Pengaruh Faktor Predisposisi, Pemungkin Dan Kebutuhan Terhadap Pemanfaatan Sarana Pelayanan Antenatal Oleh Ibu Hamil Di Kelurahan Pasir Bidang Kecamatan Sarudik Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2010
PENGARUH FAKTOR PREDISPOSISI, PEMUNGKIN DAN KEBUTUHAN
TERHADAP PEMANFAATAN SARANA PELAYANAN ANTENATALOLEH IBU HAMIL DI KELURAHAN PASIR BIDANG KECAMATAN SARUDIK KABUPATEN
TAPANULI TENGAH TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh :
NIM. 081000205 RIRIS SITUMEANG
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2010
(2)
PENGARUH FAKTOR PREDISPOSISI, PEMUNGKIN DAN KEBUTUHAN TERHADAP PEMANFAATAN SARANA PELAYANAN ANTENATAL
OLEH IBU HAMIL DI KELURAHAN PASIR BIDANG KECAMATAN SARUDIK KABUPATEN
TAPANULI TENGAH TAHUN 2010
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh :
NIM. 081000205 RIRIS SITUMEANG
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2010
(3)
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi Dengan Judu l :
PENGARUH FAKTOR PREDISPOSISI, PEMUNGKIN DAN KEBUTUHAN TERHADAP PEMANFAATAN SARANA PELAYANAN ANTENATAL
OLEH IBU HAMIL DI KELURAHAN PASIR BIDANG KECAMATAN SARUDIK KABUPATEN
TAPANULI TENGAH TAHUN 2010
Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh :
NIM. 081000205 RIRIS SITUMEANG
Telah Diuji Dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 12 Oktober 2010 dan
Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima
Tim Penguji
Ketua Penguji Penguji I
Prof. Dr. Ida Yustina, M.Si dr. Heldy B.Z., M.P.H
NIP. 196803201993082001 NIP.195206011982031003
Penguji II Penguji III
Siti Khadijah, SKM, M.Kes dr. Fauzi S.K.M
NIP. 197308031999032001 NIP. 140052649
Medan, Oktober 2010 Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara Dekan,
Dr. Drs. Surya Utama, M.S
(4)
ABSTRAK
Tingginya angka kematian ibu di Indonesia terkait dengan rendahnya pencapaian pelaksanaan antenatal care. Berdasarkan Profil Puskesmas Sarudik Tahun 2009 diketahui bahwa cakupan pelayanan antenatal care di Kelurahan Pasir Bidang masih jauh dari target yang diharapkan, di mana cakupan K1 sebesar 37,60% dan K4 sebesar 26,49%. Cakupan K1 dan K4 masih perlu ditingkatkan seoptimal mungkin sehingga target pelayanan antenatal care dapat tercapai sesuai Standar Pelayanan Minimal (SPM), yaitu 95% pada Tahun 2015.
Jenis penelitian ini menggunakan tipe explanatory research yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh faktor predisposisi, pemungkin dan kebutuhan terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal oleh ibu hamil di Kelurahan Pasir Bidang Kecamatan Sarudik Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2010. Populasi adalah semua ibu hamil yang melahirkan pada bulan Januari sampai Desember Tahun 2009 dan sudah memiliki anak lebih dari satu orang berjumlah 75 orang. Seluruh populasi dijadikan sampel. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan dianalisis dengan menggunakan uji regresi linier berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel pemanfaatan pelayanan antenatal oleh ibu hamil yaitu variabel pendidikan (ρ = 0,000); pengetahuan (ρ = 0,015); sikap (ρ = 0,000), pendapatan keluarga (ρ = 0,012) dan kondisi ibu (p = 0,027). Variabel paritas, jarak kelahiran dan pekerjaan suami tidak memiliki pengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal oleh ibu hamil.
Berdasarkan hasil penelitian, diharapkan pada Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Tengah agar meningkatkan penyuluhan tentang pentingnya pemanfaatan pelayanan antenatal dan pemeriksaan kehamilan sebagai upaya menurunkan AKI secara berkesinambungan dan terintegrasi kepada masyarakat khususnya Wanita Usia Subur (WUS). Diharapkan kerjasama lintas sektoral melalui pemberdayaan tokoh-tokoh masyarakat untuk menyisipkan pesan-pesan kesehatan dalam setiap kegiatan yang ada di masyarakat, memasukkan materi pelajaran tentang kesehatan terutama Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) melalui sarana pendidikan formal.
(5)
ABSTRACT
The high maternal mortality rate in Indonesia is related to the low performance of the implementation of Antenatal Care (ANC). Based on Sarudik Health Centre Profile in 200 the scope of antenatal care services in Pasir Bidang village was still far from the expected target, where the scope of K1 was 37,60% and K4 was 26,49%. The scope of K1 an K4 still needs to be improved as optimal as possible so that the target of antenatal care services can be achieved according to Minimum Service Standards (MSS), which is 95 % in 2015.
The type of the research used explanatory approach that aimed to explain the influence of predisposing, enabling and need factors on the utilization of antenatal care by pregnant women in the Pasir Bidang village Sarudik subdistrict Tapanuli Tengah District in 2010. The population were all the pregnant women who gave birth in January to December of 2009 and had more than one children amounted to 75 mothers. All population were sample. Data were collected by using questionnaire and analyzed by using multiple linear regression.
The results of research showed that variables which had significant influence on the utilization of antenatal care by pregnant women were education (ρ
= 0,000); knowledge (ρ = 0,015), attitude (ρ = 0,000), family income = 0,012) and
maternal conditions (p = 0,027). Variables of parity, birth spacing and husband occupancy had no influence on the utilization of antenatal care by pregnant women.
It is suggested to the Tapanuli Tengah District Health office to increase the extension about the importance of antenatal care utilization and the antenatal care as a continuous effort to reduce MMR integrately and continually to the community especially women of childbearing age. It is also suggested to increase the inter-sectoral cooperation by empowering the prominent community leaders to disseminate health informations in community activities, including the teaching material about health especially about Maternal and Child Health (MCH) in formal education. Keywords: Antenatal Care, Pregnant Women, AKI
(6)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Riris Situmeang
Tempat/Tgl Lahir : Hutaraja, 18 April 1974
Agama : Katolik
Status Perkawianan : Tidak menikah
Jumlah anggota keluarga : 8 (anak ke-4 dari 8 bersaudara)
Alamat Rumah : Jl.Gatot Subroto, Gg.Harapan No 19 Medan
Riwayat Pendidikan
1981 – 1987 : SD Negeri No.173141. Hutaraja Kecamatan
Sipoholon
1987 – 1990 : SMP Negeri Hutaraja Kecamatan Sipoholon
1990 – 1993 : SMA Negeri I Siborongborong
2000 – 2003 : AKPER Santa Elisabet Medan
2008 – 2010 : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan
Riwayat Pekerjaan
1996 – 1999 : Guru TKK Bintang Laut Teluk Dalam – Nias
1999 – 2000 : Staf Rumah Sakit Yos Sudarso Padang
2003 – 2008 : Pimpinan Klinik Bersalin dan Balai Pengobatan
(7)
KATA PENGANTAR
Syukur dan terima kasih pada Tuhan Yang Maha Kuasa atas cinta, berkat dan
anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Pengaruh Faktor
Predisposisi, Pemungkin dan Kebutuhan Terhadap Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Oleh Ibu di Kelurahan Pasir Bidang Kecamatan Sarudik Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2010 sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan
pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Begitu banyak tantangan yang dihadapi penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini, namun berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik secara moril
maupun materil, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis ingin
menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, sebagai Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara (FKM USU).
2. Prof. Dr. Ida Yustina, M.Si, selaku Ketua Departemen Administrasi dan
Kebijakan Kesehatan, Dosen Pembimbing I sekaligus sebagai Ketua Penguji
yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga skripsi
ini dapat diselesaikan dengan baik.
3. dr. Heldy B.Z. M.P.H, selaku Dosen Pembimbing II sekaligus Penguji I yang
telah memberikan bimbingan dan arahan untuk kesempurnaan skripsi ini.
4. Siti Khadijah, SKM, M.Kes, selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan
(8)
5. dr. Fauzi, SKM, selaku Dosen Penguji III yang telah memberikan masukan
kepada penulis dalam perbaikan skripsi ini.
6. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah
memberikan banyak nasehat dan masukan kepada penulis.
7. Para Dosen dan Staf di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara khususnya Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan.
8. Seluruh jajaran Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Tengah secara khusus
kepada dr. Oktafianna Malau selaku Kepala Puskesmas Sarudik Kecamatan
Sarudik yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.
9. Dormian Ritonga, selaku Lurah Pasir Bidang yang telah memberikan izin untuk
melakukan penelitian di Kelurahan Pasir Bidang.
10. Sr. Margaretha Gultom, selaku pimpinan Kongregasi SCMM yang senantiasa
memberikan dukungan moril maupun materil kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
11. Terkhusus kepada kedua orang tua tercinta, Bapak Yoakim Situmeang dan Mama
Enike Sibagariang, kakakku Linda, Elisabet, Korbina, adik-adikku Emmi, Sr.
Odilia, OSF, Sugeng dan Supriadi yang senantiasa mendukung dan mendoakan
penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
4. Teman-teman seperjuangan di Departemen Administrasi dan Kebijakan
Kesehatan dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, semoga Tuhan senantiasa
(9)
Akhirnya semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua, terutama untuk
kemajuan ilmu pengetahuan.
