D BP 1008954 Chapter3

(1)

89

Penulisan Bab III mengenai metode penelitian menguraikan tentang proses persiapan dan pelaksanaan penelitian. Dalam proses persiapan diuraikan mengenai desain penelitian, partisipan, populasi dan sampel, serta penyusunan instrumen penelitian. Tahap pelaksanaan penelitian meliputi prosedur penelitian, dan analisis data penelitian. Secara rinci uraian dijabarkan sebagai berikut.

A. Pendekatan dan Desain Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas teknik konseling metafora untuk meningkatkan tanggung jawab siswa Kelas 1 SD. Sesuai dengan tujuan yang akan dicapai dalam penelitian maka pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatankuantitatif.

Terdapat tiga jenis variabel dalam penelitian, yaitu: 1.Variabel independen : Teknik Konseling Metafora 2.Variabel dependen : Tanggung jawab

3.Variabel moderator : IQ dan jenis kelamin

Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah untreathed control group design with dependent pretest and posttest samples (Cook & Campbell, 1979; Heppner, Wampold, dan Kivlighan, 2008). Desain ini menggunakan pengukuran sebanyak dua kali yang dikenakan pada kelompok kontrol dan eksperimen sebelum dan sesudah perlakuan diberikan. Penggunaan desain eksperimen dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam format sebagai berikut.

Tabel 3.1. Rancangan Penelitian Eksperimen Kuasi

Random O X O

Ekperimen R O1 X O2

Kontrol R O1 -X O2

Perlakuan Kelompok


(2)

90 1. O1 : Pretest

2. O2 : Posttest

3. X : Perlakuan Teknik Konseling Metafora 4. -X : Tanpa Perlakuan Teknik Konseling Metafora

Kerlinger (1999) menyatakan bahwa syarat penelitian eksperimen murni adalah: (1) adanya manipulasi minimal terhadap satu variabel; (2) pengambilan subjek penelitian dilakukan secara acak; (3) pemberian perlakuan kepada kelompok dilakukan secara acak pula. Jika dari persyaratan tersebut tidak terpenuhi karena suatu alasan, maka penelitian disebut sebagai penelitian dengan rancangan eksperimen kuasi. Berdasar uraian tersebut, maka penelitian ini menggunakan desain eksperimen kuasi, yaitu eksperimen yang memiliki perlakuan, pengukuran dampak, unit eksperimen, namun tidak menggunakan pengambilan subjek secara acak dalam pemilihan subjek karena seluruh subjek dalam populasi digunakan. Populasi subjek penelitian dipilih berdasar skor nilai karakter tanggung jawab subjek yang berada dalam kategori skor sedang, rendah dan sangat rendah. Alasan peneliti memilih eksperimen kuasi juga sejalan dengan pandangan Heppner, Wampold, dan Kivlighan (2008;182) bahwa pemilihan responden secara acak sulit dilakukan dalam setting pendidikan, terdapat pertimbangan etis dalam memberikan layanan, kesulitan dalam melakukan pengontrolan secara penuh, dan kesulitan dalam menetapkan kelompok kontrol yang tepat.

Dalam penelitian ini akan dikumpulkan dua jenis, yaitu data kuantitatif yang digunakan untuk menguji efektivitas teknik konseling metafora dalam meningkatkan tanggung jawab siswa. Setelah data kuantitatif diperoleh akan ditindaklanjuti dengan pengumpulan data kualitatif yang digunakan sebagai pendukung data kuantitatif untuk dapat lebih memberikan pemaknaan dan pengayaan terhadap dinamika hasil penelitian yang diperoleh. Data kualitatif akan


(3)

(4)

Terdapat dua jenis data kualitatif yang akan digali dalam penelitian ini yakni data mengenai keterlibatan subjek dalam proses konseling dan data mengenai perubahan tanggung jawab subjek menurut guru dan orang tua. Data kualitatif tentang keterlibatan responden yang mendukung dan menghambat peningkatan tanggung jawab selama proses perlakuan diperoleh dari hasil FGD dengan para observer asisten peneliti yang mengamati proses konseling.

Berikut ini disajikan diagram pelaksanaan penelitian dengan menggunakan desain penelitian eksperimen yang akan dilakukan.

(FGD)

Gambar 3.1 (Sumber: Adaptasi dari Creswell & Clark, 2007, Creswell, 2010)

Berdasar diagram tersebut dapat dijabarkan tahap penelitian kuantitatif dan kualitatif sebagai berikut:

a.Tahap Kuantitatif dilakukan melalui pretes dan posttest. Pengukuran tanggung jawab siswa sebelum perlakuan dilakukan selama satu pekan demikian pula pengukuran setelah perlakuan dilakukan selama satu pekan. Data yang diperoleh

HASIL DAN INTERPRETASI KESELURUHAN

QUANTITATIF kualitatif

PROSEDUR:

 Dua kelompok: kelompok kontrol & eksperimen

 Hasil pengukuran: skor tanggungnjawab pre-test dan post-test  Observasi

PRODUK:

 Uji statistik (analisis data)

PROSEDUR: Observasi Wawancara FGD

Dokumen hasil karya siswa

PRODUK: Dinamika

penelitian

PROSEDUR: Diskusi

efektivitas intervensi

PRODUK: Diskusi

hasil penelitian


(5)

akan dianalisis secara statistik.

b.Tahap kualitatif dilakukan selama perlakuan dan setelah perlakuan selesai dilakukan. Hasil analisis data kuantitatif pada tahap pertama menghasilkan kasus-kasus ekstrem dan outlier (Creswell & Clark, 2007) yang kemudian ditindaklanjuti dengan pengumpulan data kualitatif mengenai kasus-kasus ekstrem tersebut. Dalam tahap ini data dikumpulkan dengan teknik observasi langsung terhadap anak selama perlakuan dan setelah perlakuan, mengamati hasil karya siswa selama perlakuan, wawancara semi terstruktur dengan guru dan kepala sekolah, serta focus group discussion (FGD) yang melibatkan orang tua, observer, dan guru.

Tabel 3.2. Alur Pengumpulan Data Kuantitatif dan Kualitatif

METODE PROSES HASIL ANALISIS

Kuantitatif 1. Pre-test

Melakukan observasi berpedoman pada checklist observasi tanggung jawab yang telah disiapkan. Observasi dilakukan selama satu pekan sebelum perlakuan diberikan.

Skor pre-test Uji statistik: 1.Deskriptif 2.Anacova 3.Anava

2.Post-test

Melakukan observasi berpedoman pada checklist observasi tanggung jawab yang telah disiapkan. Observasi dilakukan selama satu pekan setelah perlakuan diberikan

Skor post-test

Kualitatif 1.Selama perlakuan berlangsung: Observasi partisipan dengan pencatatan naratif mengenai berbagai perilaku yang menghambat dan mendukung keterlibatan subjek penelitian dalam mengikuti konseling metafora.

Hasil observasi dalam bentuk narasi

Analisis kualitatif tematik

2.Setelah perlakuan:

a.Wawancara dengan guru dan kepala sekolah

b.FGD dengan guru dan orang tua.

Hasil verbatim


(6)

B. Lokasi dan Subjek Penelitian 1.Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di SD Muhammadiyah 1 Alternatif (SD Mutual) Kota Magelang. Terdapat dua hal yang mendasari pemilihan SD tersebut sebagai lokasi penelitian. Alasan yang utama berkaitan dengan hasil studi pendahuluan yang menunjukkan masih rendahnya perilaku tangung jawab siswa kelas 1 berdasar penilaian guru dan hasil pengamatan awal yang dilakukan oleh peneliti, serta peran SD Mutual sebagai sekolah percontohan di wilayah Jawa Tengah yang perlu dioptimalkan tidak hanya kualitas kognitif namun juga karakter siswa. Alasan kedua berkaitan dengan pertimbangan praktis sebagai berikut: (1) SD Mutual menyatakan kesediaan untuk bekerja sama dalam pelaksanaan penelitian, (2) SD Mutual memiliki jumlah kelas 1 sebanyak 4 kelas, sehingga peneliti dapat memperoleh jumlah subjek penelitian yang memadai sebagai kelompok kontrol dan eksperimen; (3) SD Mutual menerapkan pembelajaran yang dimulai pukul 6.30. Selama ini, waktu tersebut digunakan sebagai waktu pembiasaan ibadah, melalui kegiatan mengaji dan sholat Dhuha. Periode waktu tersebut (06.30-07.15) memberi kesempatan pada peneliti untuk memberi perlakuan tanpa mengganggu jam pelajaran siswa.

2.Subjek Penelitian

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah anak yang berada pada tahap perkembangan kanak-kanak tengah atau masa middle childhood (Papalia, Olds, & Feldman, 2002:294), yang masih duduk di kelas 1 SD Mutual Kota Magelang dan memiliki kategori skor tanggung jawab dalam kelompok sedang, rendah dan sangat rendah. Usia midle childhood dipilih sebagai populasi penelitian didasarkan pada pendapat Bennett, dkk (1999) yang menyatakan bahwa usia SD merupakan usia penting untuk membantu anak mengembangkan kebiasaan dan nilai-nilai yang akan terus dibawa dalam keseharian anak. SD merupakan dasar bagi keberhasilan pendidikan di masa-masa selanjutnya.


(7)

sebagai partisipan yang akan dibagi dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pemilihan populasi penelitian didasari oleh karakteristik yang telah peneliti tentukan. Secara rinci karakteristik populasi penelitian adalah:

a. Siswa berusia 6-7 tahun.

b.Merupakan siswa Kelas 1 SD Muhammadiyah 1 Alternatif (SD Mutual) Kota Magelang.

c. Tidak mengalami hambatan perkembangan dalam aspek kognitif dibuktikan dari hasil tes IQ dan wawancara dengan guru.

d.Tidak mengalami hambatan perkembangan dalam aspek emosi yang diketahui dari hasil wawancara dengan guru.

e. Memiliki skor tanggung jawab dalam kategori sedang, rendah atau sangat rendah, berdasar hasil observasi awal dan keterangan dari guru.

