17
Apresiasi akan dilakukan pengukuran
peningkatan pengetahuan sebelum dan setelah apresiasi serta respon petani. Data yang dikumpulkan
dilakukan tabulasi dan skoring menggunakan interval kelas yang selanjutnya dianalisis secara deskriptif.
3.4.2. Memantapkan inovasi kelembagaan Petani dan Pasar
1. Penguatan organisasi kelompok
I novasi kelembagaan yang dimantabkan pada kegiat an ini adalah terbentuknya unit-unit pengelola usaha pertanian sesuai subsistem agribisnis
dan bioindustri di Desa Air Meles, sebagimana struktur kelembagaan kelompok tani sebagai berikut :
Gambar 2. Struktur Kelembagaan Kelompok Tani
2. Fasilitasi ke Disperindag untuk promosi produk kopi
Dilakukan bersamaan dengan pelatihan untuk mempromosikan produk olahan kopi petik merah.
3. Meningkatkan kemampuan petani untuk memasarkan produk Dilakukan setiap bimbingan dan monitoring ke lokasi kegiatan. Petani dicoba
memasarkan produknya secara bertahap diawali ke kelompok lain, karyawan
MANAJER
UNI T PENGELOLA SARANA DAN PRASARANA
UNI T PENGELOLA PRODUKSI
UNI T PENGELOLA PEMASARAN PRODUK
SUB UNI T PENGELOLA PENGOLAHAN PRODUK KOPI , PADI , JERUK SAPI , KAMBI NG DAN
HORTI SUB UNI T PENGELOLA BUDI DAYA
KOMODI TAS KOPI , PADI , JERUK SAPI , KAMBI NG DAN HORTI
UNI T PENGELOLA KEUANGAN
18
BPTP, serta menawarkan ke pengusaha. Parameter yang diukur adalah berapa jumlah produk yang terjual dan lembaga pasar yang menampung
3.4.3. Mengetahui potensi produk bioindustri terhadap peningkatan produktivitas tanaman dan ternak
1. Mengetahui peningkatan berat badan harian melalui implementasi produk
pakan ternak daun kopi, kulit kopi pada ternak sapi dan kambing. Peningkatan PPBH ternak, melalui inovasi pemeliharaan ternak yang baik
antara lain meningkatkan bobot lahir dan bobot sapih pedet anak sapi , peningkatan bobot potong dan kesehatan hewan.
I novasi yang diterapkan adalah memberikan pakan yang baik kepada sapi bibit, dara maupun induk sapi yang sedang bunting maupun menyusui.
Pakan yang akan diberikan pada ternak sapi yaitu berupa jerami amoiasi dan atau jerami fermentasi, sedangkan untuk pakan tambahannya adalah
kulit kopi yang difermentasi. Dengan pemberian pakan ini diharapkan ternak sapi akan mengalami pertumbuhan yang lebih baik, sehingga
produksi dan produktivitasnya meningkat. Untuk peningkatan bobot potong dilakukan dengan inovasi pemberian
pakan daun kopi amoniasi fermentasi ditambah dengan pakan tambahan berupa kulit kopi yang difermentasi. Unt uk pencegahan dari panyakit
akan dilakukan pemberian obat cacing dan penanganan kesehatan secara berkala, sanitasi kandang secara teratu.
Aplikasi pemberian pakan dilakukan
melalui hasil kegiatan dari demonstrasi cara pembuatan pakan. Aplikasi pakan ke ternak dilakukan
dengan menggunakan rancangan acak kelompok dengan 3 perlakuan, 1 kontrol masing-masing 5 ulangan sebagaimana disain berikut.
Tabel 1. Desain Perlakuan Pakan
Perlakuan Rumput lapang
Daun kopi kulit kopi
P0 Kontrol 1-5 100
- -
P1. 1 -5 80
20 P2 1-5
80 -
20 P3 1-5
60 20
Fermentasi 20
Adaptasi pakan
dilakukan selama
2 minggu
tujuannya untuk
membiasakan ternak terhadap pakan yang akan diuji cobakan. Pakan
19
diuji cobakan selama 10 hari per periode perlakuan kemudian di istirahatkan selama 7 hari kemudian diuji cobakan lagi.
