Pengaruh Faktor Predisposisi, Pemungkin, dan Kebutuhan Terhadap Pemanfaatan Puskesmas 24 Jam Di Kecamatan Pamatang Silimahuta Kabupaten Simalungun Tahun 2014”,

(1)

i

PENGARUH FAKTOR PREDISPOSISI, PEMUNGKIN DAN KEBUTUHAN TERHADAP PEMANFAATAN PUSKESMAS 24 JAM DI KECAMATAN

PAMATANG SILIMAHUTA KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2014

SKRIPSI

Oleh :

HOTMAIDA.S SINAGA NIM. 111021132

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(2)

PENGARUH FAKTOR PREDISPOSISI, PEMUNGKIN DAN KEBUTUHAN TERHADAP PEMANFAATAN PUSKESMAS 24 JAM DI KECAMATAN

PAMATANG SILIMAHUTA KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2014

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

HOTMAIDA.S SINAGA NIM. 111021132

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(3)

(4)

Simalungun sejak tahun 2011 diberlakukan kebijakan puskesmas 24 jam, namun sejak diberlakukannya kebijakan tersebut pemanfaatan puskesmas oleh penduduk masih sekitar 38,50% tidak jauh berbeda dengan sebelum diberlakukannya puskesmas 24 jam dengan target indikator kinerja sebesar 40%.

Jenis penelitian ini menggunakan tipe explanatory yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh faktor predisposisi, pemungkin dan kebutuhan terhadap pemanfaatan puskesmas 24 jam di Kecamatan Pamatang Silimahuta Kabupaten Simalungun Tahun 2014. Populasi adalah seluruh kepala keluarga yang berada di Desa Tigaraja, Desa Naga Saribu dan Desa Saribu Jandi. Sampel berjumlah 90 orang diambil dengan teknik simple random sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan dianalisis dengan menggunakan uji regresi logistik berganda pada α=0,05.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh terhadap pemanfaatan puskesmas 24 jam adalah variabel sikap, variabel informasi, dan variabel kondisi kesehatan. Variabel pekerjaan, pendapatan, pengetahuan, dan keterjangkauan tidak memiliki pengaruh terhadap pemanfaatan puskesmas 24 jam di Kecamatan Pamatang Silimahuta Kabupaten Simalungun.

Diharapkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Simalungun untuk memberikan informasi kepada masyarakat sehingga terjadi peningkatan pengetahuan masyarakat tentang adanya pelayanan puskesmas 24 jam. Diharapkan kepada tenaga kesehatan Puskesmas Pamatang Silimahuta memberi informasi tentang program puskesmas 24 jam dan benar-benar menerapkan puskesmas 24 jam dengan adanya tenaga kesehatan yang berjaga selama 24 jam di puskesmas, supaya minat masyarakat memanfaatkan puskesmas 24 jam semakin meningkat.


(5)

iii

ABSTRACT

Puskesmas (Public Health Center) is a health technical implementing Service Unit of District/Town. It acts as the health development provider that is responsible for providing the first level of health service. In Simalungun District, the policy to activate puskesmas in 24 hours was made in 2011, but since then the use of puskesmas by people has only covered 38.50%; it is not far from the condition before the policy was made with the target of work performance was 40%.

The research used explanatory type which was aimed to explain the influence of the factors of predisposition, possibility, and need on the use of 24-hour puskesmas in Pamatang Silimahuta Subdistrict, Simalungun District, in 2014. The population was all families who lived at Tigaraja village, Naga Saribu village, and Saribu Jandi village. The samples consisted of 90 respondents, taken by using simple random sampling technique. The data were gathered by using questionnaires and analyzed by

using multiple logistic regression tests at α = 0.05.

The result of the research showed that the variables which influenced the use of 24-hour puskesmas were the variable of attitude, the variable of information, and the variable of health condition. The variables of occupation, income, knowledge, and accessibility did not have any influence on the use of 24-hour puskesmas in Pamatang Silimahuta Subdistrict, Simalungun District.

It is recommended that the Health Service of Simalungun District provide information to people in order to increase their knowledge about the existence of 24-hour puskesmas service. It is also recommended that health care providers at Pamatang Silimahuta Puskesmas provide information about and implement the 24-hour puskesmas program by standing on guard for 24 hours so that people’s interest in using 24-hour puskesmas increases.


(6)

Nama : Hotmaida Sarmauli Sinaga Tempat/Tanggal lahir : Tiga Raja, 29 Januari 1987 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kristen Protestan

Anak ke : 6 dari 7 bersaudara

Nama Ayah : D. Sinaga

Nama Ibu : P. br. Simarmata

Alamat : Tiga Raja, Kecamatan Pamatang Silimahuta Kabupaten Simalungun

Pendidikan

Tahun 1993-1999 : Tamat SD Negeri 2 Nagasaribu

Tahun 1999-2002 : Tamat SLTP Swasta Bunda Mulia Saribudolok Tahun 2002-2005 : Tamat SMU Negeri 1 Saribudolok

Tahun 2006-2009 : D-III Keperawatan STIKes Santa Elisabeth Medan Tahun 2011-2014 : Mengikuti Perkuliahan di Fakultas Kesehatan


(7)

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Maha Pengasih yang telah melimpahkan segala berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Faktor Predisposisi, Pemungkin, dan Kebutuhan Terhadap Pemanfaatan Puskesmas 24 Jam Di Kecamatan Pamatang Silimahuta Kabupaten Simalungun Tahun 2014”, guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik berkat bantuan, bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak, terutama kepada Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku dosen Pembimbing I dan dr. Rusmalawati, M.Kes selaku dosen Pembimbing II yang selalu memberikan masukan dan bimbingannya dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. dr. Heldy BZ, MPH selaku Ketua Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan dan sebagai dosen penguji I yang telah banyak memberikan masukan serta saran-saran kepada penulis dalam perbaikan skripsi ini serta memberikan dukungan dan bimbingan selama penulis menjalani pendidikan.


(8)

dukungan dan bimbingan selama penulis menjalani pendidikan.

4. Asfriyati, SKM, M.Kes selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan banyak bimbingan dan nasehat selama penulis mengikuti pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

5. Para Dosen dan staf di lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat khususnya Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan.

6. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Simalungun beserta seluruh Stafnya yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di Kecamatan Pamatang Silimahuta.

7. Kepala Puskesmas Pamatang Silimahuta beserta seluruh stafnya yang telah banyak membantu penulis dalam melakukan penelitian di Kecamatan Pamatang Silimahuta. Terkhusus kepada kakanda Henri Ginting, AMkes yang telah memberikan kemudahan untuk mendapatkan survey pendahuluan dan memberikan masukan.

8. Bismar Saragih, selaku Kepala Desa Tiga Raja, Daud Girsang selaku Kepala Desa Naga Saribu, dan Honda Tarigan selaku Kepala Desa Saribu Jandi yang telah memberikan izin kepada penulis untuk dapat melakukan penelitian. Terkhusus kepada Tetty Elfrida Tondang, AM.Keb yang telah membantu penulis dalam memberikan data-data desa.


(9)

vii

9. Seluruh masyarakat di Desa Tiga Raja, Desa Naga Saribu dan Desa Saribu Jandi yang menjadi responden dalam penelitian ini yang telah memberikan dukungan dan kerjasama kepada penulis selama melaksanakan penelitian.

10.Teristimewa kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda D.Sinaga dan Ibunda P.Br Simarmata serta keluarga besar saya yang selalu memberikan doa, kasih sayang serta dukungan baik moril maupun materil.

11.Teman-teman angkatan 2011 (Ekstensi) Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Terkhusus kepada teman-teman dan kakak-kakak Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

12.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah banyak membantu dan memberikan semangat serta doa kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan dari para pembaca. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan bagi para pembaca.

Medan, Juni 2014 Penulis


(10)

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Puskesmas ... 9

2.1.1 Sejarah Puskesmas ... 9

2.1.2 Pengertian Puskesmas ... 10

2.1.3 Konsep Dasar Puskesmas... 11

2.1.3.1 Visi Puskesmas ... 11

2.1.3.2 Misi Puskesmas ... 11

2.1.3.3 Tujuan Puskesmas ... 13

2.1.4 Kedudukan Puskesmas ... 13

2.1.5 Fungsi Puskesmas ... 14

2.1.6 Upaya Puskesmas ... 16

2.2 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan ... 22

2.3 Minat ... 24

2.4 Kerangka Konsep ... 25

2.5 Hipotesis Penelitian ... 26

BAB III METODE PENELITIAN... 27

3.1 Jenis Penelitian ... 27

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 27

3.3 Populasi dan Sampel ... 27

3.3.1 Populasi ... 27


(11)

ix

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 30

3.4.1 Data Primer ... 30

3.4.2 Data Sekunder ... 30

3.5 Variabel dan Definisi Operasional ... 30

3.5.1 Variabel Dependen ... 30

3.5.2 Variabel Independen ... 30

3.6 Metode Pengukuran ... 31

3.6.1 Variabel Dependen ... 31

3.6.2 Variabel Independen ... 32

3.7 Metode Analisis Data ... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 37

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 37

4.2 Analisis Univariat ... 38

4.2.1 Deskripsi Karakteristik Responden ... 38

4.2.2 Deskripsi Faktor Predisposisi... 39

4.2.2.1 Deskripsi Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ... 40

4.2.2.2 Deskripsi Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 40

4.2.2.3 Deskripsi Responden Berdasarkan Pengetahuan ... 40

4.2.2.4 Deskripsi Responden Berdasarkan Sikap ... 42

4.2.3 Faktor Pemungkin ... 45

4.2.3.1 Deskripsi Responden Berdasarkan Pendapatan ... 45

4.2.3.2 Deskripsi Responden Berdasarkan Informasi ... 45

4.2.3.3 Deskripsi Responden Berdasarkan Keterjangkauan ... 47

4.2.4 Faktor Kebutuhan ... 49

4.2.4.1 Deskripsi Responden Berdasarkan Kondisi Kesehatan ... 49

4.2.5 Pemanfaatan Puskesmas 24 Jam ... 51

4.3 Analisis Bivariat ... 52

4.4 Analisis Multivariat ... 59

BAB V PEMBAHASAN ... 61

5.1 Variabel yang Memengaruhi Pemanfaatan Puskesmas 24 Jam ... 61

5.1.1 Variabel Sikap ... 61

5.1.2 Variabel Informasi ... 63


(12)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 69

6.1 Kesimpulan ... 69 6.2 Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

1. Lembar Kuesioner Penelitian 2. Hasil Uji Statisktik

3. Daftar Nama Kepala Keluarga Penduduk Kecamatan Pamatang Silimahuta 4. Peta Kecamatan Silimahuta

5. Surat Keterangan Ijin Penelitian 6. Surat Keterangan Selesai Penelitian


(13)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Daftar Kunjungan Pasien yang Berobat di Puskesmas Pamatang Silimahuta September 2011

sampai dengan Juni 2013 ... 6 Tabel 3.1 Distribusi Sampel Berdasarkan Metode Proposional