Medan, Oktober 2010 Penulis
(10)
DAFTAR ISI
Hal
Halaman Persetujuan……….. i
Abstrak ... ii
Abstract ... iii
Riwayat Hidup Penulis ... iv
Kata Pengantar ... v
Daftar Isi ... vii
Daftar Tabel ... x
Daftar Gambar ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Permasalahan ... 6
1.3. Tujuan Penelitian ... 6
1.4. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8
2.1. Pelayanan Antenatal ... 8
2.1.1. Tujuan Pelayanan Antenatal ... 8
2.1.2. Standar Pelayanan Antenatal ... 9
2.2. Pelayanan Antenatal di Puskesmas ... 11
2.2.1. Konsep Pemeriksaan Antenatal ... 11
2.2.2. Kunjungan Ibu Hamil ... 12
2.2.3. Pelaksana Pelayanan Antenatal ... 14
2.2.4. Cakupan Pelayanan Antenatal ... 14
2.3. Kebijakan ... 15
2.3.1. Kebijakan Program ... 15
2.3.2. Kebijakan Teknis ... 15
2.4. Konsep Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan ... 16
2.5.Faktor yang Berpengaruh Terhadap Pemanfaatan Pelayanan Antenatal ... 20
2.5.1. Faktor Predisposisi ... 20
2.5.1.1. Pendidikan ... 20
2.5.1.2. Paritas ... 21
2.5.1.3. Jarak Kelahiran ... 21
2.5.1.4. Pengetahuan ... 22
2.5.1.5. Sikap ... 24
2.5.2. Faktor Pemungkin ... 25
2.5.2.1. Pekerjaan Suami ... 25
2.5.2.2. Pendapatan Keluarga ... 26
2.5.3. Faktor Kebutuhan ... 26
2.5.3.1. Kondisi Ibu ... 26
2.6. Perilaku ... 27
(11)
2.6.2. Tindakan Ibu Hamil ... 29
2.7. Kerangka Konsep ... 31
2.8. Hipotesis Penelitian ... 32
BAB III METODE PENELITIAN ... 33
3.1. Jenis Penelitian ... 33
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 33
3.3. Populasi dan Sampel ... 34
3.4. Metode Pengumpulan Data ... 34
3.5. Definisi Operasional ... 35
3.6. Aspek Pengukuran ... 37
3.6.1. Aspek Pengukuran Variabel Bebas ... 37
3.6.2. Aspek Pengukuran Variabel Terikat ... 38
3.7. Teknik Analisa Data ... 39
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 40
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 40
4.1.1. Data Geografis ... 40
4.1.2. Kependudukan ... 40
4.1.3. Sumber Daya Kesehatan ... 41
4.2. Analisis Univariat ... 42
4.2.1. Deskripsi Karakteristik Responden ... 42
4.2.2. Deskripsi Faktor Predisposisi ... 43
4.2.2.1. Pendidikan ... 43
4.2.2.2. Paritas ... 44
4.2.2.3. Jarak Kelahiran ... 45
4.2.2.4. Pengetahuan ... 46
4.2.2.5. Sikap. ... 49
4.2.3. Deskripsi Faktor Pemungkin ... 51
4.2.3.1. Pekerjaan Suami ... 51
4.2.3.2. Pendapatan Keluarga ... 52
4.2.4. Deskripsi Faktor Kebutuhan ... 52
4.2.5. Deskripsi Pemanfaatan Pelayanan Antenatal ... 52
4.3. Hasil Uji Statistik Bivariat ... 55
4.4. Hasil Uji Statistik Multivariat ... 57
4.5. Hasil Wawancara ... 59
BAB V PEMBAHASAN ... 61
5.1. Pengaruh Variabel Faktor Predisposisi Terhadap Pemanfaatan Pelayanan Antenatal ... 61
5.1.1. Pengaruh Pendidikan Terhadap Pemanfaatan Pelayanan Antenatal ... 61
5.1.2. Pengaruh Paritas terhadap Pemanfaatan Pelayanan Antenatal ... 63
5.1.3. Pengaruh Jarak Kelahiran Terhadap Pemanfaatan Pelayanan Antenatal ... 64
(12)
5.1.4. Pengaruh Pengetahuan Terhadap Pemanfaatan
Pelayanan Antenatal ... 65
5.1.5. Pengaruh Sikap Terhadap Pemanfaatan Pelayanan Antenatal ... 67
5.2. Pengaruh Faktor Pemungkin terhadap Pemanfaatan Pelayanan Antenatal ... 68
5.2.1. Pengaruh Pekerjaan Suami terhadap Pemanfaatan Pelayanan Antenatal ... 68
5.2.2. Pengaruh Pendapatan Keluarga Terhadap Pemanfaatan Pelayanan Antenatal ... 69
5.3. Pengaruh Faktor Kebutuhan terhadap Pemanfaatan Pelayanan Antenatal ... 71
5.1.8. Pengaruh Kondisi Ibu Terhadap Pemanfaatan Pelayanan Antenatal ... 71
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 73
6.1. Kesimpulan ... 73
6.2. Saran ... 73
DAFTAR PUSTAKA ... 74 LAMPIRAN
1. Kuesioner Penelitian 2. Hasil pengolahan statistik
3. Surat izin penelitian dari FKM USU
4. Surat keterangan selesai melakukan penelitian dari Puskesmas Sarudik Surat keterangan selesai melakukan penelitian dari Kelurahan Pasir Bidang
(13)
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil (K1,K4) di Puskesmas
Sarudik Tahun 2009 ... 4
Tabel 3.1. Aspek Penguran Variabel Independen ... 38
Tabel 3.2. Aspek Pengukuran Variabel Terikat ... 38
Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 41
Tabel 4.2. Jenis Sarana Kesehatan di Kelurahan Pasir Bidang ... 41
Tabel 4.3. Distribusi Tenaga Kesehatan di Kelurahan Pasir Bidang ... 41
Tabel 4.4. Distribusi Kategori Responden Berdasarkan Umur dan Suku ... 42
Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan di Kelurahan Pasir Bidang ... 43
Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pendidikan Di Kelurahan Pasir Bidang ... 44
Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Paritas ... 45
Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Paritas ... 45
Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Jarak Kelahiran ... 46
Tabel 4.10. Distribusi Responden Berdasarkan Uraian Pengetahuan ... 47
Tabel 4.11. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pengetahuan Tentang Pemeriksaan Kehamilan di Kelurahan Pasir Bidang ... 49
Tabel 4.12. Distribusi Responden Berdasarkan Uraian Sikap ... 50
Tabel 4.13. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Sikap ... 51
Tabel 4.14. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Suami ... 51
Tabel 4.15. Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan Keluarga ... 52
(14)
Tabel 4.17. Distribusi Responden Berdasarkan Uraian Pemanfaatan
Pelayanan Antenatal ... 54
Tabel 4.18. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pemanfaatan
Pelayanan Antenatal ... 55
Tabel 4.19. Hasil Uji Statistik Korelasi Pearson ... 57
(15)
DAFTAR GAMBAR
Hal
(16)
ABSTRAK
Tingginya angka kematian ibu di Indonesia terkait dengan rendahnya pencapaian pelaksanaan antenatal care. Berdasarkan Profil Puskesmas Sarudik Tahun 2009 diketahui bahwa cakupan pelayanan antenatal care di Kelurahan Pasir Bidang masih jauh dari target yang diharapkan, di mana cakupan K1 sebesar 37,60% dan K4 sebesar 26,49%. Cakupan K1 dan K4 masih perlu ditingkatkan seoptimal mungkin sehingga target pelayanan antenatal care dapat tercapai sesuai Standar Pelayanan Minimal (SPM), yaitu 95% pada Tahun 2015.
Jenis penelitian ini menggunakan tipe explanatory research yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh faktor predisposisi, pemungkin dan kebutuhan terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal oleh ibu hamil di Kelurahan Pasir Bidang Kecamatan Sarudik Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2010. Populasi adalah semua ibu hamil yang melahirkan pada bulan Januari sampai Desember Tahun 2009 dan sudah memiliki anak lebih dari satu orang berjumlah 75 orang. Seluruh populasi dijadikan sampel. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan dianalisis dengan menggunakan uji regresi linier berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel pemanfaatan pelayanan antenatal oleh ibu hamil yaitu variabel pendidikan (ρ = 0,000); pengetahuan (ρ = 0,015); sikap (ρ = 0,000), pendapatan keluarga (ρ = 0,012) dan kondisi ibu (p = 0,027). Variabel paritas, jarak kelahiran dan pekerjaan suami tidak memiliki pengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal oleh ibu hamil.
Berdasarkan hasil penelitian, diharapkan pada Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Tengah agar meningkatkan penyuluhan tentang pentingnya pemanfaatan pelayanan antenatal dan pemeriksaan kehamilan sebagai upaya menurunkan AKI secara berkesinambungan dan terintegrasi kepada masyarakat khususnya Wanita Usia Subur (WUS). Diharapkan kerjasama lintas sektoral melalui pemberdayaan tokoh-tokoh masyarakat untuk menyisipkan pesan-pesan kesehatan dalam setiap kegiatan yang ada di masyarakat, memasukkan materi pelajaran tentang kesehatan terutama Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) melalui sarana pendidikan formal.
(17)
ABSTRACT
The high maternal mortality rate in Indonesia is related to the low performance of the implementation of Antenatal Care (ANC). Based on Sarudik Health Centre Profile in 200 the scope of antenatal care services in Pasir Bidang village was still far from the expected target, where the scope of K1 was 37,60% and K4 was 26,49%. The scope of K1 an K4 still needs to be improved as optimal as possible so that the target of antenatal care services can be achieved according to Minimum Service Standards (MSS), which is 95 % in 2015.
The type of the research used explanatory approach that aimed to explain the influence of predisposing, enabling and need factors on the utilization of antenatal care by pregnant women in the Pasir Bidang village Sarudik subdistrict Tapanuli Tengah District in 2010. The population were all the pregnant women who gave birth in January to December of 2009 and had more than one children amounted to 75 mothers. All population were sample. Data were collected by using questionnaire and analyzed by using multiple linear regression.
The results of research showed that variables which had significant influence on the utilization of antenatal care by pregnant women were education (ρ
= 0,000); knowledge (ρ = 0,015), attitude (ρ = 0,000), family income = 0,012) and
maternal conditions (p = 0,027). Variables of parity, birth spacing and husband occupancy had no influence on the utilization of antenatal care by pregnant women.
It is suggested to the Tapanuli Tengah District Health office to increase the extension about the importance of antenatal care utilization and the antenatal care as a continuous effort to reduce MMR integrately and continually to the community especially women of childbearing age. It is also suggested to increase the inter-sectoral cooperation by empowering the prominent community leaders to disseminate health informations in community activities, including the teaching material about health especially about Maternal and Child Health (MCH) in formal education. Keywords: Antenatal Care, Pregnant Women, AKI
(18)
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau
secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan per
orangan, keluarga maupun masyarakat. Pelayanan antenatal adalah pelayanan
kesehatan oleh tenaga kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya, yang
dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam
Standar Pelayanan Kebidanan (Depkes RI, 2005).
Antenatal merupakan perawatan atau asuhan yang diberikan kepada ibu hamil
sebelum kelahiran, yang berguna untuk memfasilitasi hasil yang sehat dan positif
bagi ibu hamil maupun bayinya dengan jalan menegakkan kepercayaan ibu,
mendeteksi komplikasi yang dapat mengancam jiwa, mempersiapkan kelahiran dan
memberikan pendidikan kesehatan (Depkes RI, 2009).