Data yang diambil adalah panjang badan dan lingkar dada ternak sebelum masa uji coba pakan dan setelah uji coba pakan 3 bulan.
Pengukuran dilakukan setiap 1 minggu sekali dengan menggunakan pita ukur ternak lalu dikonversikan dengan rumus Djagra Tonbesi, dkk.
2009. BB
11045 PBBH =
Keterangan : PB = panjang badan
LD = lingkar dada t = waktu selama uji coba pakan
Selain PBBH juga dilakukan pengamatan terhadap jumlah feses dan urine per ekor per hari. Pengukuran limbah padat segar dan cair dilakukan
dengan melakukan penimbangan dan pengukuran volume limbah
cair urine yang dihasilkan selama 24 jam Tabel 2. Tabel 2. Pengamatan Terhadap Jumlah Feses dan Urine Per Ekor Per Hari
Sampel Faeces kg
Urine Lt Total 7 hr
Kompos 1
2 3
4 5
Jumlah yang dihasilkan
2. Mengetahui peningkatan produksi kopi, cabe, dan
kubis melalui
implementasi penggunaan kompos dan pupuk cair Kegiatan dilakukan 2 kali dan untuk tanaman kopi dan 2 musim tanam
untuk tanaman cabe dan kubis Rancangan untuk implementasi POP dan POC pada tanaman akan
dilakukan seperti berikut:
20
Tabel 3. Rancangan untuk I mplementasi POP dan POC pada Tanaman
Tanaman Ponska
kg ha Kompos
kg ha Bio urine
lt ha Cabe 1
V V
- Cabe 2
V V
V Cabe Pt
Kubis1 V
V -
Kubis2 V
V V
Kubis Pt
Data yang dikumpulkan adalah keragaan agronomis dan data potensi hasil masing-masing tanaman tinggi tanaman, jumlah cabang jumlah anakan,
jumlah buah tanaman; berat buah tanaman, diameter krop, berat 1000 btr gabah, produksi. Selain analisis teknis juga dilakukan analisis kimia bio
urine dan kompos. 3.
Pengukuran kualitas produk kopi biji dan kopi bubuk
Mutu kopi robusta yang dihasilkan petani umumnya masih rendah karena pengolahan pascapanen masih menghasilkan kopi asalan, yaitu biji kopi
yang dihasilkan dengan metode dan fasilitas sangat sederhana, kadar air relatif tinggi dan masih tercampur dengan bahan-bahan lain dalam jumlah
relatif banyak Yusianto dan Mulato, 2002. Pemahaman terhadap mutu kopi dapat berbeda mulai tingkat produsen hingga konsumen. Menurut
Salla 2009, bagi produsen terutama petani, mutu kopi dipengaruhi oleh kombinasi tingkat produksi, harga dan budaya. Pada tingkat eksportir
maupun importir, mutu kopi dipengaruhi oleh ukuran biji, jumlah cacat, peraturan, ketersediaan produk, karakteristik dan harga. Pada tingkat
pengolahan kopi bubuk, kualitas kopi tergantung pada kadar air, stabilitas. karakteristik, asal daerah, harga, komponen biokimia dan kualitas cita rasa.
Pada tingkat konsumen, pilihan kopi tergantung pada harga, aroma dan selera, pengaruh terhadap kesehatan serta aspek lingkungan maupun
sosial Salla, 2009. Salah satu faktor yang mempengaruhi mutu kopi adalah metode pengolahan. Metode pengolahan yang dipilih akan
mempengaruhi mutu. Pada metode olah kering yang bisa dilakukan oleh petani, buah kopi yang telah dipanen dikeringkan di bawah sinar
matahari.Setelah kering, buah kopi dibuang kulitnya secara mekanis menggunakan mesin pengupas kopi gelondong. Dengan metode ini
menghasilkan kopi asalan dengan kadar air relatif tinggi. Metode olah
21
basah umumnya dapat menghasilkan biji kopi dengan mutu lebih baik. Tahapan pengolahan yang membedakan dengan olah kering adalah tahap
pengupasan kulit kopi pulping dan pencucian untuk menghilangkan lendir washing, sehingga proses pengeringan berlangsung lebih sempurna dan
kadar air kopi biji menjadi lebih rendah.