Simple Random Sampling di Kecamatan

Pamatang Silimahuta Tahun 2014 ... 29 Tabel 4.1 Distribusi Penduduk Kecamatan Pamatang Silimahuta

Kabupaten Simalungun Berdasarkan Jenis Kelamin ... 37 Tabel 4.2 Jenis Sarana Kesehatan di Kecamatan Pamatang Silimahuta

Kabupaten Simalungun ... 38 Tabel 4.3 Jenis Tenaga Kesehatan di Kecamatan Pamatang

Silimahuta Kabupaten Simalungun ... 38 Tabel 4.4 Distribusi Kategori Responden berdasarkan Umur, Jumlah

Anggota Keluarga dan Status Perkawinan ... 39 Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan di

Kecamatan Pamatang Silimahuta ... 40 Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pekerjaan

di Kecamatan Pamatang Silimahuta ... 40 Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan

di Kecamatan Pamatang Silimahuta ... 41 Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pengetahuan

di Kecamatan Pamatang Silimahuta ... 42 Tabel 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap di Kecamatan

Pamatang Silimahuta ... 43 Tabel 4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Sikap

di Kecamatan Pamatang Silimahuta ... 44 Tabel 4.11 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pendapatan


(14)

Tabel 4.14 Distribusi Responden Berdasarkan Keterjangkauan

di Kecamatan Pamatang Silimahuta ... 48 Tabel 4.15 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Keterjangkauan

di Kecamatan Pamatang Silimahuta ... 49 Tabel 4.16 Distribusi Responden Berdasarkan Kondisi Kesehatan

di Kecamatan Pamatang Silimahuta ... 50 Tabel 4.17 Disribusi Responden Berdasarkan Kategori Kondisi

Kesehatan di Kecamatan Pamatang Silimahuta ... 51 Tabel 4.18 Distribusi Responden Berdasarkan Pemanfaatan Puskesmas

24 Jam di Kecamatan Pamatang Silimahuta ... 51 Tabel 4.19 Hubungan Pendidikan dengan Pemanfaatan Puskesmas

24 Jam di Kecamatan Pamatang Silimahuta Tahun 2014 ... 53 Tabel 4.20 Hubungan Pekerjaan dengan Pemanfaatan Puskesmas

24 Jam di Kecamatan Pamatang Silimahuta Tahun 2014 ... 53 Tabel 4.21 Hubungan Pendapatan dengan Pemanfaatan Puskesmas

24 Jam di Kecamatan Pamatang Silimahuta Tahun 2014 ... 54 Tabel 4.22 Hubungan Pengetahuan dengan Pemanfaatan Puskesmas

24 Jam di Kecamatan Pamatang Silimahuta Tahun 2014 ... 55 Tabel 4.23 Hubungan Sikap dengan Pemanfaatan Puskesmas 24 Jam

di Kecamatan Pamatang Silimahuta Tahun 2014 ... 56 Tabel 4.24 Hubungan Informasi dengan Pemanfaatan Puskesmas

24 Jam di Kecamatan Pamatang Silimahuta Tahun 2014 ... 57 Tabel 4.25 Hubungan Keterjangkauan dengan Pemanfaatan Puskesmas


(15)

xiii

Tabel 4.26 Hubungan Kondisi Kesehatan dengan Pemanfaatan Puskesmas 24 Jam di Kecamatan Pamatang Silimahuta

Tahun 2014 ... 58 Tabel 4.27 Hasil Uji Statistik Chi Square ... 59 Tabel 4.28 Hasil Uji Regresi Logistik ... 59


(16)

(17)

ii

ABSTRAK

Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota sebagai penyelenggara pembangunan kesehatan, yang bertanggung jawab menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan dasar tingkat pertama. Di Kabupaten Simalungun sejak tahun 2011 diberlakukan kebijakan puskesmas 24 jam, namun sejak diberlakukannya kebijakan tersebut pemanfaatan puskesmas oleh penduduk masih sekitar 38,50% tidak jauh berbeda dengan sebelum diberlakukannya puskesmas 24 jam dengan target indikator kinerja sebesar 40%.

Jenis penelitian ini menggunakan tipe explanatory yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh faktor predisposisi, pemungkin dan kebutuhan terhadap pemanfaatan puskesmas 24 jam di Kecamatan Pamatang Silimahuta Kabupaten Simalungun Tahun 2014. Populasi adalah seluruh kepala keluarga yang berada di Desa Tigaraja, Desa Naga Saribu dan Desa Saribu Jandi. Sampel berjumlah 90 orang diambil dengan teknik simple random sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan dianalisis dengan menggunakan uji regresi logistik berganda pada α=0,05.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh terhadap pemanfaatan puskesmas 24 jam adalah variabel sikap, variabel informasi, dan variabel kondisi kesehatan. Variabel pekerjaan, pendapatan, pengetahuan, dan keterjangkauan tidak memiliki pengaruh terhadap pemanfaatan puskesmas 24 jam di Kecamatan Pamatang Silimahuta Kabupaten Simalungun.

Diharapkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Simalungun untuk memberikan informasi kepada masyarakat sehingga terjadi peningkatan pengetahuan masyarakat tentang adanya pelayanan puskesmas 24 jam. Diharapkan kepada tenaga kesehatan Puskesmas Pamatang Silimahuta memberi informasi tentang program puskesmas 24 jam dan benar-benar menerapkan puskesmas 24 jam dengan adanya tenaga kesehatan yang berjaga selama 24 jam di puskesmas, supaya minat masyarakat memanfaatkan puskesmas 24 jam semakin meningkat.


(18)

for providing the first level of health service. In Simalungun District, the policy to activate puskesmas in 24 hours was made in 2011, but since then the use of puskesmas by people has only covered 38.50%; it is not far from the condition before the policy was made with the target of work performance was 40%.

The research used explanatory type which was aimed to explain the influence of the factors of predisposition, possibility, and need on the use of 24-hour puskesmas in Pamatang Silimahuta Subdistrict, Simalungun District, in 2014. The population was all families who lived at Tigaraja village, Naga Saribu village, and Saribu Jandi village. The samples consisted of 90 respondents, taken by using simple random sampling technique. The data were gathered by using questionnaires and analyzed by

using multiple logistic regression tests at α = 0.05.

The result of the research showed that the variables which influenced the use of 24-hour puskesmas were the variable of attitude, the variable of information, and the variable of health condition. The variables of occupation, income, knowledge, and accessibility did not have any influence on the use of 24-hour puskesmas in Pamatang Silimahuta Subdistrict, Simalungun District.

It is recommended that the Health Service of Simalungun District provide information to people in order to increase their knowledge about the existence of 24-hour puskesmas service. It is also recommended that health care providers at Pamatang Silimahuta Puskesmas provide information about and implement the 24-hour puskesmas program by standing on guard for 24 hours so that people’s interest in using 24-hour puskesmas increases.


(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.5 Latar Belakang

Pusat Kesehatan Masyarakat atau yang biasa disebut dengan Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Sebagai penyelenggara pembangunan kesehatan, puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan per orangan, dan upaya kesehatan masyarakat, yang ditinjau dari sistem kesehatan nasional merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama adalah sarana pelayanan kesehatan dasar yang amat penting di Indonesia.

Pada saat ini puskesmas telah didirikan hampir di seluruh pelosok tanah air. Untuk menjangkau wilayah kerjanya puskesmas diperkuat dengan puskesmas pembantu, puskesmas keliling dan untuk daerah yang jauh dari sarana pelayanan rujukan, puskesmas dilengkapi dengan fasilitas rawat inap. Jumlah puskesmas di Indonesia yang tercatat sampai dengan akhir tahun 2010 sebanyak 9.005 unit dengan rincian jumlah puskesmas perawatan 2.920 unit dan puskesmas non perawatan sebanyak 6.085 unit (Profil Kesehatan Indonesia, 2010).

Di Provinsi Sumatera Utara jumlah puskesmas mengalami peningkatan, selama tahun 2008-2011 dari 484 unit menjadi 569 unit pada tahun 2012. Hal ini terjadi karena adanya pemekaran kabupaten/kota. Jumlah puskesmas perawatan mengalami peningkatan dari 145 unit menjadi 163 unit. Jumlah puskesmas pembantu mengalami kenaikan dari 1.819 unit tahun 2010 menjadi 2.085 unit tahun 2012. Setiap kecamatan di Provinsi Sumatera Utara telah memiliki paling sedikit satu


(20)

puskesmas. Bila dibandingkan dengan jumlah penduduk Sumatera Utara yakni 13.215.401 jiwa, maka satu puskesmas melayani 23.255 jiwa, bila dibandingkan dengan standar nasional, satu puskesmas melayani 30.000 jiwa, berarti Pemerintah Provinsi Sumatera Utara telah mampu menyediakan sarana kesehatan khususnya puskesmas mencapai standar nasional tersebut (Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, 2012).

Meskipun sarana pelayanan kesehatan dasar telah terdapat di semua kecamatan dan ditunjang oleh beberapa puskesmas pembantu namun upaya peningkatan belum dapat dijangkau oleh seluruh masyarakat. Diperkirakan hanya sekitar 30% penduduk yang memanfaatkan pelayanan puskesmas dan puskesmas pembantu (Depkes RI, 2010).

Di Kabupaten Simalungun, kondisi ini tidak jauh berbeda. Pemanfaatan puskesmas sebagai pusat layanan kesehatan dasar masyarakat masih minim. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No. 32 tahun 2004 yang memberikan wewenang otonomi daerah, Bupati Kabupaten Simalungun menyikapi dengan mengeluarkan Peraturan Daerah No.188.45/4206-Diskes/2011 tentang pemberlakuan layanan puskesmas 24 jam dan mulai efektif diberlakukan sejak tanggal 8 September 2011 untuk seluruh pelayanan kesehatan dasar yang berlaku bagi semua penduduk Kabupaten Simalungun.

Bupati Simalungun menginstruksikan pelayanan kesehatan di puskesmas sebagai ujung tombak penanganan kesehatan kepada masyarakat terbuka 24 jam. Tujuan pelayanan puskesmas buka 24 jam yaitu untuk meningkatkan pelayanan


(21)

3

kesehatan pada masyarakat, mempermudah akses pelayanan kesehatan di luar jam kerja puskesmas.

Kebijakan ini diambil berdasarkan pertimbangan karena memperhatikan kondisi bahwa sebagian besar masyarakat golongan ekonomi tidak mampu atau kewalahan saat diserang penyakit tetapi tidak punya uang untuk berobat ke rumah sakit, apalagi rumah sakit swasta pada tengah malam.

