah sakit yang ada di Kabupaten Dairi dan meninjau kembali tentang biaya yang ditetapkan dalam pelaksanaan pelayanan Jampersal, menyarankan kepada Kepala Puskesmas Parongil untuk melakukan monitoring serta controlling kepada bidan yang melaksanakan pelayanan Jampersal, menyarankan kepada bidan-bidan puskesmas untuk terus melaksanakan sosialisasi kepada ibu hamil maupun bersalin tentang program Jampersal dan mematuhi Petunjuk Teknis Jampersal dengan tepat dan bijaksana.


(7)

ABSTRACT

The problems of AKI (maternal mortality rate) in the state of pregnancy and childbirth and of AKB (infant mortality rate) are the world’s health problems which have not been settled yet. The international effort to reduce AKI and AKB through MDG’s has been done. According to the Profile of the Health Service of Dairi District in 2010, AKI was 209 per 100,000 of life-birth and AKB was 14 per 1,000 of life-birth. The national rate for AKI was 150 per 100,000 of life-birth and AKB was 40 per 1,000 of life-birth.

The type of the research used explanatory research method which was aimed to explain the influence of the factors of Predisposing, Enabling, and Need on the use of Jampersal Service at Parongil Puskesmas, Dairi District with 95 respondents were used as the samples. The research was conducted from March until November, 2012. The data were gathered by using questionnaires and analyzed by using logistic regression test with the level of reliability of 95%.

From the result of multivatriate analysis with logistic regression test, it was found that knowledge (p < 0.001), facilities (p < 0.001), and need (p = 0.001) had significant influence on the use of Jampersal service. Facilities in Jampersal service was the most influencing variable on the use of Jampersal service at Parongil Puskesmas with regression coefficient = 2.177.

It is recommended that the Dairi Health Service should evaluate the implementation of Jampersal in each UPT and hospital. The village midwives should socialize Jampersal and do their jobs according to the technical manual of Jampersal.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat kasih dan penyertaanNya penulis dapat menyelesaikan tesis berjudul : “Pengaruh Faktor Predisposisi, Pemungkin dan Kebutuhan terhadap Pemanfaatan Pelayanan Jampersal di Wilayah Kerja Puskesmas Parongil Kabupaten Dairi”.

Dalam penulisan tesis ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama penulis mengikuti pendidikan.

4. Dr. Juanita, S.E, M. Kes dan dr. Heldy BZ, MPH selaku komisi pembimbing yang telah meluangkan waktu, pikiran dan tenaga untuk membimbing dari pembuatan proposal hingga selesainya penulisan tesis ini.

5. Siti Khadijah Nasution, SKM, M.Kes dan Drs. Amru Nasution, M.Kes selaku komisi penguji tesis yang telah memberikan masukan dan saran demi kesempurnaan penulisan tesis ini.


(9)

6. Seluruh Staf Pengajar dan Staf Administrasi yang telah memberikan pengajaran, bimbingan dan pengarahan serta bantuan selama pendidikan. 7. Kepada Kepala Puskesmas Parongil Kabupaten Dairi dr. Jesman beserta staf

yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di wilayah kerja Puskesmas Parongil Kabupaten Dairi.

8. Kepada kedua orang tua tercinta, abang dan kakak serta abang dan kakak ipar yang telah mendukung dari jauh, sumber inspirasi serta pemberi dorongan terkuat kepada penulis dalam menjalani pendidikan.

9. Teman-teman Guru Sekolah Minggu HKBP Tanjung Sari dan Pemuda

NHKBP Tanjung Sari, atas dukungan doanya sampai penulis bisa menyelesaikan tesis dengan baik.

10.Terakhir penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Lomo Daniel Sianturi, dr. Veronika Brahmana, dr. Sri Rezeki Sibarani. M.Kes, drg. Imelda Marini Gultom, M.Kes, drg. Shinta Rianadewi, M.Kes, Fitriani Pramita Gurning, SKM, M.Kes, Linda Sirait, SKM, M.Kes, Roni, SKM serta teman-teman angkatan 2010 yang tidak bisa disebutkan semua.

Sesungguhnya penulis menyadari bahwa tesis ini masih sangat jauh dari sempurna, karenanya saran untuk perbaikan sangat diharapkan. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juli 2013 Penulis


(10)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Betty Sirait, dilahirkan di Palembang Provinsi Sumatera Selatan pada tanggal 12 April 1981, beragama Kristen. Penulis menamatkan Sekolah Dasar pada tahun 1994 di SD Xaverius 3 Palembang, pada tahun 1997 menamatkan Sekolah Menengah Pertama di SMP Xaverius Maria Palembang, tahun 2000 menamatkan Sekolah Menengah Umum di SMA Negeri 5 Palembang, tahun 2005 berhasil meraih gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya Palembang dan tahun 2010 melanjutkan pendidikan di Program Pascasarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Universitas Sumatera Utara.

Pengalaman kerja penulis, pada tahun 2008-2009 pernah bekerja di Century Health Care. Tahun 2009 sampai dengan 2010 sebagai staf administrasi dan keuangan di CV. Sepakat Jaya, Tahun 2010 sampai dengan 2011 pernah bekerja sebagai Kabag Personalia di Rumah Sakit Morawa Utama Tanjung Morawa.


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

RIWAYAT HIDUP ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Permasalahan ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Hipotesis ... 8

1.5 Manfaat Penelitian ... 8

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan ... 8

2.2 Puskesmas ... 17

2.2.1 Kegiatan Pokok Puskesmas ... 17

2.2.2Indikator Keberhasilan Puskesmas ... 18

2.3 Jampersal ... 20

2.3.1 Pengertian Jampersal ... 20

2.3.2Tujuan Jampersal ... 21

2.3.3Sasaran Jampersal ... 21

2.3.4 Manfaat Jampersal ... 22

2.3.5 Landasan Hukum Jampersal ... 28

2.3.6 Tata Laksana Pelayanan Kesehatan ... 30

2.3.7 Pencairan/Klaim ... 34

2.3.8 Pendanaan ... 34

2.4 Penelitian Lain tentang Jampersal ... 37

2.5 Landasan Teori ... 38


(12)

BAB 3 METODE PENELITIAN ... 42

3.1 Jenis Penelitian ... 42

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 42

3.3 Populasi dan Sampel ... 42

3.3.1 Populasi……….. 42

3.3.2 Sampel ……….. 43

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 43

3.4.1 Data Primer……….. 43

3.4.2 Data Sekunder……… ... 43

3.4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas... ... 43

3.5 Variabel dan Definisi Operasional ... 46

3.5.1 Variabel Penelitian ... 46

3.5.2 Definisi Operasional ………. 47

3.6 Metode Pengukuran Data ... 48

3.7 Metode Analisis Data ... 52

BAB 4 HASIL PENELITIAN ... 53

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian………. 53

4.2 Analisis Univariat ……….. 56

4.2.1 Faktor Prediposisi ……… 56

4.2.2 Faktor Pemungkin……… 61

4.2.3 Faktor Kebutuhan ... 64

4.2.4 Pemanfaatan Pelayanan Jampersal ... 65

4.3 Analisis Bivariat………. 66

4.3.1 Pengaruh Umur Ibu terhadap Pemanfaatan Pelayanan Jampersal………... 66

4.3.2 Pengaruh Pendidikan Ibu terhadap Pemanfaatan Pelayanan Jampersal ………. 67

4.3.3 Pengaruh Pengetahuan Ibu terhadap Pemanfaatan Pelayanan Jampersal ... 68

4.3.4 Pengaruh Sikap Ibu terhadap Pemanfaatan Pelayanan Jampersal ... 68

4.3.5 Pengaruh Kepercayaan Ibu terhadap Pemanfaatan Pelayanan Jampersal ... 69

4.3.6 Pengaruh Pelayanan Bidan terhadap Pemanfaatan Pelayanan Jampersal ... 69

4.3.7 Pengaruh Fasilitas terhadap Pemanfaatan Pelayanan Jampersal ... 70


(13)

4.3.8 Pengaruh Kebutuhan Ibu terhadap Pemanfaatan Pelayanan Jampersal

………. ... 71

4.4 Analisis Multivariat……… 72

BAB 5 PEMBAHASAN .. ... 75

5.1 Analisis Bivariat ... 75

5.1.1 Pengaruh Umur Ibu terhadap Pemanfaatan Pelayanan Jampersal ... 75

5.1.2 Pengaruh Pendidikan Ibu terhadap Pemanfaatan Pelayanan Jampersal ... 75

5.1.3 Pengaruh Pengetahuan Ibu terhadap Pemanfaatan Pelayanan Jampersal ... 77

5.1.4 Pengaruh Sikap Ibu terhadap Pemanfaatan Pelayanan Jampersal ... 78

5.1.5 Pengaruh Kepercayaan Ibu terhadap Pemanfaatan Pelayanan Jampersal ... 79

5.1.6 Pengaruh Pelayanan Bidan terhadap Pemanfaatan Pelayanan Jampersal ... 80

5.1.7 Pengaruh Fasilitas terhadap Pemanfaatan Pelayanan Jampersal ... 81

5.1.8 Pengaruh Faktor Kebutuhan terhadap Pemanfaatan Pelayanan Jampersal ... 83

5.2 Pemanfaatan Pelayanan Jampersal ... 85

5.3 Keterbatasan Penelitian ... 85

5.4 Analisis Multivariat ... 86

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 87

6.1 Kesimpulan……….. ... 87

6.2 Saran ... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 89 LAMPIRAN


(14)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

3.1 Hasil Uji Validitas ... 44

3.2 Hasil Uji Reliabilitas ... 46

3.3 Metode Pengukuran Variabel Bebas ... 51

3.4. Metode Pengukuran Variabel Terikat ... 52

4.1 Jumlah Penduduk dan Kepala Keluarga Menurut Desa ... 54

4.2 Sarana Kesehatan di Puskesmas Parongil ……… ... 54

4.3 Fasilitas Gedung di Puskesmas Parongil ... 55

4.2 Jumlah Tenaga Medis / Non Medis di Wilayah Kerja Puskesmas Parongil Kabupaten Dairi ... 56

4.5 Distribusi Umur Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Parongil Kabupaten Dairi ... 57

4.6 Distribusi Pendidikan Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Parongil Kabupaten Dairi ... 57

4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Pelayanan Jampersal di Wilayah Kerja Puskesmas Parongil Kabupaten Dairi ……… ... 58

4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan tentang Pelayanan Jampersal di Wilayah Kerja Puskesmas Parongil Kabupaten Dairi ... 59

4.9 Distribusi Frekuensi Sikap Responden tentang Pelayanan Jampersal di Wilayah Kerja Puskesmas Parongil Kabupaten Dairi ... 60