Rancangan untuk mengukur peningkatan kualitas kopi petik merah adalah sebagai berikut :
Kopi petani dengan panen petik merah diolah dengan metode pengolahan kopi secara basah teknologi introduksi. Sebagai
pembanding adalah kopi petani dengan metode panen rampasan dan metode pengolahan secara kering cara petani. Pengujian mutu fisik
biji kopi dilakukan dengan mengacu pada syarat mutu kopi biji menurut SNI No. 01-2907-2008 BSN, 2008. Pengujian mutu fisik biji
kopi robusta terdiri dari 3 tiga tahap. Tahap pertama adalah penentuan mutu berdasarkan syarat umum biji kopi yaitu ada tidaknya
serangga hidup, biji berbau busuk dan berbau kapang, kadar air dan kadar kotoran. Tahap kedua adalah penentuan ukuran biji besar,
sedang dan kecil. Tahap ketiga adalah penentuan jenis dan jumlah cacat biji kopi.
Setelah dilakukan pemisahan biji cacat pada uji mutu fisik, biji kopi disangrai dan digiling untuk seterusnya dilakukan analisis sifat fisik dan
kimia bubuk kopi dan seduhan cup test. Analisis sifat fisika dan kimia
kopi bubuk dilakukan berdasarkan syarat mutu kopi bubuk menurut SNI 01-3542-2004, meliputi keadaan fisik seperti bau dan warna, kadar
air, kadar sari kopi, dan kadar kafein BSN, 2004. 4.
Mengetahui penurunan biaya input eksternal pada usahatani Analis
Finansial dilakukan
dengan analisis
perbedaan keuntungan
menggunakan formula.
22
Tabel 4. Formula Analisa Finansial
Keterangan Kontrol
P1 P2
Perbedaan Biaya Produksi
Rp ha TC0
TC1 TC2
∆
TC1 = { TC1 TC0 – 1} 100
∆
TC2 = { TC2 TC0 – 1} 100 Produksi
Kg ha Y0
Y1 Y2
∆
Y1= { Y1 Y0 – 1} 100
∆
Y2= { Y2 Y0 – 1} 100 Penerimaan
Rp ha TR0
TR1 TR2
∆
TR1= { TR1 TR0 – 1} 100
∆
TR2= { TR2 TR0 – 1} 100 Keuntungan
Rp ha 0 = TR0-
TC0 = TC0-
TC1 2= TR2-
TC2
∆
1= { 1 0-1} 100
∆
2= { 2 0-1} 100
R C Ratio TR0 TC0
TR1 TC1 TR2 TC2
MBCR 1= TR1-TR0 TC1-TC0 MBCR 2= TR2-TR0 TC2-TC0
Net R C atau B C Ratio
0 TC0 = { R0 C0 –
1} 1 TC1 =
{ R1 C1 – 1}
2 TC2 = { R2 C2 –
1} Net MBCR 1=
1- 0 TC1-TC0 Net MBCR 2=
2- 0 TC2-TC0
3.4.4. Mendiseminasikan inovasi teknologi kepada stakeholders 1.
Sosialisasi Model Bioindustri kepada KTNA Kabupaten, penyuluh di wilayah lain se kecamatan Curup Timur, sebanyak 25 orang. Parameter yang
dikumpulkan adalah respon peserta Kognitif, dan affective terhadap Model
dan inovasi yang disosialisasikan. Data yang terkumpul ditabulasi dan diskoring menggunakan interval kelas dan dianalisis secara deskriptif.
2. Menyusun bahan informasi tercetak dan elektronik
Materi informasi yang disusun adalah: tercetak leaflet teknologi 3 judul, banner; membuat papan merek serta back wol
3. Mengikuti pameran ekspose yang diadakan oleh Balai pada saat ekspose
model. Materi yang dipamerkan adalah: produk bioindustri Bio-Gading berupa: kopi bubuk, kompos, pakan ternak, biourine, sayuran semi organik.