Namun sejak diberlakukannya kebijakan ini, peningkatan kunjungan puskesmas dan pemanfaatan puskesmas oleh penduduk masih sekitar 38,50% tidak jauh berbeda dengan sebelum diberlakukannya puskesmas 24 jam, target indikator kinerja yaitu 40% (Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Simalungun, 2011).

Beberapa pandangan yang berkembang di masyarakat terkait rendahnya jumlah kunjungan masyarakat ke puskesmas antara lain buruknya citra pelayanan di puskesmas, di antaranya pegawai yang tidak disiplin, kurang ramah, kurang profesional, pengobatan yang tidak manjur, fasilitas gedung maupun peralatan medis dan non medis kurang memadai di masyarakat harus dirujuk untuk melanjutkan pengobatan atau pemeriksaan yang sebenarnya masih dapat dilakukan di puskesmas, atau untuk membeli obat-obatan yang tidak tersedia di puskesmas karena kondisi geografis di beberapa tempat tidak mendukung akibat jauhnya jarak tempuh, tidak ada transportasi, jam buka puskesmas dan lain-lain. Di samping itu tenaga kesehatan juga melakukan praktik swasta di luar jam kerja puskesmas yang memungkinkan persaingan yang terselubung dengan puskesmas, yang berpengaruh terhadap angka kunjungan ke puskesmas (Muninjaya, 2004).


(22)

Menurut Anderson (Notoatmodjo, 2007), komponen yang memengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah : (1) faktor predisposisi (predisposing, seperti demografi, struktur sosial dan keyakinan), (2) faktor pemungkin (enabling, seperti sumber daya keluarga, sumber daya komunitas/masyarakat), dan (3) komponen tingkatan kesakitan (Illnes level, seperti tingkat rasa sakit). Depkes RI (2009) menyatakan bahwa rendahnya pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan dapat disebabkan oleh (1) jarak yang jauh, (2) tidak tahu adanya suatu kemampuan fasilitas, (3) biaya yang tidak terjangkau, dan (4) tradisi yang menghambat pemanfaatan fasilitas.

Hasil penelitian Heniwati (2008), mengungkapkan bahwa variabel pekerjaan, jarak tempuh dan kualitas pelayanan berpengaruh terhadap pemanfaatan puskesmas sedangkan variabel umur, pendidikan dan jumlah petugas tidak memengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan. Menurut Thadeus dan Maine (1990), bahwa faktor yang memengaruhi pengambilan keputusan untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan meliputi individu, kemudahan pelayanan dan kualitas pelayanan. Nilai pemanfaatan puskesmas sangat ditentukan oleh peran serta masyarakat dan kegiatan sumber daya manusia.

Menurut Harfiani (2003), dalam penelitiannya mengatakan, ada beberapa faktor yang memengaruhi pelayanan kesehatan yaitu faktor sosiokultural meliputi teknologi pemanfaatan kesehatan dan norma/nilai yang ada di masyarakat, faktor organisasi meliputi ketersediaan sumber daya, akses geografi, sosial dapat diterima mengarah kepada faktor psikologi sosial dan faktor biaya, sedangkan terjangkau


(23)

5

mengarah kepada faktor ekonomi dan faktor yang berhubungan dengan konumen,interaksi konsumen dengan provider.

Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara terdiri dari 31 kecamatan, 345 desa/nagori dan 22 kelurahan. Kabupaten tersebut memiliki puskesmas sebanyak 34 unit yang terdiri 25 puskesmas rawat jalan (buka 24 jam), dan 9 puskesmas perawatan (rawat inap). Kecamatan Pamatang Silimahuta adalah salah satu dari 31 kecamatan yang terdapat di Kabupaten Simalungun, Kecamatan Pamatang Silimahuta memiliki satu puskesmas yaitu Puskesmas Pamatang Silimahuta. Puskesmas ini memiliki 8 desa sebagai wilayah kerja yang terdiri dari Desa Tigaraja, Mardinding, Nagasaribu, Sinar Naga Mariah, Ujung Saribu, Ujung Mariah, Siboras dan Saribu Jandi. Jumlah penduduk seluruh wilayah kerja Puskesmas Pamatang Silimahuta adalah 10334 jiwa, jumlah kepala keluarga sebanyak 2851 (Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Simalungun, 2011).

Puskesmas Pamatang Silimahuta merupakan puskesmas yang jumlah kunjungannya masih menunjukkan relatif rendah sejak diberlakukannya kebijakan puskesmas buka 24 jam, artinya tidak ditemukan peningkatan kunjungan pasien yang signifikan berobat ke puskesmas.


(24)

Tabel 1.1. Daftar Kunjungan Pasien yang Berobat di Puskesmas Pamatang Silimahuta September 2011 sampai dengan Juni 2013

Tahun/ Bulan Askes Umum Jamkesmas

Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam September 2011–

Desember 2011

36 20 2 240 140 19 635 315 18 Januari 2012–

Desember 2012

111 55 25 821 446 56 1477 948 43 Januari 2013 –

Juni 2013

49 25 14 306 2169 25 1288 994 32 Total 196 100 41 1367 802 100 3400 2257 93

Sumber : Profil Puskesmas Pamatang Silimahuta, 2011

Hasil survei pendahuluan yang penulis lakukan di Kecamatan Pamatang Silimahuta ini puskesmas buka 24 jam masih belum dimanfaatkan secara optimal, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yakni, faktor geografis, seperti jarak atau lokasi puskesmas kurang strategis dengan pemukiman masyarakat, di mana terdapat beberapa desa yang letaknya relatif jauh dari lokasi puskesmas sampai mencapai >10km, sehingga masyarakat berpikir lebih baik berobat ke praktek bidan yang berada di desanya sendiri dari pada berobat ke puskesmas. Mata pencaharian masyarakat di Kecamatan Pamatang Silimahuta ini mayoritas adalah bertani dan sebahagian besar status ekonominya masih rendah sehingga masih banyak masyarakat yg berpendidikan rendah yaitu SD dan SLTP.

Dari hasil wawancara terhadap beberapa ibu di desa Tigaraja, mereka mengatakan tidak tahu bahwa puskesmas ternyata sudah buka 24 jam dan sebahagian lagi mengatakan, di saat butuh pelayanan kesehatan biasanya berobat ke praktek bidan atau beli obat dari warung saja dan juga masih ada yang menggunakan pengobatan tradisional. Desa Saribu Jandi, desa ini adalah desa yang paling jauh >10


(25)

7

km ke lokasi puskesmas beberapa ibu mengatakan terlalu jauh berobat ke pukesmas karena transportasi susah dan biaya transportasi untuk mencapai lokasi puskesmas sekitar Rp.10.000 sampai Rp.15.000 dirasa terlalu memberatkan masyarakat karena lebih besar dari pada biaya berobat ke alternatif lain seperti mantri, bidan, Balai Pengobatan Swasta. Namun, masih ada sebagian ibu yang berobat ke puskesmas dalam kondisi kesehatan persalinan dan 2 orang ibu mengatakan mereka berobat jika penyakitnya parah seperti TB paru.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian di Puskesmas Pamatang Silimahuta untuk menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi pemanfaatan puskesmas buka 24 jam, dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di Kecamatan Pamatang Silimahuta, Kabupaten Simalungun.

1.6 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian adalah apakah ada pengaruh faktor pendidikan, pekerjaan, pengetahuan sikap, pendapatan, informasi, keterjangkauan dan kondisi kesehatan terhadap pemanfaatan puskesmas 24 jam di Kecamatan Pamatang Silimahuta, Kabupaten Simalungun.

1.7 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian yang akan dilakukan adalah untuk menjelaskan pengaruh faktor pendidikan, pekerjaan, pengetahuan,


(26)

sikap, pendapatan, informasi, keterjangkauan dan kondisi kesehatan terhadap pemanfaatan puskesmas buka 24 jam pada masyarakat di Kecamatan Pamatang Silimahuta, Kabupaten Simalungun.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Simalungun dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan puskesmas buka 24 jam di wilayah kerjanya.

2. Sebagai bahan informasi kepada Kepala Puskesmas dalam proses pembuatan kebijakan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan puskesmas di Kecamatam Pamatang Silimahuta.

3. Sebagai bahan informasi kepada masyarakat setempat mengenai manfaat puskesmas buka 24 jam dalam membantu peningkatan derajat kesehatan mereka.

4. Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang ilmu administrasi dan kebijakan kesehatan serta dalam penemuan metodologi baru dalam lingkup Ilmu Kesehatan Masyarakat.


(27)

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Puskesmas

2.1.1 Sejarah Puskesmas

Perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia dimulai sejak pemerintahan Belanda pada abad ke-16 yaitu adanya upaya pemberantasan penyakit cacar dan cholera yang sangat ditakuti oleh masyarakat. Pada tahun 1968 diterapkan konsep puskesmas yang dilangsungkan dalam Rapat Kerja Nasional di Jakarta, yang membicarakan tentang upaya mengorganisasi sistem pelayanan kesehatan di tanah air, karena pelayanan kesehatan pada saat itu dirasakan kurang menguntungkan dan dari kegiatan-kegiatan seperti Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA), Balai Pengobatan (BP), Pemberantasan Penyakit Menular (P2M) dan sebagainya masih berjalan sendiri-sendiri dan tidak saling berhubungan.

Melalui rakernas tersebut timbul gagasan untuk menyatukan semua pelayanan kesehatan tingkat pertama ke dalam suatu organisasi yang dipercaya dan diberi nama Pusat Kesehatan Masyarakat. Puskesmas dibedakan menjadi 4 macam yaitu : 1) puskesmas tingkat desa, 2) puskesmas tingkat kecamatan 3) puskesmas tingkat kewedanan, 4) puskesmas tingkat kabupaten. Pada tahun 1979 mulai dirintis pembangunan di daerah-daerah tingkat kelurahan atau desa, untuk mengkoordinasi kegiatan-kegiatan yang berada di suatu kecamatan maka selanjutnya disebut sebagai puskesmas induk sedangkan yang lain disebut puskesmas pembantu, dua kategori ini


(28)

dikenal sampai sekarang (hhtp:/PelangiIndonesia,Sejarah perkembangan puskesmas di Indonesia no.04, 2005, diakses tgl 7 Agustus 2013).

2.1.2 Pengertian Puskesmas

Puskesmas adalah unit pelayanan teknis dinas kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. (Depkes, 2004). Merujuk dari defenisi puskesmas tersebut, dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Unit Pelaksana Teknis

Sebagai unit pelayanan teknis dinas Kabupaten/Kota, puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional dinas kesehatan Kabupaten/Kota dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia.

2. Pembangunan Kesehatan

Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal. 3. Pertanggungjawaban Penyelenggaraan

Penanggungjawab utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan kesehatan di wilayah Kabupaten/Kota adalah dinas kesehatan Kabupaten/Kota, sedangkan puskesmas bertanggungjawab hanya sebagian


(29)

11

upaya pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh dinas kesehatan Kabupaten/Kota sesuai dengan kemampuannya.

