Riana Mashar, 2015 TEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN
DI KELAS 1 SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF KOTA MAGELANG
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.7. Pedoman Wawancara dan FGD
NO ASPEK YANG DIUNGKAP
PERTANYAAN
1. Kepuasan terhadap program STAR
KIDS Apakah Saudara puas dengan program
STAR KIDS yang dilakukan untuk meningkatkan tanggung jawab anak?
2. Perubahan
tanggung jawab
pribadi Apakah siswa yang terlibat dalam
program STAR KIDS menunjukkan rasa tanggung jawab pribadi semakin baik?
Berikan contoh perbedaan sebelum dan sesudah perlakuan
3. Perubahan tanggung jawab sosial
Apakah siswa yang terlibat dalam program STAR KIDS menunjukkan rasa
tanggung jawab sosial yang semakin baik? Berikan contoh perbedaan sebelum
dan sesudah perlakuan
4. Perubahan sikap positif Apakah siswa yang terlibat dalam
program STAR KIDS menunjukkan perubahan sikap yang positif? Jelaskan
5. Perubahan perilaku
Apakah siswa yang terlibat dalam program STAR KIDS menunjukkan
perubahan perilaku yang semakin baik? Jelaskan
6. Tindak lanjut program STAR KIDS Apakah
Teknik konseling
metafora “STAR KIDS” perlu diterapkan bagi
semua anak untuk meningkatkan rasa tanggung jawab mereka?
c . Penyusunan Modul Teknik Konseling Metafora ‘STAR KIDS”
1. Struktur Model Teknik Konseling Metafora “STAR KIDS”
Sesuai dengan tujuan penelitian, sebelum memberikan perlakuan penelitian terlebih dahulu disusun modul Pelaksanaan Teknik Konseling Metafora yang
diberi nama Modul “STAR KIDS” Story Teach A Responsibility for Kids untuk meningkatkan tanggung jawab anak. Modul ini disusun berdasarkan konsep
konseling anak menurut Muro dan Kottman 1995; Geldard dan Geldard 2011; serta Conte 2009; Battino 2008; Close 1998 yang menyatakan bahwa
konseling bagi anak merupakan proses yang aktif dengan penggunaan bermain dan media bermain, anak telah memiliki kemampuan mendaftar kelemahan dan
kelebihan yang dimiliki dengan bantuan konselor, anak dapat fokus pada
Riana Mashar, 2015 TEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN
DI KELAS 1 SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF KOTA MAGELANG
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
perasaan yang mereka alami dan mampu mendiskusikan apa yang dirasakan, anak suka cerita-cerita fantasi, dan dapat terlibat dalam proses konseling dalam
waktu yang cukup lama. Selain menerapkan prinsip perkembangan anak, modul teknik konseling
metafora didasarkan pada konsep pendekatan konseling dengan model brief groups counseling, mengingat waktu anak di sekolah terbatas. Terdapat tiga
tahapan dalam prosedur konseling kelompok, yaitu beginning sessions, working sessions, dan termination Brown, 1994.
Prinsip ketiga yang diterapkan dalam konseling metafora adalah konsep konseling yang memunculkan cerita metafora dengan pelibatan proses empati
dalam tahap eksplorasi dan transformasi metafora sehingga anak menemukan makna metafora secara positif. Metafora yang digunakan dalam penelitian ini
melibatkan dua bentuk metafora, yakni language metaphor dan visual metaphor
Kedua bentuk metafora tersebut digunakan karena beberapa alasan. Pertama, metafora bahasa memiliki keutamaan dari sisi bahasa dan pikiran.
Menurut Siegelman 1990, metafora mudah dipahami, meningkatkan pemahaman anak terhadap dunia, serta menjadi penghubung antara pengertian
insight dan perasaan feeling, memudahkan penyampaian pesan dan mudah diingat oleh anak Owen, 2004. Metafora bahasa juga lebih memiliki persuasive
effect yang dapat meningkatkan motivasi anak untuk merubah sikap dan perilaku Soporydan Dillard, 2002, dan memudahkan anak untuk mengidentifikasikan
dirinya dengan karakter, tema, atau peristiwa dalam cerita. Kedua, metafora visual membantu anak mengekspresikan dan menyelesaikan emosi-emosi yang
dialami, serta menguatkan anak untuk mengingat pesan yang disampaikan sehingga dapat menjadi pendorong bagi perubahan perilaku mereka.