4. Mengikuti workshop, seminar
Workshop diselenggarakan oleh BBP2TP, dan seminar nasional diikuti sesuai undangan yang ada. Materi yang akan disampaikan dalam seminar adalah
aspek teknis, pascapanen, ekonomi, dan perubahan prilaku petani, penyuluh.
23
I V. HASI L DAN PEMBAHASAN
4.1. Memantapkan I novasi Teknis sistem pertanian bioindustri berbasis tanaman
kopi - ternak sapi spesifik lokasi Bengkulu Pemantapan inovasi teknis sistem pertanian bioindustri berbasis tanaman
kopi – ternak sapi dilakukan melalui bimbingan teknis pemeliharaan tanaman kopi, pemupukan tanaman kopi setelah panen selesai, agustus, pembuatan
kompos dan pakan ternak dari kulit kopi, budidaya sayuran organik. Bimbingan teknis yang telah dilaksanakan sampai dengan bulan Juni disampaikan pada
Tabel 5. Tabel 5. Bimbingan Teknis sampai Bulan Desember 2016
No Bimbingan Teknis
Jumlah Peserta Output
1 Pembuatan Pakan
32 kelompok
tani gading
indah, sido
muncul, dan pematang manggis Desa Talang
Ulu, Petani
mengetahui manfaat kulit kopi sebagai
pakan, meningkatkan
keterampilan petani. 2
Pembuatan kompos
dan biourine 35
Peningkatan pengetahuan petani mengenai
Pengetahuan merupakan tahap awal dari persepsi yang kemudian mempengaruhi sikap dan pada gilirannya melahirkan perbuatan atau tindakan
keterampilan. Dengan adanya wawasan peserta yang baik tentang suatu hal, akan mendorong terjadinya sikap yang pada gilirannya mendorong terjadinya
perubahan perilaku. Hasil kegiatan bimbingan teknis melalui kegiatan demontrasi cara tersaji dalam Tabel 6.
Tabel 6. Peningkatan Pengetahuan Petani melalui Bimbingan Teknis di Desa Air
Meles Kabupaten Rejang Lebong Tahun 2016
Kegiatan Tingkat Pengetahuan
Perbedaan Sebelu
m Kriteria
Setelah Kriteria
Nilai Pembuatan Kompos
dan Biourine 0,86
Tinggi 0,92
Tinggi 0,06
6
Sumber: tabulasi data primer 2016 Keterangan :
0,00 ≤ X ≤ 0,33 = Rendah, 0,33 ≤ X ≤ 0,66 = Sedang, 0,66 ≤ X ≤ 1,00 = Tinggi
Dari Tabel 7 diketahui bahwa pengetahuan peserta bimbingan teknis dalam teknologi pembuatan kompos dan biourine sebelum kegiatan dimulai
sudah menunjukkan tingkat pengetahuan yang tinggi yaitu 0,86 dan sesudah
24
bimbingan teknis menjadi 0,92 meningkat sebesar 6 . Hal ini diindikasikan bahwa petani saat ini sudah banyak mengetahui bahwa limbah ternak baik feses
maupun urine dapat dimanfaatkan sebagai pupuk kompos dan pupuk organik cair biourine. Namun petani belum mau menggunakan bio urine sebagai pupuk
dan pestisida nabati. Saat ini petani sudah mulai tertarik untuk menggunakan kompos dan biourine mengingat ketersediaan pupuk kimiawi semakin sulit dicari.
Dengan adanya bimbingan teknis pembuatan kompos dan biourine semakin meningkatkan pengetahuan petani tentang manfaat limbah ternak, teknologi
pembuatan kompos dan biourine. Pengetahuan seseorang dapat berasal dari pengalaman yang telah dialami sehingga pengetahuan merupakan sesuatu yang
dinamis dan berkembang terus sejalan dengan tuntutan kebutuhan manusia. Tabel 7.