Subjek penelitian dipilih berdasar hasil observasi tanggung jawab awal, yaitu subjek dengan skor tanggung jawab dalam kategori sedang, rendah dan sangat rendah. Kategori skor observasi dibuat berdasarkan model distribusi normal rerata ideal dan standar deviasi ideal (Azwar, 2002; Koyan, 2012), sehingga diperoleh kategori sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah, sebagai berikut:

Tabel 3.3 Standar Kategorisasi Perilaku Tanggung Jawab Siswa Berdasar Distribusi Normal Teoritik

Rentang Skor Kategori/Predikat Skor

Mi + 1,5 SDi  < Mi + 3,0 SDi Sangat Tinggi ؤ 142 Mi + 0,5 SDi  < Mi + 1,5 SDi Tinggi 111 s.d 143 Mi– 0,5 SDi  < Mi + 0,5 SDi Sedang 79 s.d 111 Mi– 1,5 SDi  < Mi– 0,5 SDi Rendah 47 s.d 79 Mi– 3,0 SDi  < Mi– 1,5 SDi Sangat Rendah أ 46


(8)

menyeleksi siswa yang akan digunakan sebagai subjek penelitian berdasar skor pengamatan awal. Selain dari hasil pengamatan, penentuan subjek penelitian juga didasarkan pada hasil FGD dengan guru wali Kelas 1 SD Mutual. Berdasar proses tersebut, diperoleh 51 jumlah siswa dari empat kelas yang dibagi dalam kelompok kontrol dan eksperimen. Pembagian subjek dalam kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dilakukan dengan menggunakan teknik sampling acak sederhana (simple random sampling) dengan melakukan undian terhadap masing-masing subjek. Hasil akhir pengundian diperoleh 25 subjek menjadi kelompok eksperimen dan 26 subjek di kelompok kontrol. Berikut ini dapat diketahui pengelompokan subjek penelitian berdasar norma kategori skor karakter tanggung jawab awal pada masing-masing kategori, sebagai berikut:

Tabel 3.4. Sebaran Subjek dalam Kelompok Penelitian

Kelompok Kategori Skor Subjek Penelitian Total

1 2 3 4 5

Eksperimen 5 14 6 0 0 25

Kontrol 1 19 6 0 0 26

Keterangan: 1 = sangat rendah 2 = rendah 3 = sedang 4 = tinggi 5 = sangat tinggi

Kelompok eksperimen akan mendapatkan perlakuan berupa teknik konseling metafora sedangkan kelompok kontrol akan mendapat perlakuan yang sama dengan kelompok ekperimen setelah penelitian selesai dilaksanakan (waiting list group). Perlakuan kelompok kontrol sebagai waiting list group dilakukan untuk memenuhi kode etik penelitian, sehingga semua subjek yang telah diketahui memiliki kategori skor karakter tanggung jawab rendah akan dapat memperoleh perlakuan yang sama setelah penelitian selesai.


(9)

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Definisi operasional dalam penelitian ini dirumuskan untuk menghindari kesalahtafsiran terhadap makna, sebagai berikut.

1.Tanggung jawab

Tanggung jawab dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa yang dapat diamati melalui perilaku yang menunjukkan tanggung jawab pribadi dan sosial siswa Kelas 1 SD Mutual selama berada di sekolah. Perilaku tanggung jawab diamati berdasar indikator tanggung jawab pribadi dan sosial sebagai berikut. (a) Tanggung jawab pribadi terdiri dari kemampuan anak untuk dapat memegang komitmen pribadi yang ditunjukkan dalam kemampuan mengutamakan hal yang dianggap penting, komitmen untuk melaksanakan kewajiban sepenuh hati, mencoba melakukan sesuatu dengan berbagai cara, dan (2) Tanggung jawab sosial yang terdiri dari kemampuan merespon apa yang diinginkan orang lain, perduli dan memberi perhatian kepada orang lain, meringankan dan memberi yang terbaik, menjadikan lingkungan menjadi lebih baik, dan bersedia berkorban untuk kepentingan sesama. Pengukuran perilaku tanggung jawab dilakukan dengan mengamati berbagai perilaku yang ditunjukkan selama anak di sekolah melalui observasi partisipan dengan teknik time sampling pada pagi dan siang baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Skor tanggung jawab anak diperoleh dengan menjumlah total frekuensi perilaku yang muncul dalam checklist yang telah dikonversikan ke dalam skor interval.

2.Teknik Konseling Metafora

Teknik konseling metafora merupakan serangkaian kegiatan untuk anak kelas satu di sekolah dasar yang dikemas dalam cerita-cerita metafora yang didasari oleh penggunaan dua jenis metafora, yakni metafora bahasa dan visual atau gambar. Teknik konseling ini dikemas dalam modul konseling yang diberi nama STAR KIDS (Story Teach A Responsibility for Kids). Dalam teknik konseling metafora, konselor memfasilitasi anak mengubah perilaku tidak bertanggung jawab menjadi perilaku yang bertanggung jawab melalui cerita-cerita metafora yang dapat


(10)

menimbulkan rasa empati pada diri anak, sehingga meningkatkan dorongan dalam diri anak untuk berperilaku baik. Cerita metafora dalam seting kelompok diterapkan bagi anak usia 6-7 tahun mengingat pada usia tersebut anak memiliki kecintaan pada cerita, berada dalam masa imajinatif, bermain, dan belajar dari interaksi dengan guru dan teman sebaya. Rangkaian kegiatan anak dalam teknik konseling metafora meliputi tahapan berikut ini.

a.Penjelasan tentang tujuan kegiatan dan beragam kegiatan yang akan dilakukan bersama.

b.Perumusan aturan yang disepakati bersama mengenai aturan kelompok selama proses konseling berlangsung.

c.Perumusan konsekuensi yang akan diterima anak selama eksperimen berlangsung. Konsekuensi yang digunakan lebih menekankan pada pemberian tokeneconomy bagi anak yang mengikuti aturan yang telah disepakati.

d.Pelaksanaan teknik konseling metafora dalam proses konseling melalui empat tahap, yaitu: mengenalkan penggunaan metafora dalam bentuk cerita; mengeksplorasi penggunaan metafora; mentransformasi atau membingkai kembali metafora dengan mendorong konseli (anak) melakukan perubahan makna metafora secara positif; dan menghubungkan metafora dengan dunia nyata (Secara rinci tahapan penerapan Teknik Konseling Metafora “STAR

KIDS” dapat dilihat pada lampiran modul).

Penerapan teknik konseling metafora akan dilakukan dengan dilengkapi oleh seperangkat media konseling yang terdiri dari model pelaksanaan teknik konseling metafora, modul konseling berisi kumpulan cerita metafora, buku kegiatan siswa, buku laporan kegiatan siswa. Isi masing-masing media tersebut, sebagai berikut. a.Model pelaksanaan teknik konseling metafora berisi rangkaian atau prosedur

berbagai kegiatan yang akan dilakukan konselor (peneliti) dan anak selama proses perlakuan berlangsung. Model ini berisi pedoman umum operasional konseling yang meliputi: (1) Rasional; (2) Visi dan Misi; (3) Deskripsi Kebutuhan; (4) Tujuan; (5) Komponen Modul; (6) Sasaran Intervensi; (7) Rencana Operasional; (8) Pengembangan Tema/Topik; (9) Satuan Layanan BK;


(11)

(10) Kualifikasi Konselor; dan (11) Penilaian atau Evaluasi.

b.Modul pelaksanaan konseling berisi kumpulan cerita metafora yang terdiri dari 15 cerita metafora yang telah dirangkum dari berbagai sumber yang sesuai dengan tujuan meningkatkan tanggung jawab anak. Modul ini bertujuan untuk memudahkan peneliti dalam menyampaikan cerita yang digunakan sebagai media konseling dalam memberi perlakuan kepada siswa.

c.Buku kegiatan siswa berisi berbagai lembar kerja yang akan dilakukan anak setelah mendengar cerita metafora sebagai bentuk eksplorasi penggunaan metafora dalam bentuk metafora visual. Buku ini diharapkan dapat membantu anak dalam mentransformasi atau membingkai metafora dengan mendorong konseli (siswa) melakukan perubahan makna metafora secara positif; dan menghubungkan metafora dengan dunia nyata.

d.Buku Laporan Kegiatan berisi hasil observasi dan penilaian peneliti mengenai jalannya eksperimen. Buku ini akan memudahkan peneliti dalam mencatat berbagai kejadian selama eksperimen berlangsung, sehingga dapat memudahkan peneliti dalam melakukan refleksi hasil pelaksanaan eksperimen dan mengetahui berbagai faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku tanggung jawab siswa selama perlakuan.

Pelaksanaan konseling metafora dilaksanakan dalam 15 kali pertemuan di dalam kelas, yang akan dipandu oleh seorang konselor, dibantu oleh co-konselor (asisten konselor dan wali kelas) dan observer. Masing-masing pertemuan membutuhkan waktu 30-60 menit. Rincian materi secara lengkap terdapat dalam Modul Pelaksanaan Teknik Konseling Metafora “STAR KIDS”.

3.Kecerdasan (inteligensi) dalam penelitian ini mengacu pada konsep kecerdasan umum berupa kemampuan persepsi dan berpikir logis sistematis yang ditunjukkan dari kemampuan subjek dalam mencari hubungan gambar soal dan pilihan jawaban. Pengukur kecerdasan (IQ) dilakukan dengan menggunakan tes skala Raven seri SPM yang terdiri dari 60 soal berupa gambar-gambar dengan pola hubungan dari tingkat yang paling mudah sampai paling sulit.


(12)

kepada anak mengenai identitas sebagai laki-laki atau perempuan sejak dilahirkan. Jenis kelamin dalam penelitian ini diketahui dari data dokumentasi sekolah dan ciri-ciri fisik yang dapat diamati sesuai seragam sekolah yang dikenakan siswa.

D. Teknik Pengumpulan Data, Pengembangan Instrumen, dan Tahap Penelitian 1. Teknik Pengumpul Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis pengumpulan data, yakni pengumpulan data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif dikumpulkan dengan melakukan observasi terstruktur menggunakan lembar pedoman checklist observasi. Instrumen yang disusun dalam penelitian ini berupa checklist observasi perilaku tanggung jawab anak di sekolah yang dilengkapi dengan pedoman observasi. Lembar checklist digunakan untuk mengumpulkan data kuantitatif mengenai perilaku tanggung jawab anak sebelum dan sesudah pemberian perlakuan. Data yang diperoleh berupa jumlah frekuensi perilaku yang dimunculkan anak selama proses pengamatan berlangsung yang akan dikonversi ke dalam skor interval.

Selain data kuantitatif, dilakukan pula pengumpulan data kualitatif sebagai pendukung dengan menggunakan lembar pedoman FGD (Focus Group Disscusion) dan wawancara semi terstruktur, serta lembar survey sebagai validasi sosial teknik konseling metafora. FGD dan wawancara setelah perlakuan dimaksudkan untuk memperoleh data mengenai dampak perlakuan terhadap perilaku tanggung jawab anak selama di sekolah yang dirasakan guru setelah anak memperoleh perlakuan. FGD juga dilakukan terhadap para wali murid (orang tua) di kelompok eksperimen. Pelaksanaan FGD dan wawancara menggunakan teknik semi terstruktur yang telah dilengkapi dengan pedoman wawancara.

Data kualitatif setelah perlakuan hanya dilakukan terhadap kelompok eksperimen mengingat data kualitatif hanya sebagai pendukung data kuantitatif setelah subjek menerima perlakuan. Selain itu, pengumpulan data kualitatif bagi semua responden tidak dapat dilakukan karena keterbatasan waktu dan biaya penelitian.


(13)

2. Pengembangan Instrumen Penelitian

a). Penyusunan Checklist dan Pedoman Observasi Tanggung Jawab

Dalam penelitian ini teknik observasi merupakan teknik pengumpulan data utama yang digunakan untuk mengamati perilaku karakter tanggung jawab anak. Observasi merupakan suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan secara sistematik dan sengaja diadakan dengan menggunakan alat indera terutama mata. Observasi merupakan alat utama yang digunakan oleh peneliti dan ahli klinis yang digunakan dalam asesmen masalah-masalah perilaku, sosial, dan emosi anak. Pelaksanaan observasi perilaku secara langsung (direct behavioral observation) merupakan suatu prosedur dimana observer mengembangkan target perilaku yang diamati sesuai dengan definisi operasional yang dikembangkan, mengamati subjek, dan mencatat secara sistematis perilaku tersebut (Merrel, 2003). Proses observasi dapat difokuskan pada frekuensi, kenampakan, dan kesiapan perilaku tersebut muncul untuk dapat diamati (Miller, 1998).