Menurut Saifuddin,dkk (2002), asuhan antenatal penting untuk menjamin
bahwa proses alamiah dari kehamilan berjalan normal. Kehamilan dapat berkembang
menjadi masalah atau komplikasi setiap saat, sehingga memerlukan pemantauan
selama kehamilan.
Menurut statistik kesehatan World Health Organization (WHO) Tahun 2009,
setiap tahun diperkirakan sebanyak 536.000 wanita meninggal dunia akibat masalah
(19)
berkembang. Rasio kematian ibu secara global 400 per 100.000 kelahiran hidup
(Oxfam, 2009 http://www.alernet.org).
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator status kesehatan
masyarakat. Dewasa ini angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi dibandingkan
negara Association of Southeast Asia Nations (ASEAN) lainnya. Menurut Badan
penelitian dan pengembangan Depkes RI, AKI tahun 2009 mencapai 226 per 100.000
kelahiran hidup. Angka ini turun dibandingkan AKI hasil Survei Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2007 yang mencapai 228 per 100.000 kelahiran
hidup (Anonim, 2010 http://www.jarlitbangkes.or.id).
Kehamilan, persalinan dan menyusukan anak merupakan proses alamiah bagi
kehidupan seorang ibu dalam usia produktif. Bila terjadi gangguan dalam proses ini
baik gangguan fisiologik maupun psikologis dapat menimbulkan efek yang buruk
tidak hanya terhadap kesehatan ibu sendiri, tetapi membahayakan bagi bayi yang
dikandungnya, bahkan tidak jarang menyebabkan kematian ibu (Murniati, 2007).
Selanjutnya Depkes RI (2009) menyatakan penyebab langsung kematian ibu
sebesar 90% terjadi pada saat persalinan dan segera setelah persalinan. Penyebab
langsung kematian ibu adalah perdarahan (28%), eklamsia (24%) dan infeksi (11%).
Penyebab tidak langsung kematian ibu adalah Kurang Energi Kronik (KEK) pada
kehamilan (37%) dan anemia pada kehamilan (40%).
Upaya-upaya untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak di Indonesia telah
lama dilakukan yaitu sejak berdirinya Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA) pada
Tahun 1950 yang memberi pelayanan berupa perawatan kehamilan, persalinan,
(20)
keluarga berencana. Namun angka kematian ibu sampai sekarang masih tinggi
(Murniati, 2007).
Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) diharapkan dapat berperan besar
dalam menurunkan AKI. Berdasarkan Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera
Utara Tahun 2008, AKI di Sumatera Utara Tahun 2008 adalah 260 per 100.000
kelahiran hidup. Selanjutnya menurut Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera
Utara Tahun 2008, cakupan kunjungan ibu hamil K4 di Sumatera Utara tertinggi di
Kota Sibolga (92,31%) dan di Kabupaten Batubara (92,17%). Cakupan kunjungan
ibu hamil K4 paling rendah di Kabupaten Dairi (53,18%) dan Kabupaten Pakpak
Bharat (50,34%).
Menurut Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2008
angka kematian ibu di Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2008 sebanyak 243 per
100.000 kelahiran hidup. Angka tersebut menunjukkan bahwa angka kematian ibu di
Kabupaten Tapanuli Tengah masih tinggi dan masih jauh dari target yang ingin
dicapai oleh Depkes RI untuk Tahun 2015 yakni 102 per 100.000 kelahiran hidup
(Depkes RI, 2009).
Kabupaten Tapanuli Tengah terdiri dari 20 kecamatan dengan 17 Puskesmas.
Berdasarkan Profil Dinas kesehatan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2008, jumlah
ibu hamil sebanyak 8.080 dan yang datang memeriksakan kehamilannya ke sarana
pelayanan kesehatan yaitu K1 sebanyak (81,83%) dan K4 sebanyak (71,09%).
Puskesmas Sarudik terletak di Kecamatan Sarudik memiliki ibu hamil sebanyak 470
dan yang datang memeriksakan kehamilannya ke sarana pelayanan kesehatan yaitu
(21)
Hasil Laporan Program KIA Puskesmas Sarudik Tahun 2009, Jumlah ibu
hamil sebanyak 542 orang. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 1.1.
Tabel 1.1. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil (K1,K4) di Puskesmas Sarudik Tahun 2009
NO Desa/Kelurahan
Ibu Hamil Jumlah
Sasaran K1 % K4 %
1 Sarudik 239 185 77,41 156 65,27
2 Pasir Bidang 117 44 37,60 31 26,49
3 Pondok Batu 76 65 85,52 50 65,78
4 Sibulian III 92 72 78,26 56 60,86
5 Sipan 18 13 72,22 10 55,55
542 379 69,93 303 55,90
Sumber : Profil Puskesmas Sarudik Tahun 2009
Berdasarkan hasil laporan di atas maka cakupan kunjungan ibu hamil K1 dan
K4 di Puskesmas Sarudik tertinggi di Pondok Batu K1 (85,52%), K4 (65,78%) dan
paling rendah di Kelurahan Pasir Bidang K1 44 (37,60%) dan K4 31 (26,49%). Hasil
laporan tersebut di atas masih sangat jauh dari yang diharapkan sesuai dengan
Standar Pelayanan Minimal (SPM). Permenkes RI Nomor
741/MENKES/PER/VII/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan,
Bab II Pasal 2a menyatakan bahwa cakupan kunjungan ibu hamil K4 95% pada
Tahun 2015.
Berdasarkan data di atas diketahui bahwa kunjungan ibu hamil paling
rendah terdapat di Kelurahan Pasir Bidang Kecamatan Sarudik, baik K1 maupun K4
dibandingkan dengan desa dan kelurahan lainnya. Kelurahan Pasir Bidang
Kecamatan Sarudik termasuk wilayah kerja Puskesmas Sarudik. Menurut petugas
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Puskesmas Sarudik, faktor-faktor yang memengaruhi
(22)
sangat kompleks, namun pada dasarnya berkaitan dengan penyedia pelayanan
antenatal di satu pihak dan ibu hamil di lain pihak.
Menurut Anderson yang dikutip Notoatmodjo (2003), bahwa faktor-faktor
yang menentukan pemanfaatan pelayanan kesehatan dibagi dalam 3 kategori, yakni
karakteristik predisposisi, karakteristik pemungkin dan karakteristik kebutuhan.
Karakteristik predisposisi mencakup ciri-ciri demografi, struktur sosial, sikap,
keyakinan dan pandangan individu terhadap pelayanan kesehatan. Karakteristik
pemungkin meliputi pendapatan/penghasilan keluarga dan sumber daya masyarakaat.
Menurut penelitian Murniati (2007), faktor–faktor yang berhubungan dengan
pemanfaatan pelayanan antenatal oleh ibu hamil adalah faktor predisposisi, faktor
pemungkin dan kebutuhan. Faktor predisposisi meliputi variabel umur, paritas, jarak
kehamilan, pengetahuan sedangkan sikap tidak berhubungan dengan pemanfaatan
pelayanan antenatal. Faktor pemungkin meliputi variabel pekerjaan suami dan
keterjangkauan. Penelitian Ulina (2004) menunjukkan variabel pendidikan,
pengetahuan, pendapatan dan paritas mempunyai pengaruh terhadap pemanfaatan
pelayanan antenatal, sedangkan variabel pekerjaan dan riwayat persalinan tidak
berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal. Penelitian Agnes (2005)
menyatakan bahwa variabel pengetahuan, pendapatan keluarga, pekerjaan
mempunyai pengaruh positif terhadap peningkatan kunjungan pelayanan antenatal di
wilayah kerja Puskesmas Sei Semayang Kabupaten Deli Serdang Tahun 2005.
Menurut Adri (2008), faktor geografi dan prilaku ibu hamil berpengaruh terhadap
(23)
terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal di Puskesmas Runding Kota Subussalam
Propinsi NAD Tahun 2008.
Mengacu pada latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis ingin
melakukan penelitian tentang pengaruh faktor predisposisi, pemungkin dan
kebutuhan terhadap pemanfaatan sarana pelayanan antenatal oleh ibu hamil di
Kelurahan Pasir Bidang Kecamatan Sarudik Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun
2010.
1.2. Permasalahan
Berdasarkan uraian pada latar belakang yang dipaparkan di atas, maka yang
menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah ” Bagaimana pengaruh faktor
predisposisi (meliputi pendidikan, paritas, jarak kelahiran, pengetahuan, sikap ibu)
dan faktor pemungkin (meliputi pekerjaan suami dan pendapatan keluarga) serta
faktor kebutuhan (meliputi kondisi ibu) terhadap pemanfaatan sarana pelayanan
antenal oleh ibu hamil di Kelurahan Pasir Bidang Kecamatan Sarudik Kabupaten
Tapanuli Tengah Tahun 2010”.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah untuk menjelaskan pengaruh faktor predisposisi,
pemungkin dan kebutuhan terhadap pemanfaatan sarana pelayanan antenatal oleh ibu
hamil di Kelurahan Pasir Bidang Kecamatan Sarudik Kabupaten Tapanuli Tengah
(24)
1.4. Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi Dinas Kesehatan Kabupaten
Tapanuli Tengah mengenai sejauh mana pengaruh faktor predisposisi,
pemungkin dan kebutuhan terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal, sehingga
dapat mengambil suatu kebijakan dan membuat program yang sesuai untuk
meningkatkan kunjungan ibu hamil K1 dan K4.
2. Bagi peneliti lain dapat menambah wawasan keilmuan dan pengalaman serta
keterampilan dalam melakukan penelitian khususnya tentang pemanfaatan
pelayanan antenatal.
3. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pengaruh faktor
predisposisi, pemungkin dan kebutuhan terhadap pemanfaatan pelayanan
antenatal dalam meningkatkan kunjungan ibu hamil dan memberikan sumbangan
pemikiran bagi perkembangan ilmu promosi kesehatan ibu hamil dalam
pelaksanaan pemeriksaan kehamilan di Kelurahan Pasir Bidang Kecamatan
(25)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pelayanan Antenatal
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan untuk
ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan
antenatal yang ditetapkan dalam standar pelayanan kebidanan. Pelayanan antenatal
merupakan upaya untuk menjaga kesehatan ibu pada masa kehamilan, sekaligus
upaya menurunkan angka kesakitan dan angka kematian ibu. Pelayanan antenatal
sesuai standar meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik (umum dan kebidanan),
pemeriksaan laboratorium atas indikasi, serta intervensi dasar dan khusus (Depkes RI,
2009).