Deskripsi Tingkat Pengetahuan Peserta Bimbingan Teknis Melalui Kegiatan Demontrasi Cara Di Desa Air Meles Bawah Kecamatan Curup
Timur Tahun 2016
Uraian Skor Pengetahuan
Responden Kriteria
Sebelum Kriteria
Sebelum Kriteria
Potensi limbah ternak 0,73
Tinggi 0,89
Tinggi Teknologi Pembuatan Kompos
0,88 Tinggi
0,93 Tinggi
Teknologi Pembuatan biourine 0,86
Tinggi 0,91
Tinggi Sumber :
data primer terolah 2016 Keterangan :
0,00 ≤ X ≤ 0,33 = Rendah, 0,33 ≤ X ≤ 0,66 = Sedang, 0,66 ≤ X ≤ 1,00 = Tinggi
Dari Tabel 7 dapat diketahui bahwa peserta bimbingan teknis sudah mengetahui bahwa potensi dari limbah ternak dapat digunakan sebagai pupuk
kompos dan pupuk organik cair. Begitu juga dengan teknologi pembuatan kompos dan biourine. Pengetahuan mencerminkan tingkat kesadaran petani
untuk mencari dan menerima informasi inovasi teknologi. Artinya, pengetahuan yang tinggi dimiliki oleh petani yang mempunyai tingkat kesadaran yang tinggi
pula. Kesadaran yang tinggi mendorong petani untuk lebih memberdayakan diri mereka sendiri dengan meningkatkan pengetahuannya.
Untuk meningkatkan pengetahuan petani mengenai pengolahan kopi basah, anggota kelompok tani mengikuti kegiatan Kunjungan Lapangan di Desa
Tangsi Duren Kecamatan Kabawetan. Kegiatan kunjungan lapangan ini diikuti oleh 35 orang yang terdiri atas petani kopi Kelompok Tani Pematang Manggis
,
petani kopi Kelompok Tani Gading I ndah, Kepala BP4K Kabupaten Kepahiang,
25
Korluh BP3K Kabawetan dan Penyuluh, Penyuluh Lapang Kelurahan Talang Ulu, Petani Kopi Kepahiang, serta didampingi oleh petugas BPTP Bengkulu.
Pada kegiatan kunjungan lapangan yang dilakukan untuk petani kopi diharapkan dapat memberi pencerahan dan mampu meningkatkan pengetahuan
dan wawasan petani dalam pemeliharaan kebun kopi dan meningkatkan nilai tambah pada produk kopi yang biasa mereka hasilkan.
Pada kegiatan dilakukan Pre-Test dan Post Test kepada peserta kegiatan
dengan membagikan kuesioner sebelum melakukan kunjungan dan setelah peserta mengikuti kegiatan kunjungan lapangan. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui persepsi petani kopi tentang pemeliharaan kebun dan pengolahan kopi bubuk petik merah.
Buah kopi yang sudah masak pada umumnya akan bewarna kuning kemerahan sampai merah tua. Panen kopi petik merah adalah panen kopi
dengan memetik kopi yang benar-benar matang dan merah. Biji kopi secara alami mengandung cukup banyak senyawa organik calon pembentuk citarasa
dan aroma khas kopi. Senyawa kimia yang terpenting tedapat didalam kopi adalah kafein dan
caffeol. Kafein yang menstimuli kerja saraf, sedangkan caffeol memberikan flavor dan aroma yang baik. Untuk memperoleh hasil yang bermutu
tinggi, buah kopi harus dipetik setelah betul-betul matang. Pada kondisi yang benar-benar matang, senyawa tersebut berada dalam jumlah maksimum
Sunarharum, et al., 2014.