Observasi digunakan dalam penelitian ini dengan mempertimbangkan beberapa alasan, sebagai berikut: (a) anak sebagai subjek penelitian belum memiliki kemampuan untuk melakukan retrospeksi secara mendalam; (b). anak usia 6-7 tahun di kelas satu SD masih berada dalam tahap perkembangan berpikir tingkat operasional konkrit (Piaget dalam Santrock, 2002), hal ini menyebabkan anak belum mampu berpikir abstrak dan mampu menjawab pertanyaan atau menuliskan jawaban tentang nilai-nilai karakter yang ada dalam diri mereka dengan gamblang. Pernyataan-pernyataan tentang nilai karakter relatif bersifat abstrak dan sulit untuk dipahami anak-anak, sehingga kemungkinan untuk melakukan pengumpulan data melalui proses wawancara dan angket terhadap anak kurang efisien; c). tanggung jawab tercermin dalam berbagai indikator perilaku yang dapat diamati. Kondisi ini mendukung metode pengamatan sebagai salah satu teknik pengumpulan data yang tepat untuk digunakan.

Berdasar seting pengamatan yang dilakukan, penelitian ini menggunakan pengamatan langsung dalam seting alamiah (naturalistic observation). Seting alamiah ditandai dengan adanya pencatatan perilaku yang diamati dalam seting


(14)

alamiah (Merrell, 2003). Proses pengamatan perilaku dilakukan dalam seting lingkungan sekolah baik saat anak berada di dalam kelas, di halaman sekolah, masjid, perpustakaan, dan tempat-tempat di sekitar sekolah. Pengamatan dilakukan terhadap perilaku tanggung jawab anak baik saat anak sendiri maupun selama anak berinteraksi dengan teman, guru, dan semua pihak yang berada di sekolah. Guna mengatasi kemungkinan subjek penelitian menunjukkan perilaku berbeda karena merasa diobservasi, observer akan dikenalkan terlebih dahulu sebelum pengamatan dimulai dan terlibat secara langsung dalam kegiatan anak selama di sekolah. Keikutsertaan observer dalam setting untuk mengobservasi disebut sebagai observasi partisipan (Miller, 1998).

Cara pengumpulan data observasi dilakukan dengan pencatatan checklist yaitu suatu pencatatan dengan menggunakan daftar aspek perilaku yang telah dipilih untuk diobservasi sehingga pengamat dapat mencatat dengan mudah perilaku yang tampak (Irwin dan Bushnell, 1980). Prosedur pencatatan selama proses pengamatan dilakukan dengan pendekatan time sampling yaitu pengamatan yang dilakukan dengan memfokuskan pada sedikit perilaku khusus yang telah didefinisikan dengan baik dengan menggunakan checklist atau coding system, kemudian observer melakukan pengamatan dalam setiap periode waktu tertentu yang dipisahkan dalam unit-unit waktu (Miller, 1998; Beaty, 2008).

Selain checklist, observer juga diberi pedoman observasi untuk memudahkan pemahaman mengenai daftar perilaku yang tercantum di dalam checklist. Penilaian terhadap tanggung jawab anak dilakukan secara langsung dari hasil total frekuensi perilaku tanggung jawab anak yang muncul dari hasil pengamatan.

Observasi sebagai prosedur yang sistematis mensyaratkan adanya pencatatan selama proses pengamatan. Peneliti mengembangkan metode pencatatan dengan menggunakan daftar centang (checklist) sebagai metode pencatatan hasil observasi. Menurut Beaty (2008) checklist merupakan daftar sifat atau perilaku spesifik yang ditata dalam urutan logis. Pengamat harus memberi tanda ada atau tidak ada perilaku saat pengamatan. Checklist dipandang efisien dalam pencatatan observasi


(15)

karena memudahkan observer untuk mengetahui perilaku-perilaku yang diamati secara cepat, sederhana, dan memudahkan interpretasi.

Terdapat beberapa prosedur yang peneliti lakukan dalam mengembangkan instrumen penelitian berupa checklist dan pedoman observasi, sebagai berikut. 1). Kisi-kisi Instrumen Checklist Observasi

Kisi-kisi instrumen checklist observasi perilaku tanggung jawab anak di sekolah dikembangkan berdasar studi pendahuluan dan literatur yang mengacu pada teori Lickona mengenai tanggung jawab, yang kemudian dirumuskan dalam definisi operasional variabel penelitian. Merujuk pada definisi operasional tersebut diperoleh aspek-aspek dan indikator variabel penelitian, kemudian dijabarkan butir-butir perilaku yang menunjukkan tanggung jawab anak di sekolah.

Daftar butir perilaku tanggung jawab diperoleh dari hasil observasi langsung di lapangan yang sebelumnya dilakukan melalui teknik pengumpulan data observasi partisipan dengan pencatatan narasi. Selain itu, daftar perilaku tanggung jawab juga diperoleh dari hasil wawancara serta FGD dengan sejumlah guru kelas satu sebelum penelitian dimulai. Proses pengumpulan data kualitatif dalam studi pendahuluan dilakukan untuk mengembangkan instrumen penelitian berupa checklist observasi perilaku tanggung jawab anak dan mengetahui karakteristik anak yang kurang bertanggung jawab menurut perspektif guru. Berdasar FGD yang telah dilakukan, peneliti memperoleh sejumlah subjek yang menurut pengamatan guru memiliki tanggung jawab rendah selama di sekolah yang ditandai dengan perilaku tidak taat aturan, sering tidak mengerjakan tugas, tidak memperhatikan guru saat pelajaran, jalan-jalan di dalam kelas dan mengganggu proses pembelajaran, membuang sampah sembarangan, tidak bersegera saat waktu sholat, melakukan tugas piket harus diingatkan beberapa kali, tidak membawa atribut kelengkapan sekolah (ID card, dasi, ikat pinggang, topi), datang terlambat, tidak menyerahkan surat undangan atau pemberitahuan ke pada orangtua. Selain FGD, dilakukan pula wawancara dengan guru kelas satu dan wali kelas. Tujuan utama dalam wawancara pra penelitian adalah untuk memperoleh data mengenai persepsi guru terhadap berbagai jenis perilaku tanggung jawab anak di sekolah. Hasil


(16)

wawancara awal ini mendapatkan sejumlah perilaku tanggung jawab anak menurut guru sebagai berikut: (1). Tanggung jawab merupakan sesuatu yang harus dikerjakan; (2) Dapat menyelesaikan tugas yang diberikan; (3) Memakai atribut sekolah dengan lengkap dan rapi.; (4) Mengerjakan tugas dengan tepat waktu; (5) Mengerjakan PR; (6) Mengerjakan tugas di kelas; (7) Anak menyampaikan surat atau pesan dari guru kepada orangtua; (8) Melaksanakan piket kelas; (9) Sholat tepat waktu; (10) Mengerjakan tugas tanpa harus disuruh; (11) Anak yang bertanggung jawab ikut terlibat dalam pengawasan terhadap teman yang lain, jika ada yang melakukan perilaku yang melanggar aturan tanpa diminta akan melapor ke guru; (12) Membuang sampah pada tempatnya; (13) Datang ke sekolah tepat waktu.

Selain hasil FGD dan wawancara dengan guru, peneliti juga melakukan observasi partisipan selama anak berada di sekolah untuk mengetahui jenis-jenis perilaku tanggung jawab yang ditunjukkan anak kelas satu SD. Berdasar hasil pengamatan diperoleh beberapa bentuk perilaku tanggung jawab anak di sekolah sebagai berikut: datang sekolah tepat waktu, mengerjakan tugas tepat waktu, mengumpulkan PR, menaati aturan yang ditetapkan guru, fokus pada saat guru menjelaskan materi pelajaran, bersungguh-sungguh dalam mengerjakan tugas, merawat benda yang dimiliki dan mengembalikan barang yang dipinjam dari teman dengan baik, melaksanakan tugas piket kelas, segera ke masjid untuk sholat, tertib dalam melaksanakan sholat, membuang sampah pada tempatnya, menjaga kerapian dan kebersihan barang pribadinya, bermain dengan gembira dan tidak menyakiti/mengganggu teman, mengikuti aturan main dalam permainan bersama, menunjukkan keperdulian dengan apa yang dilakukan teman (contoh: teman berkelahi lalu melapor kepada bu guru), meminta maaf saat berbuat salah kepada teman, dan mengerjakan apa yang diminta oleh guru dengan baik.

Berdasar hasil FGD dan observasi kualitatif tersebut, peneliti memperoleh beragam perilaku tanggung jawab anak yang akan disusun dalam checklist observasi sebagai instrumen penelitian dalam proses pengumpulan data kuantitatif mengenai tanggung jawab anak sebelum dan sesudah eksperimen dilakukan.


(17)

Pengembangan checklist observasi melalui proses ini diharapkan dapat meningkatkan validitas content checklist observasi yang digunakan. Daftar perilaku dari hasil observasi dan wawancara kualitatif yang peneliti peroleh kemudian dikelompokkan sesuai teori dimensi karakter menurut Lickona yang terdiri dari dimensi pribadi dan sosial. Pengelompokan perilaku sesuai dimensi karakter menurut Lickona dilakukan untuk meningkatkan validitas construct observasi. Hasil pengelompokan tersebut disusun dalam kisi-kisi checklist observasi sebagai berikut.

Tabel 3.5. Kisi-kisi Insrumen Checklist Observasi Tanggung Jawab N

O

ASPEK TANGGUNG

JAWAB

SUB ASPEK PERILAKU Total

1 PRIBADI

a. Mengutamakan

hal yang penting

1) Menjaga keselamatan

diri.

2) Mengerjakan soal

sendiri tanpa

mencotek teman.

3) Membuat keputusan

yang baik.

4) Memanfaatkan waktu

dengan baik.

5) Belajar dengan

sungguh –sungguh.

6) Makan dan minum

sesuai waktu yang

ditetapkan.

7) Menjaga kerapian dan

kebersihan diri. 22

b. Melaksanakan

kewajiban

1) Sholat tepat waktu.

2) Mengerjakan PR tepat

waktu.

3) Datang ke sekolah

tepat waktu.

4) Menyelesaikan tugas

dengan baik.

5) Fokus memperhatikan

penjelasan guru.

6) Membereskan barang

pada tempatnya.

7) Menjaga kerapian dan

kebersihan barang


(18)

8) Tertib saat sholat.

9) Mengaji dengan

sungguh-sungguh.

10)Serius dan

sungguh-sungguh

mengerjakan tugas

kelas (piket).

11)Memakai atribut

sekolah dengan

lengkap dan rapi.

c. Mencoba

melakukan

sesuatu dengan

berbagai cara

1) Mengerjakan tugas

tanpa disuruh.

2) Meminta bimbingan

saat membutuhkan.

3) Mengajukan

pertanyaan saat tidak tahu.

4) Menyelesaikan tugas

kelompok dengan

kreatif.

SOSIAL

a. Merespon sesuai

apa yang

diinginkan orang lain

1) Antri saat menunggu

giliran.

2) Tidak marah saat

teman berbuat salah.

3) Menghargai teman

saat bermain.

4) Menahan diri untuk

tidak

memukul/meyakiti teman saat berselisih paham.

