Struktur Model Teknik Konseling Metafora “STAR KIDS”

Riana Mashar, 2015 TEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN DI KELAS 1 SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF KOTA MAGELANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.7. Pedoman Wawancara dan FGD NO ASPEK YANG DIUNGKAP PERTANYAAN 1. Kepuasan terhadap program STAR KIDS Apakah Saudara puas dengan program STAR KIDS yang dilakukan untuk meningkatkan tanggung jawab anak? 2. Perubahan tanggung jawab pribadi Apakah siswa yang terlibat dalam program STAR KIDS menunjukkan rasa tanggung jawab pribadi semakin baik? Berikan contoh perbedaan sebelum dan sesudah perlakuan 3. Perubahan tanggung jawab sosial Apakah siswa yang terlibat dalam program STAR KIDS menunjukkan rasa tanggung jawab sosial yang semakin baik? Berikan contoh perbedaan sebelum dan sesudah perlakuan 4. Perubahan sikap positif Apakah siswa yang terlibat dalam program STAR KIDS menunjukkan perubahan sikap yang positif? Jelaskan 5. Perubahan perilaku Apakah siswa yang terlibat dalam program STAR KIDS menunjukkan perubahan perilaku yang semakin baik? Jelaskan 6. Tindak lanjut program STAR KIDS Apakah Teknik konseling metafora “STAR KIDS” perlu diterapkan bagi semua anak untuk meningkatkan rasa tanggung jawab mereka? c . Penyusunan Modul Teknik Konseling Metafora ‘STAR KIDS”

1. Struktur Model Teknik Konseling Metafora “STAR KIDS”

Sesuai dengan tujuan penelitian, sebelum memberikan perlakuan penelitian terlebih dahulu disusun modul Pelaksanaan Teknik Konseling Metafora yang diberi nama Modul “STAR KIDS” Story Teach A Responsibility for Kids untuk meningkatkan tanggung jawab anak. Modul ini disusun berdasarkan konsep konseling anak menurut Muro dan Kottman 1995; Geldard dan Geldard 2011; serta Conte 2009; Battino 2008; Close 1998 yang menyatakan bahwa konseling bagi anak merupakan proses yang aktif dengan penggunaan bermain dan media bermain, anak telah memiliki kemampuan mendaftar kelemahan dan kelebihan yang dimiliki dengan bantuan konselor, anak dapat fokus pada Riana Mashar, 2015 TEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN DI KELAS 1 SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF KOTA MAGELANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu perasaan yang mereka alami dan mampu mendiskusikan apa yang dirasakan, anak suka cerita-cerita fantasi, dan dapat terlibat dalam proses konseling dalam waktu yang cukup lama. Selain menerapkan prinsip perkembangan anak, modul teknik konseling metafora didasarkan pada konsep pendekatan konseling dengan model brief groups counseling, mengingat waktu anak di sekolah terbatas. Terdapat tiga tahapan dalam prosedur konseling kelompok, yaitu beginning sessions, working sessions, dan termination Brown, 1994. Prinsip ketiga yang diterapkan dalam konseling metafora adalah konsep konseling yang memunculkan cerita metafora dengan pelibatan proses empati dalam tahap eksplorasi dan transformasi metafora sehingga anak menemukan makna metafora secara positif. Metafora yang digunakan dalam penelitian ini melibatkan dua bentuk metafora, yakni language metaphor dan visual metaphor Kedua bentuk metafora tersebut digunakan karena beberapa alasan. Pertama, metafora bahasa memiliki keutamaan dari sisi bahasa dan pikiran. Menurut Siegelman 1990, metafora mudah dipahami, meningkatkan pemahaman anak terhadap dunia, serta menjadi penghubung antara pengertian insight dan perasaan feeling, memudahkan penyampaian pesan dan mudah diingat oleh anak Owen, 2004. Metafora bahasa juga lebih memiliki persuasive effect yang dapat meningkatkan motivasi anak untuk merubah sikap dan perilaku Soporydan Dillard, 2002, dan memudahkan anak untuk mengidentifikasikan dirinya dengan karakter, tema, atau peristiwa dalam cerita. Kedua, metafora visual membantu anak mengekspresikan dan menyelesaikan emosi-emosi yang dialami, serta menguatkan anak untuk mengingat pesan yang disampaikan sehingga dapat menjadi pendorong bagi perubahan perilaku mereka. Penggunaan tahapan metafora dalam penelitian ini lebih sederhana dan penerapannya dapat lebih mudah dimengerti oleh anak-anak, mengingat tahap perkembangan kognitif anak tengah yang berada dalam fase operasional konkrit, daya konsentrasi