4. Wilayah Kerja

Secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas adalah satu kecamatan. Tetapi apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu puskesmas, maka tanggung jawab wilayah kerja dibagi antar puskesmas dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah (desa, kelurahan atau RW). Masing-masing puskesmas tersebut secara operasional bertanggung jawab langsung kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

Disamping itu dikenal pula Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling.Puskesmas Pembantu adalah unit pelayanan kesehatan sederhana yang merupakan bagian integral dari Puskesmas keliling yaitu unit pelayanan kesehatan keliling berupa kenderaan bermotor roda empat atau perahu motor, dilengkapi peralatan kesehatan, peralatan komunikasi serta sejumlah tenaga yang berasal dari puskesmas (Depkes, 2004).

2.1.3 Konsep Dasar Puskesmas 2.1.3.1 Visi Puskesmas

Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia sehat. Kecamatan Sehat adalah gambaran masyarakat kecamatan masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan dengan


(30)

perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Indikator Kecamatan Sehat yang ingin dicapai mencakup 4 indikator utama yakni: 1. Lingkungan sehat

2. Perilaku sehat

3. Cakupan pelayanan kesehatan bermutu 4. Derajat kesehatan penduduk kecamatan

Rumusan visi untuk masing-masing puskesmas harus mengacu pada visi pembangunan kesehatan puskesmas di atas yakni terwujudnya Kecamatan Sehat, yang harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat serta wilayah kecamatan setampat (Depkes, 2004).

2.1.3.2 Misi Puskesmas

Misi Pembangunan Kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional. Misi tersebut adalah: 1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya.

2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah kerjanya.

3. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.

4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya (Depkes, 2004).


(31)

13

2.1.3.3 Tujuan Puskesmas

Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Depkes, 2004).

2.1.4 Kedudukan Puskesmas

Kedudukan puskesmas dibedakan menurut keterkaitannya dengan Sistem Kesehatan Nasional, Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota dan Sistem Pemerintah Daerah.

1. Sistem Kesehatan Nasional (SKN)

Kedudukan puskesmas dalam Sistem Kesehatan Nasional adalah sebagai sarana pelayanan kesehatan strata pertama yang bertanggungjawab menyelenggarakan upaya kesehatan per orangan dan upaya kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.

2. Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota

Kedudukan puskesmas dalam Sistem Kesehatan kabupaten/kota adalah sebagai unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan sebagian tugas pembangunan kesehatan kabupaten/kota di wilayah kerjanya.


(32)

3. Sistem Pemerintahan Daerah

Kedudukan puskesmas dalam Sistem Pemerintah Daerah adalah sebagai unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang merupakan unit struktural pemerintah daerah kabupaten/kota bidang kesehatan di tingkat kecamatan.

4. Antar Sarana Pelayanan Kesehatan Strata Pertama

Di wilayah kerja puskesmas terdapat berbagai organisasi pelayanan kesehatan strata pertama yang dikelola oleh lembaga masyarakat dan swasta seperti praktek dokter, praktek dokter gigi, praktek bidan, poliklinik dan balai kesehatan masyarakat.Kedudukan puskesmas di antara berbagai sarana pelayanan kesehatan starata pertama ini adalah sebagai mitra. Di wilayah kerja puskesmas terdapat pula berbagai bentuk upaya kesehatan-kesehatan berbasis dan bersumberdaya masyarakat seperti Posyandu, Polindes, Pos Obat Desa dan Pos UKK. Kedudukan puskesmas di antara berbagai sarana pelayanan kesehatan berbasis dan bersumberdaya masyarakat adalah sebagai Pembina (Depkes, 2004).

2.1.5 Fungsi Puskesmas

1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan

Puskesmas dapat diharapkan bertindak sebagai motivator, fasilitator dan turut serta memantau terselenggaranya proses pembangunan di wilayah kerjanya agar berdampak positif terhadap kesehatan masyarakat di wilayah kerja. Hasil yang diharapkan dalam menjalankan fungsi ini antara lain adalah terselenggaranya


(33)

15

pembangunan di luar bidang kesehatan yang mendukung terciptanya lingkungan dan perilaku sehat.

2. Pusat Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Dalam Pembangunan Kesehatan Sebagai pusat pemberdayaan masyarakat, puskesmas ikut memberdayakan masyarakat, sehingga masyarakat tahu, mau dan mampu menjaga dan mengatasi masalah kesehatan secara mandiri. Wujud pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan kesehatan adalah tumbuh kembangnya upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat, kemitraan dengan LSM dan pelbagai potensi masyarakat lainnya.

Sebagai pusat pemberdayaan keluarga, puskesmas diharapkan bisa secara proaktif menjangkau keluarga, sehingga bisa menjaga keluarga sehat tetap sehat dan keluarga sakit menjadi sehat. Wujudnya adalah pelaksanaan Puskesmas Peduli Keluarga yang tingkat keberhasilannya dapat dilihat dari makin banyaknya keluarga sehat di wilayah kerja puskesmas.

3. Pusat Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama

Sebagai pusat pelayanan tingkat pertama di wilayah kerjanya, puskesmas merupakan sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya, puskesmas merupakan sarana pelayanan kesehatan pemerintah yang wajib menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara bermutu, terjangkau, adil dan merata. Pelayanan kesehatan yang diselenggarakan adalah pelayanan kesehatan dasar yang sangat dibutuhkan oleh sebagian besar masyarakat dan sangat strategis dalam upaya meningkatkan status kesehatan masyarakat umum.


(34)

Upaya pelayanan yang diselenggarakan meliputi:

1. Pelayanan kesehatan masyarakat yang lebih mengutamakan pelayanan promotif dan preventif, dengan pendekatan kelompok masyarakat, serta sebagian besar diselenggarakan bersama masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas.

2. Pelayanan medik dasar yang lebih mengutamakan pelayanan kuratif dan rehabilitatif dengan pendekatan individu dan keluarga pada umumnya melalui upaya rawat jalan dan rujukan.

Pada kondisi tertentu bila memungkinkan dapat dipertimbangkan puskesmas memberikan pelayanan rawat inap sebagai rujukan anatar sebelum dirujuk ke Rumah Sakit (Depkes, 2004).

2.1.6 Upaya Puskesmas

Untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan melalui puskesmas yakni terwujudnya Kecamatan Sehat Indonesia Sehat, puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan per orangan dan upaya kesehatan masyarakat, yang keduanya jika ditinjau dari Sistem Kesehatan Nasional merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama.Upaya kesehatan tersebut dikelompokkan menjadi 2 (dua) yakni:

1. Upaya Kesehatan Wajib

Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta mempunyai daya ungkit tinggi


(35)

17

untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini harus diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di wilayah Indonesia. Upaya kesehatan wajib tersebut adalah:

a. Upaya Promosi kesehatan b. Upaya Kesehatan lingkungan

c. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak,termasuk Keluarga Berencana d. Upaya Perbaikan gizi masyarakat

e. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan penyakit menular f. Upaya Pengobatan

2. Upaya Kesehatan Pengembangan

Upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok puskesmas yang telah ada yakni: a. Upaya Kesehatan Sekolah

b. Upaya Kesehatan Olah Raga

c. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat d. Upaya Kesehatan Kerja

e. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut f. Upaya Kesehatan Jiwa

g. Upaya Kesehatan Mata h. Upaya Kesehatan Usia Lanjut


(36)

i. Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional

Upaya laboratorium medis dan laboratorium kesehatan masyarakat serta upaya pencatatan pelaporan tidak termasuk pilihan karena ketiga upaya ini merupakan pelayanan penunjang dari setiap upaya wajib dan upaya pengembangan puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan dilakukan apaila upaya kesehatan wajib di pukesmas telah terlaksana secara optimal dalam arti target cakupan erta peningkatan mutu pelayanan tercapai (Depkes, 2004).

2.2 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

Menurut Dever (dalam Betty Sirait, 2013), ada beberapa faktor yang memengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan yaitu: 1) faktor sosiokultural meliputi teknologi pemanfaatan pelayanan kesehatan dan norma/nilai yang ada dimasyarakat, 2) faktor organisasi meliputi, ketersediaaan sumber daya, akses geografi, sosial dapat diterima mengarah pada faktor psikologis, sosial dan faktor budaya, sedangkan terjangkau mengarah kepada faktor ekonomi, 3) faktor yang berhubungan dengan konsumen, interaksi konsumen dengan provider, 4) faktor yang berhubungan dengan produsen, mencakup karakteristik dari provider dan faktor ekonomi.

Masyarakat mulai menghubungi sarana kesehatan sesuai dengan pengalaman atau dari informasi yang diperoleh dari orang lain tentang tersedianya jenis-jenis pelayanan kesehatan. Pilihan terhadap sarana kesehatan tersebut dengan sendirinya


(37)

19

didasari atas kepercayaan atau keyakinan akan kemajuan sarana tersebut (Sarwono, 2004).

Menurut pendapat Wirick yang dikutip oleh Sopar (2009) terdapat 4 (empat) faktor-faktor yang memengaruhi permintaan pelayanan kesehatan yaitu :

1. Kebutuhan, seseorang yang menderita suatu penyakit akan mencari pelayanan atau pemeriksaan medis.

2. Kesadaran akan kebutuhan tersebut, seseorang harus tahu dan memahami bahwa ia membutuhkan pelayanan medis.

3. Kemampuan finansial harus tersedia untuk memperoleh pelayanan yang dibutuhkan

4. Tersedia fasilitas dan sarana pelayanan

Berbagai karakteristik masyarakat memengaruhi pembayaran Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat, diantaranya adalah karakteristik demografi.

Faktor umur merupakan dasar penggunaan kesehatan yang utama, umur tidak hanya berhubungan dengan tingkat pelayanan melainkan juga jenis pelayanan dan penerimaan pelayanan.

Faktor jenis kelamin juga merupakan faktor lain yang memengaruhi penerimaan pelayanan, tuntutannya terhadap sistem pemeliharaan kesehatan termasuk diantaranya masalah dokter, obat dan fasilitas pelayanan kesehatan.

Tingkat penghasilan, pengetahuan masyarakat juga sebagai salah satu dasar utama dalam tingkat kemauan dan kemampuan dalam membayar premi asuransi. Penghasilan tidak hanya berhubungan dengan kemampuan dan kemauan membayar,


(38)

melainkan juga berhubungan dengan permintaan pelayanan kesehatan dan jenis pelayanan yang diterima.