Antenatal merupakan perawatan atau asuhan yang diberikan kepada ibu hamil
sebelum kelahiran, yang berguna untuk memfasilitasi hasil yang sehat dan positif
bagi ibu hamil maupun bayinya dengan jalan menegakkan kepercayaan dengan ibu,
mendeteksi komplikasi yang dapat mengancam jiwa, mempersiapkan kelahiran dan
memberikan pendidikan kesehatan (Depkes RI, 2009).
2.1.1. Tujuan Pelayanan Antenatal
Menurut Saifuddin,dkk (2002), tujuan pelayanan antenatal adalah:
1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh
kembang bayi.
2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu
(26)
3. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang
mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum,
kebidanan dan pembedahan.
4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu
maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian Air Susu
Ibu (ASI) eksklusif.
6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar
dapat tumbuh kembang secara normal.
Salah satu upaya pokok puskesmas adalah program kesehatan ibu dan anak,
di mana pelayanan antenatal merupakan bagian yang tak terpisahkan dari program
tersebut. Pelayanan antenatal adalah pelayanan yang diberikan kepada ibu selama
masa kehamilannya dengan baik dan melahirkan bayi yang sehat.
2.1.2. Standar Pelayanan Antenatal
Unsur penting dalam menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi
adalah memberikan pelayanan dan pemeliharaan kesehatan sewaktu hamil secara
memadai dan sesuai standar pelayanan kebidanan. Pelayanan antenatal sesuai standar
meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik (umum dan kebidanan), pemeriksaan
laboratorium sesuai indikasi (Depkes RI, 2009).
Secara operasionalnya Depkes RI (2009) menentukan pelayanan antenatal
dengan standar pelayanan, antara lain:
(27)
2. Ukur tekanan darah
3. Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas)
4. Ukur tinggi fundus uteri
5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)
6. Pemberian imunisasi Tetanus Toksoid (TT)
7. Pemberian tablet Fe minimal 90 tablet selama kehamilan
8. Test laboratorium (rutin dan khusus)
9. Tatalaksana kasus
10. Temu wicara (konseling), termasuk perencanaan persalinan dan pencegahan
komplikasi serta KB pasca persalinan.
Menurut Sulistyawati (2009), standar pelayanan antenatal dikenal dengan
standar 7T, antara lain:
1. Timbang berat badan
2. Ukur tekanan darah
3. Ukur tinggi fundus uteri
4. Pemberian imunisasi TT lengkap
5. Pemberian tablet besi (Fe) minimal 90 tablet selama kehamilan dengan dosis
satu tablet setiap harinya
6. Lakukan tes penyakit menular seksual (PMS)
(28)
2.2.Pelayanan Antenatal di Puskesmas 2.2.1. Konsep Pemeriksaan Antenatal
Menurut Depkes RI (2004), puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas
kesehatan kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di suatu wilayah kerja. Puskesmas mempunyai tujuan mendukung
tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional yakni meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemapuan hidup sehat bagi setiap orang.
Pemeriksaan antenatal di tingkat puskesmas dilakukan sesuai dengan standar
pelayanan antenatal dimulai dengan urutan sebagai berikut :
1. Anamnese, meliputi identitas ibu hamil, riwayat kontrasepsi/KB, kehamilan
sebelumnya dan kehamilan sekarang.
2. Pemeriksaan umum, meliputi pemeriksaan fisik, pemeriksaan khusus dan
kebidanan.
3. Pemeriksaan laboratorium dilakukan hanya atas indikasi/diagnosa.
4. Pemberian obat-obatan, imunisasi tetanus toxoid (TT) dan tablet besi (Fe)
5. Pennyuluhan tentang gizi, kebersihan, olahraga, pekerjaan dan perilaku
sehari-hari, perawatan payudara dan ASI, pentingnya pemeriksaan kehamilan
oleh tenaga kesehatan terlatih (Depkes RI, 2004).
Menurut Manuaba (1998), pemeriksaan antenatal dilakukan sesuai standar
dimulai dengan urutan berikut:
1. Anamnesa, meliputi identitas, keluhan kehamilan, fisiologis dan patologis.
2. Pemeriksaan umum, meliputi pemeriksaan fisik dan pemeriksaan khusus
(29)
3. Pemeriksaan psikologis
4. Pemeriksaan laboratorium bila ada indikasi.
5. Diagnosa kehamilan, meliputi kehamilan normal dan kehamilan dengan
risiko.
6. Penatalaksanaan lebih lanjut, meliputi pemberian obat-obatan dan imunisasi
TT.
7. Memberikan penyuluhan tentang gizi dan pentingnya pemeriksaan kehamilan
serta menjadwalkan pemeriksaan ulang.
Menurut Pinem (2009), alur pelayanan antenatal adalah sebagai berikut: 1. Anamnesis, meliputi identitas ibu, usia kehamilan, riwayat kehamilan dan
persalinan serta status kesehatan.
2. Pemeriksaan fisik, meliputi mengukur tinggi badan dan berat badan,
mengukur vital sign dan pemeriksaan kehamilan.
3. Penyuluhan tentang perawatan diri selama hamil, gizi, perawatan payudara,
senam hamil dan perlunya pemeriksaan kehamilan.
4. Kunjungan ulang, pada dasarnya sama dengan kunjungan pertama dan
memberi konseling sesuai dengan usia kehamilan dan keperluan ibu.
2.2.2. Kunjungan Ibu Hamil
Menurut Depkes RI (2005), kunjungan ibu hamil adalah kontak ibu hamil
dengan tenaga kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar yang
ditetapkan. Istilah kunjungan disini dapat diartikan ibu hamil yang datang ke fasilitas
(30)
di rumahnya atau posyandu. Kunjungan ibu hamil dilakukan secara berkala yang
dibagi dalam beberapa tahap, seperti:
1. Kunjungan baru ibu hamil (K1)
Kunjungan K1 adalah kontak ibu hamil yang pertama kali dengan petugas
kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan pada trimester I, di
mana usia kehamilan 1 sampai 12 minggu.
2. Kunjungan ibu hamil yang keempat (K4)
Kunjungan K4 adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang
keempat, untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar pada
trimester III, di mana usia kehamilan > 24 minggu.
Selanjutnya menurut Depkes RI (2009), kunjungan antenatal sebaiknya
dilakukan paling sedikit 4 kali selama masa kehamilan dengan distribusi kontak
sebagai berikut:
1). Minimal 1 kali pada trimester pertama (K1), usia kehamilan 1 sampai 12
minggu.
2). Minimal 1 kali pada trimester kedua, usia kehamilan 13 sampai 24 minggu.
3) Minimal 2 kali pada trimester ketiga, usia kehamilan > 24 minggu.
Menurut Manuaba (1998), jadwal pemeriksaan antenatal adalah sebagai
berikut:
a. Pemeriksaan pertama dilakukan segera setelah diketahui terlambat haid.
b. Pemeriksaan ulang: 1) Setiap bulan sampai umur kehamilan 6 sampai 7 bulan,
2) Setiap 2 minggu sampai kehamilan berumur 8 bulan, 3) Setiap 1 minggu
(31)
c. Pemeriksaan khusus bila terdapat keluhan-keluhan tertentu.
2.2.3. Pelaksana Pelayanan Antenatal
Pelaksana antenatal adalah dokter, bidan (bidan di puskesmas, bidan di desa
dan bidan praktek swasta), pembantu bidan dan perawat yang sudah dilatih dalam
pemeriksaan kehamilan. Pelayanan antenatal di desa dapat dilakukan di polindes,
posyandu atau kunjungan rumah (Depkes RI, 2005).
2.2.4. Cakupan Pelayanan Antenatal
Menurut Depkes RI (2009), cakupan pelayanan antenatal adalah persentase
ibu hamil yang telah mendapat pemeriksaan oleh tenaga kesehatan di suatu wilayah
kerja. Cakupan pelayanan antenatal (K1) adalah cakupan ibu hamil yang pertama kali
mendapat pelayanan antenatal oleh tenaga kesehatan di suatu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu. Indikator akses ini digunakan untuk mengetahui jangkauan
pelayanan antenatal serta kemampuan program dalam menggerakkan masyarakat.
Angka cakupan K1 dapat diperoleh dari jumlah K1 dalam 1 tahun dibagi jumlah ibu
hamil di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun kali 100%.
Dalam pengelolaan program KIA disepakati bahwa cakupan ibu hamil
adalah cakupan kunjungan ibu hamil yang keempat. Cakupan K4 adalah cakupan ibu
hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar paling
sedikit 4 kali selama kehamilan. Indikator ini dipakai untuk menggambarkan tingkat
perlindungan ibu hamil di suatu wilayah. Angka cakupan K4 diperoleh dari jumlah
K4 dalam 1 tahun dibagi jumlah sasaran ibu hamil di suatu wilayah dalam 1 tahun
(32)
Menurut Depkes RI (2005) Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu
dan Anak (PWS-KIA) adalah alat manajemen program KIA untuk memantau
cakupan pelayanan KIA di suatu wilayah kerja secara terus menerus, agar dapat
dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tepat terhadap wilayah kerja yang cakupan
pelayanan KIA masih rendah.
2.3. Kebijakan
Menurut Saifuddin,dkk (2002), kebijakan pelayanan antenatal terdiri atas 2,
yaitu:
2.3.1. Kebijakan Program
1. Menyediakan sarana pelayanan antenatal yang sesuai dengan standar
pelayanan kebidanan.
2. Setiap ibu hamil dibuatkan kartu ibu atau buku KIA untuk mencatat hasil
pemeriksaan kehamilan.
3. Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama
kehamilan.
a. Satu kali kunjungan pada triwulan pertama
b. Satu kali pada triwulan kedua
c. Dua kali pada triwulan ketiga
2.3.2. Kebijakan Teknis
Setiap kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau komplikasi setiap
(33)
Penatalaksanaan ibu hamil secara keseluruhan meliputi komponen-komponen sebagai
berikut:
1. Mengupayakan kehamilan yang sehat.
2. Melakukan deteksi dini komplikasi, melakukan penatalaksanaan awal serta
rujukan bila diperlukan.
3. Persiapan persalinan yang bersih dan aman.
4. Perencanaan antisipatif dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika
terjadi komplikasi (Saifuddin,dkk, 2002).
2.4. Konsep Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan
Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mencari faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap perilaku kesehatan dan pemanfaatan pelayanan kesehatan.
Cukup banyak model-model penggunaan pelayanan kesehatan yang dikembangkan,
seperti model kependudukan, model sumber daya masyarakat, model organisasi dan
lain-lain sesuai dengan variabel-variabel yang digunakan dalam masing-masing
model.