Penggunaan tahapan metafora dalam penelitian ini lebih sederhana dan penerapannya dapat lebih mudah dimengerti oleh anak-anak, mengingat tahap
perkembangan kognitif anak tengah yang berada dalam fase operasional konkrit, daya konsentrasi anak yang masih terbatas, masa anak sebagai masa bermain,
Riana Mashar, 2015 TEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN
DI KELAS 1 SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF KOTA MAGELANG
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
serta karakteristik psikososial anak yang berada pada masa industri, dimana anak memiliki kecenderungan menghasilkan karya yang dianggap penting, maka
perluasan teknik metafora melalui visual metaphor yang dihasilkan anak akan semakin meningkatkan keterlibatan anak dalam proses konseling yang
diterapkan. Visual metaphor dilakukan setelah konselor menyajikan language metaphor melalui cerita-cerita yang telah disiapkan. Setelah selesai mendengar
cerita, anak akan diminta menggambarkan karakter utama dan nilai yang terkandung dalam cerita.
Penerapan konseling metafora dimasukkan dalam tahap working sessions pada proses pelaksanaan konseling kelompok. Geldrad, Yin-Foo,
Shakespeare-Finch 2009 memaparkan penggunaan metafora dalam proses konseling dalam empat tahap, yaitu: 1 Mengenalkan penggunaan konseling
metafora. 2 Mengeksplorasi penggunaan metaphora. 3 Mentransformasi atau membingkai kembali metafora dengan mendorong konseli melakukan perubahan
makna metafora secara positif. 4 Menghubungkan metafora dengan dunia nyata.
Tahap ketiga dalam konseling kelompok untuk anak adalah tahap akhir termination. Dalam tahap akhir konselor melakukan a specific time frame
secara berangsung-angsur. Sesi ini diperlukan untuk membahas berbagai perasaan yang dialami konseli sehingga para anggota kelompok dapat menyadari
perasaan-perasaan yang ada dalam kelompok dan berbagai penyelesaian terhadap konflik-konflik perasaan yang mungkin timbul.
Penyusunan model selain didasarkan pada studi literatur tersebut, juga didasari oleh hasil penelitian awal dalam studi pendahuluan, serta hasil-hasil
penelitian yang berkaitan dengan konseling metafora, konseling empati, dan pengembangan nilai karakter anak. Berdasar hal-hal yang mendasari tersebut
diperoleh struktur model sebagai berikut:
Riana Mashar, 2015 TEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN
DI KELAS 1 SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF KOTA MAGELANG
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.8. Struktur Model Teknik Konseling Metafora untuk Meningkatkan Tanggung Jawab Siswa Kelas 1
No Tahapan Konseling
Kelompok
Prosedur dalam Pelaksanaan Konseling
Metafora Empati Dampak yang diharapkan
1. Tahap
Permulaan beginning
sessions a. Perkenalan antar
anggota kelompok b. Mengintegrasikan
tujuan kelompok dan individu
c. Membentuk rasa aman d. Membangun kekuatan
kelompok e. Mengidentifikasi sistem
pemberian dukungan f. Pemberdayaan anggota
kelompok a. Mengakrabkan seluruh anggota
kelompok b. Menyamakan tujuan yang akan
dicapai cd. Memberi rasa nyaman dan
percaya pada setiap anggota kelompok
e. Memperoleh pihak yang dapat mendukung perubahan anak
f. Tercipta peer group counseling yang dapat saling membantu dan
menguatkan satu sama lain 2.