5) Berbicara sopan

kepada teman dan

guru.

6) Mengikuti aturan main

dan tidak curang.

7) Menerima kesalahan

diri/tidak

menyalahkan orang

lain.

8) Meminta maaf saat

merasa bersalah.

9) Meminjam barang

teman dengan

meminta ijin.

10)Merawat benda yang

dipinjam dari teman dengan baik.

22


(19)

11)Menjaga kesepakatan bersama

b. Perduli dan

perhatian kepada orang lain.

1) Menghibur teman

yang sedang sedih.

2) Meminjami teman

barang yang dibutuh.

3) Berbagi

makanan/minuman.

4) Meringankan

beban dan

memberi yang

terbaik.

1) Membantu teman

yang membutuhkan.

2) Membantu guru yang

sedang kerepotan

(menghapus papan

tulis, membawakan

bawaan guru,

membantu guru

membagikan sesuatu).

3) Berpartisipasi aktif

dalam tugas

kelompok.

4) Menjadikan

dunia/lingkungan

menjadi lebih

baik

1) Menjaga kerapian

lingkungan.

2) Membuang sampah

pada tempatnya.

3) Merawat tanaman

yang ada di

sekitarnya.

e. Berkorban.

1) Mengalah saat

bermain.

2) Merelakan miliknya

untuk teman/orang

lain (infak).

Berdasar kisi-kisi instrumen tersebut disusun checklist dan pedoman observasi perilaku tanggung jawab anak di sekolah. Susunan checklist observasi perilaku tanggung jawab anak dalam bentuk lembar observasi yang berisi: aspek nilai karakter tanggung jawab, deskripsi perilaku tanggung jawab yang diuraikan dalam aitem-aitem perilaku, kolom yang digunakan untuk mencatat frekuensi kemunculan perilaku setiap 10 menit sekali, kolom total untuk menjumlah frekuensi perilaku yang muncul pada tiap-tiap aitem dalam lima skala (tidak


(20)

pernah, jarang, kadang-kadang, sering, dan sangat sering). Skala yang digunakan diberi nilai 1-5 (tidak pernah = 1; jarang = 2; kadang-kadang = 3; sering = 4; selalu = 5), kolom catatan yang digunakan untuk mencatat tambahan informasi hasil pengamatan terhadap perilaku tanggung jawab anak yang bersifat kualitatif baik mengenai perilaku anak maupun konteks lingkungan di sekitar anak selama observasi berlangsung, yang tidak terangkum dalam daftar checklist perilaku. Kolom catatan ini diberikan sebagai salah satu cara untuk meminimalkan kelemahan metode checklist yang bersifat tertutup.

Selain checklist observasi, disusun pedoman observasi untuk mempermudah observer dalam memahami daftar perilaku yang terdapat di checklist observasi sehingga diharapkan observer memiliki pemahaman yang sama mengenai daftar perilaku yang ada. Tujuan pembuatan pedoman observasi juga dilakukan untuk meningkatkan reliabilitas observasi (Merrel, 2003). Pedoman observasi terdiri dari: daftar perilaku tanggung jawab anak dan definisi operasional atau keterangan yang menjelaskan masing-masing aitem perilaku dalam daftar checklist observasi.

2). Penimbangan Instrumen

Penimbangan instrumen dilakukan oleh dua orang pakar Bimbingan dan Konseling serta satu orang psikolog perkembangan anak. Tujuan penimbangan instrumen (professional atau expert judgement) adalah untuk memenuhi validitas isi (content validity). Validitas isi diperoleh dengan menganalisa aspek atau unsur suatu konsep secara teoritis. Menurut Azwar (2003), validitas isi diestimasi melalui pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional ataupun melalui professional judgement. Guna lebih meningkatkan validitas isi, daftar perilaku yang terdapat dalam checklist observasi dikembangkan berdasar pengamatan partisipasi awal terhadap perilaku tanggung jawab anak di kelas satu dengan pencatatan secara naratif. Selain diperoleh dari hasil pengamatan awal, daftar perilaku juga diperoleh dari hasil wawancara dan FGD dengan guru-guru kelas yang berjumlah empat orang. Setelah peneliti memperoleh sejumlah daftar perilaku tanggung jawab anak di sekolah, kemudian dikelompokkan sesuai teori Lickona mengenai dimensi


(21)

tanggung jawab dan diuraikan sesuai dengan bentuk-bentuk indikator perilaku tanggung jawab anak. Dua komponen tanggung jawab meliputi tanggung jawab pribadi dan sosial.

Proses penimbangan instrumen dilakukan oleh dua ahli Bimbingan dan Konseling, yaitu Dr. Collete Dollarhide (doktor dalam bidang Bimbingan dan Konseling Ohio State University), Prof. Dr. Syamsu Yusuf L.N (Guru Besar dalam bidang Bimbingan dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia), serta Anggreswari Ayu Dhamayanti (pakar bidang Psikologi Perkembangan Anak yang bekerja sebagai dosen di STIKES Ahmad Yani Yogyakarta dan menjadi pengelola PAUD Ahsanu Amala Yogyakarta). Setelah checklist observasi ditelaah oleh para penimbang terdapat beberapa aitem perilaku tanggung jawab yang menurut penimbang kurang tepat, baik secara konstruk maupun bahasa. Revisi dilakukan sesuai saran yang diberikan oleh para penimbang. Revisi tersebut sebagai berikut.

Tabel 3.6. Perubahan Instrumen Berdasar Saran Penimbang Nama Penimbang Aspek/Indikator Sebelum direvisi Setelah direvisi Dr.Collete Dolarhide 1.Aspek tanggung jawab

Perpaduan dari beberapa teori (Lickona; Lynda dan Eyre)

Fokus pada satu teori.

2.Indikator perilaku

tanggung jawab

Seting perilaku ada yang di

rumah dan

sekolah.

Fokus pada

perilaku tanggung jawab dalam seting sekolah. 3.Cara perhitungan perilaku Skoring berdasar frekuensi kemunculan perilaku.

Skoring memuat kualitas yang disimpulkan dalam lima kategori (tidak pernah, jarang,

kadang-kadang, sering, dan sangat sering)


(22)

Prof. Dr. Syamsu Yusuf L.N, M.Pd

1.Aspek tanggung jawab

Penjabaran aspek dan sub aspek dimuat dalam kolom yang berbeda.

Penjabaran aspek dan sub aspek dimuat

berdampingan untuk lebih memudahkan observer dalam mengkaitkan aspek dengan sub aspek yang dimaksud.

Anggreswari Ayu, M.Si.,Psi

1.Aspek tanggung jawab

Penjabaran aspek dalam sub aspek masih tidak dibedakan antara dimensi pribadi dengan dimensi sosial.

Sub aspek

dipisahkan untuk masing-masing aspek tanggung jawab.

2.Penjabaran indikator

Sub aspek tidak selalu terwakili oleh perilaku secara rinci

Setiap sub aspek terwakili oleh aitem perilaku tanggung jawab.

Ada beberapa sub aspek yang memiliki perilaku sama.

Masing-masing sub aspek diamati dalam perilaku yang berbeda.

3.Seting pengamatan

Pengamatan lebih banyak

difokuskan pada perilaku di dalam kelas.

Pengamatan

mencakup berbagai perilaku dalam seting sekolah baik dalam proses pembelajaran

maupun istirahat dan kegiatan lain.

Setelah checklist observasi diperbaiki sesuai masukan para penimbang, selanjutnya dilakukan uji instrumen aitem-aitem checklist obsevasi oleh para observer dengan menghadirkan dua observer untuk melakukan uji keterbacaan. Masing-masing observer melakukan pengamatan terhadap anak kelas satu SD, setelah menyelesaikannya para observer diajak berdiskusi dan diminta memberi


(23)

masukan terhadap butir-butir aitem perilaku yang dianggap masih membingungkan dan rancu dengan perilaku yang lain. Hasil diskusi dijadikan sebagai bahan masukan untuk perbaikan butir aitem observasi dan pemberian keterangan operasional dalam pedoman observasi.

3). Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Penggunaan teknik observasi digunakan sebagai asesmen utama penelitian memiliki banyak kelebihan, namun terdapat beberapa keterbatasan dan masalah yang dapat terjadi dalam penggunaan observasi sebagai alat pengumpul data. Keterbatasan observasi dapat terjadi baik berasal dari observee berupa perubahan perilaku karena mengetahui bahwa dirinya sedang diobservasi, maupun berasal dari bias observer. Guna mengatasi keterbatasan yang berasal dari observee maka sebelum penelitian dimulai observer telah dikenalkan beberapa hari sebelum pelaksanaan observasi dilakukan. Hal ini diharapkan dapat membiasakan observee (siswa) akan keberadaan observer dalam lingkungan sehari-hari selama siswa berada di sekolah, serta dengan tidak mengungkapkan tentang hipotesis penelitian dan subjek-subjek yang terbagi dalam kelompok kontrol dan kelompok eksperimen (Miller, 1998). Kedua hal tersebut diharapkan dapat meningkatkan validitas observasi serta telah diperkuat pula dengan adanya peran para penimbang (expert jugdement) yang telah menyatakan bahwa daftar perilaku yang diamati telah mencerminkan nilai karakter tanggung jawab yang diteliti. Hasil expert judgement merupakan validitas kontruk. Sedangkan content validity atau validitas isi yang dikembangkan dalam menyusun checklist observasi dilakukan dengan penyusunan daftar perilaku tanggung jawab berdasar hasil pengamatan awal terhadap perilaku-perilaku anak dan hasil wawancara dengan guru-guru mengenai indikator perilaku tanggung jawab. Berdasar daftar perilaku yang diperoleh, kemudian dikembangkan checklist observasi yang sesuai dengan teori Lickona. Content validity digunakan untuk memastikan bahwa masing-masing aitem pada suatu alat ukur telah mencakup seluruh domain isi yang hendak diukur dan mampu mengungkap atribut yang hendak diukur sesuai dengan keperilakuannya (Azwar,


(24)

2012).

Reliabilitas observasi berkaitan dengan konsistensi dalam pengamatan (Miller,1998). Konsistensi antar rater untuk dapat mengamati perilaku dengan interpretasi yang sama merupakan kunci reliabilitas dalam observasi. Peningkatan reliabilitas observasi dapat dilakukan dengan cara mengatasi bias observer dalam penelitian ini yaitu dengan membuat skoring yang spesifik disertai dengan pedoman observasi yang menjabarkan tentang berbagai perilaku yang dimaksud, sehingga para observer memiliki pemahaman yang sama mengenai daftar perilaku yang dimaksud. Selain membuat pedoman observasi, reliabilitas dapat diukur dengan menghitung test-retest reliability dan internal consistency reliability. Menurut Azwar (2012), interrater reliability merupakan teknik reliabilitas yang dilakukan oleh beberapa orang rater agar dapat meminimalkan pengaruh subjektivitas dalam pemberian skor. Dalam penelitian ini interrater dilakukan sebelum proses pengumpulan data dimulai. Masing-masing rater mengamati anak yang sama tanpa diketahui oleh anak yang diamati. Berdasar hasil interrater diperoleh korelasi yang signifikan antara rater satu dengan rater yang lain, dengan koefisien korelasi berkisar antara 0,785 sampai dengan 0.998 dengan tingkat signifikansi p < 0.05.