Menurut Anderson (1968) dalam Notoatmodjo (2007), bahwa beberapa faktor yang memengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah:

1. Komponen yang memengaruhi (predisposing), ada banyak orang memiliki kecenderungan untuk memanfaatkan layanan lebih banyak dari pada individu lainnya, dimana kecenderungan ke arah penggunaannya bisa diketahui dengan karakteristik individu yang ada sebelumnya dengan permulaan episode tertentu penyakit tersebut. Orang-orang tertentu yang karakteristik ini lebih memungkinkan memanfaatkan layanan kesehatan walaupun karakteristiknya tidak secara langsung bertanggungjawab terhadap pemanfaatan layanan kesehatan. Karakteristik demikian mencakup demografi, struktur sosial, dan variabel-variabel keyakinan bersikap. Usia dan jenis kelamin, misalnya diantara variabel-variabel demografis, adalah hal yang sangat terkait dengan kesehatan dan kesakitan. Namun, semua ini masih dianggap menjadi kondisi memengaruhi kalau sejauh usia tidak dianggap suatu alasan untuk memperhatikan perawatan kesehatan. Lain lagi orang-orang pada kelompok usia berbeda memiliki jenis berbeda dan jumlah kesakitan dan akibat pola berbeda dalam perawatan kesehatan. Kesakitan yang lalu dimasukkan dalam kategori ini karena ada bukti jelas bahwa orang-orang yang telah mengalami masalah kesehatan di masa lampau adalah mereka yang kemungkinan


(39)

21

mempunyai sifat menuntut terhadap sistem perawatan kesehatan di masa mendatang.

Variabel-variabel struktur sosial mencerminkan lokasi (status) individu dalam masyarakat sebagaimana diukur melalui karakteristik seperti pendidikan, pekerjaan kepala keluarga, bagaimana gaya hidup individu, kondisi fisik serta lingkungan sosial dan pola perilaku yang akan menghubungkan dengan pemanfaatan layanan kesehatan. Karakteristik demografis dan struktur sosial juga terkait dengan sub komponen ketiga kondisi yang memengaruhi sikap atau keyakinan mengenai perawatan kesehatan, dokter, dan penyakit. Apa yang seorang individu pikir tentang kesehatan pada hakekatnya bisa memengaruhi kesehatan dan perilaku kesakitan. Seperti halnya variabel-variabel lain yang memengaruhi, keyakinan kesehatan tidak dianggap menjadi suatu alasan langsung terhadap pemanfaatan layanan namun betul-betul bisa berakibat pada perbedaan dalam kecenderungan ke arah pemanfaatan layanan kesehatan. Misalnya, keluarga yang sangat yakin dalam hal kemanjuran pengobatan dokter mereka akan mencari dokter seketika dan memanfaatkan lebih banyak layanan daripada keluarga yang kurang yakin dalam hasil pengobatan tersebut.

2. Komponen pemungkin (enabling), Walaupun individu akan lebih cenderung memanfaatkan layanan kesehatan, harus pula banyak perangkat yang wajib tersedia bagi mereka. Kondisi yang memungkinkan suatu keluarga bisa


(40)

bertindak menurut nilai atau memenuhi kebutuhan terkait layanan kesehatan pemanfaatannya dianggap sebagai faktor pemungkin.

Kondisi pemungkin menyebabkan sumberdaya layanan kesehatan tersedia wajib bagi individu. Kondisi pemungkin bisa diukur menurut sumberdaya keluarga seperti pendapatan, tingkatan pencakupan asuransi kesehatan. Atau sumber lain dari pembayaran pihak ketiga, apakah individunya memiliki sumberdaya perawatan kesehatan berkala atau tidak, maka sifat dari sumberdaya perawatan kesehatan berkala atau tidak, maka sifat dari sumberdaya perawatan kesehatan berkala, dan akses kesumberdaya menjadi hal sangat penting. Terlepas dari sifat-sifat keluarga, karakteristik pemungkin tertentu pada komunitas dimana keluarga tersebut hidup bisa juga memengaruhi pemanfaatan layanan. Satu karakteristik demikian adalah pokok dari fasilitas kesehatan dan petugas dalam suatu komunitas. Apabila sumberdaya menjadi melimpah dan bisa dipakai tanpa harus bertunggu, maka semuanya bisa dimanfaatkan lebih sering oleh masyarakat. Dari sudut pandang ekonomi, orang bisa berharap orang-orang yang mengalami pendapatan rendah agar menggunakan lebih banyak layanan kesehatan medis. Ukuran lain sumberdaya masyarakat mencakup wilayah negara bagian dan sifat pola pedesaan dan perkotaan dari masyarakat dimana keluarga tinggal. Variabel-variabel ini akan dikaitkan dengan pemanfaatan dikarenakan norma-norma setempat menyangkut bagaimana pengobatan sebaiknya dipraktekkan


(41)

23

atau melombai nilai-nilai masyarakat yang memengaruhi perilaku individu yang tinggal di masyarakat tersebut.

3. Komponen tingkatan kesakitan (illness level), ada faktor memengaruhi dan pemungkin, individu atau keluarganya harus merasa kesakitan ataupun kemungkinan kejadiannya dalam hal pemanfaatan layanan kesehatan akan terjadi. Tingkatan kesakitan memperlihatkan penyebab paling langsung pemanfaatan layanan kesehatan.

Secara skematis konsep pemanfaatan pelayanan kesehatan menurut Anderson (1974) digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Skema Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

Faktor pemungkin Kebutuhan

Faktor predisposisi Keluarga: Pendapatan, dukungan , Asuransi kesehatan.

Tingkat rasa sakit: Ketidakmampuan, Gejala penyakit, Diagnosis, Keadaan umum. Demografi : Umur,

Jenis kelamin, status perkawinan, penyakit masa lalu

Komunitas/ Masyarakat: Informasi, Tersedianya fasilitas dan petugas kesehatan, lokasi/ jarak transportasi biaya pelayanan Struktur sosial: Pendidikan, Ras, Pekerjaan, Besar

keluarga, Agama, Evaluasi:

Gejala-gejala, Diagnosis-diagnosis Keyakinan : Persepsi, Sikap, pengetahuan


(42)

2.3 Minat

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) karangan WJS, minat diartikan sebagai perhatian, kesukaan (kecenderungan hati) kepada sesuatu. Minat merupakan suatu rasa suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal dan aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan di luar diri, semakin kuat atau semakin dekat hubungan tersebut maka semakin besar minat.

Beberapa kondisi yang memengaruhi minat: 1. Status ekonomi.

Apabila status ekonomi membaik, orang cenderung memperluas minat mereka untuk mencakup hal semula belum mampu mereka laksanakan. Sebaliknya kalau status ekonomi mengalami kemunduran karena tanggung jawab keluarga atau usaha yang kurang maju, maka cenderung untuk mempersempit minat mereka. 2. Pendidikan

Semakin tinggi dan semakin formal tingkat pendidikan yang dimiliki seseorang maka semakin besar pula kegiatan yang bersifat intelek yang dilakukan. Seperti yang dikutip Notoatmojo, 1997 dari L.W. Green jika seseorang yang mempunyai pengetahuan yang baik, maka ia mencari pelayanan yang lebih kompeten atau lebih aman baginya. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai pelayanan kesehatan akan memengaruhi pemanfaatan fasilitas pelayanan yang ada sehingga berpengaruh pada kondisi kesehatan mereka.


(43)

25

3. Tempat tinggal

Dimana orang tinggal banyak dipengaruhi oleh keinginan yang biasa mereka penuhi pada kehidupan sebelumnya masih dapat dilakukan atau tidak (hhtp://Psikologi.or.id, Minat- Gede Juliarsa, diakses tgl 5 April 2014).

2.4 Kerangka Konsep

Berdasarkan konsep skematis yang dikemukanan oleh Anderson (1974) yang telah dijelaskan di atas, maka kerangka konseptual penelitian ini adalah sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

Faktor Predisposisi : 1. Pendidikan 2. Pekerjaan 3. Pengetahuan 4. Sikap

Pemanfaatan Puskesmas Faktor Pemungkin :

1. Pendapatan 2. Informasi 3. Keterjangkauan

Kebutuhan :


(44)

2.5 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada pengaruh faktor pedidikian, pekerjaan, pengetahuan, sikap, pendapatan, informasi, keterjangkauan dan kondisi kesehatan terhadap pemanfaatan puskesmas 24 jam di Kecamatan Pamatang Silimahuta Kabupaten Simalungun.


(45)

27

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode survey explanatory yang bertujuan untuk menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi pemanfaatan puskesmas buka 24 jam di Puskesmas Pamatang Silimahuta, Kabupaten Simalungun.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Tiga Raja, Desa Nagasaribu dan Desa Saribu Jandi wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pamatang Silimahuta, Kabupaten Simalungun. Pemilihan lokasi ini berdasarkan pertimbangan yaitu data dari laporan Puskesmas Pamatang Silimahuta pemanfaatan pelayanan puskesmas buka 24 jam oleh masyarakat masih relatif rendah. Waktu penelitian diperkirakan berlangsung pada bulan Maret 2014.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi penelitian adalah seluruh kepala keluarga Desa Tigaraja, Desa Naga Saribu, dan Desa Saribu Jandi Kecamatan Pamatang Silimahuta Kabupaten Simalungun pada bulan Maret 2014.


(46)

3.3.2 Sampel

Sampel yang akan digunakan dalam penelitian diambil secara Multistage Area Sampling. Menurut Mudrajad K (2003), sampel daerah multitahap (Multistage Area Sampling) adalah prosedur pengambilan sampel yang melibatkan penggunaan kombinasi teknik sampel probabilitas.

Teknik sampel daerah multitahap ini digunakan melalui 2 tahap yaitu tahap pertama terlebih dahulu memilih daerah pedesaan (kecamatan) pada masing-masing kabupaten. Pada tahap kedua dalam masing-masing daerah dipilih orang-orang yang ada pada daerah itu secara sampling juga. Untuk tahap pertama dengan cara purposive sampling, yaitu dari 1 wilayah kerja Puskesmas Pamatang Silimahuta yang ada di wilayah Kabupaten Simalungun, dipilih 3 desa yang akan menjadi sampel daerah. Berdasarkan pertimbangan bahwa ke 3 desa di Puskesmas Pamatang Silimahuta ini merupakan desa yang terdekat dengan puskesmas, yang sedang dan desa yang paling jauh dengan puskesmas.

Untuk tahap kedua memilih Kepala Keluarga (KK) pada 3 desa yaitu Desa Tiga Raja (A) jumlah KK 307, Desa Naga Saribu (B) jumlah KK 196 dan Desa Saribu Jandi (C) jumlah KK 408 di Puskesmas Pamatang Silimahuta yang dilakukan secara Simple Random Sampling dengan menggunakan tabel undian. Pertimbangan atau persyaratan yang mendasari dalam pengambilan sampel adalah seluruh kepala keluarga baik laki-laki maupun perempuan.


(47)

29

Sampeldiambil dengan menggunakan rumus Slovin yaitu:

n = 90 orang

Dimana N : jumlah populasi n : jumlah sampel

e : taraf kesalahan (standart error 10%).