anak yang masih terbatas, masa anak sebagai masa bermain, Riana Mashar, 2015 TEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN DI KELAS 1 SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF KOTA MAGELANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu serta karakteristik psikososial anak yang berada pada masa industri, dimana anak memiliki kecenderungan menghasilkan karya yang dianggap penting, maka perluasan teknik metafora melalui visual metaphor yang dihasilkan anak akan semakin meningkatkan keterlibatan anak dalam proses konseling yang diterapkan. Visual metaphor dilakukan setelah konselor menyajikan language metaphor melalui cerita-cerita yang telah disiapkan. Setelah selesai mendengar cerita, anak akan diminta menggambarkan karakter utama dan nilai yang terkandung dalam cerita. Penerapan konseling metafora dimasukkan dalam tahap working sessions pada proses pelaksanaan konseling kelompok. Geldrad, Yin-Foo, Shakespeare-Finch 2009 memaparkan penggunaan metafora dalam proses konseling dalam empat tahap, yaitu: 1 Mengenalkan penggunaan konseling metafora. 2 Mengeksplorasi penggunaan metaphora. 3 Mentransformasi atau membingkai kembali metafora dengan mendorong konseli melakukan perubahan makna metafora secara positif. 4 Menghubungkan metafora dengan dunia nyata. Tahap ketiga dalam konseling kelompok untuk anak adalah tahap akhir termination. Dalam tahap akhir konselor melakukan a specific time frame secara berangsung-angsur. Sesi ini diperlukan untuk membahas berbagai perasaan yang dialami konseli sehingga para anggota kelompok dapat menyadari perasaan-perasaan yang ada dalam kelompok dan berbagai penyelesaian terhadap konflik-konflik perasaan yang mungkin timbul. Penyusunan model selain didasarkan pada studi literatur tersebut, juga didasari oleh hasil penelitian awal dalam studi pendahuluan, serta hasil-hasil penelitian yang berkaitan dengan konseling metafora, konseling empati, dan pengembangan nilai karakter anak. Berdasar hal-hal yang mendasari tersebut diperoleh struktur model sebagai berikut: Riana Mashar, 2015 TEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN DI KELAS 1 SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF KOTA MAGELANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.8. Struktur Model Teknik Konseling Metafora untuk Meningkatkan Tanggung Jawab Siswa Kelas 1 No Tahapan Konseling Kelompok Prosedur dalam Pelaksanaan Konseling Metafora Empati Dampak yang diharapkan 1. Tahap Permulaan beginning sessions a. Perkenalan antar anggota kelompok b. Mengintegrasikan tujuan kelompok dan individu c. Membentuk rasa aman d. Membangun kekuatan kelompok e. Mengidentifikasi sistem pemberian dukungan f. Pemberdayaan anggota kelompok a. Mengakrabkan seluruh anggota kelompok b. Menyamakan tujuan yang akan dicapai cd. Memberi rasa nyaman dan percaya pada setiap anggota kelompok e. Memperoleh pihak yang dapat mendukung perubahan anak f. Tercipta peer group counseling yang dapat saling membantu dan menguatkan satu sama lain 2. Tahap kerja working sessions a.Mengenalkan penggunaan konseling metafora a. Menarik perhatian anak b. Mendorong imajinasi anak c.Meningkatkan ingatan anak akan nilai yang ditanamkan d. Meningkatkan pemahaman anak tentang sebab-akibat atau pengalaman -konsekuensi dari suatu perlakuan b.Mengeksplorasi penggunaan metafora a. Menegaskan pemahaman anak tentang cerita b. Menguatkan pesan yang terkandung dalam cerita menekankan tanggung jawab yang terkandung dalam isi cerita c. Memunculkan empati d. Mengkaitkan dengan kondisi inner life anak sehari-hari c. Mentransformasi atau membingkai kembali metafora a. Mendorong anak melakukan perubahan makna metafora secara positif dengan nilai Riana Mashar, 2015 TEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN DI KELAS 1 SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF KOTA MAGELANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Struktur model tersebut menjabarkan secara rinci keterkaitan antara kegiatan konseling melalui metafora empati yang bertujuan meningkatkan nilai karakter tanggung jawab konseli melalui beberapa tahap, tahapan baik dalam prinsip konseling seting kelompok maupun dalam tahap pemaparan metafora language metaphor, pengeksplorasian penggunaan metafora visual metaphor, mentransformasi metafora dengan mendorong konseli melakukan perubahan makna metafora secara positif, menghubungkan metafora dengan dunia nyata, kemudian dikaitkan dengan nilai karakter tanggung jawab yang perlu dikembangkan anak selama proses konseling. 