Validitas pengumpulan data kualitatif dilakukan dengan teknik triangulasi data (data triangulation) yaitu penggunaan beberapa sumber data dan bukti dari situasi yang berbeda serta triangulasi metodologi (methodological triangulation) yaitu pemeriksaan konsistensi temuan yang dihasilkan oleh metode pengumpulan data yang berbeda seperti menggabungkan data wawancara dengan data observasi. Jika masing-masing temuan memiliki kesimpulan yang sama maka validitas ditegakkan (Creswell, 2010; Moloeng, 2004). Dalam penelitian ini, validitas data dilakukan melakukan wawancara dan FGD dengan melibatkan guru dan orang tua.

4). Prosedur Pelaksanaan Observasi

Observer yang terlibat dalam penelitian ini adalah mahasiswa Bimbingan dan Koseling serta Pendidikan Guru PAUD FKIP Universitas Muhammadiyah


(25)

Magelang yang telah mendapat mata kuliah Pemahaman Individu (observasi dan wawancara) dan Deteksi Dini Perkembangan Anak. Diasumsikan mahasiswa yang telah lulus mata kuliah tersebut telah memiliki kemampuan dan ketrampilan melakukan pengamatan terhadap anak. Sebelum pelaksanaan observasi dimulai, para observer yang berjumlah 10 mahasiswa dan peneliti sendiri (total observer terdiri dari 11 observer) diberi pelatihan tentang observasi yang meliputi materi tentang teori observasi, teknik pencatatan, kode etik observasi terhadap anak, praktik observasi dalam kelas antar rater, serta kontrak antara peneliti dan observer. Pelatihan terhadap para observer dilakukan selama dua hari, diawali dengan materi observasi secara umum pada hari pertama, dan observasi tanggung jawab anak pada hari kedua. Pada saat penelitian dilaksanakan baik pra maupun pasca perlakuan, observer terlebih dahulu memperoleh briefing dan setelah selesai observasi hari tersebut, observer dikumpulkan untuk mendiskusikan jalannya observasi dipandu oleh peneliti. Diskusi setelah pelaksanaan observasi diharapkan dapat menambah pemahaman peneliti terhadap seting kejadian suatu perilaku terutama jika terjadi peristiwa-peristiwa penting yang dapat mempengaruhi perilaku alamiah observee. Misalnya ketika sekolah kedatangan tamu pejabat penting dari Jakarta, kondisi ini menyebabkan proses pembelajaran tidak dilakukan seperti hari-hari biasa dan mungkin terjadi perilaku anak yang making good (tidak alamiah). Selain pembahasan tentang hal-hal istimewa, diskusi setelah pengamatan ditujukan pula untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang dialami observer selama proses pengamatan dilakukan.

Pelaksanaan observasi dilaksanakan selama satu minggu sebelum dan sesudah perlakuan dengan teknik pencatatan menggunakan time sampling. Dalam penelitian ini time sampling dilakukan pada satu jam pertama di pagi hari, satu jam kedua saat istirahat, dan satu jam ketiga di siang hari. Dalam jangka waktu satu jam, observer akan mengamati subjek setiap sepuluh menit yang diselingi dengan istirahat. Dengan demikian, selama satu jam observer akan mengamati subjek sebanyak 3x10 menit dengan diselingi istirahat di setiap selesai pengamatan per sepuluh menit.


(26)

Masing-masing subjek akan diamati tiga kali dalam seminggu, pada awal,

tengah, dan akhir pekan. Ada subjek yang diamati hari Senin, Rabu, dan Ju’mat,

ada pula yang diamati pada Selasa, Kamis, dan Sabtu. Pemilihan hari tersebut dilakukan untuk mengantisipasi adanya perbedaan perilaku anak di awal pekan dan di akhir pekan. Sebagian besar siswa kelas satu SD masih dipengaruhi oleh mood dalam berperilaku. Saat awal pekan (hari Senin dan Selasa) sering kali masih menunjukkan perilaku tidak bersemangat karena pengaruh libur di hari Minggu,

atau sebaliknya pada hari Jum’at dan Sabtu anak biasanya menunjukkan perilaku

yang semangat karena pulang awal dan mendekati hari libur. Penjadwalan ini diharapkan mampu meminimal bias dan meningkatkan peluang kemunculan perilaku yang lebih alamiah.

b). Penyusunan Pedoman Wawancara

Wawancara dilakukan dengan desain semi terstruktur (semi-structured interview) sebagai data pendukung untuk mengetahui secara lebih mendalam berbagai peristiwa yang terjadi selama perlakuan berlangsung yang meliputi hambatan atau kesulitan, kondisi siswa, dan berbagai kejadian yang mungkin tidak tercakup dalam buku Laporan Kegiatan.

Wawancara juga merupakan metode tambahan yang digunakan untuk menunjang dan memperkaya data penelitian. Wawancara dilakukan setelah perlakuan selesai. Wawancara dilakukan secara individual dan kelompok. Wawancara individual dilakukan dengan kepala sekolah dan guru. Sedangkan kelompok dilakukan dengan tehnik Focus Group Disscussion yang melibatkan guru, dan orangtua.

Wawancara kelompok dalam penelitian ini dilakukan sebagai teknik pengumpulan data pendukung untuk mengetahui perubahan tanggung jawab siswa sebelum dan sesudah perlakuan dilaksanakan menurut perspektif guru dan orang tua. Berikut pedoman wawancara yang disusun.


(27)

Tabel 3.7. Pedoman Wawancara dan FGD

NO ASPEK YANG DIUNGKAP PERTANYAAN

1. Kepuasan terhadap program STAR

KIDS

Apakah Saudara puas dengan program STAR KIDS yang dilakukan untuk meningkatkan tanggung jawab anak?

2. Perubahan tanggung jawab

pribadi

Apakah siswa yang terlibat dalam program STAR KIDS menunjukkan rasa tanggung jawab pribadi semakin baik? Berikan contoh perbedaan sebelum dan sesudah perlakuan!

3. Perubahan tanggung jawab sosial Apakah siswa yang terlibat dalam

program STAR KIDS menunjukkan rasa tanggung jawab sosial yang semakin baik? Berikan contoh perbedaan sebelum dan sesudah perlakuan!

4. Perubahan sikap positif Apakah siswa yang terlibat dalam

program STAR KIDS menunjukkan perubahan sikap yang positif? Jelaskan!

5. Perubahan perilaku Apakah siswa yang terlibat dalam

program STAR KIDS menunjukkan perubahan perilaku yang semakin baik? Jelaskan!

6. Tindak lanjut program STAR KIDS Apakah Teknik konseling metafora

“STAR KIDS” perlu diterapkan bagi

semua anak untuk meningkatkan rasa tanggung jawab mereka?

c). Penyusunan Modul Teknik Konseling Metafora ‘STAR KIDS” 1). Struktur Model Teknik Konseling Metafora “STAR KIDS”

Sesuai dengan tujuan penelitian, sebelum memberikan perlakuan penelitian terlebih dahulu disusun modul Pelaksanaan Teknik Konseling Metafora yang

diberi nama Modul “STAR KIDS” (Story Teach A Responsibility for Kids) untuk

meningkatkan tanggung jawab anak. Modul ini disusun berdasarkan konsep konseling anak menurut Muro dan Kottman (1995); Geldard dan Geldard (2011); serta Conte (2009); Battino (2008); Close (1998) yang menyatakan bahwa konseling bagi anak merupakan proses yang aktif dengan penggunaan bermain dan media bermain, anak telah memiliki kemampuan mendaftar kelemahan dan kelebihan yang dimiliki dengan bantuan konselor, anak dapat fokus pada


(28)

perasaan yang mereka alami dan mampu mendiskusikan apa yang dirasakan, anak suka cerita-cerita fantasi, dan dapat terlibat dalam proses konseling dalam waktu yang cukup lama.

Selain menerapkan prinsip perkembangan anak, modul teknik konseling metafora didasarkan pada konsep pendekatan konseling dengan model brief groups counseling, mengingat waktu anak di sekolah terbatas. Terdapat tiga tahapan dalam prosedur konseling kelompok, yaitu beginning sessions, working sessions, dan termination (Brown, 1994).

Prinsip ketiga yang diterapkan dalam konseling metafora adalah konsep konseling yang memunculkan cerita metafora dengan pelibatan proses empati dalam tahap eksplorasi dan transformasi metafora sehingga anak menemukan makna metafora secara positif. Metafora yang digunakan dalam penelitian ini melibatkan dua bentuk metafora, yakni language metaphor dan visual metaphor

Kedua bentuk metafora tersebut digunakan karena beberapa alasan. Pertama, metafora bahasa memiliki keutamaan dari sisi bahasa dan pikiran. Menurut Siegelman (1990), metafora mudah dipahami, meningkatkan pemahaman anak terhadap dunia, serta menjadi penghubung antara pengertian (insight) dan perasaan (feeling), memudahkan penyampaian pesan dan mudah diingat oleh anak (Owen, 2004). Metafora bahasa juga lebih memiliki persuasive effect yang dapat meningkatkan motivasi anak untuk merubah sikap dan perilaku (Soporydan Dillard, 2002), dan memudahkan anak untuk mengidentifikasikan dirinya dengan karakter, tema, atau peristiwa dalam cerita. Kedua, metafora visual membantu anak mengekspresikan dan menyelesaikan emosi-emosi yang dialami, serta menguatkan anak untuk mengingat pesan yang disampaikan sehingga dapat menjadi pendorong bagi perubahan perilaku mereka. Penggunaan tahapan metafora dalam penelitian ini lebih sederhana dan penerapannya dapat lebih mudah dimengerti oleh anak-anak, mengingat tahap perkembangan kognitif anak tengah yang berada dalam fase operasional konkrit, daya konsentrasi anak yang masih terbatas, masa anak sebagai masa bermain,


(29)

serta karakteristik psikososial anak yang berada pada masa industri, dimana anak memiliki kecenderungan menghasilkan karya yang dianggap penting, maka perluasan teknik metafora melalui visual metaphor yang dihasilkan anak akan semakin meningkatkan keterlibatan anak dalam proses konseling yang diterapkan. Visual metaphor dilakukan setelah konselor menyajikan language metaphor melalui cerita-cerita yang telah disiapkan. Setelah selesai mendengar cerita, anak akan diminta menggambarkan karakter utama dan nilai yang terkandung dalam cerita.

Penerapan konseling metafora dimasukkan dalam tahap working sessions pada proses pelaksanaan konseling kelompok. Geldrad, Yin-Foo, & Shakespeare-Finch (2009) memaparkan penggunaan metafora dalam proses konseling dalam empat tahap, yaitu: (1) Mengenalkan penggunaan konseling metafora. (2) Mengeksplorasi penggunaan metaphora. (3) Mentransformasi atau membingkai kembali metafora dengan mendorong konseli melakukan perubahan makna metafora secara positif. (4) Menghubungkan metafora dengan dunia nyata.

Tahap ketiga dalam konseling kelompok untuk anak adalah tahap akhir (termination). Dalam tahap akhir konselor melakukan a specific time frame secara berangsung-angsur. Sesi ini diperlukan untuk membahas berbagai perasaan yang dialami konseli sehingga para anggota kelompok dapat menyadari perasaan-perasaan yang ada dalam kelompok dan berbagai penyelesaian terhadap konflik-konflik perasaan yang mungkin timbul.