Anderson dalam Notoatmodjo (2003), mengembangkan model sistem
kesehatan (health belief model) yang berupa model kepercayaan kesehatan. Dalam
Anderson ini terdapat 3 (tiga) kategori utama dalam pelayanan kesehatan, yaitu:
1. Karakteristik predisposisi (predisposing characteristic), menggambarkan
kecenderungan individu yang berbeda-beda dalam menggunakan pelayanan
(34)
a. Faktor-faktor demografi (umur, jenis kelamin, status perkawinan, jumlah
anggota keluarga dan lain-lain).
b. Faktor struktur sosial (suku bangsa, pendidikan, pekerjaan).
c. Faktor keyakinan (pengetahuan, sikap dan persepsi).
2. Karakteristik pemungkin (enabling characteristic), menunjukkan kemampuan
individu untuk menggunakan pelayanan kesehatan. Dalam komponen ini
termasuk faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pencarian :
a. Sumber keluarga (pendapatan/penghasilan, kemampuan membayar
pelayanan, keikutsertaan dalam asuransi, informasi pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan).
b. Sumber daya masyarakat (suatu pelayanan, lokasi/jarak, transportasi dan
sebagainya).
3. Karakteritik kebutuhan (need characteristic), faktor predisposisi dan faktor yang
memungkinkan untuk mencari pengobatan dapat terwujud di dalam tindakan itu
dirasakan sebagai kebutuhan.
Menurut Dever yang dikutip Ulina (2004) dalam “Determinant of Health
Service Utilization”, bahwa faktor yang memengaruhi pelayanan kesehatan adalah : 1. Faktor Sosio Kultural
a. Norma dan nilai yang ada di masyarakat adalah norma, nilai sosial dan
keyakinan yang ada di masyarakat akan memengaruhi seseorang dalam
bertindak, termasuk dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan.
b. Teknologi yang digunakan dalam pelayanan kesehatan, dalam hal ini
(35)
pelayanan kesehatan, seperti: transplantasi organ dan kemajuan di bidang
radiologi. Disisi lain teknologi dapat menurunkan pemanfaatan pelayanan
kesehatan, sebagai contoh dengan ditemukannya berbagai macam vaksin
pencegahan penyakit menular dapat mengurangi angka kesakitan. 2. Faktor Organisasional
a. Ketersediaan sumber daya yang mencukupi dari segi kualitas maupun
kuantitas sangat memengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan. Suatu
pelayanan hanya bisa digunakan apabila jasa tersebut tersedia.
b. Keterjangkauan lokasi, peningkatan akses yang dipengaruhi oleh
berkurangnya jarak, waktu tempuh dan biaya tempuh mengakibatkan
peningkatan pemanfaatan pelayanan kesehatan.
c. Keterjangkauan sosial, konsumen memperhitungkan sikap dan karakteristik
provider terhadap konsumen, seperti etnis, jenis kelamin, ras dan hubungan keagamaan. Akses ini terdiri dari dua dimensi yaitu dapat diterima dan
terjangkau. Dimensi dapat diterima mengarah kepada faktor psikologis, sosial
dan budaya, sedangkan dimensi terjangkau mengarah kepada faktor ekonomi.
d. Karakteristik dari struktur organisasi pelayanan dan proses, berbagai macam
bentuk praktek pelayanan kesehatan dan cara memberikan pelayanan
kesehatan mengakibatkan pola pemanfaatan yang berbeda-beda. 4. Faktor Interaksi Konsumen dan Provider (penyedia pelayanan)
a. Faktor yang berhubungan dengan konsumen, dipengaruhi oleh: (1) faktor
sosio demografi meliputi umur, sex, ras, bangsa, status perkawinan, jumlah
(36)
penghasilan), (2) faktor sosio psikologi meliputi persepsi sakit, gejala sakit
dan keyakinan terhadap perawatan medis/dokter, (3) faktor epidemiologis
meliputi mortalitas, morbiditas, disabilty dan faktor risiko.
b. Faktor yang berhubungan dengan provider, dipengaruhi oleh: (1) faktor
ekonomi yaitu barang subsidi, adanya keterbatasan pengetahuan konsumen
tentang penyakit yang diderita, (2) faktor karakteristik provider meliputi tipe
pelayanan, sikap petugas, keahlian petugas dan fasilitas yang dimiliki oleh
pelayanan kesehatan tersebut (Ulina, 2004).
Menurut Kalangie dalam Department of Health Education and Welfare, USA
yang dikutip Hotma (2007), ada beberapa faktor yang memengaruhi seseorang
memanfaatkan pelayanan kesehatan, yaitu :
1. Faktor regional dan residence yaitu: regional misalnya Jakarta, Jawa Tengah dan
lain-lain, dan residence misalnya: rural (desa) dan urban (kota).
2. Faktor dari sistem pelayanan kesehatan yang bersangkutan yaitu tipe dari
organisasi, misalnya: rumah sakit, puskesmas dan fasilitas pelayanan lainnya,
kelengkapan program kesehatan, tersedianya tenaga dan fasilitas medis,
teraturnya pelayanan, hubungan antara dokter/tenaga kesehatan lainnya dengan
masyarakat dan adanya asuransi kesehatan.
3. Faktor adanya fasilitas kesehatan lain.
4. Faktor-faktor dari konsumen yang menggunakan pelayanan kesehatan yaitu :
faktor sosio psikologi yang meliputi sikap/persepsi terhadap pelayanan kesehatan
secara umum, pengetahuan dan sumber informasi dari pelayanan kesehatan dan
(37)
status sosio ekonomi (pendidikan, pekerjaan dan penghasilan), dan digunakan
pelayanan kesehatan yang meliputi jarak antara rumah penderita dengan tempat
pelayanan kesehatan (Hotma, 2007).
2.5. Faktor yang Berpengaruh terhadap Pemanfaatan Pelayanan Antenatal 2.5.1. Faktor Predisposisi
Pemanfaatan pelayanan antenatal oleh ibu hamil pada dasarnya merupakan
manifestasi dari bentuk perilaku di bidang kesehatan dalam upaya mencegah dan
menanggulangi adanya penyakit atau gangguan yang dapat membahayakan
kesehatan, baik ibu maupun bayi yang dikandung selama kehamilan dan pada
persalinan.
2.5.1.1. Pendidikan
Menurut Widyastuti,dkk (2010), Pendidikan merupakan proses
pemberdayaan peserta didik sebagai subjek dan objek dalam membangun kehidupan
yang lebih baik. Pendidikan juga merupakan proses sadar dan sistematis di sekolah,
keluarga dan masyarakat untuk menyampaikan suatu maksud dari suatu konsep yang
sudah ditetapkan. Tujuan pendidikan diharapkan agar individu mempunyai
kemampuan dan keterampilan secara mandiri untuk meningkatkan taraf hidup lahir
batin dan meningkatkan perannya secara pribadi.
Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk
memengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka
melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Dari batasan ini tersirat
(38)
(upaya yang direncanakan untuk memengaruhi orang lain), c) “output” (melakukan
apa yang diharapkan atau perilaku) (Notoatmodjo, 2003).
Selanjutnya Widyastuti,dkk (2010) mengatakan pendidikan yang tinggi
dipandang perlu bagi kaum wanita, karena dengan tingkat pendidikan yang tinggi
mereka dapat meningkatkan taraf hidup, mampu membuat keputusan menyangkut
masalah kesehatan mereka sendiri. Semakin tinggi pendidikan seorang wanita, maka
semakin mampu mandiri dalam mengambil keputusan menyangkut diri mereka
sendiri.
2.5.1.2. Paritas
Mempunyai anak lebih dari 4 orang akan meningkatkan risiko terhadap ibu
dan bayinya. Lebih-lebih kalau jarak antara kehamilan kurang dari 2 tahun, maka ibu
akan lemah akibat dari seringnya hamil, melahirkan dan menyusui. Sehingga sering
mengakibatkan berbagai masalah seperti ibu yang menderita anemia, kurang gizi, dan
bahkan sering terjadi perdarahan setelah melahirkan yang membahayakan nyawa ibu.
Risiko melahirkan bayi cacat dan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) juga meningkat
setelah 4 kali kehamilan dan setelah usia ibu 35 tahun (Soetjiningsih, 1995).
2.5.1.3. Jarak Kelahiran
Untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak sebaiknya jarak antara
kehamilan tidak kurang dari 2 tahun, karena kalau jaraknya terlalu dekat dapat
mengganggu tumbuh kembang anak baik fisik maupun mentalnya. Hal ini disebabkan
ASI terpaksa dihentikan, ibu tidak punya banyak waktu untuk menyiapkan makanan
(39)
sekitar 2 tahun untuk memulihkan kesehatannya sebelum hamil lagi. Kalau ibu hamil
terlalu cepat, maka sering melahirkan BBLR (Soetjiningsih, 1995).
Kematian janin dan kematian neonatal terendah apabila jarak kelahiran
adalah lebih dari 2 tahun. Suatu penelitian epidemiologis di Punjab membuktikan
bahwa kematian bayi terutama kematian neonatal paling tinggi apabila jarak
kelahiran kurang dari 24 bulan (Moersintowarti, 2008).
2.5.1.4. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra
manusia, yakni: indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau
kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang (Notoatmodjo, 2007).
Selanjutnya menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan yang dicakup dalam
domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yakni:
1. Tahu (Know)
Tahu diartiakan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnaya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari
atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat
(40)
2. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara
benar.
3. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Dalam situasi yang lain
misalnya dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah
(problem solving cycle) dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang
diberikan.
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi
tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. 5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru
dari formulasi-formulasi yang ada. 6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap
(41)
2.5.1.5. Sikap
Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek
tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan.
Newcomb, salah seorang ahli psikologi dalam Notoatmodjo (2005) menyatakan
bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan
merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dengan kata lain sikap belum merupakan
tindakan (reaksi terbuka), tetapi merupakan predisposisi perilaku (reaksi tertutup).
Menurut Allport dalam Notoatmodjo (2005) sikap terdiri dari 3 komponen,
yaitu :
1. Kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep terhadap objek.
2. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek.
3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)
Ketiga komponen tersebut secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh
(total attitude). Dalam menentukan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran,
keyakinan dan emosi memegang peranan penting.