2 Kisi- kisi Modul Konseling Metafora “STAR KIDS” Penyusunan Modul Konseling Metafora “STAR KIDS” didasari oleh tujuan untuk mengembangkan tanggung jawab anak baik dalam dimensi pribadi maupun sosial. Studi literatur yang telah dilakukan terhadap beragam cerita metafora anak menghasilkan beberapa cerita yang sesuai dengan dimensi tanggung jawab yang akan dikembangkan dalam penelitian ini. Tema cerita yang sesuai dirangkum dalam kisi-kisi modul sebagai berikut. tanggung jawab yang harus dimiliki d. Menghubungkan metafora dengan dunia nyata a. Membantu anak menemukan beragam tanggung jawab yang perlu dikembangkan anak dalam kehidupan sehari-hari berdasar cerita yang dipaparkan 3 Tahap Akhir terminatio n a. Time frame a. Membahas perasaan yang dialami masing-masing konseli dan menyelesaikan konflik-konflik perasaan yang timbul antar anggota kelompok. Riana Mashar, 2015 TEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN DI KELAS 1 SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF KOTA MAGELANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.9. Kisi-kisi Modul Konseling Metafora “STAR KIDS” SESI KONSE -LING TEMA METAFORA ASPEK TANGGUNG JAWAB PENUNJANG TEKNIS Sesi 1 Berdansa dengan Serigala Dimensi Pribadi 1. Buku modul pelaksanaan “STAR KIDS” 2. Lembar kegiatan harian anak dalam buku tugas 3. Kertas dan krayon Sesi 2 Kisah si Keledai Dimensi Pribadi 1. Buku modul pelaksanaan “STAR KIDS” 2. Lembar kegiatan harian anak dalam buku tugas Sesi 3 Kelinci dan Kura-kura Dimensi Pribadi 1. Buku modul pelaksanaan “STAR KIDS” 2. Lembar kegiatan harian anak dalam buku tugas Sesi 4 Toples Sang Profesor Dimensi Pribadi 1. Buku modul pelaksanaa n “STAR KIDS” 2. Lembar kegiatan harian anak dalam buku tugas lembar prioritas 3. Toples, batu, kerikil, pasir, dan air Sesi 5 Si Induk Ayam Dimensi Sosial 1. Buku modul pelaksanaan “STAR KIDS” 2. Lembar menggambar 3. Lembar kegiatan harian anak dalam buku tugas lembar rencana belajar dan Riana Mashar, 2015 TEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN DI KELAS 1 SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF KOTA MAGELANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu kegiatan Sesi 6 Gagak yang Haus Dimensi Pribadi 1. Buku modul pelaksanaan “STAR KIDS” 2. Lembar kegiatan harian anak dalam buku tugas lembar menulis perilaku gagak Sesi 7 Semut dan Belalang Dimensi Sosial 1. Buku modul pelaksanaan “STAR KIDS” 2. Lembar kegiatan harian anak dalam buku tugas lembar daftar tugas di rumah 3. Lembar rencana penyelesaian tugas sebelum waktunya. Sesi 8 Kuda Yang Hilang Dimensi Pribadi 1. Buku modul pelaksanaan “STAR KIDS” 2. Lembar kegiatan harian anak dalam buku tugas lembar evaluasi penyelesaian tugas Sesi 9 Lelaki yang Bijaksana Dimensi Sosial 1. Buku modul pelaksanaan “STAR KIDS” 2. Lembar kegiatan harian anak dalam buku tugas lembar menggambar Sesi 10 Doki si Kodok Dimensi Pribadi dan sosial 1. Buku modul pelaksanaan “STAR KIDS” 2. Lembar kegiatan harian anak dalam Riana Mashar, 2015 TEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN DI KELAS 1 SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF KOTA MAGELANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu buku tugas lembar suara hati Sesi 11 Hadiah yang Cantik Dimensi Sosial 1. Buku modul pelaksanaan “STAR KIDS” 2. Lembar kegiatan harian anak dalam buku tugas lembar bekerja sama Sesi 12 Gratis Dimensi Sosial 1. Buku modul pelaksanaan “STAR KIDS” 2. Lembar kegiatan harian anak dalam buku tugas lembar kertas surat buat ayah Sesi 13 Batu Besar Sang Raja Dimensi Sosial 1. Buku modul pelaksanaan “STAR KIDS” 2. Lembar kegiatan harian anak dalam buku tugas lembar suara hati buat ibu Sesi 14 Kera dan Lumba-lumba Dimensi Sosial 1. Buku modul pelaksanaan “STAR KIDS” 2. Lembar kegiatan harian anak dalam buku tugas lembar pertolonganku Sesi 15 Gembala dan Serigala Dimensi Sosial 1. Buku modul pelaksanaan “STAR KIDS” 2. Lembar