Penyusunan model selain didasarkan pada studi literatur tersebut, juga didasari oleh hasil penelitian awal dalam studi pendahuluan, serta hasil-hasil penelitian yang berkaitan dengan konseling metafora, konseling empati, dan pengembangan nilai karakter anak. Berdasar hal-hal yang mendasari tersebut diperoleh struktur model sebagai berikut:


(30)

Tabel 3.8. Struktur Model Teknik Konseling Metafora untuk Meningkatkan Tanggung Jawab Siswa Kelas 1

No Tahapan Konseling Kelompok

Prosedur dalam Pelaksanaan Konseling

Metafora Empati

Dampak yang diharapkan

1. Tahap Permulaan (beginning sessions)

a.Perkenalan antar anggota kelompok b.Mengintegrasikan

tujuan kelompok dan individu

c.Membentuk rasa aman d.Membangun kekuatan

kelompok

e.Mengidentifikasi sistem pemberian dukungan f.Pemberdayaan anggota

kelompok

a. Mengakrabkan seluruh anggota kelompok

b.Menyamakan tujuan yang akan dicapai

c/d. Memberi rasa nyaman dan percaya pada setiap anggota kelompok

e. Memperoleh pihak yang dapat mendukung perubahan anak f. Tercipta peer group counseling

yang dapat saling membantu dan menguatkan satu sama lain 2. Tahap

kerja (working sessions)

a.Mengenalkan

penggunaan konseling metafora

a. Menarik perhatian anak b. Mendorong imajinasi anak c.Meningkatkan ingatan anak

akan nilai yang ditanamkan d. Meningkatkan pemahaman

anak tentang sebab-akibat atau pengalaman -konsekuensi dari suatu perlakuan

b.Mengeksplorasi penggunaan metafora

a.Menegaskan pemahaman anak tentang cerita

b.Menguatkan pesan yang terkandung dalam cerita (menekankan tanggung jawab yang terkandung dalam isi cerita)

c. Memunculkan empati

d. Mengkaitkan dengan kondisi inner life anak sehari-hari c. Mentransformasi atau

membingkai kembali metafora

a. Mendorong anak melakukan perubahan makna metafora secara positif dengan nilai


(31)

Struktur model tersebut menjabarkan secara rinci keterkaitan antara kegiatan konseling melalui metafora empati yang bertujuan meningkatkan nilai karakter tanggung jawab konseli melalui beberapa tahap, tahapan baik dalam prinsip konseling seting kelompok maupun dalam tahap pemaparan metafora (language metaphor), pengeksplorasian penggunaan metafora (visual metaphor), mentransformasi metafora dengan mendorong konseli melakukan perubahan makna metafora secara positif, menghubungkan metafora dengan dunia nyata, kemudian dikaitkan dengan nilai karakter tanggung jawab yang perlu dikembangkan anak selama proses konseling.

2) Kisi-kisi Modul Konseling Metafora “STAR KIDS”

Penyusunan Modul Konseling Metafora “STAR KIDS” didasari oleh tujuan untuk mengembangkan tanggung jawab anak baik dalam dimensi pribadi maupun sosial. Studi literatur yang telah dilakukan terhadap beragam cerita metafora anak menghasilkan beberapa cerita yang sesuai dengan dimensi tanggung jawab yang akan dikembangkan dalam penelitian ini. Tema cerita yang sesuai dirangkum dalam kisi-kisi modul sebagai berikut.

tanggung jawab yang harus dimiliki

d. Menghubungkan metafora dengan dunia nyata

a. Membantu anak menemukan beragam tanggung jawab yang perlu dikembangkan anak dalam kehidupan sehari-hari berdasar cerita yang dipaparkan

3 Tahap Akhir ( terminatio n)

a. Time frame a. Membahas perasaan yang dialami masing-masing konseli dan menyelesaikan konflik-konflik perasaan yang timbul antar anggota kelompok.


(32)

Tabel 3.9. Kisi-kisi Modul Konseling Metafora “STAR KIDS” SESI

KONSE -LING

TEMA METAFORA ASPEK

TANGGUNG JAWAB

PENUNJANG TEKNIS Sesi 1 Berdansa dengan Serigala Dimensi Pribadi 1.Buku modul

pelaksanaan “STAR KIDS”

2.Lembar kegiatan harian anak dalam buku tugas

3.Kertas dan krayon Sesi 2 Kisah si Keledai Dimensi Pribadi 1. Buku modul

pelaksanaan “STAR KIDS”

2. Lembar kegiatan harian anak dalam buku tugas

Sesi 3 Kelinci dan Kura-kura Dimensi Pribadi 1. Buku modul

pelaksanaan “STAR KIDS”

2. Lembar kegiatan harian anak dalam buku tugas

Sesi 4 Toples Sang Profesor Dimensi Pribadi 1. Buku modul

pelaksanaan “STAR

KIDS”

2. Lembar kegiatan harian anak dalam buku tugas (lembar prioritas)

3. Toples, batu, kerikil, pasir, dan air

Sesi 5 Si Induk Ayam Dimensi Sosial 1. Buku modul

pelaksanaan “STAR KIDS”

2. Lembar menggambar 3. Lembar kegiatan

harian anak dalam buku tugas (lembar rencana belajar dan


(33)

kegiatan) Sesi 6 Gagak yang Haus Dimensi Pribadi 1. Buku modul

pelaksanaan “STAR KIDS”

2. Lembar kegiatan harian anak dalam buku tugas (lembar menulis perilaku gagak)

Sesi 7 Semut dan Belalang Dimensi Sosial 1. Buku modul

pelaksanaan “STAR KIDS”

2. Lembar kegiatan harian anak dalam buku tugas (lembar daftar tugas di rumah)

3. Lembar rencana penyelesaian tugas sebelum waktunya. Sesi 8 Kuda Yang Hilang Dimensi Pribadi 1. Buku modul

pelaksanaan “STAR KIDS”

2. Lembar kegiatan harian anak dalam buku tugas (lembar evaluasi

penyelesaian tugas) Sesi 9 Lelaki yang Bijaksana Dimensi Sosial 1. Buku modul

pelaksanaan “STAR KIDS”

2. Lembar kegiatan harian anak dalam buku tugas (lembar menggambar) Sesi 10 Doki si Kodok Dimensi Pribadi dan

sosial

1. Buku modul

pelaksanaan “STAR KIDS”

2. Lembar kegiatan harian anak dalam


(34)

buku tugas (lembar suara hati)

Sesi 11 Hadiah yang Cantik Dimensi Sosial 1. Buku modul

pelaksanaan “STAR KIDS”

2. Lembar kegiatan harian anak dalam buku tugas (lembar bekerja sama)

Sesi 12 Gratis Dimensi Sosial 1. Buku modul

pelaksanaan “STAR KIDS”

2. Lembar kegiatan harian anak dalam buku tugas (lembar kertas surat buat ayah)

Sesi 13 Batu Besar Sang Raja Dimensi Sosial 1. Buku modul

pelaksanaan “STAR KIDS”

2. Lembar kegiatan harian anak dalam buku tugas (lembar suara hati buat ibu) Sesi 14 Kera dan Lumba-lumba Dimensi Sosial 1. Buku modul

pelaksanaan “STAR KIDS”

2. Lembar kegiatan harian anak dalam buku tugas (lembar pertolonganku) Sesi 15 Gembala dan Serigala Dimensi Sosial 1. Buku modul

pelaksanaan “STAR KIDS”

2. Lembar kegiatan harian anak dalam buku tugas (lembar kesalahanku)


(35)

3). Validasi Modul Teknik Konseling Metafora “STAR KIDS”

Penyusunan Model Konseling Metafora “STAR KIDS” didukung dengan adanya uji validasi model untuk meningkatkan validasi rasional dan validasi empirik modul. Uji validasi model bertujuan untuk memperoleh kelayakan model untuk diterapkan sebagai modul konseling dalam pemberian perlakuan penelitian, sehingga modul konseling ini dapat dinyatakan teruji secara efektif.

Proses validasi diawali dengan penyusunan skala penilaian model dan modul pelaksanaan konseling berupa lembar validasi yang berfungsi sebagai alat ukur modul. Skala penilaian dikembangkan berdasar komponen-komponen yang terdapat di dalam model, yang meliputi komponen rasional, visi dan misi, deskripsi kebutuhan, tujuan, komponen program, rencana operasional, satuan layanan bimbingan dan konseling, pengembangan tema/topik, kualifikasi konselor, dan evaluasi program. Adapun isi modul lebih difokuskan sebagai panduan atau pedoman pelaksanaan model yang berisi SKLBK (Satuan Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling) dan materi cerita serta tahapan konseling yang akan dilakukan konselor dan konseli. Lembar validasi dilengkapi dengan skala penilaian bertingkat menurut tingkat kelayakan, yaitu tidak memadai, kurang memadai, cukup memadai, memadai, dan sangat memadai.

Pelaksanaan validasi model melibatkan 3 (tiga) orang pakar, dua pakar dalam bidang bimbingan dan konseling (BK), serta satu pakar dalam bidang psikologi anak. Dua bidang kepakaran dipilih karena modul konseling metafora bagi anak merupakan modul yang mengembangkan proses konseling sehingga perlu melibatkan pakar BK, sedangkan subjek penelitian dan ranah kajian tanggung jawab anak usia dini memiliki karakteristik khusus sehingga memerlukan kajian khusus dari sisi perkembangan anak. Hal tersebut membutuhkan keterlibatan psikolog anak untuk memberikan penilaian mengenai modul yang dikembangkan. Berikut ini identitas para pakar:

a) Prof. Dr. Syamsu Yusuf L.N., M.Pd sebagai Guru Besar dalam bidang Bimbingan dan Konseling di Universitas Pendidikan Indonesia Bandung.


(36)

b) Dr. Ipah Saripah. M.Pd., selaku pakar Bimbingan dan Konseling anak di Universitas Pendidikan Indonesia Bandung.

c) Dr. Medina Chotidjah, M.Si.,Psi, selaku pakar psikologi perkembangan di Universitas Islam Negeri Bandung.

Berdasar validasi yang telah dilakukan oleh para pakar dapat disimpulkan bahwa para pakar memberi penilaian layak untuk digunakan dengan beberapa perbaikan. Beberapa masukan yang diberikan dapat disimpulkan sebagai berikut.

Tabel 3.10. Hasil Validasi Model Konseling Metafora “STAR KIDS” dan Perbaikan yang Dilakukan

Dimensi Model dan Modul Kategori Saran

Struktur Modul

Judul Memadai Judul model menarik

Sistematika Memadai Buat urutan dalam model sesuai dengan urutan dalam skala penilaian Keterbacaan dan

bahasa

Memadai Tata bahasa dan pengetikan perlu lebih diperhatikan

Isi Modul Rasional Memadai Tegaskan mengapa

tanggung jawab penting

dan mengapa

menggunakan konseling metafora

Visi dan Misi BK Kurang memadai

Pencantuman visi dan misi BK upayakan untuk tidak seolah-olah fokus hanya pada bimbingan belajar Deskripsi Kebutuhan Kurang

memadai

Dicermati agar tidak tumpah tindih dengan rasional

Tujuan Model Memadai Didasarkan dari deskripsi kebutuhan

Asumsi Model Kurang memadai

1.Perbaiki struktur kalimat dalam memaparkan asumsi penelitian

2.Asumsi memuat urutan dari tingkat filosofis sampai teknis.