(15)

4.10 Distribusi Berdasarkan SikapResponden tentang Pelayanan Jampersal di Wilayah Kerja Puskesmas Parongil Kabupaten Dairi ... 60 4.11 Distribusi Frekuensi Kepercayaan Responden tentang Pelayanan

Jampersal di Wilayah Kerja Puskesmas Parongil Kabupaten Dairi ... 61 4.12 Distribusi Berdasarkan Kepercayaan Responden tentang Pelayanan

Jampersal di Wilayah Kerja Puskesmas Parongil Kabupaten Dairi ... 61 4.13 Distribusi Frekuensi Persepsi Responden tentang Pelayanan Bidan di

Wilayah Kerja Puskesmas Parongil Kabupaten Dairi ... 62 4.14 Distribusi Berdasarkan Pelayanan Bidan tentang Pelayanan Jampersal di

Wilayah Kerja Puskesmas Parongil Kabupaten Dairi ... 63 4.15 Distribusi Frekuensi Fasilitas tentang Pelayanan Jampersal di Wilayah

Kerja Puskesmas Parongil Kabupaten Dairi ... 63 4.16 Distribusi Berdasarkan Persepsi Responden tentang Fasilitas di Wilayah

Kerja Puskesmas Parongil Kabupaten Dairi ... 64 4.17 Distribusi Frekuensi Kebutuhan Responden tentang Pelayanan Jampersal

di Wilayah Kerja Puskesmas Parongil Kabupaten Dairi ... 64 4.18 Distribusi Berdasarkan Kebutuhan Responden tentang Pelayanan

Jampersal di Wilayah Kerja Puskesmas Parongil Kabupaten Dairi ... 65 4.19 Distribusi Pemanfaatan Pelayanan Jampersal di Wilayah Kerja

Puskesmas Parongil Kabupaten Dairi ... 65 4.20 Pengaruh Umur Ibu terhadap Pemanfaatan Pelayanan Jampersal ... 67 4.21 Pengaruh Pendidikan Ibu terhadap Pemanfaatan Pelayanan Jampersal ... . 67 4.22 Pengaruh Pengetahuan Ibu terhadap Pemanfaatan Pelayanan Jampersal . 68 4.23 Pengaruh Sikap Ibu terhadap Pemanfaatan Pelayanan Jampersal ... 69 4.24 Pengaruh Kepercayaan Ibu terhadap Pemanfaatan Pelayanan Jampersal . .. 69


(16)

4.25 Pengaruh Pelayanan Bidan terhadap Pemanfaatan Pelayanan Jampersal.. 70 4.26 Pengaruh Fasilitas terhadap Pemanfaatan Pelayanan Jampersal ... 71 4.27 Pengaruh Kebutuhan Ibu terhadap Pemanfaatan Pelayanan Jampersal .... 71 4.28 Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik Berganda ... 73


(17)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Kuesioner ... 91 2. Master Data Penelitian... 96 3. Hasil Pengolahan Data dengan Menggunakan SPSS ... 99 4. Surat Izin Penelitian dari Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara ... 112 5. Surat Keterangan Selesai Penelitian dari Puskesmas Parongil ... 113 6. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 114


(19)

ABSTRAK

Masalah kematian ibu hamil, bersalin dan kematian bayi adalah masalah kesehatan dunia yang belum dapat diselesaikan. Langkah dunia yang telah dilakukan untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) melalui MDG’s. Sasaran MDG’s AKB sampai tahun 2015 yaitu mengurangi dua pertiga jumlah kematian anak di dunia dan target MDG’s AKI antara 1990 dan 2015 seharusnya 5,5 persen per tahun. Angka Nasional untuk AKI (2007) sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB sebesar 34 per 1.000 kelahiran hidup. AKI Kabupaten Dairi (2010) yaitu 209 per 100.000 Kelahiran Hidup dan AKB 14 per 1.000 Kelahiran Hidup.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh faktor predisposisi, pemungkin dan kebutuhan terhadap pemanfaatan pelayanan Jampersal di wilayah kerja Puskesmas Parongil Kabupaten Dairi. Jenis penelitian ini adalah explanatory research. Sampel berjumlah 95 orang ibu bersalin. Analisis data terdiri dari analisis univariat, bivariat dengan menggunakan uji chi square dan fisher dan multivariat dengan menggunakan regresi logistik berganda.

Hasil penelitian menunjukkan 30,53% responden memanfaatkan pelayanan Jampersal dan 69,47% responden tidak memanfaatkan pelayanan Jampersal. Hasil uji chi-square dan fisher menunjukkan ada 3 variabel berhubungan secara signifikan terhadap pemanfaatan pelayanan Jampersal dimana nilai p<0,005 yaitu pengetahuan (p<0,001), fasilitas (p<0,001) dan kebutuhan (p<0,001). Dari hasil multivariat regresi logistik berganda yang paling berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan Jampersal adalah fasilitas.

Disarankan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Dairi untuk melakukan monitoring, controlling dan evaluasi terhadap pelaksanaan pelayanan Jampersal di masing-masing Unit Pelaksana Teknis (UPT) dan rumah sakit yang ada di Kabupaten Dairi dan meninjau kembali tentang biaya yang ditetapkan dalam pelaksanaan pelayanan Jampersal, menyarankan kepada Kepala Puskesmas Parongil untuk melakukan monitoring serta controlling kepada bidan yang melaksanakan pelayanan Jampersal, menyarankan kepada bidan-bidan puskesmas untuk terus melaksanakan sosialisasi kepada ibu hamil maupun bersalin tentang program Jampersal dan mematuhi Petunjuk Teknis Jampersal dengan tepat dan bijaksana.


(20)

ABSTRACT

The problems of AKI (maternal mortality rate) in the state of pregnancy and childbirth and of AKB (infant mortality rate) are the world’s health problems which have not been settled yet. The international effort to reduce AKI and AKB through MDG’s has been done. According to the Profile of the Health Service of Dairi District in 2010, AKI was 209 per 100,000 of life-birth and AKB was 14 per 1,000 of life-birth. The national rate for AKI was 150 per 100,000 of life-birth and AKB was 40 per 1,000 of life-birth.

The type of the research used explanatory research method which was aimed to explain the influence of the factors of Predisposing, Enabling, and Need on the use of Jampersal Service at Parongil Puskesmas, Dairi District with 95 respondents were used as the samples. The research was conducted from March until November, 2012. The data were gathered by using questionnaires and analyzed by using logistic regression test with the level of reliability of 95%.

From the result of multivatriate analysis with logistic regression test, it was found that knowledge (p < 0.001), facilities (p < 0.001), and need (p = 0.001) had significant influence on the use of Jampersal service. Facilities in Jampersal service was the most influencing variable on the use of Jampersal service at Parongil Puskesmas with regression coefficient = 2.177.

It is recommended that the Dairi Health Service should evaluate the implementation of Jampersal in each UPT and hospital. The village midwives should socialize Jampersal and do their jobs according to the technical manual of Jampersal.


(21)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah yang terjadi di dunia saat ini adalah menyangkut kemiskinan, ekonomi dan kesehatan. Masalah kesehatan sampai saat ini masih belum dapat diselesaikan. Salah satu yang menjadi masalah kesehatan dunia adalah kematian ibu hamil, bersalin dan kematian bayi. Menurut data WHO (2010) bahwa sebanyak 536.000 wanita meninggal di seluruh dunia karena persalinan dan sebanyak 99% kematian ibu tersebut banyak terjadi di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Dan kematian bayi jumlahnya sebanyak 6,9 juta balita yang meninggal di tahun 2011 (Kaban,2012).

Dari lima juta kelahiran yang terjadi di Indonesia setiap tahunnya diperkirakan 20.000 ibu meninggal akibat komplikasi kehamilan atau persalinan. Hal ini masih menjadi masalah yang serius. Besar Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia juga masih relatif tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara anggota ASEAN. AKI Singapura 6 per 100.000 kelahiran hidup, Malaysia 160 per 100.000 kelahiran hidup, Vietnam sama seperti Malaysia 160 per 100.000 kelahiran hidup, Filipina 112 per 100.000 kelahiran hidup dan Brunei 33 per 100.000 per kelahiran hidup (Depkes,2008). AKI Indonesia sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup menurut data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2007. Penyebab kematian ibu


(22)

di Indonesia yaitu akibat perdarahan, eklampsia, sepsis, infeksi dan gagal paru (Desi,2012).

Masalah kematian bayi juga perlu mendapat perhatian. Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator untuk mengetahui derajat kesehatan suatu negara sehingga dapat digunakan untuk mengukur tingkat kemajuan suatu bangsa. Menurut data WHO (2010) jumlah kematian bayi yang berumur di bawah 5 tahun yaitu 7,6 juta bayi. Hampir 90 % dari kematian tersebut karena neo natal, pneumonia, diare, malaria, campak dan HIV/AIDS. Faktor yang memengaruhi AKB menurut UNICEF (2001) yaitu menurunnya kualitas hidup anak pada usia 3 tahun pertama hidupnya yaitu gizi buruk, ibu sering sakit, status kesehatan buruk, kemiskinan dan diskriminasi gender. Di antara 10 negara ASEAN, AKB Indonesia menempati peringkat ke-7 sebelum Kamboja, Laos, dan Myanmar. Besar AKB di Indonesia menurut SDKI Tahun 2007 sebesar 34 per 1.000 kelahiran hidup (Kaban,2012).

Langkah dunia yang telah dilakukan untuk menurunkan AKI dan AKB yaitu melalui Millenium Development Goal’s (MDG’s). MDG’s 4 terkait dengan penurunan kematian balita dan MDG’s 5 penurunan kematian ibu. Dalam pernyataan WHO dijelaskan bahwa sasaran MDG’s 4 sampai tahun 2015 yaitu mengurangi dua pertiga jumlah kematian anak di dunia. WHO juga menyatakan bahwa target untuk mencapai MDG’s 5 antara 1990 dan 2015 seharusnya 5,5 persen per tahun. Namun data WHO, UNICEF, UNFPA dan Bank Dunia menunjukkan angka kematian ibu hingga saat ini masih kurang dari 1% per tahun. Di Indonesia, Kementerian


(23)

Kesehatan menetapkan sasaran untuk menurunkan AKI sebesar 118 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB 24 per 1.000 kelahiran (Desi,2012).

Menurut data Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010, AKI sebesar 249 per 100.000 kelahiran hidup sedangkan AKB sebesar 22 per 1.000 kelahiran hidup. Dari Profil Kesehatan Kabupaten Dairi Tahun 2010 diketahui AKI 209 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB 14 per 1.000 kelahiran hidup. Penyebab kematian ibu di kabupaten ini disebabkan karena gangguan lever, eklampsia, pre eklampsia, infeksi postpartum dan komplikasi puerperum. Penyebab kematian bayi disebabkan karena kematian janin dalam kandungan, BBLR, asfiksia, prematur dan sebab lainnya.