Hasil survey persepsi petani terhadap teknologi panen kopi petik merah disajikan pada Tabel 8. Berdasarkan hasil survey sebelum dilakukan kunjungan
lapang ke kebun kopi dan industri rumahan pengolahan kopi petik merah di Desa Bukit Sari Kecamatan Kabawetan Kabupaten Kepahiang, sebanyak 75 petani
pesertasudah memahami cara panen kopi petik merah. Dan sebanyak 90 petani peserta sudah memahami bahwa buah kopi petik merah akan
menghasilkan kopi bubuk dengan aroma lebih harum. Akan tetapi, hanya 55 petani peserta yang menyatakan setuju untuk menerapkan panen kopi petik
merah di lahannya masing-masing. Petani peserta menyatakan panen kopi dengan cara petik merah agak rumit untuk dikerjakan dan membutuhkan waktu
yang lebih lama 60-65 petani. Sebanyak 70 petani mengakui bahwa panen kopi dengan cara petik merah dapat meningkatkan harga jual kopi biji beras di
tingkat petani.
26
Tabel 8. Jumlah petani yang memahami atribut teknologi panen petik merah
sebelum dan setelah pelaksanaan kunjungan lapang.
No. Atribut
Jumlah petani yang memahami atribut teknologi panen petik merah
Sebelum Kunjungan Lapang
Setelah Kunjungan Lapang
1 Cara panen kopi petik merah
75 90
2 Buah kopi petik merah akan
menghasilkan kopi bubuk dengan aroma lebih harum
90 100
3 Kemauan untuk menerapkan
panen kopi petik merah di lahannya masing-masing
55 90
4 Panen kopi dengan cara petik
merah agak rumit untuk dikerjakan
60 75
5 Panen kopi dengan cara petik
merah membutuhkan waktu yang lebih lama
65 75
6 Panen kopi dengan cara petik
merah dapat meningkatkan harga jual kopi biji beras di tingkat
petani 70
100
Setelah dilakukan kunjungan lapang, jumlah petani pesertayang memahami cara panen kopi petik merah meningkat menjadi 90 . Dan seluruh
petani peserta 100 sudah memahami bahwa buah kopi petik merah akan menghasilkan kopi bubuk dengan aroma lebih harum. Jumlah petani peserta
yang menyatakan setuju untuk menerapkan panen kopi petik merah di lahannya masing-masing juga meningkat menjadi 90 . Seluruh petani peserta 100
telah meyakini bahwa panen kopi dengan cara petik merah dapat meningkatkan harga jual kopi biji beras di tingkat petani.
Persepsi petani terhadap teknologi pengolahan kopi bubuk petik merah
Salah satu teknologi pengolahan yang dapat diaplikasikan untuk meningkatkan kualitas produk kopi adalah pengolahan bubuk kopi petik
merah.Teknik pengolahan yang digunakan adalah pengolahan kopi secara basah. Menurut SNI 01-3542-2004, kopi bubuk adalah biji kopi yang disangrai
roasted, kemudian digiling, dengan atau tanpa penambahan bahan lain dalam kadar
tertentu tanpa mengurangi rasa dan aromanya serta tidak membahayakan kesehatan BSN 2004. Proses pengolahan kopi secara basah menghasilkan
produk berupa biji kopi beras. Untuk mendapatkan kopi bubuk, dilakukan
27
tahapan proses yang meliputi penyangraian biji kopi, penggilingan, dan pengemasan. Penggilingan kopi diperlukan untuk memperoleh kopi bubuk dan
meningkatkan luas permukaan kopi. Hasil survey persepsi petani terhadap atribut teknologi pengolahan kopi
bubuk petik merah sebelum dan setelah pelaksanaan kunjungan lapang disajikan pada Tabel 9. Berdasarkan hasil survey sebelum petani melakukan kunjungan
lapang ke industri rumahan pengolahan kopi bubuk petik merah di Desa Bukit Sari Kecamatan Kabawetan Kabupaten Kepahiang, sebanyak 70 petani peserta
telah memahami bahwa buah kopi yang telah dipanen harus segera diolah. Jika kopi tidak segera diolah dan menyimpan buah kopi di dalam karung plastik atau
sak selama lebih dari 12 jam, akan menyebabkan terjadinya pra-fermentasi buah kopi sehingga aroma dan citarasa biji kopi menjadi kurang baik dan berbau
busuk dan tengik Dirjen Perkebunan, 2012. Setelah pelaksanaan kunjungan lapang, jumlah petani yang memahami bahwa buah kopi yang telah dipanen
harus segera diolah meningkat menjadi 95 . Pada dasarnya, sebagian besar petani peserta 90 sudah meyakini bahwa pengolahan kopi petik merah akan
menghasilkankopi biji dan kopi bubuk dengan kualitas yang lebih baik.Mutu kopi robusta yang dihasilkan petani umumnya masih rendah karena pengolahan
pascapanen masih menghasilkan kopi asalan, yaitu biji kopi yang dihasilkan dengan metode dan fasilitas sangat sederhana, kadar air relatif tinggi dan masih
tercampur dengan bahan-bahan lain dalam jumlah relatif banyak Yusianto dan Mulato, 2002.