Seperti halnya pengetahuan, sikap juga mempunyai tingkatan berdasarkan
intensitasnya, sebagai berikut :
1. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau menerima stimulus yang
diberikan. Misal sikap seseorang terhadap pemeriksaan antenatal dapat diketahui
dari kehadiran si ibu untuk mendengarkan penyuluhan tentang antenatal di
lingkungannya.
(42)
Menanggapi diartiakan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap
pertanyaaan yang dihadapi.
3. Menghargai (valuing)
Menghargai diartikan seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek,
dalam arti mendiskusikannya dengan orang lain dan bahkan memengaruhi atau
menganjurkan orang lain merespons.
4. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab terhadap apa yang diyakininya. Seseorang yang telah
mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinannya, dia harus berani mengambil
risiko bila ada orang lain mencemoohkan atau adanya risiko lain (Notoatmodjo,
2005).
2.5.2. Faktor Pemungkin/Pendorong 2.5.2.1. Pekerjaan Suami
Kerja merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia. Kebutuhan itu bisa
bermacam-macam, berkembang dan berubah, bahkan seringkali tidak disadari oleh
pelakunya. Seseorang bekerja karena ada sesuatu yang hendak dicapainya dan orang
berharap bahwa aktivitas kerja yang dilakukannya akan membawanya kepada suatu
keadaan yang lebih baik dan memuaskan dari pada keadaan sebelumnya.
Pekerjaan adalah sumber penghasilan, sebab itu setiap orang yang ingin
memperoleh penghasilan yang lebih besar dan tingkat kehidupan yang lebih baik
(43)
bernilai, yang bermanfaat bagi kita, bagi anggota keluarga dan anak isteri yang
menjadi tanggung jawab suami (Anoraga, 2006).
2.5.2.2. Pendapatan Keluarga
Pendapatan yaitu seluruh penerimaan baik berupa uang maupun barang baik
dari pihak lain maupun dari hasil sendiri. Jadi yang dimaksud pendapatan adalah
suatu tingkat penghasilan yang diperoleh dari pekerjaan pokok dan pekerjaan
sampingan dari orang tua dan anggota keluarga lainnya.
Pendapatan juga mempunyai kontribusi besar dalam pemanfaatan pelayanan
kesehatan. Bagi ibu-ibu yang mempunyai biaya akan lebih leluasa untuk
memanfaatkan pelayanan kesehatan, sebaliknya ibu-ibu yang kurang mempunyai
biaya akan kurang leluasa untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan (Ulina, 2004).
2.5.3. Faktor Kebutuhan 2.5.3.1. Kondisi Ibu
Menurut Depkes RI dalam Murniati (2007), kondisi ibu selama kehamilan
harus dipahami, agar ibu tahu bagaimana keadaan (keluhan) normal atau tidak.
Keluhan normal yang tidak membahayakan bagi kehamilan seperti perubahan
hormonal atau perubahan bentuk tubuh. Keluhan atau keadaan yang membahayakan
seperti perdarahan baik sedikit atau banyak, pembengkakan pada kaki yang tidak
hilang setelah istirahat rebahan yang disertai nyeri kepala, mual dan nyeri ulu hati
keluar cairan ketuban sebelum kehamilan cukup umur, janin tidak bergerak atau
(44)
2.6. Perilaku
Dari aspek biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme
atau makluk hidup yang bersangkutan. Benyamin Bloom dalam Notoatmodjo (2005)
membagi perilaku manusia ke dalam 3 domain (ranah/kawasan) yakni kognitif
(cognitive), afektif (affective) dan psikomotor (psychomotor). Kemudian oleh ahli pendidikan di Indonesia, ketiga domain ini diterjemahkan ke dalam cipta (kognitif),
rasa (afektif) dan karsa (psikomotor).
Menurut Skiner dalam Notoatmodjo (2005), merumuskan bahwa perilaku
manusia dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu : 1. Perilaku Tertutup (Covert behavior)
Perilaku tertutup terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut masih belum
dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respons seseorang masih terbatas
dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap stimulus
yang bersangkutan. Bentuk unobservable behavior atau covert behavior yang dapat
diukur adalah pengetahuan dan sikap.
2. Perilaku Terbuka (Overt behavior)
Perilaku terbuka ini terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut sudah berupa
tindakan atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar atau observable behavior.
2.6.1. Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap
(45)
kesehatan, makanan dan minuman serta lingkungan. Dari batasan ini perilaku
kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok.
1. Perilaku Pemeliharaan kesehatan (Health Maintenance) adalah perilaku atau
usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak
sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. Oleh sebab itu perilaku
pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3 aspek :
a. Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta
pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.
b. Perilaku kesehatan lingkungan, apabila seseorang dalam keadaan sehat. Perlu
dijelaskan disini, bahwa kesehatan itu sangat dinamis dan relatif, maka dari itu
orang yang sehat pun perlu diupayakan supaya mencapai tingkat kesehatan
yang seoptimal mungkin.
c. Perilaku gizi (makanan) dan minuman. Makanan dan minuman dapat
memelihara dan meningkatkan kesehatan seseorang, tetapi sebaliknya makanan
dan minuman dapat menjadi penyebab menurunnya kesehatan seseorang,
bahkan dapat mendatangkan penyakit. Hal ini sangat tergantung pada perilaku
orang terhadap makanan dan minuman tersebut.
2. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas kesehatan, atau sering
disebut perilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior) menyangkut
upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit dan atau
kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri
(46)
3. Perilaku kesehatan lingkungan adalah bagaimana seseorang merespons
lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial, sehingga lingkungan tersebut
tidak memengaruhi kesehatannya. Dengan perkataan lain, bagaimana seseorang
mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatan sendiri,
keluarga atau masyarakatnya. Misalnya bagaimana mengelola pembuangan
tinja, air minum, tempat pembuangan sampah, pembuangan limbah dan
sebagainya (Notoatmodjo, 2003).
Bekker dalam Notoatmodjo (2007) mengajukan klasifikasi lain yang
berhubungan dengan kesehatan, sebagai berikut
a. Perilaku hidup sehat (health behavior) yaitu hal-hal yang berkaitan dengan
tindakan atau kegiatan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan
kesehatannya.
b. Perilaku sakit yakni segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh
individu yang merasa sakit, untuk merasakan dan mengenal keadaan
kesehatannya atau rasa sakit.
c. Perilaku peran sakit yakni segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh
individu yang sedang sakit untuk memperoleh kesembuhan.
2.6.2. Tindakan Ibu Hamil
Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian
mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya
(47)
disikapinya (dinilai baik). Inilah yang disebut praktik (practice) kesehatan
(Notoatmodjo, 2003).
Menurut Notoatmodjo (2005) mengatakan bahwa sikap belum tentu terwujud
dalam tindakan, sebab terwujudnya tindakan perlu faktor lain, yaitu faktor pendukung
antara lain adanya fasilitas atau sarana dan prasarana. Seorang ibu hamil sudah tahu
bahwa periksa hamil itu penting untuk kesehatannya dan janinnya, dan sudah ada niat
(sikap) untuk periksa hamil. Agar sikap ini meningkat menjadi tindakan, maka
diperlukan bidan, posyandu atau puskesmas yang dekat dengan rumahnya. Apabila
tidak, kemungkinan ibu tersebut tidak akan memeriksakan kehamilannya. Di samping
faktor fasilitas, juga diperlukan faktor dukungan dari pihak lain, misalnya suami,
orang tua atau mertua dan lain-lain.
Praktik atau tindakan ini dapat dibedakan menjadi 3 tingkatan menurut
kualitasnya, yaitu:
1. Praktik terpimpin (Guided respons)
Apabila seseorang telah melakukan sesuatu tetapi masih tergantung tuntunan atau
menggunakan panduan. Misalnya, seorang ibu memeriksakan kehamilannya
tetapi masih menunggu diingatkan oleh bidan atau tetangganya.
2. Praktik secara mekanisme (Mechanism)
Seseorang telah melakukan sesuatu secara otomatis atau sesuatu itu sudah
merupakan kebiasaan. Misalnya, seorang ibu secara otomatis memeriksakan
(48)
3. Adopsi (Adoption)
Apabila seseorang melakukan sesuatu tidak sekadar rutinitas atau kebiasaan
tetapi sudah dilakukan secara berkualitas. Misalnya, seorang ibu memeriksakan
kehamilannya ke pelayanan kesehatan dengan mendapatkan pelayanan sesuai
standar pelayanan antenatal (Notoatmodjo, 2005).
2.7. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian digambarkan sebagai berikut:
Variabel Independen
Variabel Dependen
Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan kerangka konsep, dapat dirumuskan definisi konsep variabel
penelitian sebagai berikut :
1. Faktor predisposisi adalah ciri yang menggambarkan kecenderungan individu yang
berbeda-beda dalam menggunakan pelayanan kesehatan, dalam hal ini diukur dari
pendidikan, paritas, jarak kelahiran, pengetahuan dan sikap. Faktor Predisposisi :
- Pendidikan - Paritas
- Jarak kelahiran - Pengetahuan - Sikap
Faktor Pemungkin : - Pekerjaan suami - Pendapatan keluarga
Pemanfaatan Pelayanan Antenatal di Kelurahan Pasir Bidang Tahun 2010
Faktor Kebutuhan: - Kondisi ibu
(49)
2. Faktor pemungkin adalah menunjukkan kemampuan individu untuk menggunakan
pelayanan kesehatan yang ada tergantung kepada kemampuan konsumen untuk
membayar, dalam hal ini diukur dari pekerjaan suami dan pendapatan keluarga.
3. Faktor kebutuhan adalah yang memungkinkan konsumen untuk mencari
pengobatan dapat terwujud dalam tindakan apabila itu dirasakan sebagai
kebutuhan, dalam hal ini diukur dari kondisi ibu selama kehamilan.
4. Pemanfaatan pelayanan antenatal adalah penggunaan pelayanan kesehatan untuk
memeriksakan kehamilannya, diukur dari kelengkapan kunjungan pelayanan
antenatal yang diterima ibu selama hamil (minimal 4 kali kunjungan).
2.8. Hipotesis Penelitian
Dari gambar kerangka konsep di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah
terdapat pengaruh faktor predisposisi (meliputi pendidikan, paritas, jarak kehamilan,
pengetahuan, sikap ibu) dan faktor pemungkin (meliputi pekerjaan suami dan
pendapatan keluarga) serta faktor kebutuhan (meliputi kondisi ibu) terhadap
pemanfaatan pelayanan antenatal oleh ibu di Kelurahan Pasir Bidang Kecamatan
(50)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian survei dengan menggunakan
pendekatan explanatory atau penelitian penjelasan yang bertujuan untuk menjelaskan
pengaruh faktor predisposisi, pemungkin dan kebutuhan terhadap pemanfaatan
pelayanan antenatal di Kelurahan Pasir Bidang Kecamatan Sarudik Kabupaten
Tapanuli Tengah Tahun 2010.