Upaya penurunan AKI harus difokuskan pada penyebab langsung kematian ibu yang terjadi 90% pada saat persalinan dan segera setelah persalinan yaitu perdarahan 28%, eklamsia 24%, infeksi 11%, komplikasi pueperium 8%, partus macet 5%, abortus 5%, trauma obstetric 5%, emboli 3% dan lain-lain 11% (SKRT 2001). Kematian ibu juga diakibatkan beberapa faktor resiko keterlambatan diantaranya terlambat dalam pemeriksaan kehamilan, terlambat dalam memperoleh pelayanan persalinan dari tenaga kesehatan dan terlambat sampai di fasilitas kesehatan pada saat keadaan emergensi.

Dalam upaya mempercepat penurunan AKI dan AKB, Kementerian Kesehatan menekankan pada penyediaan pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas di masyarakat (Riskesdas,2010). Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan persalinan yang ditolong tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan. Berdasarkan


(24)

Susenas, persentase persalinan yang dilakukan tenaga kesehatan cenderung terus membaik dari 72,53% (2007) menjadi 81,25% (2011) sedangkan persalinan oleh tenaga kesehatan pada kelompok sasaran miskin baru mencapai sekitar 69,3%. Perbandingan dengan hasil SDKI bahwa persalinan yang ditolong oleh tenaga medis profesional meningkat dari 66% (SDKI 2003) menjadi 73% (SDKI 2007). Angka ini relatif rendah apabila dibandingkan dengan negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, Thailand dimana angka pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan hampir mencapai 90%.

Kendala yang menyebabkan rendahnya keinginan masyarakat mengambil keputusan dalam hal persalinan yang ditolong tenaga kesehatan yaitu karena kondisi geografis, persebaran penduduk dan sosial budaya dan rendahnya aksesibilitas terhadap tenaga pertolongan persalinan serta disparitas antar daerah yang berbeda satu sama lain. Kendala lain adalah keterbatasan dan ketidaktersediaan biaya sehingga diperlukan kebijakan terobosan untuk meningkatkan persalinan yang ditolong tenaga kesehatan di fasilitas tenaga kesehatan melalui kebijakan yang disebut Jaminan Persalinan (Jampersal).

Kementerian Kesehatan pada Januari 2011 mengeluarkan kebijakan Jampersal melalui Peraturan Menteri Kesehatan No. 631/MENKES/PER/III/2011 tentang Petunjuk Teknis (Juknis) Jampersal untuk mengatur pelaksanaan Jampersal. Oleh karena peraturan tersebut tidak sesuai lagi dengan kebutuhan yang ada di daerah maka sejak Desember 2011, Juknis tersebut diganti dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 2562/MENKES/PER/XII/2012. Kebijakan Jampersal dapat dilihat


(25)

sebagai salah satu faktor yang penting perlunya meningkatkan akses masyarakat terhadap persalinan yang sehat dengan cara memberikan kemudahan pembiayaan kepada seluruh ibu hamil yang belum memiliki jaminan persalinan (Kemenkes,2011).

Jampersal adalah jaminan pembiayaan pelayanan persalinan yang meliputi pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan nifas termasuk pelayanan KB pasca persalinan dan pelayanan bayi baru lahir. Sasarannya adalah ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas (pasca melahirkan sampai 42 hari) dan bayi baru lahir (0-28 hari). Dan yang dapat memperoleh pelayanan jaminan persalinan adalah seluruh ibu hamil yang belum mempunyai jaminan kesehatan. Tujuannya untuk menjamin akses pelayanan persalinan yang dilakukan oleh dokter atau bidan dalam rangka menurunkan AKI dan AKB. Dana Jampersal diperoleh dari Dana Jaminan Persalinan bersumber dari APBN Kementerian Kesehatan untuk mewujudkan tujuan Jampersal (Kemenkes,2011).

Jampersal diselenggarakan secara nasional sejak tahun 2011, telah mencapai sosialisasi yang baik serta pelaksanaannya dilakukan di fasilitas kesehatan tingkat pertama pemerintah yaitu puskesmas dan jaringannya termasuk Poskesdes/Polindes maupun tingkat lanjutan yaitu rumah sakit serta di fasilitas kesehatan swasta yang melakukan perjanjian kerjasama dengan dinas kesehatan seperti dokter praktik swasta, klinik swasta, bidan praktik swasta, klinik bersalin atau rumah sakit swasta. Program Jampersal dilaksanakan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri dari 33 provinsi dengan jumlah kabupaten/kota sebanyak 497 kabupaten/kota. Bagi mereka yang tidak memiliki jaminan pembiayaan persalinan


(26)

dapat memanfaatkan Jampersal. Mereka hanya membutuhkan kartu identitas diri untuk mendapatkan pelayanan Jampersal yang dijamin oleh pemerintah.

Menurut Juknis Jampersal 2011, puskesmas yang dapat memberikan pelayanan Jampersal adalah puskesmas yang minimal berstatus PONED yaitu Puskesmas Pelayanan Obstetrik Neonatal Emergensi Dasar. Puskesmas PONED adalah puskesmas yang mempunyai kemampuan dalam memberikan pelayanan obstetrik (kebidanan) dan bayi baru lahir emergensi dasar. Selain itu, Jampersal juga diberikan di Rumah Sakit Pelayanan Obstetrik Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) adalah rumah sakit yang mempunyai kemampuan dalam memberikan pelayanan obstetrik (kebidanan) dan bayi baru lahir emergensi komprehensif. Rumah sakit ini sebagai rujukan pelayanan Jampersal.

Kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan bagi individu maupun keluarga di fasilitas kesehatan dapat dipengaruhi beberapa hal. Menurut teori pola pemanfaatan pelayanan kesehatan dari Andersen ada faktor- faktor utama yaitu faktor predisposisi, faktor pemungkin dan faktor kebutuhan. Faktor predisposisi digunakan untuk menggambarkan fakta bahwa setiap individu mempunyai kecenderungan menggunakan pelayanan kesehatan yang berbeda- beda yang disebabkan karena adanya ciri-ciri individu yang digolongkan ke dalam tiga kelompok yaitu ciri-ciri demografi, struktur sosial dan kepercayaan kesehatan. Faktor pemungkin adalah sebagai keadaan atau kondisi yang membuat seseorang mampu untuk melakukan tindakan untuk memenuhi kebutuhannya terhadap pelayanan kesehatan terdiri dari sumber daya keluarga dan sumber daya masyarakat. Karakteristik kebutuhan


(27)

merupakan komponen yang paling langsung berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Yang termasuk faktor kebutuhan adalah kebutuhan yang dirasakan dan diagnosis klinik atau evaluasi dari petugas.

Berdasarkan survey pendahuluan di wilayah kerja Puskesmas Parongil bahwa pemanfaatan palayanan Jampersal diduga dipengaruhi oleh 3 faktor tersebut. Dari faktor predisposisi diduga umur, pendidikan, pengetahuan, sikap dan kepercayaan ibu bersalin berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan Jampersal. Faktor pemungkin yang diduga berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan Jampersal diantaranya pelayanan bidan serta fasilitas. Demikian juga dari faktor kebutuhan yaitu kebutuhan ibu bersalin di daerah tersebut.

Puskesmas Parongil yang berstatus PONED, sejak Januari 2011 telah melaksanakan pelayanan Jampersal. Dari data pelayanan KIA puskesmas diketahui kunjungan ke-4 (K4) ibu hamil sebesar 33,54%. Hal ini belum mencapai target kunjungan K4 sebesar 95%. Dan cakupan pertolongan persalinan sebesar 36%. Target cakupan pertolongan persalinan harusnya sebesar 90%. Di wilayah kerja Puskesmas tersebut terdapat 14 bidan yang kesemuanya belum merata tersebar di 6 desa yang ada di wilayah kerja puskesmas. Dan jumlah ibu bersalin tahun 2011 sebanyak 95 orang yang keseluruhannya belum memanfaatkan pelayanan Jampersal. Hal ini yang menjadi alasan penulis untuk melakukan penelitian di wilayah kerja Puskesmas Parongil Kabupaten Dairi.


(28)

1.2 Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana faktor predisposisi, pemungkin dan kebutuhan berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan Jampersal di wilayah kerja Puskesmas Parongil Kabupaten Dairi.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh faktor predisposisi, pemungkin dan kebutuhan terhadap pemanfaatan pelayanan Jampersal di wilayah kerja Puskesmas Parongil Kabupaten Dairi.

1.4 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini yaitu adanya pengaruh faktor predisposisi, pemungkin dan kebutuhan terhadap pemanfaatan pelayanan Jampersal di wilayah kerja Puskesmas Parongil Kabupaten Dairi.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

1. Sebagai masukan bagi pengelola Jampersal dalam membuat kebijakan dan bagi petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan untuk masyarakat.

2. Sebagai masukan untuk stakeholder pelayanan kesehatan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan Juknis Jampersal.


(29)

3. Sebagai referensi ilmiah dalam melakukan penelitian yang berkaitan dengan kebijakan.


(30)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan sendiri atau bersama-sama di suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan mengobati penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, kelompok dan masyarakat. Dalam mengambil tindakan untuk mengobati atau mencegah penyakit, biasanya seseorang merasakan ia rentan terhadap penyakit tersebut. Dengan kata lain, tindakan pencegahan terhadap suatu penyakit akan timbul apabila seseorang telah merasakan bahwa ia rentan terhadap penyakit tersebut.

Pemanfaatan pelayanan kesehatan merupakan proses pendayafungsian layanan kesehatan oleh masyarakat. Menurut Levey dan Loomba (1973), yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang dilaksanakan secara sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah, mengobati penyakit serta memulihkan kesehatan seseorang, keluarga, kelompok dan masyarakat (Ilyas, 2003).

Pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah hasil dari proses pencarian pelayanan kesehatan oleh seseorang maupun kelompok. Menurut Notoatmodjo (1993), perilaku pencarian pengobatan adalah perilaku individu maupun kelompok atau penduduk untuk melakukan atau mencari pengobatan. Perilaku pencarian


(31)

pengobatan di masyarakat terutama di negara sedang berkembang sangat bervariasi (Ilyas, 2003).