28
Tabel 9. Jumlah petani yang memahami atribut teknologi pengolahan kopi
bubuk petik merah sebelum dan setelah pelaksanaan kunjungan lapang.
No. Atribut
Jumlah petani yang memahami atribut teknologi kopi bubuk petik
merah Sebelum
Kunjungan Lapang Setelah
Kunjungan Lapang
1 Buah kopi hasil panen harus segera
diolah dikeringkan 70
95 2
Pengolahan kopi biji dan kopi bubuk dari kopi petik merah menghasilkan
kualitas yang lebih baik 90
95 3
Petani sudah memahami teknologi pengolahan kopi biji secara basah buah
kopi petik merah dikupas dengan alat pengupas kulit buah kopi pulper sambil
dialiri air 55
90
4 Petani sudah memahami teknologi
pengolahan kopi bubuk penyangraian dan penggilingan bubuk kopi
65 90
5 Pengolahan kopi secara basah dapat
mempercepat proses pengolahan kopi biji
55 75
6 Pengolahan kopi secara basah
menghasilkan kualitas kopi biji yang lebih baik
60 90
7 Pengolahan kopi secara basah mudah
untuk dilakukan oleh petani 65
75 8
Pengolahan kopi secara basah dapat meningkatkan harga jual kopi biji beras
di tingkat petani 70
90
Salah satu faktor yang mempengaruhi mutu kopi adalah metode pengolahan. Metode pengolahan yang dipilih akan mempengaruhi mutu. Pada
metode olah kering yang bisa dilakukan oleh petani, buah kopi yang telah dipanen dikeringkan di bawah sinar matahari. Setelah kering, buah kopi dibuang
kulitnya secara mekanis menggunakan mesin pengupas kopi gelondong. Dengan metode ini menghasilkan kopi asalan dengan kadar air relatif tinggi. Metode olah
basah umumnya dapat menghasilkan biji kopi dengan mutu lebih baik. Sebelum pelaksanaan kunjungan lapang, petani peserta yang telah memahami teknologi
pengolahan kopi secara basah hanya sebanyak 55 , dan meningkat menjadi 90 setelah pelaksanaan kunjungan lapang. Dan sebanyak 65 petani peserta
telah memahami teknologi pengolahan kopi bubuk sebelum pelaksanaan
29
kunjungan lapang, dan meningkat jumlahnya menjadi 90 petani peserta yang memahami teknologi tersebut setelah melakukan kunjungan lapang ke I ndustri
pengolahan kopi bubuk. Tahapan pengolahan yang membedakan dengan olah kering adalah tahap
pengupasan kulit kopi pulping dan pencucian untuk menghilangkan lendir
washing, sehingga proses pengeringan berlangsung lebih sempurna dan kadar air kopi biji menjadi lebih rendah. Sebanyak 55 petani peserta telah memahami
bahwa pengolahan kopi secara basah dapat mempercepat proses pengolahan kopi biji sebelum pelaksanaan kunjungan lapang, dan meningkat menjadi 75
setelah kunjungan lapang. Akibat proses pengeringan yang lebih cepat tersebut, maka pengolahan kopi secara basah dapat menghasilkan kobi biji dengan
kualitas yang lebih baik. Sebelum pelaksanaan kunjungan lapang, hanya 60 petani peserta memahami bahwa pengolahan kopi secara basah menghasilkan
kualitas kopi biji yang lebih baik. Setelah petani mengikuti kunjungan lapang, jumlah petani yang memahami bahwa pengolahan kopi secara basah
menghasilkan kualitas kopi biji yang lebih baik meningkat menjadi 90 . Seiring dengan peningkatan kualitas, pengolahan kopi
secara basah juga dapat meningkatkan harga jual kopi biji beras di tingkat petani. Akan tetapi, petani
yang berpendapat bahwa pengolahan kopi secara basah mudah untuk dilakukan oleh petani hanya sebanyak 65 – 75 .