Menurut Singarimbun (1995), penelitian survei adalah penelitian yang
mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat
pengumpulan data yang pokok. Penelitian explanatory bertujuan untuk menjelaskan
hubungan kausal antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesa.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Pasir Bidang Kecamatan Sarudik
Kabupaten Tapanuli Tengah yang merupakan wilayah kerja Puskesmas Sarudik.
Adapun alasan pemilihan lokasi ini adalah berdasarkan hasil Laporan KIA Puskesmas
Sarudik Tahun 2009 bahwa cakupan pelayanan antenatal di Kelurahan Pasir Bidang
paling rendah (K1 37,60% dan K4 26,49%), 2). Waktu penelitian ini dilakukan pada
(51)
3.3. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil yang melahirkan pada
Bulan Januari sampai dengan Desember Tahun 2009 dan sudah memiliki anak lebih
dari satu. Pada saat survei pendahuluan diketahui jumlah populasi sebanyak 75 orang.
Sampel dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil yang melahirkan pada
Bulan Januari sampai dengan Desember Tahun 2009 dan sudah memiliki anak lebih
dari satu di Kelurahan Pasir Bidang, dengan alasan apabila subjeknya kurang dari
100, maka lebih baik diambil semua, sehingga teknik pengambilan sampel yang
digunakan adalah total sampling (Arikunto, 2006).
3.4. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan data
primer dan data sekunder. 1. Data Primer
Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan responden,
dengan berpedoman pada kuesioner penelitian yang telah dipersiapkan
sebelumnya.
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dengan mengumpulkan data dari Laporan KIA
Puskesmas Sarudik Tahun 2009 tentang cakupan kunjungan ibu hamil di
Kelurahan Pasir Bidang dan data dari Profil Dinas Kesehatan Tapanuli
(52)
3.5. Definisi Operasional
Variabel bebas yaitu faktor predisposisi (meliputi pendidikan, paritas, jarak
kehamilan, pengetahuan, sikap) dan faktor pemungkin (meliputi pekerjaan suami dan
pendapatan keluarga) serta faktor kebutuhan (meliputi kondisi ibu) dengan definisi
sebagai berikut:
1. Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang berhasil ditamatkan oleh
responden berdasarkan ijazah terkhir. Pendidikan dibagi menjadi 3 kategori
yaitu :
a. Tinggi, bila responden tamat Akademi/Perguruan Tinggi
b. Sedang, bila responden tamat SMP/SMA
c. Rendah, bila responden tidak tamat SD/Tamat SD
2. Paritas adalah jumlah kelahiran baik lahir hidup maupun lahir mati yang
dialami ibu. Menurut Moersintowati,dkk (2008), paritas dapat dibagi menjadi
2 kategori :
a. Normal, apabila persalinan ibu < 5 kali
b. Risiko tinggi, apabila persalinan ibu ≥ 5 kali
3. Jarak kelahiran adalah kurun waktu (tahun) antara saat kelahiran yang terakhir
dengan kelahiran sebelumnya. Menurut Moersintowati,dkk (2008), jarak
kelahiran dapat dibagi menjadi 2 kategori:
a. Normal ≥ 2 tahun b. Risiko tinggi < 2 tahun
(53)
4. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui ibu mengenai kehamilan
dan perawatan kehamilan. Pengetahuan terdiri dari 8 pertanyaan dan diukur
dengan menggunakan metode skoring terhadap kuesioner yang telah diberi
bobot. Nilai tertinggi dari seluruh pertanyaan adalah 16. Berdasarkan jumlah
yang diperoleh responden dapat dikategorikan sebagai berikut :
a. Baik, apabila responden mendapat skor 14-16
b. Sedang, apabila responden mendapat skor 11-13
c. Buruk, apabila responden mendapat skor 8-10
5. Sikap adalah tanggapan ibu terhadap pentingnya pemeriksaan kehamilan.
Sikap terdiri dari 5 pernyataan dan diukur dengan metode skoring terhadap
pernyataan yang telah diberi bobot. Berdasarkan jumlah yang diperoleh
responden dapat dibagi menjadi 3 kategori yaitu ;
a. Baik, apabila responden mendapat skor 13-15
b. Sedang, apabila responden mendapat skor 9-12
c. Buruk, apabila responden mendapat skor 5-8
6. Pekerjaan suami adalah kegiatan utama yang dilakukan suami secara tetap
untuk mendapatkan uang, yang dibedakan atas PNS, karyawan swasta,
wiraswasta/pengusaha, buruh lepas, nelayan, dan lain-lain.
7. Pendapatan keluarga adalah jumlah penghasilan keluarga baik responden
maupun kepala keluarga yang dihitung dalam sebulan. Pendapatan diukur
berdasarkan Upah Minimun Propinsi (UMP) Sumatera Utara Tahun 2010
berdasarkan SK Gubsu Nomor 561/4894/K/Tahun 2009 yaitu :
(54)
b. < UMP atau < Rp 905.000,00 per bulan
8. Kondisi ibu adalah ada tidaknya penyakit yang dialami ibu selama kehamilan.
Ada penyakit jika ibu mempunyai masalah kesehatan selama kehamilan,
seperti penyakit yang diderita ibu dan ada oedema selama kehamilan. Tidak
ada penyakit jika ibu tidak mengalami masalah kesehatan selama kehamilan.
Kondisi ibu dapat dibagi menjadi 2 kategori, yaitu:
a. Ada penyakit
b. Tidak ada penyakit
9. Pemanfaatan pelayanan antenatal adalah jumlah kunjungan ibu hamil dan
pelayanan yang diterima oleh ibu hamil dalam pelayanan antenatal pada
sarana pelayanan kesehatan, yang terdiri dari 5 pertanyaan dan dibagi menjadi
tiga kategori yaitu :
a. Baik, apabila responden mendapat skor 9-10
b. Kurang baik, apabila responden mendapat skor 7-8
c. Buruk, apabila responden mendapat skor 5-6
3.6. Aspek Pengukuran
3.6.1. Aspek Pengukuran Variabel Bebas
Variabel predisposisi, pemungkin dan kebutuhan meliputi skala pengukuran
(55)
Tabel 3.1. Aspek Pengukuran Variabel Independen
No Variabel ∑
Indikator Kategori jawaban Bobot Nilai Kriteria Skor Skala Ukur
I Faktor
Predisposisi
1 Pendidikan 1. Normal
2. Risiko tinggi Ordinal
2 Paritas 1. Normal
2. Risiko tinggi
Ordinal
3 Jarak kelahiran
1. Tinggi
2. Sedang
3. Rendah
Ordinal
4 Pengetahuan 8 1. Tahu 2. Tidak tahu
2 1
1. Baik 2. Sedang 3. Buruk
14-16 11-13 8-10
Interval
5 Sikap 5 1. Sangat setuju 2. Setuju 3. Tidak setuju
3 2 1
1. Sangat baik 2. Baik
3. Kurang baik
13-15 9-12
5-8
Interval
II Faktor
Pemungkin
1 Pekerjaan Suami 1. PNS 2. Karyawan swasta 3. Wiraswasta/pen gusaha 4. Buruh lepas 5. Nelayan
6. Lain-lain
Nomin
al
2 Pendapatan Keluarga
1. ≥ UMP 2. < UMP
Ordinal
III Faktor Kebutuhan
3.
1 Kondisi ibu 1. Ada penyakit
2. Tidak ada penyakit
Ordinal
3.6.2. Aspek Pengukuran Variabel Terikat
Pemanfaatan pelayanan antenatal dapat dilihat pada tabel 3.2.
Tabel 3.2. Aspek Pengukuran Variabel Terikat
No Varabel ∑
Indikator
Kategori jawaban
Bobot Nilai
Kriteria Skor Skala
(56)
1 Pemanfaatan pelayanan antenatal
5 1. Ya
2. Tidak
1 2 3
1. Buruk
2. Kurang baik 3. Baik
5-6 7-8 9-10
Interval
3.7.Teknik Analisa Data
Teknik analisa data dalam penelitian ini adalah analisa multivariat dengan uji
regresi linier ganda untuk membuktikan pengaruh lebih dari satu variabel bebas
terhadap variabel terikat yaitu faktor predisposisi, pemungkin dan kebutuhan terhadap
pemanfaatan pelayanan antenatal di Kelurahan Pasir Bidang dengan model
persamaan sebagai berikut :
Y = a+b1X1+b2X2+b3X3+...bnXn
Keterangan :
Y = Variabel dependen
X = variabel independen
a = Konstata
b = Koefisien regresi
(57)
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.I. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1. Data Geografis
Kelurahan Pasir Bidang berada di Kecamatan Sarudik termasuk wilayah kerja
Puskesmas Sarudik. Secara georafis Kelurahan Pasir Bidang memiliki luas 5 Ha.
Kelurahan Pasir Bidang memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Pondok Batu
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Aek Habil
c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Muara Pinang
d. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Sarudik
4.1.2. Kependudukan
Secara administratif, jumlah penduduk Kelurahan Pasir Bidang Tahun 2009
mencapai 5.560 jiwa (1.328 KK), dengan perincian penduduk WUS (Wanita Usia
Subur) 1.479 jiwa, PUS (Pasangan Usia Subur) 753 KK, Bumil 117 jiwa, bayi 75
jiwa, balita 443 jiwa, jumlah penduduk miskin 1.024 KK yang terdiri dari berbagai
suku dan agama.