Menurut Green dalam Notoatmojo (2007) faktor keputusan pasien untuk tetap memanfaatkan jasa pelayanan medis yang ditawarkan rumah sakit tidak terlepas dari faktor perilaku yang dimiliki oleh masing-masing individu. Adapun faktor-faktor yang merupakan penyebab perilaku dapat dibedakan dalam tiga jenis yaitu :

1. Predisposing Factors

Faktor ini merupakan faktor anteseden terhadap perilaku yang menjadi dasar atau motivasi bagi perilaku. Termasuk dalam faktor ini adalah pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai dan persepsi yang berkenan dengan motivasi seseorang atau kelompok untuk bertindak.

2. Enabling Factors

Faktor ini adalah faktor anteseden terhadap perilaku yang memungkinkan suatu motivasi atau aspirasi terlaksana. Termasuk dalam faktor ini adalah keterampilan, sumber daya pribadi dan komunitas. Seperti tersedianya pelayanan kesehatan, keterjangkauan, kebijakan, peraturan dan perundangan.

3. Reinforcing Factors

Faktor ini adalah faktor yang menentukan apakah tindakan kesehatan memperoleh dukungan atau tidak. Sumber penguat tentu saja tergantung pada tujuan dan jenis program. Di dalam pendidikan pasien, penguat berasal dari perawat, dokter, pasien lain dan keluarga. Apakah penguat positif atau negatif


(32)

bergantung pada sikap dan perilaku orang lain yang berkaitan, yang sebagian diantaranya lebih kuat daripada yang lain dalam memengaruhi perilaku.

Kotler (2003) dalam Apsari (2006) menerjemahkan bahwa beberapa faktor yang memengaruhi pemanfaatan oleh konsumen. Faktor pertama adalah marketing stimuli. Faktor ini terdiri dari product, price, place dan promotion. Faktor kedua adalah stimuli lain yang terdiri dari technological, political, cultural. Dua faktor ini akan masuk dalam buyer box yang terdiri dari buyer characteristic yang memiliki variabel cultural, social, personal, dan psychological serta buyer decision process yang merupakan proses yang terjadi saat seseorang memutuskan untuk mengkonsumsi suatu produk.

Menurut Dever (1984) bahwa beberapa faktor yang memengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan antara lain :

1. Faktor yang berhubungan dengan pemberi pelayanan

Faktor ini berhubungan dengan karakteristik pemberi pelayanan kesehatan, misalnya perilaku dan kemampuan dokter, petugas kesehatan atau non kesehatan dalam melaksanakan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan pasien, lingkungan kerja, jenis dan jumlah tenaga kesehatan tambahan, pekerja lain, peralatan dan penggunaan peralatan yang inovatif.

2. Faktor Sosiokultural

Faktor ini merupakan faktor sosial budaya yang terdiri dari teknologi dan nilai-nilai sosial yang ada di masyarakat.


(33)

3. Faktor yang berhubungan dengan organisasi

Faktor ini yang berhubungan dengan struktur dan proses yang memengaruhi proses dari pelayanan kesehatan, yaitu interaksi antara pasien dan penyedia pelayanan kesehatan. Hal ini meliputi ketersediaan sumber daya, akses geografi, akses sosial serta proses pelayanan kesehatan.

4. Akses yang berhubungan dengan konsumen

Menurut Donabedian dalam Dever bahwa pemanfaatan pelayanan kesehatan merupakan interaksi antara pasien dengan pemberi pelayanan kesehatan yang dipengaruhi oleh faktor sosiokultural, faktor organisasi, faktor yang berhubungan dengan konsumen, faktor yang berhubungan dengan pemberi pelayanan. Pemanfaatan pelayanan kesehatan sangat erat kaitannya dengan perilaku seseorang dalam mencari pelayanan kesehatan terutama dalam persepsi individu atau masyarakat tentang sehat-sakit. Orang yang berpenyakit (having a desease) dan orang yang sakit (having a illness) adalah dua hal yang berbeda. Berpenyakit adalah suatu kondisi patologis yang obyektif, sedangkan sakit adalah persepsi individu terhadap konsep sehat-sakit.

Masyarakat atau anggota masyarakat yang mendapat penyakit dan tidak merasakan sakit (disease but no illness) tentu tidak akan bertindak apa-apa terhadap penyakitnya tersebut. Tetapi bila mereka diserang penyakit dan juga merasakan sakit maka timbul berbagai macam perilaku dan usaha termasuk memanfaatkan pelayanan kesehatan. Hal ini disebabkan karena persepsi mereka yang berbeda tentang sakit.

Menurut Andersen faktor-faktor yang menentukan pemanfaatan pelayanan kesehatan meliputi :


(34)

1. Faktor predisposisi (predisposing factors), yang menggambarkan fakta bahwa setiap individu mempunyai kecenderungan menggunakan pelayanan kesehatan yang berbeda-beda yang digolongkan atas :

a. Demografi

Variabel demografi terdiri dari umur dan jenis kelamin. Menurut Notoatmojo (2003) menyatakan bahwa variabel-variabel sosiodemografi digunakan sebagai ukuran mutlak atau indikator fisologis yang berbeda (umur, jenis kelamin) dan siklus hidup (status perkawinan dan jumlah keluarga) dengan asumsi bahwa perbedaan derajat kesehatan, derajat kesakitan, penggunaan pelayanan kesehatan akan berhubungan dengan variabel-variabel tersebut. b. Struktur Sosial

Variabel struktur sosial terdiri dari pendidikan, pekerjaan, etnis, hubungan sosial dan kebudayaan. Variabel tingkat pendidikan, pekerjaan dan kesukuan mencerminkan keadaan sosial dari individu atau keluarga dalam masyarakat. Penggunaan pelayanan kesehatan adalah salah satu aspek dari gaya hidup ini yang ditentukan oleh lingkungan sosial, fisik dan psikologis. Individu-individu yang berbeda etnis/suku, pekerjaan atau tingkat pendidikan mempunyai kecenderungan yang tidak sama dalam mengerti dan bereaksi terhadap kesehatan mereka.

c. Kepercayaan terhadap Kesehatan

Variabel kepercayaan terdiri dari sikap, nilai dan pengetahuan yang membuat individu peduli dan mencari pelayanan kesehatan.


(35)

2. Faktor pemungkin (enabling factors) yang menjelaskan bahwa meskipun individu mempunyai predisposisi untuk menggunakan pelayanan kesehatan, tidak akan memanfaatkannya kecuali mampu memperolehnya. Penggunaan pelayanan kesehatan yang ada tergantung pada kemampuan dan kesanggupan dari individu atau keluarga untuk memperoleh pelayanan kesehatan bagi anggota keluarganya. Yang termasuk karakteristik ini adalah :

a. Sumber keluarga ( family resources), yang meliputi :

1. Pendapatan keluarga, cakupan asuransi kesehatan dan pihak-pihak lain yang membiayai individu atau keluarga dalam mengkonsumsi pelayanan kesehatan.

2. Lamanya waktu tempuh, jauhnya jarak tempuh.

Lokasi pelayanan kesehatan adalah penting diperhatikan oleh pencari pelayanan kesehatan karena jarak yang dekat akan memengaruhi pencari pelayanan kesehatan.

b. Sumber daya masyarakat (community resources), yang meliputi tersedianya pelayanan kesehatan bisa mencakup :

- Tersedianya fasilitas yang memadai di pelayanan kesehatan.

- Fasilitas pelayanan kesehatan yang baik akan memengaruhi sikap dan perilaku pasien, pengadaan fasilitas pada pelayanan kesehatan akan menciptakan perasaan sehat, aman dan nyaman.


(36)

Pemanfaatan akan meningkat apabila masyarakat bebas dari masalah kesehatan mereka, kecepatan dan kemudahan dalam mendapatkan pelayanan (pelayanan yang cepat, tidak berbelit-belit dan mudah dimengerti) juga pelayanan personil (pelayanan dokter, perawat, bidan maupun tenaga non kesehatan) yang diterima oleh pengguna pelayanan kesehatan. Pelayanan personil dapat berupa pelayanan profesional maupun keramahan dan daya tanggap terhadap pasien juga kerjasama yang terdapat antara petugas kesehatan.

- Biaya atau tarif yang terjangkau

Biaya kesehatan sangat memengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan. Adanya harga yang tinggi pada pelayanan kesehatan akan menyebabkan penurunan permintaan.

- Informasi medis yang diperlukan

Informasi dapat berupa pengalaman pribadi di masa lalu, keluarga ataupun teman pada saat mendapatkan perawatan kesehatan atau informasi yang perlu diketahui oleh pasien dari dokter atau tenaga kesehatan yang sangat memengaruhi seseorang dalam memanfaatkan pelayanan

c. Kemungkinan lainnya, yang meliputi : faktor genetik dan karakteristik psikologis


(37)

3. Faktor kebutuhan (need factors)

Faktor pemungkin dan faktor predisposisi dapat terwujud menjadi tindakan pencarian pengobatan apabila tindakan tersebut dirasakan sebagai kebutuhan. Kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk menggunakan pelayanan kesehatan. Kebutuhan pelayanan kesehatan dapat dikategorikan menjadi :

a. Kebutuhan yang dirasakan (perceived need) yaitu keadaan kesehatan yang dirasakan pasien.

b. Evaluated/clinical diagnosis yang merupakan penilaian keadaan sakit didasarkan oleh penilaian petugas.

2.2 Puskesmas

Puskesmas adalah kesatuan organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima dan dijangkau oleh masyarakat dengan peran serta aktif masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan masyarakat luas guna mencapai derajat kesehatan

yang optimal, tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan

(Kemenkes,2004).

2.2.1 Kegiatan Pokok Puskesmas

Puskesmas melakukan upaya kesehatan masyarakat sebagai bentuk usaha pembangunan kesehatan dalam bentuk usaha-usaha kesehatan pokok. Ada 6 upaya kesehatan wajib (basic six) yang harus dilaksanakan oleh puskesmas, yaitu upaya


(38)

promosi kesehatan, upaya kesehatan lingkungan, upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana, upaya perbaikan gizi masyarakat, upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular dan upaya pengobatan.