Hasil perhitungan diatas didapatkan bahwa jumlah sampel yaitu 90. Dalam penelitian ini, penulis memilih sampel yaitu kepala keluarga karena dianggap sebagai orang yang mengambil keputusan dalam pemanfaatan puskesmas buka 24 jam.

Penentuan besar sampel tiap desa di Puskesmas Pamatang Silimahuta Kecamatan Pamatang Silimahuta dengan metode Proposional Random Sampling dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 3.1 Distribusi Sampel Berdasarkan Metode Proposional Simple Random Sampling di Kecamatan Pamatang Silimahuta Tahun 2014

No Desa Jumlah KK Perhitungan Sampel

1 Tigaraja 307 30

2 Nagasaribu 196 20

3 Saribu jandi 408 40

Total 90

Pengambilan sampel terpilih dari setiap desa dilakukan dengan metode simple random sampling yaitu mengambil secara acak dengan menggunakan undian sampai memenuhi besar sampel 90 orang dari 3 desa.


(48)

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh melalui wawancara kepada responden dengan berpedoman pada kuesioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari laporan-laporan maupun dokumen-dokumen resmi dari Puskesmas Pamatang Silimahuta.

3.5 Variabel dan Definisi Operasional 3.5.2 Variabel Dependen

Pemanfaatan puskesmas adalah minat responden untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan puskesmas buka 24 jam.

3.5.1 Variabel Independen

1. Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang pernah dicapai oleh responden berdasarkan ijazah terakhir yaitu: tamat SD, tamat SLTP`, tamat SMA dan tamat DIII/S-1.

2. Pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan responden maupun kepala keluarga secara tetap untuk menghasilkan uang.

3. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh responden tentang puskesmas buka 24 jam, fungsi dan tujuan dari program pelayanan kesehatan puskesmas buka 24 jam.


(49)

31

4. Sikap adalah pendapat atau pandangan responden terhadap pemanfaatan program pelayanan kesehatan puskesmas buka 24 jam.

5. Pendapatan adalah jumlah penghasilan keluarga maupun kepala keluarga yang dihitung dalam satu bulan. Pendapatan dibagi 2 kategori berdasarkan upah minimum yaitu <UMR dan >UMR

6. Informasi adalah asal atau sumber keterangan-keterangan yang diperoleh responden tentang program pelayanan kesehatan puskesmas buka 24 jam baik melalui tenaga kesehatan di puskesmas, keluarga, teman, tetangga dan perangkat desa lainnya.

7. Keterjangkauan adalah biaya transportasi dan jarak pemukiman responden dengan lokasi puskesmas.

8. Kondisi kesehatan adalah keadaan kesehatan anggota keluarga yang membutuhkan pelayanan puskesmas.

3.6 Metode Pengukuran 3.6.1 Variabel Dependen

Pengukuran variabel dependen dalam penelitian ini adalah mengukur variabel pemanfaatan pelayanan puskesmas buka 24 jam adalah sebagai berikut:

Pengukuran pemanfaatan puskesmas buka 24 jam didasarkan pada skala nominal dengan kategori :

1) Berminat diberi nilai 2 2) Tidak berminat diberi nilai 1


(50)

3.6.2 Variabel Independen

Pengukuran variabel independen yang meliputi pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, sikap, pendapatan, informasi, keterjangkauan dan kondisi kesehatan adalah sebagai berikut:

1. Pendidikan

Pengukuran variabel umur didasarkan pada skala ordinal dengan kategori : a. Rendah, jika responden tidak/ tamat SD

b. Sedang, jika responden tamat SLTP dan SLTA c. Tinggi, jika responden tamat DIII/ S1

2. Pekerjaan

Pengukuran variabel umur didasarkan pada skala nominal dengan kategori : a. Bekerja

b. Tidak bekerja 3. Pengetahuan

Pengukuran variabel pengetahuan didasarkan pada skala interval dengan memberikan jawaban kuesioner yang telah diberi bobot, di mana pengetahuan diukur melalui 5 pernyataan dengan menggunakan skala Guttman. Dimana jawaban yang didapat merupakan jawaban tegas (Sugiyono, 2010). Total skor adalah 10, selanjutnya dikategorikan menjadi 3 yaitu:

Berdasarkan jumlah nilai diklasifikasikan dalam 2 kategori yaitu : a. Buruk, apabila jawaban responden memiliki skor 5-6


(51)

33

c. Baik, apabila jawaban responden memiliki skor 9-10 4. Sikap

Pengukuran variabel sikap didasarkan pada skala interval dengan memberikan jawaban kuesioner yang telah diberi bobot. Variabel sikap terdiri dari 5 pertanyaan dengan menggunakan skala Guttman. Dimana jawaban yang didapat merupakan jawaban tegas (Sugiyono, 2010). Total skor adalah 10, selanjutnya di kategorikan menjadi 2 yaitu:

a. Jawaban ya diberi nilai 2 b. Jawaban tidak diberi nilai 1

Berdasarkan jumlah nilai diklasifikasikan dalam 2 kategori yaitu : a) Baik, apabila jawaban responden ya >75% atau memiliki skor 8-10 b) Tidak baik, apabila jawaban responden tidak <75% atau memiliki skor <8 5. Pendapatan

Pengukuran variabel pendapatan didasarkan pada skala ordinal dengan kategori: a. < UMR

b. ≥ UMR 6. Informasi

Pengukuran variabel ini didasarkan pada skala nominal melalui 5 pertanyaan dengan menggunakan skala Thurstone. Skala pengukuran variabel ini berdasarkan jawaban yang diperoleh dari responden terhadap semua pertanyaan yang diberikan.


(52)

a. Jawaban pernah, diberi nilai 2 b. Jawaban tidak pernah, diberi nilai 1

Dari seluruh pertanyaan didapatkan total nilai terbesar adalah 11. Berdasarkan Sudjana dalam Lawolo (2011), informasi diklasifikasikan dalam 2 kategori yaitu: a. Informasi cukup, apabila nilai yang diperoleh >50% dari nilai tertinggi

seluruh pertanyaan dengan total nilai 11, yaitu > 6

b. Informasi Kurang, apabila nilai yang diperoleh ≤50% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 11, yaitu ≤ 6

7. Keterjangkauan

Pengukuran variabel ini didasarkan pada skala ordinal dengan memberikan jawaban kuesioner yang telah diberi bobot, dimana variabel keterjangkauan diukur melalui 4 pertanyaan dengan menggunakan skala Guttman. Dimana jawaban yang didapat merupakan jawaban tegas (Sugiyono, 2010). Total skor adalah 8, selanjutnya di kategorikan menjadi 2 yaitu:

a. Jawaban ya diberi nilai 2 b. Jawaban tidak diberi nilai 1

Berdasarkan jumlah nilai diklasifikasikan dalam 2 kategori yaitu : a. Mudah, apabila jawaban responden ya >75% atau memiliki skor 7-8 b. Sulit, apabila jawaban responden ya <75% atau memiliki skor <7 9. Kondisi Kesehatan

Pengukuran variabel ini didasarkan pada skala ordinal dengan memberikan jawaban kuesioner yang telah diberi bobot, dimana kondisi kesehatan diukur


(53)

35

melalui 4 pertanyaan dengan menggunakan skala Guttman. Dimana jawaban yang didapat merupakan jawaban tegas (Sugiyono, 2010). Total skor adalah 8, selanjutnya dikategorikan menjadi 2 yaitu:

a. Jawaban ya diberi nilai 2 b. Jawaban tidak diberi nilai 1

Berdasarkan jumlah nilai diklasifikasikan dalam 2 kategori yaitu : a) Baik, apabila jawaban responden ya >75% atau memiliki skor 7-8 b) Tidak baik, apabila jawaban responden tidak <75% atau skor <7

3.7 Metode Analisis Data

1. Analisis univariat yaitu analisis yang menggambarkan secara tunggal variabel-variabel penelitian baik variabel-variabel dependen maupun variabel-variabel independen dalam bentuk distribusi frekuensi.

2. Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Dalam penelitian ini dilakukan dengan uji Chi-Squere untuk melihat ada/tidaknya hubungan yang bermakna antara variabel independen (pekerjaan, pendidikan, pendapatan, pengetahuan, sikap, informasi, keterjangkauan dan kondisi kesehatan) dengan variabel dependen (pemanfaatan puskesmas), pada tingkat kepercayaan 0,05.

3. Analisis multivariat merupakan analisis lanjutan untuk menguji ada tidaknya faktor yang memengaruhi pemanfaatan puskesmas secara bersama-sama.


(54)

Analisis multivariat yang digunakan adalah dengan analisis regresi logistik berganda, dengan persamaan ;

Logit P(x) = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 +...+ bnXn Keterangan :

P = Probabilitas

b1,2,3,,n = Nilai Beta


(55)

37

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Puskesmas Pamatang Silimahuta merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan yang terdapat di wilayah Kecamatan Pamatang Silimahuta. Kecamatan ini memiliki 8 wilayah desa yakni Desa Tigaraja, Desa Mardinding, Desa Nagasaribu, Desa Sinar Nagamariah, Desa Ujung Saribu, Desa Ujung Maria, Desa Siboras dan Desa Saribu Jandi. Luas wilayah 68,20 KM. Jumlah penduduk di kecamatan ini berjumlah 10.486 jiwa dengan jumlah kepala keluarga (KK) sebanyak 4750 KK. Berdasarkan jenis kelamin, sebanyak 6.093 jiwa penduduk berjenis kelamin laki-laki dan sebanyak 4.393 jiwa penduduk berjenis kelamin perempuan. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut :

Tabel 4.1 Distribusi Penduduk Kecamatan Pamatang Silimahuta Kabupaten Simalungun Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) (%)

1. Laki-laki 6.093 58

2. Perempuan 4.393 42

Jumlah 10.486 100

Berdasarkan jenis sarana kesehatan yang terdapat di Kecamatan Pamatang Silimahuta, terdapat 1 puskesmas dengan 2 puskesmas pembantu (Pustu) dan 5 balai pengobatan swasta (praktik bidan). Secara keseluruhan terdapat 8 sarana kesehatan yang terdapat di Kecamatan Pamatang Simahuta Kabupaten Simalungun. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut:


(56)

Tabel 4.2 Jenis Sarana Kesehatan di Kecamatan Pamatang Silimahuta Kabupaten Simalungun

No Sarana Kesehatan Jumlah (Unit)

1. Puskesmas 1

2. Puskesmas Pembantu (Pustu) 2

3. Balai Pengobatan Swasta 5

Jumlah 8

Berdasarkan jenis tenaga kesehatan yang terdapat di Kecamatan Silimahuta, terdapat 5 bidan yang membuka praktek pengobatan swasta. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut :

Tabel 4.3 Jenis Tenaga Kesehatan di Kecamatan Pamatang Silimahuta Kabupaten Simalungun

No Tenaga Kesehatan Jumlah (Jiwa)

1. Dokter Umum 1

2. Bidan 15

3. Gizi 1

4. Perawat Gigi 2

5. Kesling 2

6. Perawat 7

Jumlah 28

4.2 Analisis Univariat

Analisis Univariat dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi dari variabel bebas dan variabel terikat, dalam penelitian ini meliputi: pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, sikap, pendapatan, informasi, keterjangkauan, dan kondisi kesehatan terhadap pemanfaatan puskesmas 24 jam.