Berdasarkan jenis kelamin, penduduk yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 2.915 jiwa dan penduduk yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 2.645
(58)
Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin No Jenis Kelamin Jumlah (jiwa) Persentase %
1 Laki-laki 2.915 52,4
2 Perempuan 2.645 47,6
Jumlah 5.560 100
Sumber : Profil Kelruhan Pasir Bidang Tahun 2009
4.1.3. Sumber Daya Kesehatan
Perencanaan sumber daya kesehatan meliputi sumber daya tenaga, sarana dan
biaya sangat besar pengaruhnya terhadap kemajuan pembangunan kesehatan. Jenis
sarana kesehatan yang terdapat di Kelurahan Pasir Bidang terdiri dari Pustu
(Puskesmas Pembantu), polindes (Poli Persalinan Desa) dan Posyandu. Secara rinci
dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Table 4.2. Jenis Sarana Kesehatan di Kelurahan Pasir Bidang
No Jenis Sarana Jumlah Unit
1 Puskesmas Pembantu (Pustu) 1
2 Polindes 6
3 Posyandu 3
Jumlah 10
Sumber : Profil Kelurahan Pasir Bidang Tahun 2009
Tenaga kesehatan yang terdapat di Kelurahan Pasir Bidang terdiri dari bidan
dan perawat secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Table 4.3. Jenis Tenaga kesehatan di kelurahan Pasir Bidang
No Tenaga Kesehatan Jumlah
1 Bidan 10
2 Perawat 4
Jumlah 14
Sumber : Profil Kelurahan Pasir Bidang Tahun 2009
Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan di pustu dan polindes tidak
(59)
bertugas di pustu pada umumnya buka praktik di rumahnya sehingga ibu bersalin
ditolong dipraktik bidan.
4.2. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi dari variabel
independen dan dependen dalam penelitian yang meliputi: pendidikan, paritas, jarak
kelahiran, pengetahuan, sikap, pekerjaan suami, pendapatan keluarga, kondisi ibu dan
pemanfaatan pelayanan antenatal.
4.2.1. Deskripsi Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang melahirkan pada Tahun
2009 dan sudah memiliki anak lebih dari satu. Berdasarkan pengumpulan data di
lapangan, diperoleh gambaran karakteristik responden secara umum menurut
kelompok umur dan suku. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4. Distribusi Kategori Responden Berdasarkan Umur dan Suku
No Karakteristik Responden Jumlah
f %
1 Umur
<20 Tahun (risiko tinggi) 20-35 Tahun (reproduksi baik) >35 Tahun (risiko tinggi)
6 54 15 8,0 72,0 20,0
Jumlah 75 100,0
2 Suku
Batak Nias Jawa Minang 58 13 1 2 77,3 18,7 1,3 2,7
(60)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan umur, sebagian besar
responden berada dalam kategori usia reproduksi normal (20-35 tahun) yaitu
sebanyak responden (72%) dan paling sedikit berada dalam kategori usia reprodusi
risiko tinggi (<20 tahun) sebanyak 6 responden (8,0%).
Berdasarkan suku bangsa, sebagian besar responden adalah Suku Batak yaitu
58 responden (77,1%) dan paling sedikit adalah Suku Jawa yaitu sebanyak 1
responden (1,3%).
4.2.2. Deskripsi Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi mencakup pendidikan, paritas, jarak kelahiran,
pengetahuan dan sikap responden, yaitu sebagai berikut:
4.2.2.1. Pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebanyak 9 responden (12%)
tidak sekolah/tidak tamat SD, sebanyak 10 responden (13,3%) berpendidikan SD,
sebanyak 29 responden (38,7%) berpendidikan SLTP, sebanyak 19 responden
(25,3%) berpendidikan SLTA, sebanyak 8 responden (10,7%) berpendidikan
Akademi/Perguruan Tinggi. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No Tingkat Pendidikan Jumlah
F %
1. 2. 3. 4. 5.
Tidak sekolah/tidak tamat SD SD SLTP SLTA Akademi/Perguruan Tinggi 9 10 29 19 8 12,0 13,3 38,7 25,3 10,7
(61)
Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa pendidikan responden
sebagian besar berada pada kategori sedang yaitu sebanyak 48 responden (64%),
kemudian diikuti dengan pendidikan kategori rendah sebanyak 19 responden (25,3%),
dan pendidikan kategori tinggi sebanyak 8 responden (10,7%). Secara rinci dapat
dilihat pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pendidikan
No Kategori Pendidikan Jumlah
f %
1. 2. 3.
Rendah Sedang Tinggi
19 48 8
25,3 64,0 10,7
Jumlah 75 100
4.2.2.2. Paritas
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebanyak 21 responden
melahirkan 2 kali (28%), sebanyak 15 responden melahirkan 3 kali (20%), sebanyak
15 responden melahirkan 4 kali (20%), sebanyak 13 responden melahirkan 5 kali
(17,3%), sebanyak 5 responden melahirkan 6 kali (6,7%), sebanyak 1 responden
melahirkan 7 kali (1,3%), sebanyak 2 responden melahirkan 8 kali (2,7%), sebanyak
1 responden melahirkan 9 kali (1,3%), dan sebanyak 2 responden melahirkan 10 kali
(1)
Moersintowarti, dkk. 2008. Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. IDAI, Sagung Seto. Jakarta.
Murniati. 2007. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Pelayanan Antenatal oleh Ibu Hamil Di Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2007. Tesis, Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan. Program Pacasarjana USU. Medan.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta
---. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Apliksi. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.
---. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.
Oxfam. 2009. Oxfam Calls New WHO Statistics on Maternal Mortality a Disgrace. http://www.alernet.org. diakses tanggal 26 Juni 2010.
Pinem, Saroha. 2009. Kesehatan reproduksi dan Kontrasepsi. Penerbit Trans Info Media. Jakarta.
Puskesmas Sarudik. 2009. Profil Puskesmas Sarudik Tahun 2009. Pandan.
Riduan. 2009. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Penerbit Alfa Beta. Bandung.
Saifuddin, dkk. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Penerbit Yayasan Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.
Singarimbun, Masri. 1995. Metode Penelitian Survei. Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi da Sosial (LP3ES). Yogyakarta.
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
(2)
Widyastuti, dkk. 2010. Kesehatan reproduksi. Penerbit Fitramaya. Yogyakarta. Yasril. 2009. Analisis Multivariat untuk Penelitian Kesehatan. Penerbit Mitra
(3)
KUESIONER PENELITIAN
PENGARUH FAKTOR PREDISPOSISI, PEMUNGKIN DAN KEBUTUHAN TERHADAP PEMANFAATAN SARANA PELAYANAN ANTENATAL
OLEH IBU HAMIL DI KELURAHAN PASIR BIDANG KECAMATAN SARUDIK KABUPATEN
TAPANULI TENGAH TAHUN 2010
============================================================= I. Identitas Responden
1. Nama :
2. Umur :
3. Suku :
4. Alamat :
II. Faktor Predisposisi
A. Pendidikan : a. Tidak sekolah/tidak tamat SD b. SD
c. SLTP d. SLTA
e. Akademi/Perguruan Tinggi B. Paritas
Berapa kali ibu pernah melahirkan? Sebutkan ……….. C. Jarak Kelahiran
Jarak kelahiran yang terakhir dengan kelahiran sebelumnya ……….. D. Pengetahuan Responden
No Daftar Pertanyaan
Jawaban Tahu Tidak
Tahu 1 Apakah ibu tahu bahwa tanda-tanda kehamilan
adalah test urine (air kencing) positif, mual dan muntah, perut makin besar dan tidak haid?
2 Apakah ibu tahu bahwa pemeriksaan pertama kehamilan adalah sejak terlambat haid atau saat kehamilan trimester pertama?
(4)
4 Apakah ibu tahu bahwa manfaat pemeriksaan kehamilan adalah untuk mengetahui kondisi kesehatan ibu dan bayi, mengetahui adanya penyulit saat melahirkan sedini mungkin, mendapat imunisasi TT dan mendapat tablet Fe?
5 Apakah ibu tahu bahwa pemeriksaan kehamilan minimal (paling sedikit) 4 kali selama kehamilan? 6 Apakah ibu tahu bahwa ibu hamil harus
mendapatkan imunisasi TT (tetanus toxoid) sebanyak 2 kali selama hamil?
7 Apakah ibu tahu bahwa manfaat imunisasi TT adalah untuk mencegah penyakit TT Neonatorum? 8 Apakah ibu tahu bahwa tablet besi (Fe) adalah
vitamin yang paling baik diminum setiap hari oleh ibu hamil?
E. Sikap Ibu
No Pernyataan
Jawaban Sangat
setuju Setuju
Tidak setuju 1 Setiap ibu hamil harus memeriksakan
kehamilannya sekurang-kurang ≥ 4 kali selama kehamilan.
2 Pemeriksaan kehamilan dapat dilakukan di Pusksmas, pustu, polindes, bidan di desa, praktek dokter dan rumah sakit.
3 Dengan memeriksakan kehamilan ibu dan bayi dapat terhindar dari penyulit yang timbul sewaktu hamil dan melahirkan
4 Sewaktu memeriksakan kehamilan, ibu harus mendapatkan keterangan mengenai kesehatan ibu, makanan bergizi dan persiapan untuk menyusui
5 Sutikan TT untuk anti tetanus sangat perlu didapat ibu hamil selama kehamilan sebanyak 2 kali dan tablet besi untuk mencegah anemia pada ibu
(5)
III. Faktor Pemungkin 1 Pekerjaan Suami
Pertanyaan Jawaban
Apakah jenis pekerjaan suami ibu? a. PNS
b. Karyawan swasta c. Wiraswasta/pengusaha d. Buruh lepas
e. Nelayan
f. Lain-lain (sebutkan…….
2 Pendapatan Keluarga a. ≥ UMP
b. < UMP
IV. Faktor Kebutuhan No Kondisi ibu
Pertanyaan Jawaban
1 Apakah selama hamil ibu pernah menderita sakit?
a. Ya b. Tidak 2 Bila ya, penyakit apa yang pernah ibu
derita?
a. Hipertensi b. TB paru c. Malaria d. Sering pusing e. Bengkak pada kaki 3 Apakah selama hamil ibu pernah
mengalami bengkak pada kaki?
a. Ya b. tidak
(6)
V. Pemanfaatan Pelayanan Antenatal
No Daftar Pertanyaan Jawaban
Ya Tidak 1 Apakah selama hamil ibu memeriksakan
kehamilan minimal 4 kali pada tenaga kesehatan dalam kehamilan terakhir?
2 Apakah dalam kehamilan tiga bulan pertama ibu memeriksakan kehamilan pada tenaga kesehatan? 3 Apakah dalam kehamilan tiga bulan kedua ibu
memeriksakan kehamilan pada tenaga kesehatan?
4 Apakah dalam kehamilan tiga bulan terakhir ibu
memeriksakan kehamilan ≥2 kali pada tenaga kesehatan?
5 Apakah sewaktu ibu memeriksakan kehamilan ke tempat pelayanan kesehatan, ibu mendapatkan penjelasan mengenai kesehatan, kehamilan dan makanan selama kehamilan?
6. Mengapa ibu tidak memeriksakan kehamilan minimal 4 kali pada tenaga kesehatan?
a. Tidak ada uang
b. Tidak ada keluhan sakit c. Malas