2.2.2 Indikator Keberhasilan Puskesmas

Dalam mengukur keberhasilan Puskesmas, dinas kesehatan Kabupaten/Kota secara rutin menetapkan target atau standar keberhasilan masing-masing program. Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan mulai diterapkan tahun 2003 yang disesuaikan dengan Millenium Development Goal’s (MDG’s). SPM Bidang Kesehatan berkaitan dengan pelayanan kesehatan yang meliputi jenis pelayanan beserta indikator kinerja dan target Tahun 2010 – Tahun 2015:

a. Pelayanan Kesehatan Dasar

1. Cakupan kunjungan Ibu hamil K4 95 % padaTahun 2015

2. Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani 80 % pada Tahun 2015

3. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan 90% pada Tahun 2015

4. Cakupan pelayanan nifas 90% pada Tahun 2015

5. Cakupan neonatus dengan komplikasi yangditangani 80% pada Tahun 2010 6. Cakupan kunjungan bayi 90%, pada Tahun 2010

7. Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI) 100% pada Tahun 2010


(39)

9. Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6 - 24 bulan keluarga miskin100 % pada Tahun 2010

10. Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan 100% pada Tahun 2010

11. Cakupan Penjaringan kesehatan siswa SD dansetingkat 100 % pada Tahun 2010

12. Cakupan peserta KB aktif 70% pada Tahun 2010

13. Cakupan penemuan dan penanganan penderitapenyakit 100% pada Tahun 2010

14. Cakupan pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin 100% pada Tahun 2015

b. Pelayanan Kesehatan Rujukan

1. Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin 100% pada Tahun 2015

2. Cakupan pelayanan gawat darurat level 1 yang harus diberikan sarana kesehatan (RS) di Kabupaten/Kota 100 % pada Tahun 2015

c. Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa /KLB

1. Cakupan Desa/Kelurahan mengalami KLB yang dilakukan penyelidikan epidemiologi < 24 jam 100% pada Tahun 2015

d. Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat 1. Cakupan Siaga Aktif 80% pada Tahun 2015

(Sumber : Keputusan Menteri Kesehatan RI No: 741/Menkes/PER/VII/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota.


(40)

2.3 Jampersal

2.3.1 Pengertian Jampersal

Untuk menjamin terpenuhinya hak hidup sehat bagi seluruh penduduk termasuk penduduk miskin dan tidak mampu, pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan sumber daya di bidang kesehatan yang adil dan merata bagi seluruh masyarakat untuk memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Oleh karena itu, diperlukan kebijakan yang dapat memberikan kemudahan pembiayaan kepada seluruh ibu hamil yang belum memiliki jaminan persalinan melalui kebijakan Jampersal. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 2562/MENKES/PER/XII/2012 tentang Petunjuk Teknis Jampersal bahwa dalam rangka menurunkan angka kematian ibu dan angka dan mempercepat pencapaian MDG’s telah ditetapkan kebijakan bahwa setiap ibu yang melahirkan, biaya persalinannya ditanggung oleh pemerintah melalui Jampersal.

Pada dasarnya Jampersal adalah perluasan kepesertaan dari jamkesmas dan tidak hanya mencakup masyarakat miskin saja. Manfaat yang diterima oleh penerima manfaat Jampersal terbatas pada pelayanan pemeriksaan kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan KB pasca persalinan.

Peraturan Jampersal telah dilaksanakan sejak Tahun 2011 dikuatkan dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 631/MENKES/PER/III/2011, tetapi dikarenakan masih butuhnya perbaikan dalam pelaksanaan Jampersal tersebut maka peraturan tersebut diperbaiki tahun 2012 demi kemajuan pelaksanaan Jampersal di Indonesia.


(41)

2.3.2 Tujuan Jampersal 2.3.2.1 Tujuan Umum

Meningkatnya akses terhadap pelayanan kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir, KB pasca persalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang berkompeten dan berwenang di fasilitas kesehatan dalam rangka menurunkan AKI dan AKB.

2.3.2.2 Tujuan Khusus

a. Meningkatnya cakupan pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan pelayanan nifas ibu oleh tenaga kesehatan yang kompeten.

b. Meningkatnya cakupan pelayanan : - bayi baru lahir

- KB pasca persalinan

- Penanganan komplikasi ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir, KB pasca persalinan oleh tenaga kesehatan yang kompeten

c. Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang efektif, efisien, transparan dan akuntabel.

2.3.3 Sasaran Jampersal

Sesuai dengan tujuan Jampersal yaitu untuk menurunkan AKI dan AKB, maka sasaran Jampersal dikaitkan dengan pencapaian tujuan Jampersal tersebut. Sasaran yang dijamin oleh Jampersal adalah :

1. Ibu hamil 2. Ibu bersalin


(42)

3. Ibu nifas (sampai 42 hari setelah melahirkan) 4. Bayi baru lahir (sampai dengan 28 hari)

Sasaran yang dimaksud di atas adalah kelompok sasaran yang berhak mendapat pelayanan yang berkaitan langsung dengan kehamilan dan persalinan baik normal maupun dengan komplikasi atau resiko tinggi untuk mencegah AKI dan AKB dari suatu proses persalinan.

2.3.4 Manfaat Jampersal

Manfaat pelayanan Jampersal meliputi :

1. Pemeriksaan Kehamilan (ANC) yang dibiayai oleh program ini mengacu pada buku pedoman KIA, dimana selama hamil ibu hamil diperiksa sebanyak 4 kali disertai konseling KB dengan frekuensi :

a. 1 kali pada triwulan pertama b. 1 kali pada triwulan kedua c. 2 kali pada triwulan ketiga

Pemeriksaan kehamilan yang jumlahnya melebihi frekuensi di atas pada tiap-tiap triwulan tidak dibiayai oleh program ini. Penyediaan obat-obatan, reagensia dan bahan yang habis pakai diperuntukkan bagi pelayanan kehamilan, persalinan dan nifas dan KB pasca salin serta komplikasi yang mencakup seluruh sasaran ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir menjadi tanggung jawab Pemda atau Dinas Kesehatan Kab/Kota.

Pada Jaminan Persalinan dijamin penatalaksanaan komplikasi kehamilan antara lain :


(43)

a. Penatalaksanaan abortus imminen, abortus inkompletus dan missed abortion b. Penatalaksanaan mola hidatidosa

c. Penatalaksanaan hiperemesis gravidarum d. Penanganan kehamilan Ektopik terganggu

e. Hipertensi dalam kehamilan, pre eklamsi dan eklamsi f. Perdarahan pada masa kehamilan

g. Decompensatio cordis pada kehamilan

h. Pertumbuhan janin terhambat (PJT) : tinggi fundus tidak sesuai dengan usia kehamilan

i. Penyakit lain sebagai komplikasi kehamilan yang mengancam nyawa 2. Penatalaksanaan Persalinan

a. Persalinan per vaginam

- Persalinan per vaginam normal

- Persalinan per vaginam melalui induksi - Persalinan per vaginam dengan tindakan - Persalinan per vaginam dengan komplikasi

- Persalinan per vaginam dengan kondisi bayi kembar

Persalinan per vaginam dengan induksi, dengan tindakan, dengan komplikasi serta pada bayi kembar dilakukan di Puskesmas PONED dan/atau RS.

b. Persalinan per abdominam


(44)

- Seksio sesarea segera (emergensi), atas indikasi medis

-Seksio sesarea dengan komplikasi (perdarahan, robekan jalan lahir, perlukaan jaringan sekitar rahim, dan sesarean histerektomi)

c. Penatalaksanaan komplikasi persalinan - Perdarahan

- Eklampsia - Retensio plasenta

- Penyulit pada persalinan - Infeksi

- Penyakit lain yang mengancam keselamatan ibu bersalin d. Penatalaksanaan bayi baru lahir

- Perawatan esensial neonatus atau bayi baru lahir

- Penatalaksanaan bayi baru lahir dengan komplikasi (asfiksia, BBLR, infeksi, ikterus, kejang, RDS)

e. Lama hari inap minimal di fasilitas kesehatan

- Persalinan normal dirawat inap minimal 1 (satu) hari

- Persalinan per vaginam dengan tindakan dirawat inap minimal 2 hari - Persalinan dengan penyulit post section-caesaria dirawat inap minimal 3 hari

3. Pelayanan Nifas (PNC)

Pelayanan nifas (PNC) sesuai standar yang dibiayai oleh program ini ditujukan bagi ibu dan bayi baru lahir yang meliputi pelayanan ibu nifas, pelayanan bayi


(45)

baru lahir, dan pelayanan KB pasca salin. Pelayanan nifas diintegrasikan antara pelayanan ibu nifas, bayi baru lahir dan pelayanan KB pasca salin. Tata laksana asuhan PNC merupakan pelayanan ibu dan bayi baru lahir sesuai dengan Buku Pedoman KIA. Pelayanan bayi baru lahir dilakukan pada saat lahir dan kunjungan neo natal.

Pelayanan ibu nifas dan bayi baru lahir dilaksanakan 4 kali, masing-masing 1 kali pada :

a. Kunjungan pertama untuk Kf1 dan KN1 ( 6 jam s/d hari ke 2) b. Kunjungan kedua untuk KN2 (hari ke 3 s/d hari ke 7

c. Kunjungan ketiga untuk Kf2 dan KN3 ( hari ke 8 s/d hari ke 28) d. Kunjungan keempat untuk Kf3 ( hari ke 29 s/d hari ke 42)

Pada Jaminan Persalinan dijamin penatalaksanaan komplikasi nifas antara lain: a. Perdarahan

b. Sepsis c. Asfiksia d. Ikterus e. BBLR f. Kejang

g. Abses/infeksi diakibatkan oleh komplikasi pemasangan alat kontrasepsi h. Penyakit lain yang mengancam keselamatan ibu dan bayi baru lahir sebagai komplikasi persalinan.


(46)

4. Keluarga Berencana (KB) A. Jenis pelayanan KB

Pelayanan KB pasca salin antara lain : a. Kontrasepsi mantap ( Kontap) b. IUD, Implan

c. Suntik

B. Tata laksana pelayanan KB dan ketersediaan alokon

Sebagai upaya untuk pengendalian jumlah penduduk dan keterkaitannya dengan Jampersal, maka pelayanan KB pada masa nifas perlu mendapatkan perhatian. Tata laksana pelayanan KB mengacu pada Pedoman Pelayanan KB dan KIA dan diarahkan pada Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) atau Kontrasepsi Mantap (Kontap) sedangkan ketersediaan alat dan obat kontrasepsi (alokon) KB ditempuh dengan prosedur sebagai berikut : a. Pelayanan KB di fasilitas kesehatan dasar :

1. Alat dan obat kontrasepsi (alokon) disediakan oleh BKKBN terdiri dari IUD, Implan dan suntik

2. Puskesmas membuat rencana kebutuhan alat dan obat kontrasepsi yang diperlukan untuk pelayanan KB di Puskesmas maupun dokter/bidan praktik mandiri yang ikut program Jampersal. Selanjutnya daftar kebutuhan tersebut dikirimkan ke SKPD yang mengelola program keluarga berencana di Kabupaten/Kota setempat.


(47)

3. Dokter dan bidan praktik mandiri yang ikut program Jampersal membuat rencana kebutuhan alokon untuk pelayanan KB dan kemudian diajukan permintaan ke Puskesmas yang ada di wilayahnya. 4. Puskesmas setelah mendapatkan alokon dari SKPD Kabupaten/Kota

yang mengelola program KB selanjutnya mendistribusikan alokon ke dokter dan bidan praktik mandiri yang ikut program Jampersal sesuai usulannya.