Tahap kerja
working sessions
a.Mengenalkan penggunaan
konseling metafora
a. Menarik perhatian anak b. Mendorong imajinasi anak
c.Meningkatkan ingatan anak
akan nilai yang ditanamkan d. Meningkatkan pemahaman
anak tentang sebab-akibat atau pengalaman -konsekuensi dari
suatu perlakuan
b.Mengeksplorasi penggunaan metafora
a. Menegaskan pemahaman anak tentang cerita
b. Menguatkan pesan
yang terkandung
dalam cerita
menekankan tanggung jawab yang terkandung dalam isi
cerita
c. Memunculkan empati d. Mengkaitkan dengan kondisi
inner life anak sehari-hari c. Mentransformasi atau
membingkai kembali metafora
a. Mendorong anak melakukan perubahan makna metafora
secara positif dengan nilai
Riana Mashar, 2015 TEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN
DI KELAS 1 SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF KOTA MAGELANG
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Struktur model tersebut menjabarkan secara rinci keterkaitan antara kegiatan konseling melalui metafora empati yang bertujuan meningkatkan nilai karakter
tanggung jawab konseli melalui beberapa tahap, tahapan baik dalam prinsip konseling seting kelompok maupun dalam tahap pemaparan metafora language
metaphor, pengeksplorasian
penggunaan metafora
visual metaphor,
mentransformasi metafora dengan mendorong konseli melakukan perubahan makna metafora secara positif, menghubungkan metafora dengan dunia nyata, kemudian
dikaitkan dengan nilai karakter tanggung jawab yang perlu dikembangkan anak selama proses konseling.
2 Kisi- kisi Modul Konseling Metafora “STAR KIDS”
Penyusunan Modul Konseling Metafora “STAR KIDS” didasari oleh tujuan
untuk mengembangkan tanggung jawab anak baik dalam dimensi pribadi maupun sosial. Studi literatur yang telah dilakukan terhadap beragam cerita metafora anak
menghasilkan beberapa cerita yang sesuai dengan dimensi tanggung jawab yang akan dikembangkan dalam penelitian ini. Tema cerita yang sesuai dirangkum
dalam kisi-kisi modul sebagai berikut. tanggung jawab yang harus
dimiliki d. Menghubungkan
metafora dengan dunia nyata
a. Membantu anak menemukan beragam tanggung jawab yang
perlu dikembangkan
anak dalam kehidupan sehari-hari
berdasar cerita
yang dipaparkan
3 Tahap
Akhir terminatio
n a. Time frame
a. Membahas
perasaan yang
dialami masing-masing
konseli dan menyelesaikan konflik-konflik perasaan yang
timbul antar
anggota kelompok.
Riana Mashar, 2015 TEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN
DI KELAS 1 SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF KOTA MAGELANG
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.9. Kisi-kisi Modul Konseling Metafora “STAR KIDS”
SESI KONSE
-LING TEMA METAFORA
ASPEK TANGGUNG JAWAB
PENUNJANG TEKNIS
Sesi 1 Berdansa dengan Serigala Dimensi Pribadi
1. Buku modul pelaksanaan “STAR
KIDS” 2. Lembar kegiatan
harian anak dalam buku tugas
3. Kertas dan krayon
Sesi 2 Kisah si Keledai
Dimensi Pribadi 1. Buku modul
pelaksanaan “STAR KIDS”
2. Lembar kegiatan harian anak dalam
buku tugas
Sesi 3 Kelinci dan Kura-kura
Dimensi Pribadi 1. Buku modul
pelaksanaan “STAR KIDS”
2. Lembar kegiatan harian anak dalam
buku tugas
Sesi 4 Toples Sang Profesor
Dimensi Pribadi 1. Buku modul
pelaksanaa n “STAR
KIDS” 2. Lembar kegiatan
harian anak dalam buku tugas lembar
prioritas
3. Toples, batu, kerikil, pasir, dan air
Sesi 5 Si Induk Ayam
Dimensi Sosial 1. Buku modul
pelaksanaan “STAR KIDS”
2. Lembar menggambar
3. Lembar kegiatan harian anak dalam
buku tugas lembar rencana belajar dan
Riana Mashar, 2015 TEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN
DI KELAS 1 SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF KOTA MAGELANG
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
kegiatan
Sesi 6
Gagak yang Haus Dimensi Pribadi
1. Buku modul pelaksanaan “STAR
KIDS” 2. Lembar kegiatan
harian anak dalam buku tugas lembar
menulis perilaku gagak
Sesi 7 Semut dan Belalang
Dimensi Sosial 1. Buku modul
pelaksanaan “STAR KIDS”
2. Lembar kegiatan harian anak dalam
buku tugas lembar daftar tugas di
rumah
3. Lembar rencana penyelesaian tugas
sebelum waktunya.