Persepsi petani terhadap kegiatan kunjungan lapang
Kegiatan Kunjungan lapangan dimaksudkan untuk memberikan motivasi kepada petani kopi sehingga dapat lebih baik lagi dalam mengelola kebun
mereka dan mulai memikirkan untuk melakukan petik merah. Kedepannya diharapkan petani kopi tersebut dapat melakukan dan megikuti anjuran yang
telah disampaikan. Kunjungan lapang merupakan metode yang tepat untuk memberikan
informasi tentang panen kopi dan pengolahan kopi bubuk petik merah. Berdasarkan hasil survey setelah pelaksanaan kunjungan lapang, sebanyak 85
petani peserta menyampaikan bahwa kunjungan lapang telah memberikan pengetahuan baru bagi petani mengenai informasi teknologi panen kopi dan
pengolahan kopi bubuk petik merah memberikan pengetahun baru bagi petani. Kegiatan kunjungan lapang dapat menumbuhkan motivasi dan minat 95 dari
30
petani peserta untuk memelihara kebun kopi seperti kebun kopi yang dikunjungi. Dari
kegiatan kunjungan
lapang ini,
sebanyak 75
petani peserta
menyampaikan bahwa panen kopi dan pengolahan kopi bubuk petik merah mudah dilakukan.
4.2. Memantapkan I novasi Kelembagaan petani dan pasar sistem pertanian bioindustri berbasis tanaman kopi - ternak sapi
spesifik lokasi Bengkulu
Penguatan organisasi kelompok
Penguatan organisasi kelompok khususnya kelompok Gading I ndah dan Pematang Manggis belum optimal berjalan, karena pertemuan rutin kelompok
hanya sebatas arisan sedangkan pertemuan teknis budidaya dilakukan tidak rutin. Upaya yang telah dilakukan adalah berkoordinasi dengan BP4K Kabupaten
Rejang Lebong untuk pembinaan kelompok tani Direncanakan ada pelatihan organisasi kelompok, namun karena adanya
rasionalisasi anggaran, kegiatan ini ditunda dan tahun 2016 belum dilaksanakan
Penguatan Pasar
Kegiatan fasilitasi dengan disperindag untuk pemasaran produk Bioindustri dilakukan dengan koordinasi dengan Disperindag serta pada saat pelatihan
teknis. Pada tahun 2016 produk Bioindustri Kopi bubuk Petik merah, kompos, Bio Urine, dan pakan ternak telah dipromosikan oleh Disperindag Kabupaten
Rejang Lebong. Dari hasil promosi telah ada pengusaha luar Provinsi yang tertarik dengan produk kopi bubuk petik merah, namun petani belum mampu
menyiapkan produk secara kontinyu. Selain fasilitasi dengan Disperindag juga telah dilakukan koordinasi dengan
pengusaha kopi di Kab. RL Haji Mulyadi. Terjalin kesepakatan untuk
menampung produk kopi merah dalam bentuk buah kopi, beras kopi dengan harga yang telah ditetapkan.
Pemasaran kompos dilakukan ke petani di Kabupaten Rejang Lebong dan Kota Bengkulu, sementara Produk Bio urine belum dijual namun telah dibagikan
kepada petani sayuran di Kabupaten Rejang Lebong untuk digunakan sebagai pupuk dan pestisida nabati.
31
4.3. Mengetahui potensi produk bioindustri terhadap peningkatan produktivitas tanaman dan ternak
4.3.1. Produksi Kopi