kegiatan harian anak dalam buku tugas lembar kesalahanku Riana Mashar, 2015 TEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN DI KELAS 1 SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF KOTA MAGELANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3 . Validasi Modul Teknik Konseling Metafora “STAR KIDS” Penyusunan Mode l Konseling Metafora “STAR KIDS” didukung dengan adanya uji validasi model untuk meningkatkan validasi rasional dan validasi empirik modul. Uji validasi model bertujuan untuk memperoleh kelayakan model untuk diterapkan sebagai modul konseling dalam pemberian perlakuan penelitian, sehingga modul konseling ini dapat dinyatakan teruji secara efektif. Proses validasi diawali dengan penyusunan skala penilaian model dan modul pelaksanaan konseling berupa lembar validasi yang berfungsi sebagai alat ukur modul. Skala penilaian dikembangkan berdasar komponen-komponen yang terdapat di dalam model, yang meliputi komponen rasional, visi dan misi, deskripsi kebutuhan, tujuan, komponen program, rencana operasional, satuan layanan bimbingan dan konseling, pengembangan tematopik, kualifikasi konselor, dan evaluasi program. Adapun isi modul lebih difokuskan sebagai panduan atau pedoman pelaksanaan model yang berisi SKLBK Satuan Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling dan materi cerita serta tahapan konseling yang akan dilakukan konselor dan konseli. Lembar validasi dilengkapi dengan skala penilaian bertingkat menurut tingkat kelayakan, yaitu tidak memadai, kurang memadai, cukup memadai, memadai, dan sangat memadai. Pelaksanaan validasi model melibatkan 3 tiga orang pakar, dua pakar dalam bidang bimbingan dan konseling BK, serta satu pakar dalam bidang psikologi anak. Dua bidang kepakaran dipilih karena modul konseling metafora bagi anak merupakan modul yang mengembangkan proses konseling sehingga perlu melibatkan pakar BK, sedangkan subjek penelitian dan ranah kajian tanggung jawab anak usia dini memiliki karakteristik khusus sehingga memerlukan kajian khusus dari sisi perkembangan anak. Hal tersebut membutuhkan keterlibatan psikolog anak untuk memberikan penilaian mengenai modul yang dikembangkan. Berikut ini identitas para pakar: a Prof. Dr. Syamsu Yusuf L.N., M.Pd sebagai Guru Besar dalam bidang Bimbingan dan Konseling di Universitas Pendidikan Indonesia Bandung. Riana Mashar, 2015 TEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN DI KELAS 1 SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF KOTA MAGELANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu b Dr. Ipah Saripah. M.Pd., selaku pakar Bimbingan dan Konseling anak di Universitas Pendidikan Indonesia Bandung. c Dr. Medina Chotidjah, M.Si.,Psi, selaku pakar psikologi perkembangan di Universitas Islam Negeri Bandung. Berdasar validasi yang telah dilakukan oleh para pakar dapat disimpulkan bahwa para pakar memberi penilaian layak untuk digunakan dengan beberapa perbaikan. Beberapa masukan yang diberikan dapat disimpulkan sebagai berikut. Tabel 3.10. Hasil Validasi Model Konseling Metafora “STAR KIDS” dan Perbaikan yang Dilakukan Dimensi Model dan Modul Kategori Saran Struktur Modul Judul Memadai Judul model menarik Sistematika Memadai Buat urutan dalam model sesuai dengan urutan dalam skala penilaian Keterbacaan dan bahasa Memadai Tata bahasa dan pengetikan perlu lebih diperhatikan Isi Modul Rasional Memadai Tegaskan mengapa tanggung jawab penting dan mengapa menggunakan konseling metafora Visi dan Misi BK Kurang memadai Pencantuman visi dan misi BK upayakan untuk tidak seolah-olah fokus hanya pada bimbingan belajar Deskripsi Kebutuhan Kurang memadai Dicermati agar tidak tumpah tindih dengan rasional Tujuan Model Memadai Didasarkan dari deskripsi kebutuhan Asumsi Model Kurang memadai 1. Perbaiki struktur kalimat dalam memaparkan asumsi penelitian 2. Asumsi memuat urutan dari tingkat filosofis sampai teknis. Riana Mashar, 2015 TEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN DI KELAS 1 SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF KOTA MAGELANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Target Intervensi Sangat memadai Sesuai Rancangan Model Sangat memadai Logis dan tepat Tahapan Model Memadai Fokus pada tahapan