2.4 Hubungan Sastra dan Psikologis ...26
2.5 Psikologis Aliran Behaviourisme......................................................29 2.6 Perkembangan Kepribadian dan Sosial Pada Remaja
2.6.1.Ciri-Ciri Masa Remaja .34
2.6.2.Tugas Perkembangan Remaja ..36
2.7 Ikigai Pada Masyarakat Jepang ...
..37
BAB III. ANALISIS PSIKOLOGIS TOKOH AYA KITO DALAM CERITA NOVEL 1 LITER OF TEARS
3.1 Sinopsis Cerita Novel 1 Liter Of Tears ................41
3.2 Analisis Psikologis Cuplikan Cerita ... .43
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan 63
4.2 Saran ..65
DAFTAR PUSTAKA ABSTRAK
Universitas Sumatera Utara
PROPOSAL SKRIPSI ANALISIS PSIKOLOGIS TOKOH UTAMA
DALAM NOVEL 1 LITER OF TEARS KARYA AYA KITO
I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
Jepang adalah negara maju di Asia yang telah banyak melahirkan sastrawan kelas dunia. Begitu banyak karya sastra Jepang yang telah diterjemahkan dalam
beberapa bahasa. Sama halnya dengan kesusastraan lainnya, sastra jepang mengenal dua jenis kesustraan yakni kesusastraan lisan yang disebut dengan
koosho bungaku dan kesusastraan tulisan yang disebut kisai bungaku. Karya sastra merupakan hasil karya salah satu cabang kebudayaan, yakni
kesenian. Seperti halnya bentuk kesenian umumnya, sebuah karya sastra akan dihargai penikmatnya apabila karya tersebut mampu memberikan manfaat. Karya
sastra mengandung unsur keindahan yang menimbulkan rasa senang, nikmat, terharu, bahagia, sedih, dan bahkan bisa membantu penikmatnya menemukan
suatu kepuasan bathin yang tidak mampu untuk diekspresikan. Boulton dalam Aminuddin 2000:37 mengungkapkan bahwa cipta sastra, selain menyajikan
nilai-nilai keindahan serta paparan peristiwa yang mampu memberikan kepuasan bathin pembacanya, juga mengandung pandangan yang berhubungan dengan
masalah keagamaan, filsafat, politik, maupun berbagai macam masalah yang berhubungan dengan kompleksitas kehidupan ini. Dari penjelasan tersebut dapat
disimpulkan bahwa kedudukan dan manfaat karya sastra bukan hanya sekedar sebuah imajinasi, melainkan ekspresi pengalaman jiwa yang secara implisit
Universitas Sumatera Utara
dapat mempengaruhi, mendorong para penikmatnya agar terhanyut dalam alur yang dilukiskan oleh sastrawan melalui tulisan-tulisan yang penuh arti.
Karya sastra pada dasarnya dibagi menjadi 2 macam. Karya sastra yang bersifat fiksi dan karya sastra yang bersifat non fiksi. Karya sastra yang bersifat
fiksi berupa novel, cerpen, essai, dan cerita rakyat. Sedangkan karya sastra yang bersifat bersifat non fiksi berupa puisi, drama dan lagu.
Novel merupakan dunia dalam skala lebih besar dan kompleks, mencakup berbagai pengalaman kehidupan yang dipandang aktual, namun semuanya tetap
saling terjalin. Ini disebabkan karena novel menawarkan dunia yang padu. Sementara itu, sastrawan sebagai anggota masyarakat tidak lepas dari tata
masyarakat dan kebudayaan. Semua itu sangat berpengaruh dalam karya sastranya ataupun tercermin dalam karya sastranya. Sebab, karya satra itu mencerminkan
masyarakatnya. Menurut Tarigan 1990:164 novel adalah suatu cerita prosa yang fiktif
dalam panjang tertentu, yang melukiskan para tokoh, gerak serta adegan kehidupan yang nyata dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau
kusut. Hal ini berarti di dalam sebuah novel berceritakan kisah nyata tentang suatu keadaan yang terjadi dalam masyarakat.
Sedangkan menurut Nursisto 2000:168 mengatakan bahwa novel adalah media penuangan pikiran, perasaan dan gagasan penulis dalam merespon
kehidupan di sekitarnya. Ketika didalam kehidupan muncul permasalahan baru, nurani penulis novel akan terpanggil untuk segera menciptakan suatu cerita.
