Riana Mashar, 2015 TEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN
DI KELAS 1 SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF KOTA MAGELANG
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
b. Tahap Pelaksanaan Penelitian
1. Tahap pretest Pretest dilakukan dengan melakukan observasi nilai karakter tanggung jawab
subjek penelitian baik yang di kelompok kontrol maupun eksperimen. Observasi dilakukan oleh 10 observer. Observer tidak mengetahui apakah subjek yang
mereka observasi termasuk dalam kelompok kontrol atau kelompok eksperimen. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya bias dalam diri para observer.
Proses observasi dilakukan selama satu minggu dengan teknik time-sampling dalam seting alamiah, sesuai dengan aktivitas subjek sehari-hari di sekolah.
Pelaksanaan pretest berlangsung dari tanggal 26 April s.d 01 Mei 2014. 2. Tahap pemberian perlakuan
Perlakuan diberikan kepada kelompok eksperimen yang terdiri dari 25 subjek yang berasal dari lima kelas. Sebelum perlakuan dimulai terlebih dulu peneliti
melakukan koordinasi eksternal dengan kepala sekolah, guru kelas masing-masing subjek, wali murid subjek penelitian, dan koordinasi internal
bersama para ko-konselor. Kegiatan koordinasi bertujuan untuk menyamakan persepsi tentang prosedur penerapan konseling metafora “STAR KIDS” dan
mengkoordinasikan ketentuan-ketentuan yang akan diberlakukan bagi subjek penelitian.
Pelaksanaan konseling bertempat di ruang perpustakaan dan dilakukan setiap pagi hari pukul 6.30 s.d 7.30 mulai tanggal 02 Mei s.d 10 Juni 2014. Setiap sesi
konseling menggunakan alokasi waktu sekitar 60 menit dalam 17 kali pertemuan. Pertemuan pertama dilakukan untuk perkenalan awal dan mensosialisasikan
pelaksanaan konseling kepada para subjek penelitian disertai dengan pemberian lembar kesediaan sebagai subjek penelitian yang diisi oleh orang tua di rumah.
Pertemuan ke-2 s.d ke-16 merupakan proses inti dalam pelaksanaan sesi konseling metafora ‘STAR KIDS”, dan hari ke-17 merupakan hari pemberian
kenang-kenangan dan penguatan bagi para subjek penelitian mengenai akhir pelaksanaan proses konseling.
Riana Mashar, 2015 TEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN
DI KELAS 1 SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF KOTA MAGELANG
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Pelaksanaan teknik konseling metafora “STAR KIDS” untuk meningkatkan tanggung jawab anak usia dini dikembangkan sesuai dengan analisis kebutuhan
berdasar hasil observasi perilaku tanggung jawab anak, survey, dan FGD terhadap para guru kelas satu SD Mutual yang telah dilakukan.
Berdasar seting konseling kelompok yang digunakan dalam model konseling metafora “STAR KIDS” maka pelaksanaan konseling dilakukan dengan terlebih
dulu membentuk kelompok dengan memperhatikan hal-hal sebagaimana yang diungkapka oleh Brown 1994, 63-77, sebagai berikut:
a Menentukan tujuan kelompok. Tujuan konseling dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan pembentukan nilai karakter tanggung jawab anak usia
dini. b Menetapkan waktu dan tempat pelaksanaan konseling. Waktu yang disepakati
antara peneliti, kepala sekolah, koordinator kesiswaan, penanggung jawab BK, dan guru adalah pukul 6.30 . Waktu ini merupakan waktu sebelum siswa
masuk kegiatan pembelajaran inti yang biasa diisi dengan kegiatan mengaji. Pelaksanaan dilakukan di ruang perpustakaan yang relatif luas, nyaman,
tenang, dan kondusif. c Penyaringan anggota kelompok dilakukan dengan mengobservasi siswa
sehingga diperoleh siswa-siswa yang perilaku tanggung jawab di sekolah rendah, dipertegas dari hasil FGD guru-guru kelas satu dan dokumen guru
mengenai siswa yang memiliki tanggung jawab rendah. Hasil observasi dan FGD guru akan ditindaklanjuti dengan meminta kesediaan orangtua atau wali
murid untuk menyetujui keterlibatan anak dalam sesi konseling kelompok metafora.
d Mencegah munculnya perilaku bermasalah yang sering terjadi dalam proses konseling kelompok yakni inappropriate atau ineffective communications
mengintrupsi, membuat komentar yang tidak tepat, memanggil-manggil nama, keheningan, monopoli, dan memberi sebutan-sebutan yang bodoh
pada anggota kelompok dan physical distractions memukul, tidak dapat duduk diam di tempat duduk, kecemasan yang mengganggu, serta perilaku
Riana Mashar, 2015 TEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN
DI KELAS 1 SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF KOTA MAGELANG
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
nonverbal yang menunjukkan kecenderungan menarik diri. Pencegahan perilaku tersebut dapat dilakukan dengan menyebutkan harapan konselor akan
keikutsertaan peserta secara aktif dan saling terhubung antara anggota satu dengan yang lain.
e Membuat perencanaan kelompok dengan menentukan tujuan dan harapan para peserta kelompok.
f Menegakkan aturan kelompok. g Mengevaluasi kelompok.
Pelaksanaan prosedur konseling metafora dilakukan dengan urutan beginning session, working session, dan termination. Tahap awalbeginning
session diperlukan untuk memberi kesempatan pada para anggota kelompok saling menyesuaikan diri; tahap inti atau kerja adalah tahap diterapkan konseling
metafora melalui bahasa dan visual; dan tahap terakhir dilakukan dengan mengadakan refleksi umum dan tindak lanjut atau evaluasi. Pelaksanaan konseling
kelompok dalam tahap inti yakni working session merupakan tahap yang direncanakan untuk menerapkan konseling metafora. Pelaksanaan konseling
metafora sendiri dilakukan dengan prosedur: i. Mengenalkan penggunaan teknik konseling metafora.
ii. Mengeksplorasi penggunaan metafora. iii. Mentransformasi atau membingkai kembali metafora dengan mendorong
konseli melakukan perubahan makna metafora secara positif. iv. Menghubungkan metafora dengan dunia nyata.
c. Tahap posttest