pelaksanaan konseling Rencana Operasional Memadai Kata “STAR KIDS” perlu dimunculkan sejak awal pemaparan model Kompetensi Konselor Memadai Sesuai Evaluasi dan Indikator Keberhasilan Memadai Perlu penjelasan evaluasi dalam proses konseling dan evaluasi hasil akhir konseling. Bedakan keberhasilan proses dan produkhasil. Gunakan cara evaluasi yang tepat untuk mengevaluasi proses dan produk. Isi Modul Pelaksanaan Konseling Pengantar Memadai Sesuai Tujuan Memadai Sesuai Peran Konselor dan Siswa Peran Konselor dan Siswa Usahakan peran konselor dapat muncul di setiap tahap konseling Nilai Karakter Tanggung Jawab Nilai karakter tanggung jawab Sesuai Langkah-langkah Konseling Metafora Empati “STAR KIDS” Memadai Uraikan secara rinci pertahapan mengenai bagaimana cara menggunakan dan proses yang berlangsung pertahapan konseling. SKLBK Memadai Tambahkan uraian tentang langkah konseling secara lebih detail Materi setiap sesi Memadai Sesuaikan dengan alat dan bahan yang digunakan Riana Mashar, 2015 TEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN DI KELAS 1 SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF KOTA MAGELANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Setelah uji validasi rasional dilakukan, peneliti melakukan perbaikan model dan modul pelaksanaan konseling sesuai masukan dan saran dari para pakar. Usai proses uji validasi dilanjutkan dengan uji validasi empirik dengan mengujicobakan modul pelaksanaan secara terbatas. Uji validasi empirik ini dilakukan oleh peneliti, didampingi dengan satu asisten peneliti yang akan terlibat sebagai ko-konselor, dan dua siswa kelas satu dan dua SD sebagai subjek dalam uji empirik. Berdasar hasil uji validasi empirik diperoleh beberapa perubahan, yaitu: 1. Waktu pelaksanaan konseling yang semula hanya dijadwalkan 30-45 menit diubah menjadi 45-60 menit. 2. Pelaksanaan konseling yang semula direncanakan dapat ditangani oleh satu konselor dan satu ko-konselor perlu ditambah, mengingat anak-anak banyak mengajukan pertanyaan-pertanyaan saat kegiatan konseling berlangsung, untuk mengantisipasi kemampuan konselor dalam merespon semua konseli dengan baik maka jumlah konselor untuk pelaksanaan eksperimen perlu ditambah, dengan perbandingan 1 konselor : 7 konseli. Dengan demikian akan dibutuhkan minimal tiga konselor 3. Materi cerita metafora perlu disajikan tidak hanya melalui proses dibacakan, tetapi perlu dengan alat peraga atau ekspresi yang dramatis untuk menarik perhatian anak-anak. 4. Lembar kerja perlu disiapkan sepenuhnya oleh konselor mengingat tidak semua anak siap dengan alat tulis dan pewarna. 5. Untuk lebih meningkatkan ketertarikan anak, diawal proses konseling begining session perlu diberikan ice-breaking atau permainan-permainan yang dapat mengkondisikan anak agar lebih siap melangsungkan proses konseling. Hal ini juga mengingat proses konseling yang dilakukan di pagi hari, sehingga kondisi anak dari rumah belum selalu siap fokus terhadap suatu kegiatan, serta masih banyaknya cadangan energi di dalam diri anak. Ice-breaking yang Riana Mashar, 2015 TEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN DI KELAS 1 SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF KOTA MAGELANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu diterapkan dapat berupa kegiatan-kegiatan yang melibatkan oleh fisik dan merangsang emosi positif anak. 6. Dalam pelaksanaan tahap mengeksplorasi penggunaan metafora, membingkai kembali, dan menghubungkan dengan dunia nyata, perlu disediakan reinforcement bagi anak yang dapat menunjukkan pemahaman yang baik, hal ini diharapkan dapat meningkatkan keseriusan dan minat anak dalam menjalani proses konseling. Reinforcement dapat diberikan dalam bentuk token ekonomi yang dibagikan di akhir sesi konseling. Hasil revisi model setelah uji validasi rasional dan empirik Model Konseling Metafora “STAR KIDS” menjadi dasar bagi peneliti untuk melaksanakan perlakuan dalam penelitian eksperimen. Pada tahap akhir penelitian, validasi model penelitian dilakukan pula oleh guru dan orangtua dalam social validity, yakni proses mengetahui validasi model konseling berdasar efektivitas pelaksanaan konseling menurut pendapat guru dan orangtua.

3. Tahap Pelaksanaan Penelitian