5. Besaran jasa pelayanan KB diklaimkan pada program Jampersal. b. Pelayanan KB di fasilitas kesehatan lanjutan :

1. Alat dan obat kontrasepsi (alokon) disediakan oleh BKKBN

2. Rumah sakit yang melayani Jampersal membuat rencana kebutuhan alat dan obat kontrasepsi yang diperlukan untuk pelayanan KB di rumah sakit tersebut dan selanjutnya daftar kebutuhan tersebut dikirimkan ke SKPD yang mengelola program KB di Kabupaten/Kota setempat.

3. Jasa pelayanan KB di pelayanan kesehatan lanjutan menjadi bagian dari penerimaan menurut tarif INA CBG’s.

2.3.5 Landasan Hukum Jampersal

1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286) ;


(48)

2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan -Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355) ;

3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400) ;

4. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431) ;

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) ; sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844):

6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3637) ;


(49)

7. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456) ;

8. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063) ;

9. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 Tentang Tenaga Kesehatan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3637) ;

10.Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintah antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737) ;

11.Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 Tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara.

12.Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/Menkes/Per/VIII/2010 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 585).


(50)

13.Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 Tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 501).

14.Peraturan menteri Kesehatan Nomor 903/Menkes/Per/V2011 Tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat.

2.3.6 Tata Laksana Pelayanan Kesehatan

Pelayanan Jampersal diselenggarakan dengan pelayanan terstruktur berjenjang berdasarkan rujukan dan prinsip portabilitas. Dengan demikian Jampersal tidak mengenal batas wilayah. Fasilitas kesehatan adalah institusi pelayanan kesehatan sebagai tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, TNI/POLRI dan swasta.

Puskesmas Pelayanan Obstetrik Neonatal Emergensi Dasar (PONED) adalah puskesmas yang mempunyai kemampuan dalam memberikan pelayanan obstetrik (kebidanan) dan bayi baru lahir emergensi dasar. Rumah Sakit Pelayanan Obstetrik Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) adalah rumah sakit yang mempunyai kemampuan dalam memberikan pelayanan obstetrik (kebidanan) dan bayi baru lahir emergensi komprehensif.

Adapun ruang lingkup pelayanan Jampersal terdiri dari : a. Pelayanan persalinan tingkat pertama

Pelayanan persalinan tingkat pertama adalah pelayanan yang diberikan oleh dokter atau bidan yang berkompeten dan berwenang memberikan pelayanan yang


(51)

meliputi pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan nifas dan pelayanan KB pasca salin, serta pelayanan kesehatan bayi baru lahir, termasuk pelayanan persiapan rujukan pada saat terjadinya komplikasi (kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir serta KB pasca salin) tingkat pertama.

Pelayanan tingkat pertama diberikan di Puskesmas dan Puskesmas PONED (untuk kasus-kasus tertentu), serta jaringannya termasuk Polindes dan Poskesdes, fasilitas kesehatan swasta (bidan, dokter, klinik, rumah bersalin) yang memiliki Perjanjian Kerja Sama ( PKS) dengan Tim Pengelola Kabupaten/Kota.

Jenis pelayanan Jampersal di tingkat pertama meliputi :

1. Pelayanan ANC sesuai standar pelayanan KIA dengan frekuensi 4 kali 2. Deteksi dini faktor risiko, komplikasi kebidanan dan bayi baru lahir 3. Pertolongan persalinan normal

4. Pertolongan persalinan dengan komplikasi dan atau penyulit per vaginam yang merupakan kompetensi Puskesmas PONED

5. Pelayanan nifas (PNC) bagi ibu dan bayi baru lahir sesuai standar pelayanan KIA dengan frekuensi 4 kali

6. Pelayanan KB pasca persalinan serta komplikasinya

7. Pelayanan rujukan terencana sesuai indikasi medis untuk ibu dan

janin/bayinya

b. Pelayanan Persalinan Tingkat Lanjutan

Pelayanan persalinan tingkat lanjutan adalah pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan spesialistik untuk pelayanan kebidanan dan bayi baru lahir kepada


(52)

ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir dengan resiko tinggi dan atau dengan komplikasi yang tidak dapat ditangani pada fasilitas kesehatan tingkat pertama yang dilaksanakan berdasarkan rujukan atas indikasi medis. Pada kondisi kegawatdaruratan kebidanan dan neo natal tidak diperlukan surat rujukan. Pelayanan tingkat lanjutan menyediakan pelayanan terencana atas indikasi ibu dan janin/bayinya.

Pelayanan tingkat lanjutan untuk rawat jalan diberikan di poliklinik spesialis rumah sakit, sedangkan rawat inap diberikan di fasilitas perawatan kelas III di rumah sakit pemerintah dan swasta yang memiliki Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan Tim Pengelola Kabupaten/Kota.

Jenis pelayanan persalinan di tingkat lanjutan meliputi : 1. Pemeriksaan kehamilan (ANC) dengan risiko tinggi (risti)

2. Pertolongan persalinan dengan risti dan penyulit yang tidak mampu dilakukan di pelayanan tingkat pertama.

3. Penanganan komplikasi kebidanan dan bayi baru lahir dalam kaitan akibat persalinan.

4. Pemeriksaan pasca persalinan (PNC) dengan risiko tinggi (risti)

5. Penatalaksanaan KB pasca salin dengan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) atau Kontrasepsi Mantap (Kontap) serta penanganan komplikasi.

c. Pelayanan Persiapan Rujukan

Pelayanan persiapan rujukan adalah pelayanan pada suatu keadaan dimana terjadi kondisi yang tidak dapat ditatalaksana secara paripurna di fasilitas kesehatan


(53)

tingkat pertama sehingga perlu dilakukan rujukan ke fasilitas kesehatan tingkat lanjut dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1. Kasus tidak dapat ditatalaksana paripurna di fasilitas kesehatan karena keterbatasan SDM, keterbatasan peralatan dan obat-obatan.

2. Dengan merujuk dipastikan pasien akan mendapat pelayanan paripurna yang lebih baik dan aman di fasilitas kesehatan rujukan.

3. Pasien dalam keadaan aman selama proses rujukan.

Fasilitas kesehatan tingkat pertama swasta seperti Bidan Praktik Mandiri, Klinik Bersalin, Dokter praktik yang berkeinginan ikut serta dalam program ini harus mempunyai Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota selaku Tim Pengelola Jamkesmas dan BOK atas nama Pemerintah Daerah setempat yang mengeluarkan ijin praktiknya. Sedangkan untuk fasilitas kesehatan tingkat lanjutan baik pemerintah maupun swasta harus mempunyai Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota selaku Tim Pengelola Jamkesmas dan BOK Kabupaten/Kota yang diketahui oleh tim Pengelola Jamkesmas dan BOK Provinsi.

2.3.7 Pencairan/Klaim

Pembayaran atas pelayanan Jampersal dilakukan dengan cara klaim. Pada daerah lintas batas, fasilitas kesehatan yang melayani sasaran Jampersal dari luar wilayahnya, tetap melakukan klaim kepada Tim Pengelola/Dinas Kesehatan setempat dan bukan pada daerah asal sasaran Jampersal tersebut. Tim Pengelola Jamkesmas Pusat dapat melakukan realokasi dana antar kabupaten/kota, dengan


(54)

mempertimbangkan penyerapan dan kebutuhan daerah serta disesuaikan dengan ketersediaan dana yang ada secara nasional.

2.3.8 Pendanaan

Pendanaan Jampersal merupakan bagian integral dari pendanaan Jamkesmas, sehingga pengelolaannya pada Tim Pengelola/Dinas Kesehatan Kab/Kota tidak dilakukan secara terpisah baik untuk pelayanan tingkat pertama/pelayanan dasar maupun untuk pelayanan tingkat lanjutan/rujukan. Pengelolaan dana Jamkesmas di pelayanan tingkat pertama atau pelayanan dasar dilakukan oleh Dinas Kesehatan selaku Tim Pengelola Jamkesmas Tingkat Kabupaten/Kota sedangkan pelayanan tingkat lanjutan/rujukan dilakukan oleh RS.

Ketentuan Umum Pendanaan :

1. Pendanaan Jamkesmas dan Jampersal di pelayanan dasar dan pelayanan rujukan merupakan belanja bantuan sosial (bansos) bersumber APBN yang dimaksudkan untuk mendorong pencapaian program, percepatan pencapaian MDG’s 2015 serta peningkatan kualitas pelayanan kesehatan termasuk persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan.

2. Dana belanja bantuan sosial sebagaimana dimaksud pada angka 1 adalah dana yang diperuntukkan untuk pelayanan kesehatan dan rujukan pelayanan dasar peserta Jamkesmas, pelayanan persalinan serta rujukan resiko tinggi persalinan peserta Jamkesmas dan masyarakat sasaran yang belum memiliki jaminan persalinan sebagai penerima manfaat jaminan.


(55)

3. Dana Jampersal di pelayanan kesehatan dasar disalurkan ke rekening Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, terintegrasi (menjadi satu kesatuan) dengan dana Jamkesmas.

4. Setelah dana tersebut disalurkan Kementerian Kesehatan ke rekening Dinas Kesehatan sebagai penanggung jawab program tersebut berubah menjadi dana peserta Jamkesmas dan masyarakat penerima manfaat Jampersal.

5. Dana Jamkesmas dan Jampersal yang disalurkan sebagaimana pada poin 1 s/d 4 di atas, bukan bagian dari dana transfer daerah ke Pemerintah Kabupaten/Kota sehingga penggunaan dana tersebut tidak melalui Kas Daerah (Perdirjen Perbendaharaan Nomor : Per-21/PB/2011). Setelah hasil verifikasi klaim dibayarkan sebagai penggantian pelayanan kesehatan, maka status dana menjadi pendapatan fasilitas kesehatan untuk daerah yang belum menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan BLUD (PPK-BLUD), sedangkan bagi fasilitas kesehatan daerah yang sudah menerapkan PPK-BLUD, pendapatan tersebut merupakan pendapatan lain-lain PAD yang sah, selanjutnya pemanfaatannya mengikuti ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

6. Pembayaran pelayanan persalinan dan KB bagi peserta Jamkesmas maupun penerima manfaat Jampersal di pelayanan dasar dan di pelayanan rujukan oleh fasilitas kesehatan dilakukan dengan mekanisme “klaim”.

7. Jasa pelayanan KB di pelayanan kesehatan dasar diklaimkan pada Tim pengelola Jamkesmas dan BOK di Dinas Kesehatan sesuai dengan besaran yang ditetapkan,


(56)

sedangkan jasa pelayanan KB di pelayanan lanjutan mengikuti pola pembayaran INA-CBG’s.