Sesi 8
Kuda Yang Hilang Dimensi Pribadi
1. Buku modul pelaksanaan “STAR
KIDS” 2. Lembar kegiatan
harian anak dalam buku tugas lembar
evaluasi penyelesaian tugas
Sesi 9 Lelaki yang Bijaksana
Dimensi Sosial 1. Buku modul
pelaksanaan “STAR KIDS”
2. Lembar kegiatan harian anak dalam
buku tugas lembar menggambar
Sesi 10 Doki si Kodok
Dimensi Pribadi dan sosial
1. Buku modul pelaksanaan “STAR
KIDS” 2. Lembar kegiatan
harian anak dalam
Riana Mashar, 2015 TEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN
DI KELAS 1 SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF KOTA MAGELANG
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
buku tugas lembar suara hati
Sesi 11 Hadiah yang Cantik
Dimensi Sosial 1. Buku modul
pelaksanaan “STAR KIDS”
2. Lembar kegiatan harian anak dalam
buku tugas lembar bekerja sama
Sesi 12 Gratis
Dimensi Sosial 1. Buku modul
pelaksanaan “STAR KIDS”
2. Lembar kegiatan harian anak dalam
buku tugas lembar kertas surat buat
ayah
Sesi 13 Batu Besar Sang Raja
Dimensi Sosial 1. Buku modul
pelaksanaan “STAR KIDS”
2. Lembar kegiatan harian anak dalam
buku tugas lembar suara hati buat ibu
Sesi 14
Kera dan Lumba-lumba Dimensi Sosial
1. Buku modul pelaksanaan “STAR
KIDS” 2. Lembar kegiatan
harian anak dalam buku tugas lembar
pertolonganku
Sesi 15
Gembala dan Serigala Dimensi Sosial
1. Buku modul pelaksanaan “STAR
KIDS” 2. Lembar kegiatan
harian anak dalam buku tugas lembar
kesalahanku
Riana Mashar, 2015 TEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN
DI KELAS 1 SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF KOTA MAGELANG
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
3 . Validasi Modul Teknik Konseling Metafora “STAR KIDS”
Penyusunan Mode l Konseling Metafora “STAR KIDS” didukung dengan
adanya uji validasi model untuk meningkatkan validasi rasional dan validasi empirik modul. Uji validasi model bertujuan untuk memperoleh kelayakan model
untuk diterapkan sebagai modul konseling dalam pemberian perlakuan penelitian, sehingga modul konseling ini dapat dinyatakan teruji secara efektif.
Proses validasi diawali dengan penyusunan skala penilaian model dan modul pelaksanaan konseling berupa lembar validasi yang berfungsi sebagai alat ukur
modul. Skala penilaian dikembangkan berdasar komponen-komponen yang terdapat di dalam model, yang meliputi komponen rasional, visi dan misi, deskripsi
kebutuhan, tujuan, komponen program, rencana operasional, satuan layanan bimbingan dan konseling, pengembangan tematopik, kualifikasi konselor, dan
evaluasi program. Adapun isi modul lebih difokuskan sebagai panduan atau pedoman pelaksanaan model yang berisi SKLBK Satuan Kegiatan Layanan
Bimbingan dan Konseling dan materi cerita serta tahapan konseling yang akan dilakukan konselor dan konseli. Lembar validasi dilengkapi dengan skala penilaian
bertingkat menurut tingkat kelayakan, yaitu tidak memadai, kurang memadai, cukup memadai, memadai, dan sangat memadai.