4.2.1 Deskripsi Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini adalah seluruh kepala keluarga baik laki-laki maupun perempuan di Kecamatan Pematang Silimahuta Kabupaten Simalungun.


(57)

39

Berdasarkan hasil pengumpulan data di lapangan, diperoleh gambaran karakteristik responden secara umum menurut kelompok umur, jumlah anggota keluarga dan status perkawinan. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Distribusi Kategori Responden berdasarkan Umur, Jumlah Anggota Keluarga dan Status Perkawinan

No Karakteristik Responden Jumlah

f %

1. Umur

21-39 tahun (Usia dewasa awal) 55 61,1

40-60 tahun (Usia dewasa madya) 24 26,7

> 60 tahun (Usia dewasa akhir/lanjut) 11 12,2

Jumlah 90 100

2. Status Perkawinan

Menikah 84 93,3

Belum menikah Janda/duda

2 4

2,2 4,4

Jumlah 90 100

Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan umur, sebagian besar responden berada dalam kategori usia 21-39 tahun yaitu sebanyak 55 responden (61,1%) dan paling sedikit berada dalam kategori < 60 tahun yaitu sebanyak 11 responden (12,2%). Berdasarkan kategori status perkawinan, responden berada dalam kategori menikah yaitu 84 responden (93,3%) dan yang paling sedikit berada dalam kategori belum menikah yaitu 2 responden (2,2%).

4.2.2 Deskripsi Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi mencakup pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, dan sikap yaitu sebagai berikut:


(58)

4.2.2.1 Deskripsi Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebanyak 44 responden (48,4%) berpendidikan SD, sebanyak 25 responden (27,8%) berpendidikan SLTP, sebanyak 14 responden (15,6%) berpendidikan SLTA dan sebanyak 7 responden (7,8%) berpendidikan Akademi/Perguruan Tinggi. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan di Kecamatan Pamatang Silimahuta

No Pendidikan F (%)

1. 2. 3. 4.

SD SLTP SLTA Akademi

44 25 14 7

48,4 27,8 15,6 7,8

Jumlah 90 100

4.2.2.2 Deskripsi Responden Berdasarkan Pekerjaan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebanyak 83 responden (92,2%) memiliki pekerjaan (petani, pedagang, wiraswasta, dll) dan sebanyak 7 responden (7,8%) tidak memiliki pekerjaan. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pekerjaan di Kecamatan Pamatang Silimahuta

No Pekerjaan f (%)

1. Bekerja 83 92,2

2. Tidak bekerja 7 7,8

Jumlah 90 100

4.2.2.3 Deskripsi Responden Berdasarkan Pengetahuan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengetahuan responden tentang puskesmas 24 jam di Kecamatan Pamatang Silimahuta diketahui bahwa sebanyak 77 responden (85,6%) mengetahui keberadaan letak puskesmas sedangkan 13 responden


(59)

41

(14,4%) tidak mengetahui keberadaan letak puskesmas, sebanyak 58 responden (64,4%) tidak mengetahui adanya program pelayanan kesehatan puskesmas buka 24 jam sedangkan 32 responden (35,6%) sudah mengetahui adanya program pelayanan kesehatan puskesmas buka 24 jam.

Sebanyak 74 responden (82,2%) tidak mengetahui sejak kapan diberlakukannya program pelayanan kesehatan puskesmas 24 jam sedangkan 16 responden (17,8%) sudah mengetahui sejak kapan diberlakukannya program pelayanan kesehatan puskesmas 24 jam. Sebanyak 65 responden (72,2%) tidak pernah mendapat penjelasan langsung dari tenaga kesehatan bahwa di desa ini telah ada puskesmas yang buka 24 jam sedangkan 25 responden (27,8%) pernah mendapat penjelasan langsung dari tenaga kesehatan bahwa di desa ini telah ada puskesmas yang buka 24 jam. Sebanyak 57 responden (63,3%) tidak mengetahui jenis pelayanan yang tersedia di puskesmas 24 jam sedangkan 33 responden (36,7%) mengetahui jenis pelayanan yang tersedia di puskesmas 24 jam. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan di Kecamatan Pamatang Silimahuta

No Pernyataan F (%)

1. Letak puskesmas berada 1. Tahu

2. Tidak tahu

77 13

85,6 14,4

Jumlah 90 100

2. Adanya program pelayanan kesehatan puskesmas buka 24 jam

1. Tidak Tahu 2. Tahu

58 32

64,4 35,6


(60)

Table 4.7 (Lanjutan)

No Pernyataan F (%)

3. Sejak kapan diberlakukannya program pelayanan puskesmas buka 24 jam

1. Tidak tahu 2. Tahu

74 16

82,2 17,8

Jumlah 90 100

4. Tenaga kesehatan menjelaskan langsung bahwa adanya puskesmas buka 24 jam

1. Tidak Tahu 2. Tahu

65 25

72,2 27,8

Jumlah 90 100

5. Jenis pelayanan yang tersedia di puskesmas 1. Tidak Tahu

2. Tahu

57 33

63,3 36,7

Jumlah 90 100

Berdasarkan uraian di atas, dilakukan pengkategorian berdasarkan jawaban responden yang hasilnya sebanyak 49 responden (54,4%) berada pada kategori pengetahuan buruk, sebanyak 20 responden (22,2%) berada pada kategori sedang dan 21 responden (23,3%) berada pada kategori pengetahuan baik. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pengetahuan di Kecamatan Pamatang Silimahuta

No Pengetahuan F (%)

1. 2. 3. Buruk Sedang Baik 49 20 21 54,4 22,2 23,3

Jumlah 90 100

4.2.2.4 Deskripsi Responden Berdasarkan Sikap

Hasil penelitian mengenai sikap responden yang setuju dengan adanya program pelayanan kesehatan puskesmas buka 24 jam sebanyak 57 responden


(61)

43

(63,3%) sedangkan 33 responden (36,7%) tidak setuju dengan adanya program pelayanan kesehatan puskesmas buka 24 jam. Sebanyak 46 responden (51,1%) menyatakan bahwa program puskesmas buka 24 jam tidak memberikan manfaat sedangkan 44 responden (48,9%) menyatakan bahwa program puskesmas buka 24 jam memberikan manfaat.

Sebanyak 52 responden (57,8%) menyatakan bahwa sejak diterapkannya program puskesmas buka 24 jam tidak membantu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan sedangkan 38 responden (42,2%) menyatakan bahwa sejak diterapkannya program puskesmas buka 24 jam membantu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Sebanyak 51 responden (56,7%) setuju bahwa program puskesmas 24 jam ini dilakukan seterusnya sedangkan 39 responden (43,3%) tidak setuju bahwa program puskesmas 24 jam ini dilakukan seterusnya. Sebanyak 57 responden (63,3%) menyatakan bahwa program puskesmas 24 jam tidak mempermudah responden dalam mendapatkan pelayanan kesehatan kapan saja responden butuhkan sedangkan 33 responden (36,7%) menyatakan bahwa program puskesmas 24 jam mempermudah responden dalam mendapatkan pelayanan kesehatan kapan saja responden butuhkan. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap di Kecamatan Pamatang Silimahuta

No Pernyataan F (%)

1. Setuju adanya program puskesmas buka 24 jam a. Tidak

b. Ya

57 33

63,3 36,7


(62)

Tabel 4.9 (Lanjutan)

No Pernyataan F (%)

2. Program puskesmas buka 24 jam memberikan manfaat a. Tidak b. Ya 46 44 51,1 48,9

Jumlah 90 100

3. Program puskesmas buka 24 jam membantu untuk mendapatkan yankes a. Tidak b. Ya 52 18 57,8 42,2

Jumlah 90 100

4. Setuju program puskesmas buka 24 jam ini dilakukan seterusnya a. Tidak b. Ya 51 39 56,7 43,3

Jumlah 90 100

5. Program puskesmas buka 24 jam mempermudah untuk mendapatkan yankes kapan saja dibutuhkan

a. Tidak b. Ya 57 33 63,3 36,7

Jumlah 90 100

Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa setelah dilakukan pengkategorian berdasarkan jawaban responden, sebanyak 50 responden (55,6%) berada pada kategori sikap yang tidak baik terhadap pemanfaatan puskesmas buka 24 jam dan sebanyak 40 responden (44,4%) berada pada kategori baik puskesmas buka 24 jam. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.10.

Tabel 4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Sikap di Kecamatan Pamatang Silimahuta

No Sikap f (%)

1. Tidak baik 50 55,6

2. Baik 40 4,4


(63)

45

4.2.3 Faktor Pemungkin

4.2.3.1 Deskripsi Responden Berdasarkan Pendapatan

Berdasarkan pendapatan keluarga diketahui bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 72 responden (80,0%) memiliki penghasilan di bawah UMK (<Rp1.700.000,-/bulan) dan sebanyak 15 responden (16,7%) memiliki penghasilan di atas atau sama dengan UMK (≥Rp1.700.000,-/bulan) dan sebanyak 3 responden (3,3%) belum memiliki penghasilan. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.11.

Tabel 4.11 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pendapatan di Kecamatan Pamatang Silimahuta

No Sikap f (%)

1. < UMK (Rp. 1.700.000,-/bulan) 72 80,0

2. ≥ UMK (Rp. 1.700.000,-/bulan) 15 16,7

3. 0 3 3,3

Jumlah 90 100

4.2.3.2 Deskripsi Responden Berdasarkan Informasi

Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa 63 responden (70,0%) pernah mendengar informasi tentang program pelayanan puskesmas 24 jam sedangkan 27 responden (30,0%) tidak pernah mendengar tentang program pelayanan puskesmas 24 jam. Sebanyak 46 responden (51,1%) tidak pernah bercerita tentang puskesmas buka 24 jam kepada anggota keluarganya sedangkan 44 responden (48,9%) pernah bercerita tentang puskesmas buka 24 jam kepada anggota keluarganya.

Sebanyak 50 responden (55,6%) tidak pernah mendengar dari tetangga atau salah satu anggota masyarakat di desa ini tentang puskesmas 24 jam sedangkan 40


(64)

responden (44,4%) pernah mendengar dari tetangga atau salah satu anggota masyarakat di desa ini tentang puskesmas 24 jam. Sebanyak 90 responden tidak pernah mendengar informasi dari pemerintah daerah tentang program puskesmas buka 24 jam. Sebanyak 61 responden (67,8%) menyatakan tidak pernah mendapat informasi bahwa perangkat desa berperan dalam menyelenggarakan program puskesmas buka 24 jam, sedangkan 29 responden (32,2%) menyatakan pernah mendapat informasi bahwa perangkat desa berperan dalam menyelenggarakan program puskesmas buka 24 jam. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.12.