Pengorganisasian kegiatan Jampersal dimaksudkan agar pelaksanaan manajemen kegiatan Jampersal dapat berjalan secara efektif dan efisien. Pengelolaan kegiatan Jampersal dilaksanakan secara bersama-sama antara pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota. Dalam pengelolaan Jampersal dibentuk Tim Pengelola di tingkat pusat, tingkat provinsi dan tingkat kabupaten/kota. Pengelolaan kegiatan Jampersal terintegrasi dengan kegiatan Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) dan BOK.

2.4 Penelitian Lain tentang Jampersal

Melalui Jurnal Penelitian dengan judul Pengaruh Program Jampersal terhadap Pemilihan Tempat dan Penolong Persalinan di Desa Nagrak Kecamatan Ciater kabupaten Subang diketahui bahwa sebanyak 20% persalinan di desa tersebut masih ditolong oleh dukun dan 45% dilakukan di rumah karena alasan ekonomi. Hasil penelitian tersebut didapat bahwa pengetahuan tempat persalinan 60% kurang, tentang penolong persalinan 56,7% baik, dan tentang Jampersal 60% baik. Sebelum ada program Jampersal 60% ibu hamil memilih bersalin di rumah dan 57% memilih ditolong dukun. Setelah ada program Jampersal 46,67% ibu memilih bersalin di polindes dan 66,67% memilih ditolong bidan desa. Kesimpulan penelitian ini program Jampersal memiliki pengaruh yang bermakna pada pemilihan tempat persalinan pada ibu hamil di Desa Nagrak.


(57)

Melalui Jurnal Penelitian dengan Judul Evaluasi Pelaksanaan Jampersal di Kota Semarang didapat hasil bahwa sebagian besar Bidan Swasta tidak mau ikut Program Jampersal karena proses klaim yang berbelit dan susah. Hal ini berbeda dengan proses klaim sebelum dilaksanakannya Jampersal.

2.5 Landasan Teori

Menurut Andersen dalam Notoatmojo (2007) faktor-faktor yang menentukan pemanfaatan pelayanan kesehatan meliputi :

1. Faktor predisposisi (predisposing factors), yang menggambarkan fakta bahwa setiap individu mempunyai kecenderungan menggunakan pelayanan kesehatan yang berbeda-beda yang digolongkan atas :

a. Demografi

Variabel demografi terdiri dari umur dan jenis kelamin. Menurut Notoatmojo (2003) menyatakan bahwa variabel-variabel sosiodemografi digunakan sebagai ukuran mutlak atau indikator fisologis yang berbeda (umur, jenis kelamin) dan siklus hidup (status perkawinan dan jumlah keluarga) dengan asumsi bahwa perbedaan derajat kesehatan, derajat kesakitan, penggunaan pelayanan kesehatan akan berhubungan dengan variabel-variabel tersebut.

b. Struktur sosial

Variabel struktur sosial terdiri dari pendidikan, pekerjaan, etnis, hubungan sosial dan kebudayaan. Variabel tingkat pendidikan, pekerjaan dan kesukuan mencerminkan keadaan sosial dari individu atau keluarga dalam masyarakat.


(58)

Penggunaan pelayanan kesehatan adalah salah satu aspek dari gaya hidup ini yang ditentukan oleh lingkungan sosial, fisik dan psikologis. Individu-individu yang berbeda etnis/suku, pekerjaan atau tingkat pendidikan mempunyai kecenderungan yang tidak sama dalam mengerti dan bereaksi terhadap kesehatan mereka.

c. Kepercayaan terhadap kesehatan

Variabel kepercayaan terhadap kesehatan terdiri dari sikap, nilai dan pengetahuan yang membuat individu peduli dan mencari pelayanan kesehatan. 2. Faktor Pemungkin (enabling factors) yang menjelaskan bahwa meskipun individu

mempunyai predisposisi untuk menggunakan pelayanan kesehatan, tidak akan memanfaatkannya kecuali mampu memperolehnya. Penggunaan pelayanan kesehatan yang ada tergantung pada kemampuan dan kesanggupan dari individu atau keluarga untuk memperoleh pelayanan kesehatan bagi anggota keluarganya. Yang termasuk karakteristik ini adalah :

a. Sumber keluarga ( family resources), yang meliputi :

1. Pendapatan keluarga, cakupan asuransi kesehatan dan pihak-pihak lain yang membiayai individu atau keluarga dalam mengkonsumsi pelayanan kesehatan.

2. Lamanya waktu tempuh, jauhnya jarak tempuh.

Lokasi pelayanan kesehatan adalah penting diperhatikan oleh pencari pelayanan kesehatan karena jarak yang dekat akan memengaruhi pencari pelayanan kesehatan.


(59)

b. Sumber daya masyarakat (community resources), yang meliputi tersedianya pelayanan kesehatan bisa mencakup :

1. Tersedianya fasilitas yang memadai di pelayanan kesehatan.

2. Fasilitas pelayanan kesehatan yang baik akan memengaruhi sikap dan perilaku pasien, pengadaan fasilitas pada pelayanan kesehatan akan menciptakan perasaan sehat, aman dan nyaman.

3. Kualitas pelayanan kesehatan yang diterima.

Pemanfaatan akan meningkat apabila masyarakat bebas dari masalah kesehatan mereka, kecepatan dan kemudahan dalam mendapatkan pelayanan (pelayanan yang cepat, tidak berbelit-belit dan mudah dimengerti) juga pelayanan personil (pelayanan dokter, perawat, bidan maupun tenaga non kesehatan) yang diterima oleh pengguna pelayanan kesehatan. Pelayanan personil dapat berupa pelayanan profesional maupun keramahan dan daya tanggap terhadap pasien juga kerjasama yang terdapat antara petugas kesehatan.

4. Biaya atau tarif yang terjangkau.

Biaya kesehatan sangat memengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan. Adanya harga yang tinggi pada pelayanan kesehatan akan menyebabkan penurunan permintaan.

5. Informasi medis yang diperlukan.

Informasi dapat berupa pengalaman pribadi di masa lalu, keluarga ataupun teman pada saat mendapatkan perawatan kesehatan atau informasi yang


(60)

perlu diketahui oleh pasien dari dokter atau tenaga kesehatan yang sangat memengaruhi seseorang dalam memanfaatkan pelayanan.

c. Kemungkinan lainnya, yang meliputi : faktor genetik dan karakteristik psikologis.

3. Faktor kebutuhan (need factors)

Faktor pemungkin dan faktor predisposisi dapat terwujud menjadi tindakan pencarian pengobatan, apabila tindakan tersebut dirasakan sebagai kebutuhan. Kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk menggunakan pelayanan kesehatan. Kebutuhan pelayanan kesehatan dapat dikategorikan menjadi :

a. Kebutuhan yang dirasakan (perceived need), yaitu keadaan kesehatan yang dirasakan pasien.

b. Evaluated/clinical diagnosis yang merupakan penilaian keadaan sakit didasarkan oleh penilaian petugas.


(61)

2. 6 Kerangka Konsep

Berdasarkan latar belakang teori di atas maka dapat disusun kerangka konsep penelitian :

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian Faktor Predisposisi :

- Umur - Sikap - Pendidikan - Kepercayaan - Pengetahuan

Faktor Pemungkin : - Pelayanan bidan - Fasilitas

Faktor Kebutuhan : - Kebutuhan ibu bersalin

Pemanfaatan Pelayanan Jampersal


(62)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat “explanatory research” (penelitian penjelasan) yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor predisposisi, pemungkin dan kebutuhan terhadap pemanfaatan pelayanan Jampersal di wilayah kerja Puskesmas Parongil Kabupaten Dairi.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Parongil Kabupaten Dairi. Alasan penelitian dilakukan di tempat tersebut karena peneliti ingin menggali lebih dalam mengenai pengaruh faktor predisposisi, pemungkin dan kebutuhan terhadap pemanfaatan pelayanan Jampersal.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dimulai dari bulan Maret – November 2012.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah semua ibu yang bersalin di tahun 2011 di wilayah kerja Puskesmas Parongil Kabupaten Dairi yaitu sebanyak 95 orang.


(63)

3.3.2 Sampel Penelitian

Sampel yang diambil adalah sebanyak populasi yang ada yaitu sebanyak 95 ibu bersalin.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah :

3.4.1 Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya dan dicatat oleh peneliti. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung kepada responden dengan bantuan kuesioner terstruktur yang telah dirancang untuk data kuantitatif.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang tidak secara langsung diperoleh dari sumbernya. Dalam hal ini peneliti menggunakan data umum yang berasal dari profil kesehatan Kabupaten Dairi dan data Puskesmas Parongil.

3.4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas

Kuesioner yang digunakan sebagai alat pengumpul data sebelumnya dilakukan uji coba kuesioner (instrumen) yang bertujuan untuk mengukur validitas dan reliabilitas. Uji validitas dan reliabilitas dilakukan pada 30 orang responden dengan karakteristik yang sama di Puskesmas Huta Rakyat.

a. Uji Validitas

Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Untuk mengetahui validitas instrumen penelitian digunakan


(64)

analisis item, yaitu mengkorelasikan skor setiap pertanyaan dengan skor total yang merupakan jumlah skor setiap pertanyaan (Singarimbun,1995). Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan korelasi Pearson Product Moment Correlation (r) dengan ketentuan bila nilai koefisien korelasi (r) > 0,36 maka variabel tersebut dikatakan valid. Hasil uji validitasnya adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas

Variabel Nomor Soal r Keterangan

Pengetahuan 1 0,713 Valid

2 0,365 Valid

3 0,650 Valid

4 0,750 Valid

5 0,520 Valid

6 0,370 Valid

7 0,366 Valid

8 0,493 Valid

9 0,509 Valid

10 0,523 Valid

11 0,509 Valid

12 0,732 Valid

13 0,642 Valid

14 0,635 Valid

15 0,598 Valid

16 0,531 Valid

17 0,531 Valid

18 0,598 Valid

Sikap 1

2

- 0,184

Tidak Valid Tidak Valid

3 0,798 Valid

4 0,442 Valid

5 0,526 Valid

6 0,484 Valid

7 8 9 0,526 0,625 0,375 Valid Valid Valid


(65)

Tabel 3.1 (Lanjutan)

Variabel Nomor Soal r Keterangan

Kepercayaan 1 0,602 Valid

2 0,377 Valid

3 0,876 Valid

Pelayanan bidan 1 0,436 Valid

2 0,358 Valid

3 0,436 Valid

4 0,358 Valid

5 0,627 Valid

6 0,427 Valid

7 0,606 Valid

Fasilitas 1 0,423 Valid

2 0,465 Valid

3 0,358 Valid

4 0,598 Valid

5 0,372 Valid

6 0,468 Valid

7 0,370 Valid

Kebutuhan 1 0,372 Valid

2 0,696 Valid

3 0,700 Valid

4 0,369 Valid

5 0,586 Valid

Berdasarkan Tabel 3.1 di atas dapat diketahui bahwa seluruh pertanyaan pada variabel pengetahuan, kepercayaan, pelayanan bidan, fasilitas dan kebutuhan dinyatakan valid, sedangkan pertanyaan pada variabel sikap terdapat dua pertanyaan yang tidak valid yaitu pertanyaan No.1 dan No.2, sehingga harus dikeluarkan dari kuesioner penelitian.