Pelaksanaan validasi model melibatkan 3 tiga orang pakar, dua pakar dalam bidang bimbingan dan konseling BK, serta satu pakar dalam bidang
psikologi anak. Dua bidang kepakaran dipilih karena modul konseling metafora bagi anak merupakan modul yang mengembangkan proses konseling sehingga
perlu melibatkan pakar BK, sedangkan subjek penelitian dan ranah kajian tanggung jawab anak usia dini memiliki karakteristik khusus sehingga memerlukan kajian
khusus dari sisi perkembangan anak. Hal tersebut membutuhkan keterlibatan psikolog anak untuk memberikan penilaian mengenai modul yang dikembangkan.
Berikut ini identitas para pakar: a Prof. Dr. Syamsu Yusuf L.N., M.Pd sebagai Guru Besar dalam bidang
Bimbingan dan Konseling di Universitas Pendidikan Indonesia Bandung.
Riana Mashar, 2015 TEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN
DI KELAS 1 SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF KOTA MAGELANG
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
b Dr. Ipah Saripah. M.Pd., selaku pakar Bimbingan dan Konseling anak di Universitas Pendidikan Indonesia Bandung.
c Dr. Medina Chotidjah, M.Si.,Psi, selaku pakar psikologi perkembangan di Universitas Islam Negeri Bandung.
Berdasar validasi yang telah dilakukan oleh para pakar dapat disimpulkan bahwa para pakar memberi penilaian layak untuk digunakan dengan beberapa
perbaikan. Beberapa masukan yang diberikan dapat disimpulkan sebagai berikut.
Tabel 3.10. Hasil Validasi Model Konseling Metafora “STAR KIDS” dan Perbaikan yang Dilakukan
Dimensi Model dan Modul Kategori
Saran Struktur
Modul Judul
Memadai Judul model menarik
Sistematika Memadai
Buat urutan dalam model sesuai
dengan urutan
dalam skala penilaian Keterbacaan
dan bahasa
Memadai Tata
bahasa dan
pengetikan perlu
lebih diperhatikan
Isi Modul
Rasional Memadai
Tegaskan mengapa
tanggung jawab penting dan
mengapa menggunakan
konseling metafora
Visi dan Misi BK Kurang
memadai Pencantuman visi dan misi
BK upayakan untuk tidak seolah-olah fokus hanya
pada bimbingan belajar
Deskripsi Kebutuhan Kurang memadai
Dicermati agar
tidak tumpah
tindih dengan
rasional Tujuan Model
Memadai Didasarkan dari deskripsi
kebutuhan Asumsi Model
Kurang memadai
1. Perbaiki struktur kalimat dalam
memaparkan asumsi penelitian
2. Asumsi memuat urutan dari
tingkat filosofis
sampai teknis.
Riana Mashar, 2015 TEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN
DI KELAS 1 SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF KOTA MAGELANG
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Target Intervensi Sangat
memadai Sesuai
Rancangan Model Sangat
memadai Logis dan tepat
Tahapan Model Memadai
Fokus pada
tahapan pelaksanaan konseling
Rencana Operasional Memadai Kata “STAR KIDS” perlu
dimunculkan sejak awal pemaparan model
Kompetensi Konselor
Memadai Sesuai
Evaluasi dan
Indikator Keberhasilan
Memadai Perlu penjelasan evaluasi
dalam proses konseling dan evaluasi hasil akhir
konseling.
Bedakan keberhasilan proses dan
produkhasil. Gunakan cara evaluasi yang tepat untuk
mengevaluasi proses dan produk.