(37)

Target Intervensi Sangat memadai

Sesuai Rancangan Model Sangat

memadai

Logis dan tepat

Tahapan Model Memadai Fokus pada tahapan pelaksanaan konseling Rencana Operasional Memadai Kata “STAR KIDS” perlu

dimunculkan sejak awal pemaparan model

Kompetensi Konselor

Memadai Sesuai Evaluasi dan

Indikator Keberhasilan

Memadai Perlu penjelasan evaluasi dalam proses konseling dan evaluasi hasil akhir konseling. Bedakan keberhasilan proses dan produk/hasil. Gunakan cara evaluasi yang tepat untuk mengevaluasi proses dan produk.

Isi Modul

Pelaksanaan Konseling

Pengantar Memadai Sesuai

Tujuan Memadai Sesuai

Peran Konselor dan Siswa

Peran Konselor dan Siswa

Usahakan peran konselor dapat muncul di setiap tahap konseling

Nilai Karakter Tanggung Jawab Nilai karakter tanggung jawab Sesuai Langkah-langkah Konseling Metafora

Empati “STAR

KIDS”

Memadai Uraikan secara rinci pertahapan mengenai

bagaimana cara

menggunakan dan proses yang berlangsung pertahapan konseling. SKLBK Memadai Tambahkan uraian tentang

langkah konseling secara lebih detail

Materi setiap sesi Memadai Sesuaikan dengan alat dan bahan yang digunakan


(38)

Setelah uji validasi rasional dilakukan, peneliti melakukan perbaikan model dan modul pelaksanaan konseling sesuai masukan dan saran dari para pakar. Usai proses uji validasi dilanjutkan dengan uji validasi empirik dengan mengujicobakan modul pelaksanaan secara terbatas. Uji validasi empirik ini dilakukan oleh peneliti, didampingi dengan satu asisten peneliti yang akan terlibat sebagai ko-konselor, dan dua siswa kelas satu dan dua SD sebagai subjek dalam uji empirik. Berdasar hasil uji validasi empirik diperoleh beberapa perubahan, yaitu:

1. Waktu pelaksanaan konseling yang semula hanya dijadwalkan 30-45 menit diubah menjadi 45-60 menit.

2. Pelaksanaan konseling yang semula direncanakan dapat ditangani oleh satu konselor dan satu ko-konselor perlu ditambah, mengingat anak-anak banyak mengajukan pertanyaan-pertanyaan saat kegiatan konseling berlangsung, untuk mengantisipasi kemampuan konselor dalam merespon semua konseli dengan baik maka jumlah konselor untuk pelaksanaan eksperimen perlu ditambah, dengan perbandingan 1 konselor : 7 konseli. Dengan demikian akan dibutuhkan minimal tiga konselor

3. Materi cerita metafora perlu disajikan tidak hanya melalui proses dibacakan, tetapi perlu dengan alat peraga atau ekspresi yang dramatis untuk menarik perhatian anak-anak.

4. Lembar kerja perlu disiapkan sepenuhnya oleh konselor mengingat tidak semua anak siap dengan alat tulis dan pewarna.

5. Untuk lebih meningkatkan ketertarikan anak, diawal proses konseling (begining session) perlu diberikan ice-breaking atau permainan-permainan yang dapat mengkondisikan anak agar lebih siap melangsungkan proses konseling. Hal ini juga mengingat proses konseling yang dilakukan di pagi hari, sehingga kondisi anak dari rumah belum selalu siap fokus terhadap suatu kegiatan, serta masih banyaknya cadangan energi di dalam diri anak. Ice-breaking yang


(39)

diterapkan dapat berupa kegiatan-kegiatan yang melibatkan oleh fisik dan merangsang emosi positif anak.

6. Dalam pelaksanaan tahap mengeksplorasi penggunaan metafora, membingkai kembali, dan menghubungkan dengan dunia nyata, perlu disediakan reinforcement bagi anak yang dapat menunjukkan pemahaman yang baik, hal ini diharapkan dapat meningkatkan keseriusan dan minat anak dalam menjalani proses konseling. Reinforcement dapat diberikan dalam bentuk token ekonomi yang dibagikan di akhir sesi konseling.

Hasil revisi model setelah uji validasi rasional dan empirik Model Konseling

Metafora “STAR KIDS” menjadi dasar bagi peneliti untuk melaksanakan

perlakuan dalam penelitian eksperimen.

Pada tahap akhir penelitian, validasi model penelitian dilakukan pula oleh guru dan orangtua dalam social validity, yakni proses mengetahui validasi model konseling berdasar efektivitas pelaksanaan konseling menurut pendapat guru dan orangtua.

3.Tahap Pelaksanaan Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian yang akan diraih dalam penelitian ini maka pelaksanaan penelitian dilakukan dalam beberapa tahap. Tahapan tersebut terdiri dari tahap persiapan penelitian, tahap pelaksanaan penelitian; dan tahap purna penelitian. Berikut ini uraian mengenai masing-masing tahap prosedur penelitian: a) Tahap Persiapan Penelitian

Tahap persiapan meliputi beberapa langkah penelitian yang terdiri dari penyusunan Checklist dan Pedoman Observasi, Pedoman Wawancara, Model dan Modul Konseling Metafora “STAR KIDS”, uji coba, dan evaluasi modul pelatihan, seleksi subjek penelitian, persiapan ko-fasilitator, dan observer.


(40)

b). Tahap Pelaksanaan Penelitian 1). Tahap pretest

Pretest dilakukan dengan melakukan observasi nilai karakter tanggung jawab subjek penelitian baik yang di kelompok kontrol maupun eksperimen. Observasi dilakukan oleh 10 observer. Observer tidak mengetahui apakah subjek yang mereka observasi termasuk dalam kelompok kontrol atau kelompok eksperimen. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya bias dalam diri para observer. Proses observasi dilakukan selama satu minggu dengan teknik time-sampling dalam seting alamiah, sesuai dengan aktivitas subjek sehari-hari di sekolah. Pelaksanaan pretest berlangsung dari tanggal 26 April s.d 01 Mei 2014.

2). Tahap pemberian perlakuan

Perlakuan diberikan kepada kelompok eksperimen yang terdiri dari 25 subjek yang berasal dari lima kelas. Sebelum perlakuan dimulai terlebih dulu peneliti melakukan koordinasi eksternal dengan kepala sekolah, guru kelas masing-masing subjek, wali murid subjek penelitian, dan koordinasi internal bersama para ko-konselor. Kegiatan koordinasi bertujuan untuk menyamakan

persepsi tentang prosedur penerapan konseling metafora “STAR KIDS” dan

mengkoordinasikan ketentuan-ketentuan yang akan diberlakukan bagi subjek penelitian.

Pelaksanaan konseling bertempat di ruang perpustakaan dan dilakukan setiap pagi hari pukul 6.30 s.d 7.30 mulai tanggal 02 Mei s.d 10 Juni 2014. Setiap sesi konseling menggunakan alokasi waktu sekitar 60 menit dalam 17 kali pertemuan. Pertemuan pertama dilakukan untuk perkenalan awal dan mensosialisasikan pelaksanaan konseling kepada para subjek penelitian disertai dengan pemberian lembar kesediaan sebagai subjek penelitian yang diisi oleh orang tua di rumah. Pertemuan ke-2 s.d ke-16 merupakan proses inti dalam pelaksanaan sesi

konseling metafora ‘STAR KIDS”, dan hari ke-17 merupakan hari pemberian

kenang-kenangan dan penguatan bagi para subjek penelitian mengenai akhir pelaksanaan proses konseling.


(41)

Pelaksanaan teknik konseling metafora “STAR KIDS” untuk meningkatkan

tanggung jawab anak usia dini dikembangkan sesuai dengan analisis kebutuhan berdasar hasil observasi perilaku tanggung jawab anak, survey, dan FGD terhadap para guru kelas satu SD Mutual yang telah dilakukan.

Berdasar seting konseling kelompok yang digunakan dalam model konseling

metafora “STAR KIDS” maka pelaksanaan konseling dilakukan dengan terlebih

dulu membentuk kelompok dengan memperhatikan hal-hal sebagaimana yang diungkapka oleh Brown (1994, 63-77), sebagai berikut:

a) Menentukan tujuan kelompok. Tujuan konseling dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan pembentukan nilai karakter tanggung jawab anak usia dini.

b) Menetapkan waktu dan tempat pelaksanaan konseling. Waktu yang disepakati antara peneliti, kepala sekolah, koordinator kesiswaan, penanggung jawab BK, dan guru adalah pukul 6.30 . Waktu ini merupakan waktu sebelum siswa masuk kegiatan pembelajaran inti yang biasa diisi dengan kegiatan mengaji. Pelaksanaan dilakukan di ruang perpustakaan yang relatif luas, nyaman, tenang, dan kondusif.

c) Penyaringan anggota kelompok dilakukan dengan mengobservasi siswa sehingga diperoleh siswa-siswa yang perilaku tanggung jawab di sekolah rendah, dipertegas dari hasil FGD guru-guru kelas satu dan dokumen guru mengenai siswa yang memiliki tanggung jawab rendah. Hasil observasi dan FGD guru akan ditindaklanjuti dengan meminta kesediaan orangtua atau wali murid untuk menyetujui keterlibatan anak dalam sesi konseling kelompok metafora.

d) Mencegah munculnya perilaku bermasalah yang sering terjadi dalam proses konseling kelompok yakni inappropriate atau ineffective communications (mengintrupsi, membuat komentar yang tidak tepat, memanggil-manggil nama, keheningan, monopoli, dan memberi sebutan-sebutan yang bodoh pada anggota kelompok) dan physical distractions (memukul, tidak dapat duduk diam di tempat duduk, kecemasan yang mengganggu, serta perilaku


(42)

nonverbal yang menunjukkan kecenderungan menarik diri). Pencegahan perilaku tersebut dapat dilakukan dengan menyebutkan harapan konselor akan keikutsertaan peserta secara aktif dan saling terhubung antara anggota satu dengan yang lain.

e) Membuat perencanaan kelompok dengan menentukan tujuan dan harapan para peserta kelompok.

f) Menegakkan aturan kelompok. g) Mengevaluasi kelompok.