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran dilakukan dua kali atau


(66)

lebih terhadap gejala yang sama. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban dari responden terhadap pertanyaan yang sama adalah tetap atau konsisten dari waktu ke waktu (Singarimbun,1995). Teknik yang digunakan dalam pengujian reabilitas instrumen adalah menggunakan alpha cronbach. Jika hasil uji memberikan nilai alpha cronbach > 0,60 maka variabel tersebut dikatakan reliabel. Hasil uji reliabilitasnya adalah sebagai berikut :

Tabel 3.2 Hasil Uji Reliabilitas

Variabel r-alpha Keterangan

Pengetahuan 0,713 Reliabel

Sikap 0,683 Reliabel

Kepercayaan 0,708 Reliabel

Pelayanan bidan 0,607 Reliabel

Fasilitas 0,614 Reliabel

Kebutuhan 0,622 Reliabel

Berdasarkan tabel 3.2 di atas dapat dilihat bahwa seluruh variabel independen yang diuji reliabilitasnya mempunyai nilai r-alpha cronbach > 0,6 maka dapat disimpulkan semua pertanyaan adalah reliabel.

3.5 Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1 Variabel

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah umur, pendidikan, pengetahuan, sikap, kepercayaan, pelayanan bidan, fasilitas, kebutuhan. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pemanfaatan pelayanan Jampersal.


(67)

3.5.2 Definisi Operasional

Definisi operasional dalam variabel penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Umur adalah bilangan tahun responden yang dihitung dalam tahun sejak lahir

sampai dengan ulang tahun terakhir.

2. Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang terakhir diselesaikan oleh ibu. 3. Pengetahuan adalah semua hal yang diketahui oleh responden tentang pelayanan

Jampersal.

4. Sikap adalah pendapat atau pandangan responden terhadap pelayanan Jampersal. 5. Kepercayaan adalah keyakinan responden terhadap tenaga penolong persalinan. 6. Fasilitas adalah pandangan ibu tentang tersedianya fasilitas dalam pelayanan

pemeriksaan kehamilan, persalinan, pelayanan nifas dan bayi baru lahir serta pelayanan KB.

7. Pelayanan bidan adalah pandangan responden tentang pelayanan yang diberikan bidan saat bersalin (keramahtamahan, memberikan daya tanggap dan memberikan informasi).

8. Kebutuhan ibu adalah pandangan responden terhadap kebutuhan yang diinginkan selama hamil sampai bersalin.

9. Pemanfaatan pelayanan Jampersal adalah keputusan yang dibuat responden untuk memanfaatkan pelayanan Jampersal yaitu persalinan.


(68)

3.6 Metode Pengukuran Data

Metode pengukuran dalam penelitian ini berdasarkan pada jawaban responden terhadap pertanyaan yang telah disediakan dan disesuaikan dengan skor yang ada.

3.6.1 Metode Pengukuran Variabel Umur

Pengukuran variabel umur didasarkan pada skala ordinal dengan kategori sebagai berikut:

1. Remaja Akhir jika responden umur 17-25 tahun. 2. Dewasa Awal jika responden umur 26-35 tahun. 3. Dewasa Akhir jika responden umur 36-45 tahun.

3.6.2 Metode Pengukuran Variabel Pendidikan

Pengukuran variabel pendidikan didasarkan pada skala ordinal, dengan kategori sebagai berikut:

1.Rendah jika responden tidak bersekolah sampai Sekolah Dasar. 2. Sedang jika responden menamatkan SMP sampai SMA.

3. Tinggi jika responden menamatkan pendidikan Akademi sampai menamatkan S1.

3.6.3 Metode Pengukuran Variabel Pengetahuan

Variabel pengetahuan diukur menggunakan skala Guttman sehingga didapatkan jawaban yang tegas dari pertanyaan yang diajukan (Sugiyono, 2004). Variabel pengetahuan terdiri dari 18 pertanyaan dan skor tertinggi sebesar 18, dengan alternatif jawaban:

Ya = diberi skor 1 Tidak = diberi skor 0


(1)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square .940a 1 .332

Continuity Correctionb .295 1 .587

Likelihood Ratio 1.071 1 .301

Fisher's Exact Test .672 .309

Linear-by-Linear Association .930 1 .335

N of Valid Casesb 95

a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.14. b. Computed only for a 2x2 table

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

percaya * manfaat 95 100.0% 0 .0% 95 100.0%

percaya * manfaat Crosstabulation

manfaat

Total

Tidak Ya

percaya Tidak Count 2 0 2

Expected Count 1.4 .6 2.0

Ya Count 64 29 93

Expected Count 64.6 28.4 93.0

Total Count 66 29 95


(2)

Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square .898a 1 .343

Continuity Correctionb .029 1 .864

Likelihood Ratio 1.476 1 .224

Fisher's Exact Test 1.000 .480

Linear-by-Linear Association .888 1 .346

N of Valid Casesb 95

a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .61. b. Computed only for a 2x2 table

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

layanan * manfaat 95 100.0% 0 .0% 95 100.0%

layanan * manfaat Crosstabulation

manfaat

Total

Tidak Ya

layanan Tidak Count 0 4 4

Expected Count 2.8 1.2 4.0

Ya Count 66 25 91

Expected Count 63.2 27.8 91.0

Total Count 66 29 95


(3)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 9.504a 1 .002

Continuity Correctionb 6.391 1 .011

Likelihood Ratio 9.901 1 .002

Fisher's Exact Test .007 .007

Linear-by-Linear Association 9.404 1 .002

N of Valid Casesb 95

a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.22. b. Computed only for a 2x2 table

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

fasilitas * manfaat 95 100.0% 0 .0% 95 100.0%

fasilitas * manfaat Crosstabulation

manfaat

Total

Tidak Ya

fasilitas Tidak Count 1 19 20

Expected Count 13.9 6.1 20.0

Ya Count 65 10 75

Expected Count 52.1 22.9 75.0

Total Count 66 29 95


(4)

Pearson Chi-Square 49.655a 1 .000

Continuity Correctionb 45.879 1 .000

Likelihood Ratio 50.057 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 49.132 1 .000

N of Valid Casesb 95

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.11. b. Computed only for a 2x2 table

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

kebutuhan * manfaat 95 100.0% 0 .0% 95 100.0%

kebutuhan * manfaat Crosstabulation

manfaat

Total

Tidak Ya

kebutuhan Tidak Count 1 12 13

Expected Count 9.0 4.0 13.0

Ya Count 65 17 82

Expected Count 57.0 25.0 82.0

Total Count 66 29 95


(5)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 27.107a 1 .000

Continuity Correctionb 23.837 1 .000

Likelihood Ratio 26.146 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 26.821 1 .000

N of Valid Casesb 95

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.97. b. Computed only for a 2x2 table


(6)

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

95.0% C.I.for EXP(B)

Lower Upper

Step 1a tahu .546 .837 .426 1 .514 1.727 .335 8.906

fasilitas(1) 4.717 1.383 11.641 1 .001 111.881 7.445 1.681E3

kebutuhan -1.109 1.520 .533 1 .466 .330 .017 6.488

Constant -1.193 1.691 .498 1 .480 .303

Step 2a fasilitas(1) 4.285 1.192 12.920 1 .000 72.597 7.018 751.010

kebutuhan -1.180 1.533 .592 1 .442 .307 .015 6.205

Constant -.715 1.533 .218 1 .641 .489

Step 3a fasilitas(1) 4.816 1.081 19.859 1 .000 123.500 14.850 1.027E3

Constant -1.872 .340 30.365 1 .000 .154


Dokumen yang terkait

Pengaruh Faktor Predisposisi, Pemungkin, dan Kebutuhan Terhadap Pemanfaatan Puskesmas 24 Jam Di Kecamatan Pamatang Silimahuta Kabupaten Simalungun Tahun 2014”,

3 77 146

Pengaruh Faktor Predisposisi, Faktor Pendukung Dan Faktor Kebutuhan Terhadap Pemanfaatan Penolong Persalinan Pada Ibu Bersalin Di Wilayah Kerja Puskesmas Binjai Serbangan Kabupaten Asahan

3 52 118

Pengaruh Faktor Predisposisi, Pendukung dan Kebutuhan Ibu Balita terhadap Pemanfaatan Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Alue Bilie Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya

0 31 129

Pengaruh Faktor Predisposisi, Kebutuhan dan Pemungkin Ibu Hamil terhadap Pemanfaatan Antenatal Care (ANC) di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Limun Kota Medan

12 76 133

Pengaruh Faktor Predisposisi, Pemungkin Dan Kebutuhan Terhadap Pemanfaatan Sarana Pelayanan Antenatal Oleh Ibu Hamil Di Kelurahan Pasir Bidang Kecamatan Sarudik Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2010

0 49 98

Lampiran 1 KUESIONER PENGARUH FAKTOR PREDISPOSISI, PEMUNGKIN DAN KEBUTUHAN TERHADAP PEMANFAATAN PELAYANAN JAMPERSAL DI PUSKESMAS PARONGIL KABUPATEN DAIRI Petunjuk Pengisian

0 0 21

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan - Pengaruh Faktor Predisposisi, Pemungkin dan Kebutuhan terhadap Pemanfaatan Pelayanan Jampersal di Wilayah Kerja Puskesmas Parongil Kabupaten Dairi

0 0 32

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Faktor Predisposisi, Pemungkin dan Kebutuhan terhadap Pemanfaatan Pelayanan Jampersal di Wilayah Kerja Puskesmas Parongil Kabupaten Dairi

0 0 9

PENGARUH FAKTOR PREDISPOSISI, PEMUNGKIN DAN KEBUTUHAN TERHADAP PEMANFAATAN PELAYANAN JAMPERSAL DI PUSKESMAS PARONGIL KABUPATEN DAIRI TESIS Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kes

0 1 18

1. Pengetahuan tentang Pemanfaatan Jampersal - Pengaruh Faktor Predisposisi Pemungkin dan Kebutuhan Ibu Bersalin terhadap Pemanfaatan Program Jaminan Persalinan di Desa Bandar Khalifah Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan

0 0 43