Isi Modul
Pelaksanaan Konseling
Pengantar Memadai
Sesuai Tujuan
Memadai Sesuai
Peran Konselor dan Siswa
Peran Konselor
dan Siswa Usahakan peran konselor
dapat muncul di setiap tahap konseling
Nilai Karakter
Tanggung Jawab Nilai
karakter tanggung
jawab Sesuai
Langkah-langkah Konseling Metafora
Empati “STAR
KIDS” Memadai
Uraikan secara
rinci pertahapan
mengenai bagaimana
cara menggunakan dan proses
yang berlangsung
pertahapan konseling. SKLBK
Memadai Tambahkan uraian tentang
langkah konseling secara lebih detail
Materi setiap sesi Memadai
Sesuaikan dengan alat dan bahan yang digunakan
Riana Mashar, 2015 TEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN
DI KELAS 1 SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF KOTA MAGELANG
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Setelah uji validasi rasional dilakukan, peneliti melakukan perbaikan model dan modul pelaksanaan konseling sesuai masukan dan saran dari para pakar. Usai
proses uji validasi dilanjutkan dengan uji validasi empirik dengan mengujicobakan modul pelaksanaan secara terbatas. Uji validasi empirik ini dilakukan oleh peneliti,
didampingi dengan satu asisten peneliti yang akan terlibat sebagai ko-konselor, dan dua siswa kelas satu dan dua SD sebagai subjek dalam uji empirik. Berdasar hasil
uji validasi empirik diperoleh beberapa perubahan, yaitu: 1. Waktu pelaksanaan konseling yang semula hanya dijadwalkan 30-45
menit diubah menjadi 45-60 menit. 2. Pelaksanaan konseling yang semula direncanakan dapat ditangani oleh
satu konselor dan satu ko-konselor perlu ditambah, mengingat anak-anak banyak mengajukan pertanyaan-pertanyaan saat kegiatan
konseling berlangsung, untuk mengantisipasi kemampuan konselor dalam merespon semua konseli dengan baik maka jumlah konselor
untuk pelaksanaan eksperimen perlu ditambah, dengan perbandingan 1 konselor : 7 konseli. Dengan demikian akan dibutuhkan minimal tiga
konselor 3. Materi cerita metafora perlu disajikan tidak hanya melalui proses
dibacakan, tetapi perlu dengan alat peraga atau ekspresi yang dramatis untuk menarik perhatian anak-anak.
4. Lembar kerja perlu disiapkan sepenuhnya oleh konselor mengingat tidak semua anak siap dengan alat tulis dan pewarna.
5. Untuk lebih meningkatkan ketertarikan anak, diawal proses konseling begining
session perlu
diberikan ice-breaking
atau permainan-permainan yang dapat mengkondisikan anak agar lebih siap
melangsungkan proses konseling. Hal ini juga mengingat proses konseling yang dilakukan di pagi hari, sehingga kondisi anak dari
rumah belum selalu siap fokus terhadap suatu kegiatan, serta masih banyaknya cadangan energi di dalam diri anak. Ice-breaking yang
Riana Mashar, 2015 TEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN
DI KELAS 1 SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF KOTA MAGELANG
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
diterapkan dapat berupa kegiatan-kegiatan yang melibatkan oleh fisik dan merangsang emosi positif anak.
6. Dalam pelaksanaan tahap mengeksplorasi penggunaan metafora, membingkai kembali, dan menghubungkan dengan dunia nyata, perlu
disediakan reinforcement bagi anak yang dapat menunjukkan pemahaman yang baik, hal ini diharapkan dapat meningkatkan
keseriusan dan minat anak dalam menjalani proses konseling. Reinforcement dapat diberikan dalam bentuk token ekonomi yang
dibagikan di akhir sesi konseling. Hasil revisi model setelah uji validasi rasional dan empirik Model Konseling
Metafora “STAR KIDS” menjadi dasar bagi peneliti untuk melaksanakan perlakuan dalam penelitian eksperimen.
Pada tahap akhir penelitian, validasi model penelitian dilakukan pula oleh guru dan orangtua dalam social validity, yakni proses mengetahui validasi model
konseling berdasar efektivitas pelaksanaan konseling menurut pendapat guru dan orangtua.
3. Tahap Pelaksanaan Penelitian