Pelaksanaan prosedur konseling metafora dilakukan dengan urutan beginning session, working session, dan termination. Tahap awal(beginning session) diperlukan untuk memberi kesempatan pada para anggota kelompok saling menyesuaikan diri; tahap inti atau kerja adalah tahap diterapkan konseling metafora melalui bahasa dan visual; dan tahap terakhir dilakukan dengan mengadakan refleksi umum dan tindak lanjut atau evaluasi. Pelaksanaan konseling kelompok dalam tahap inti yakni working session merupakan tahap yang direncanakan untuk menerapkan konseling metafora. Pelaksanaan konseling metafora sendiri dilakukan dengan prosedur:

i. Mengenalkan penggunaan teknik konseling metafora. ii. Mengeksplorasi penggunaan metafora.

iii. Mentransformasi atau membingkai kembali metafora dengan mendorong konseli melakukan perubahan makna metafora secara positif.

iv. Menghubungkan metafora dengan dunia nyata.

c). Tahap posttest

Kegiatan posttest dilakukan mulai tanggal 08 Juli s.d 15 Juli 2014. Kegiatan ini dilakukan dengan mengobservasi tanggung jawab subjek penelitian secara alamiah dalam seting sekolah sehari-hari dengan menggunakan checklist dan pedoman observasi tanggung jawab yang telah disediakan. Setelah selesai observasi para observer yang melakukan proses pengamatan mengumpulkan hasil pengamatan setiap harinya kepada peneliti dan dilanjutkan dengan diskusi


(1)

mengenai kejadian-kejadian penting atau istimewa selama proses observasi berlangsung.

d). Tahap Purna Penelitian

Setelah penelitian selesai dilaksanakan, peneliti mewawancarai guru-guru kelas satu subjek penelitian yang memiliki skor ekstrim guna mengetahui dinamika pasca penelitian. Selain itu peneliti juga mempresentasikan hasil penelitian kepada pihak sekolah dan melaksanakan pemberian perlakuan bagi kelompok kontrol. Pemberian perlakuan yang sama seperti kelompok eksperimen bagi kelompok kontrol bertujuan untuk menegakkan kode etik penelitian agar kelompok kontrol yang diketahui berada dalam kategori skor tanggung jawab rendah mendapat perlakuan yang sama dengan kelompok eksperimen.

E. Teknik Analisis Data 1) Analisis Data Kuantitatif

Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis melalui teknik analisis deskriptif dan teknik analisis statistik. Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis data kualitatif sebelum dan sesudah perlakuan, adapun data yang bersifat kuantitatif pre test dan posttest dianalisis menggunakan teknik statistik dengan mengunakan anacova (analysis of covariance) dan anava satu jalur

(one-way anova) dengan melalui proses komputasi program SPSS 17,0 for windows.

Sebelum melakukan uji analisis, terlebih dulu dilakukan uji persyaratan atau uji asumsi yang meliputi uji normalitas, linieritas, dan homogenitas.

Perhitungan analisis data diperoleh melalui prosedur sebagai berikut.

a. Sebelum diolah, data terlebih dulu diverifikasi. Data-data yang tidak lengkap atau tidak sempurna (misalnya tidak mengikuti pretest atau posttest; tidak ada skor IQ, jumlah keikutsertaan subjek dalam proses konseling tidak optimal) tidak akan diikutsertakan untuk dianalisis. Setelah proses verifikasi selesai prosedur data dilanjutkan ke proses kedua.


(2)

pengumpul data yang digunakan. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan checklist observasi sebagai panduan penghitungan frekuensi perilaku tanggung jawab yang muncul sesuai aitem-aitem yang terdapat dalam checklist. Masing-masing skor frekuensi dijumlah berdasar masing-masing aitem. Skor awal yang diperoleh berdasar frekuensi merupakan skor rasio, sehingga perlu diubah terlebih dahulu ke dalam skor interval sebelum dilakukan perhitungan analisis uji hipotesis.

c. Skor awal observasi dalam bentuk data frekuensi diubah ke dalam data interval dengan kategori sebagai berikut:

Tabel 3.11. Konversi skor rasio ke dalam skor interval

Skor frekuensi Skor interval Keterangan

0 1 Tidak pernah

1 s.d 3 2 Jarang

4 s.d 6 3 Kadang-kadang

7 s.d 9 4 Sering

ؤ 10 5 Selalu

d.Setelah data interval diperoleh, perhitungan analisis data untuk menguji hipotesis dilakukan. Pengujian data secara kuantitatif diawali dengan melakukan analisis deskriptif data berupa rata-rata (mean), skor maksimal, skor minimal, dan standar deviasi masing-masing variabel data. Seluruh perhitungan statistik menggunakan bantuan paket program SPSS for Windows versi 17. Hasil perhitungan statistik secara rinci terdapat di halaman lampiran.

e. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan guna mengetahui pengaruh perlakuan Konseling Metafora dalam meningkatkan pembentukan nilai karakter tanggung jawab anak. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji ANACOVA (analisis covarian) dan dilanjutkan dengan uji korelasi regresi untuk mengetahui seberapa besar sumbangan relatif dari masing-masing variabel kontrol terhadap nilai karakter tanggung jawab. Sebelum pengujian hipotesis dilakukan, uji persyaratan harus terpenuhi. Shavelson (1988) menyatakan bahwa dalam uji


(3)

ANACOVA terdapat tiga uji asumsi yang familier dilakukan, yakni uji normality, homogeneity of variances, dan independence. Sesuai dengan pendapat Shavelson mengenai uji asumsi yang harus dipenuhi, Wismanto (2005) menyatakan bahwa analisis statistik parametrik bekerja dengan kurve normal, oleh karena itu setiap teknik analisis membutuhkan persyaratan uji normalitas, dan uji asumsi yang lain. Hipotesis komparasi yang menggunakan analisis anakova membutuhkan tiga uji prasyarat, yakni uji normalitas, homogenitas, dan linieritas. Dalam penelitian ini, peneliti menyajikan hasil uji persyaratan yang harus dipenuhi sebagai berikut:

1). Pengujian Persyaratan

i. Uji Normalitas Distribusi Variabel Dependen

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah variabel terikat Y terdistribusi normal. Pengujian asumsi normalitas sebaran data merupakan asumsi paling dasar dalam inferensi statistik parametrik, karena dalam analisis ini perlu diketahui pasti apakah parameter-parameter data terutama mean, standar deviasi, dan varians memang dapat dipercaya dan layak untuk mewakili serta menggambarkan keseluruhan data. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan Uji One-sample Kolmogorov-Smirnov test. Kaidah yang digunakan untuk mengetahui normal tidaknya sebaran adalah jika p>0.05, maka sebarannya normal, dan jika p<0.05 maka sebaran dinyatakan tidak normal (Hadi, 1993). Hasil uji normalitas menunjukkan sebaran data kedua kelompok sebagai berikut:

Tabel 3.12. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Distribusi Variabel

Skor Variabel

Kecerdasan Pretest Posttest

Kolmogorov-Smirnov

Statistik 1.153 0.713 0.883

df 45 45 45

Sig 0.140 0.699 0.419

Keterangan Normal Normal Normal

Berdasar Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa taraf signifikansi masing-masing variabel p>0.05. Hal ini menunjukkan bahwa sebaran skor masing-masing variabel pada kelompok eksperimen dan kontrol terdistribusi secara normal.


(4)

Dengan demikian, uji asumsi normalitas terpenuhi.

ii. Uji Homogenitas

Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah beberapa kelompok data penelitian memiliki varians yang sama atau tidak. Uji homogenitas kelompok dilakukan dengan uji Levene. Jika nilai signifikansi Levene’s Test lebih kecil dari 0.05 (p<0.05) berarti nilai Levene’s Test signifikan. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan diantara kedua kelompok. Sebaliknya, jika nilai signifikansinya lebih besar dari 0.05 (p>0.05) berarti kedua kelompok homogen. Berikut disajikan hasil uji homogenitas variabel dependen.

Tabel 3.13 . Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Varian

Sumber Type III Sum of Squares

df Mean

Squares

F Sig

Corrected Mode 2908.554 4 727.139 7.731 0.000

Intercept 349.797 1 349.797 3.719 0.061

IQ 58.221 1 58.221 0.619 0.436

Kelompok 1830.264 1 1830.264 19.460 0.000

Jenis Kelamin 0.008 1 0.008 0.000 0.993

Kelompok*Jenis 36.582 1 36.582 0.153 0.698

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa semua nilai signifikansi varians lebih besar dari 0.05 (p>0.05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel dalam penelitian ini homogen.

iii. Uji Linieritas

Uji asumsi linieritas dalam uji Anacova perlu dilakukan untuk mengetahui hubungan linier antara kovariat dengan variabel dependen. Dalam penelitian ini uji linieritas dilakukan guna mengetahui hubungan linier antara kelompok dengan IQ, dan kelompok dengan pretest. Hasil analisis uji linieritas skor antara kelompok dengan IQ menunjukkan nilai F = 0.859 dengan taraf signifikansi sebesar 0.431


(5)

(lebih besar dari p = 0.05), hasil ini menunjukkan bahwa hubungan antara skor kelompok dan IQ tidak linier. Hasil analisis uji linieritas yang ketiga antara kelompok dan skor pretest menunjukkan hasil nilai F = 9.986 dengan taraf signifikansi sebesar 0.000 lebih kecil dari p = 0.05, dengan demikian hubungan antara skor kelompok dan skor pretest adalah linier. Asumsi ketiga mengenai interaksi antara skor kelompok dan skor pretest tidak memenuhi uji prasyarat anakova, sehingga untuk mengetahui perbedaan antar kelompok ini perlu diuji dengan menggunakan perbandingan antar gain score melalui uji analisis varians satu jalur. Berdasar uji prasyarat yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa uji linieritas dalam penelitian ini dapat dilanjutkan.

2) Analisis Data Kualitatif

Teknik analisis data kualitatif yang diperoleh melalui pengumpulan data observasi, wawancara, dan focus group discussion dilakukan melalui analisis tematik. Analisis tematik merupakan cara memperoleh pola dari kumpulan informasi awal yang diperoleh. Tujuan analisis tematik adalah untuk mendeskripsikan dan menginterpretasikan realitas sosial tertentu. Analisis data dapat dilakukan melalui tiga tahap yaitu tahap reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi data (Miles dan Huberman, 1992). Namun dalam penelitian ini digunakan langkah-langkah analisis data menurut Creswell (2010). Langkah-langkah tersebut dilakukan sebagai berikut.

a)Mengolah dan mempersiapkan data untuk dianalisis yang meliputi transkrip wawancara dan hasil observasi partisipan.

b)Membaca keseluruhan data, pada tahap ini peneliti menulis catatan-catatan khusus atau gagasan-gagasan umum tentang data yang diperoleh baik dari hasil observasi maupun hasil wawancara.

c)Menganalisis lebih detail dengan meng-coding data. Coding merupakan proses mengolah materi atau informasi menjadi segmen-segmen tulisan sebelum memaknainya. Dalam penelitian ini koding dikembangkan berdasar data yang telah terkumpul. Proses pengkodean bagian-bagian


(6)

transkrip dilakukan untuk mendapat padatan faktual, tema, kategori, guna ditelaah lebih lanjut. Data mentah hasil koding kembali ditransformasi dan disistemasi secara logis hingga mencapai hasil akhir. Mengidentifikasi

coding untuk mendeskripsikan seting, orang, kategori, atau tema-tema yang akan dianalisis. Tahap identifikasi dilakukan dengan menghubungkan tema-tema. Tema-tema inilah yang menjadi hasil utama dalam penelitian. Tahap ini dilakukan dengan mengidentifikasi coding

berdasar masing-masing subjek dengan skor ekstrim.

d)Menginterpretasi tema-tema yang akan disajikan dalam laporan kualitatif. Interpretasi hasil analisis akan disampaikan dalam bentuk naratif dengan menggabungkan semua hasil kualitatif berdasar masing-masing subjek dan mencoba mencari pola perubahan tanggung jawab sebelum dan setelah perlakuan, serta memperoleh pola sikap antara subjek yang menunjukkan perubahan positif dan subjek yang tidak menunjukkan perubahanan tanggung jawab berdasar hasil analisis data.