Tabel 4.12 Distribusi Responden Berdasarkan Informasi di Kecamatan Pamatang Silimahuta

No Pernyataan F (%)

1. Pernah mendengar informasi tentang program puskesmas buka 24 jam

a. Ya b. Tidak 63 27 70,0 30,0

Jumlah 90 100

2. Anggota keluarga pernah bercerita tentang puskesmas buka 24 jam

a. Tidak b. Ya 46 44 51,1 48,9

Jumlah 90 100

3. Pernah mendengar dari tetangga atau masyarakat sekitar tentang puskesmas buka 24 jam

a. Tidak b. Ya 50 40 55,6 44,4

Jumlah 90 100

4. Pernah mendengar informasi dari pemerintah daerah tentang puskesmas buka 24 jam

a. Tidak b. Ya 90 0 100 0


(65)

47

Tabel 4.12 (Lanjutan)

No Pernyataan F (%)

5. Perangkat desa berperan dalam penyelenggaraan program puskesmas buka 24 jam

a. Tidak b. Ya

61 29

67,8 32,2

Jumlah 90 100

Berdasarkan uraian di atas, dilakukan pengkategorian berdasarkan jawaban responden yang hasilnya sebanyak 50 responden (55,6%) berada pada kategori kurang mendapatkan informasi tentang program pelayanan puskesmas buka 24 jam dan sebanyak 40 responden (44,4%) berada pada kategori cukup mendapatkan informasi tentang program pelayanan puskesmas buka 24 jam. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.13.

Tabel 4.13 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Informasi di Kecamatan Pamatang Silimahuta

No Informasi f (%)

1. Kurang 50 55,6

2. Cukup 40 4,4

Jumlah 90 100

4.2.3.3 Deskripsi Responden Berdasarkan Keterjangkauan

Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa sebanyak 61 responden (67,8%) menyatakan letak puskesmas tidak strategis dan tidak mudah dijangkau dari tempat pemukiman masyarakat sedangkan 29 responden (32,2%) menyatakan letak puskesmas sudah strategis dan mudah dijangkau dari tempat pemukiman masyarakat. Sebanyak 71 responden (78,9%) menyatakan letak puskesmas terlalu jauh dari tempat


(66)

tinggal responden sedangkan 19 responden (21,1%) menyatakan letak puskesmas tidak jauh dari tempat tinggalnya.

Sebanyak 63 responden (70,0%) menyatakan kesulitan ke puskesmas dikarenakan masalah transportasi saat membutuhkan pelayanan kesehatan di puskesmas buka 24 jam sedangkan 27 responden (30,0%) menyatakan tidak kesulitan ke puskesmas dikarenakan masalah transportasi saat membutuhkan pelayanan kesehatan di puskesmas buka 24 jam. Sebanyak 80 responden (88,9%) menyatakan tidak membutuhkan biaya yang mahal untuk mendapatkan pelayanan kesehatan di puskesmas buka 24 jam sedangkan 10 responden (88,9%) menyatakan membutuhkan biaya yang mahal untuk mendapatkan pelayanan kesehatan di puskesmas buka 24 jam. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.14.

Tabel 4.14 Distribusi Responden Berdasarkan Keterjangkauan di Kecamatan Pamatang Silimahuta

No Pernyataan F (%)

1. Letak puskesmas sudah strategis dan mudah dijangkau Dari tempat pemukiman masyarakat

1. Tidak 2. Ya 61 29 67,8 32,2

Jumlah 90 100

2. Letak puskesmas terlalu jauh dari tempat tinggal responden 1. Ya 2. Tidak 71 19 78,9 21,1

Jumlah 90 100

3. Mengalami kesulitan ke puskesmas karena transportasi 1. Ya 2. Tidak 63 27 70,0 30,0


(67)

49

Tabel 4.14 (Lanjutan)

No Pernyataan F (%)

4. Mendapatkan pelayanan kesehatan di puskesmas butuh biaya yang mahal

1. Tidak 2. Ya

80 10

88,9 11,1

Jumlah 90 100

Berdasarkan uraian di atas, setelah dilakukan pengkategorian berdasarkan jawaban responden tentang keterjangkauan puskesmas buka 24 jam, sebanyak 72 responden (80,0%) berada pada kategori sulit untuk menjangkau puskesmas 24 jam tersebut, sedangkan sebanyak 18 responden (20,0%) berada pada kategori mudah menjangkau puskesmas 24 jam tersebut. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.15.

Tabel 4.15 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Keterjangkauan di Kecamatan Pamatang Silimahuta

No Sikap f (%)

1. Sulit 72 80,0

2. Mudah 18 20,0

Jumlah 90 100

4.2.4 Faktor Kebutuhan

4.2.4.1 Deskripsi Responden Berdasarkan Kondisi Kesehatan

Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa sebanyak 50 responden (55,6%) responden tidak membawa anggota keluarganya yang mengalami sakit ke puskesmas untuk mendapatkan pengobatan sedangkan 40 responden (44,4%) akan membawa anggota keluarganya yang mengalami sakit ke puskesmas untuk mendapatkan pengobatan. Sebanyak 86 responden (95,6%) tidak membawa anggota keluarganya yang mengalami kondisi kesehatan yang darurat pada malam hari ke


(1)

335 Jonri Ginting 45 SMA

336 Nd Elwin Bangun 57 SD

337 Cedong Sitepu 25 SMA

338 Rf Girsang 29 SMA

339 Nd Pardamean 79 SD

340 Morha Girsang 38 SD

341 Beres tarigan 60 SD

342 Mulia Tarigan 35 SD

343 Telap Sembiring 65 SD

344 Hosea Sembiring 36 SD

345 Perkataaan 80 SD

346 Mahmud 36 SD

347 Lukman Tarigan 35 SMA

348 Miun Tarigan 60 SD

349 Romi Tarigan 40 SMA

350 Armedi Tarigan 39 SMA

351 Mayam Tarigan 72 SD

352 Jakim Barus 60 SD

353 Bahagia Sembiring 31 SD

354 Abner Bakkara 39 SD

355 Sabar Tarigan 68 SD

356 Nd Dahrim tarigan 55 SD

357 Dahrim tarigan 37 SD

358 Bababas Tarigan 34 SD

359 Pengeri tarigan 60 SD

360 Masa Tarigan 60 SD

361 Manna Sembiring 45 SD

362 Sabta Karo-karo 40 SD

363 Samudra Tarigan 38 SD

364 Sahat Ginting 45 SD

365 K.Siregar 30 SD

366 RN.Karo-karo 28 SD

367 Amat Ginting 29 SLTP

368 Bangsa Ginting 26 SLTP

369 Andreas Ginting 34 SLTP

370 Jaya Tarigan 34 SLTP

371 Hebron Sembiring 42 SMA

372 Piter Sembiring 59 SD

373 Nando Sembiring 37 SD

374 Nd Samsul 60 SD

375 Maju Tarigan 37 SD


(2)

125

377 Kadir Tarigan 53 SMA

378 Nopren Ginting 53 SD

379 Nd Wanita Bangun 70 SD

380 Resta Gitning 33 SD

381 Ideal Ginting 35 SD

382 Sikap Tarigan 67 SD

383 Akim Ginting 60 SD

384 Nd Jason 65 SD

385 Inget Tarigan 24 SD

386 Nd Maju Tarigan 65 SD

387 Jasana tarigan 29 SD

388 Preksa Tarigan 27 SD

389 Subur Tarigan 24 SD

390 Nd Indra 53 SD

391 Kira Tarigan 50 SD

392 Batas Tarigan 68 SD

393 Jamin Ginting 30 SD

394 Sabar Peranginangin 55 SD

395 Salme Tarigan 35 SD

396 Alirenta tarigan 25 SD

397 Ali Ginting 68 SD

398 Les Barus 45 SD

399 Layas Barus 38 SD

400 Almen tarigan 29 SMA

401 Lindo barus 25 SMA

402 Amon Sembiring 28 SMA

403 Tentu Tarigan 46 SMA

404 Ones Ginting 24 SMA

405 Tuhu Tarigan 87 SD

406 P.Surbakti 29 SMA

407 Berman Sitepu 30 SMA


(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh Faktor Predisposisi, Pemungkin dan Kebutuhan terhadap Pemanfaatan Pelayanan Jampersal di Wilayah Kerja Puskesmas Parongil Kabupaten Dairi

5 67 131

Pengaruh Faktor Predisposisi, Kebutuhan dan Pemungkin Ibu Hamil terhadap Pemanfaatan Antenatal Care (ANC) di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Limun Kota Medan

12 76 133

Pengaruh Faktor Predisposisi, Pemungkin Dan Kebutuhan Terhadap Pemanfaatan Sarana Pelayanan Antenatal Oleh Ibu Hamil Di Kelurahan Pasir Bidang Kecamatan Sarudik Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2010

0 49 98

Pengaruh Faktor Predisposisi, Pemungkin dan Kebutuhan Terhadap Pemanfaatan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) pada Wanita Pasangan Usia Subur di Puskesmas Batang Kuis Tahun 2015

0 0 16

Pengaruh Faktor Predisposisi, Pemungkin dan Kebutuhan Terhadap Pemanfaatan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) pada Wanita Pasangan Usia Subur di Puskesmas Batang Kuis Tahun 2015

0 0 2

Pengaruh Faktor Predisposisi, Pemungkin dan Kebutuhan Terhadap Pemanfaatan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) pada Wanita Pasangan Usia Subur di Puskesmas Batang Kuis Tahun 2015

0 0 11

Lampiran 1 KUESIONER PENGARUH FAKTOR PREDISPOSISI, PEMUNGKIN DAN KEBUTUHAN TERHADAP PEMANFAATAN PELAYANAN JAMPERSAL DI PUSKESMAS PARONGIL KABUPATEN DAIRI Petunjuk Pengisian

0 0 21

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan - Pengaruh Faktor Predisposisi, Pemungkin dan Kebutuhan terhadap Pemanfaatan Pelayanan Jampersal di Wilayah Kerja Puskesmas Parongil Kabupaten Dairi

0 0 32

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Faktor Predisposisi, Pemungkin dan Kebutuhan terhadap Pemanfaatan Pelayanan Jampersal di Wilayah Kerja Puskesmas Parongil Kabupaten Dairi

0 0 9

LEMBAR KUESIONER PENGARUH FAKTOR PREDISPOSISI, PEMUNGKIN DAN KEBUTUHAN TERHADAP PEMANFAATAN PUSKESMAS 24 JAM DI KECAMATAN PAMATANG SILIMAHUTA KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2014 Nomor Responden: Tanggal Kegiatan: Petunjuk:

0 1 57