Novel juga ada di dalam karya sastra Jepang, yang dikenal dengan sebutan Shousetsu. Menurut Takeo dalam Yulita 2005:2, menyatakan bahwa
Universitas Sumatera Utara
pengertian shousetsu adalah novel yang timbul sebagai sesuatu yang menggambarkan tentang kehidupan sehari-hari di masyarakat, meskipun
kejadiannya tidak nyata. Tetapi itu merupakan sesuatu yang dapat dipahami dengan prinsip yang sama dengan kehidupan sehari-hari. Novel lebih
menitikberatkan kepada tokoh manusia peran di dalam karangannya daripada kejadiannya dan keseluruhannya mengambil bentuk yang disebut dengan ciptaan
dunia berdasarkan kepada perbedaan individu. Karya sastra tercipta karena adanya luapan perasaan dari pengalaman
hidup yang disampaikan pengarang ketengah-tengah masyarakatnya Siregar, dalam Sriwati, 2006:1. Pengalaman hidup yang dituangkan dalam karya sastra
bukanlah pengalaman yang murni lagi. Tetapi ada juga pengalaman pribadi pengarang yang dituangkan dalam karya sastra karena pengalaman hidup tersebut
dapat berguna kelak bagi pembaca karya sastra tersebut. Pengalaman hidup tersebut sampai kepada pembaca sesudah melalui saringan pribadi pengarangnya.
Umumnya yang disampaikan sastrawan adalah gambaran dirinya sendiri. Adapun penelitian yang akan dibahas adalah sastra yang bersifat non fiksi
yang mencerminkan kondisi kehidupan realita yang dituangkan dalam sebuah novel berjudul 1 Liter Of Tears dimana dalam novel ini merupakan rangkuman
dari 40 lebih buku catatan harian yang telah ditulis oleh pengarang sekaligus orang yang mengalaminya yakni Aya Kito. Novel ini menceritakan tentang
perjuangan seorang remaja yang berusaha melawan penyakit Spinocerebelar Ataxia atau disingkat dengan SCA. Penyakit ini menimbulkan ketidakseimbangan
dalam daya kerja saraf dalam tubuh. Akibatnya, sel saraf sumsum tulang belakang, otak kecil, dan penghubung otak besar ke otak kecil mengalami
Universitas Sumatera Utara
perubahan dan bahkan kehilangan fungsinya. Ketika berusia 15 tahun Aya mulai merasakan kejanggalan-kejanggalan pada tubuhnya. Begitu pula yang di
perhatikan ibunya dimana sebagai orang tua ia melihat ada perubahan-perubahan yang terjadi pada diri anaknya. Kondisi kesehatan Aya terlihat semakin menurun.
Ketika berjalanpun ia terlihat sedikit aneh bahkan sering ia terjatuh tanpa ada sesuatu yang menjadi penyebabnya. Perlahan tapi pasti SCA telah membuat
tubuhnya kian melemah. Aya tidak mampu lagi berjalan tanpa penyanggah bahkan pada akhirnya ia harus terduduk di kursi roda. Syaraf-syaraf jarinya pun
semakin buruk dalam merespon sehingga ia praktis tidak bisa lagi menggunakannya. Ketika akhirnya ia hanya mampu berbaring diatas ditempat
tidurnya. Sungguh penyakit SCA ini telah mengubur masa depannya. Hal ini tentu saja berdampak terhadap kondisi psikologis Aya Kito. Ia
mengalami depresi yang sangat berat. Ia tumbuh menjadi remaja yang sangat sensitif terhadap perlakuan dari lingkungan sekitarnya. Namun, di lain sisi ada
sebuah kekuatan dalam diri yang ia miliki yaitu keinginannya untuk tetap hidup, ingin membantu orang lain, ingin memberikan sesuatu buat orang-orang yang
menderita sama seperti dirinya. Meskipun dengan kondisi yang ia jalani saat menderita SCA. Hal inilah yang menjadi daya tarik penulis untuk meneliti lebih
dalam lagi akan kondisi psikologis Aya Kito ketika ia berjuang untuk bertahan dari penyakitnya bahkan pada akhirnya ia mampu menjadi panutan bagi orang-
orang disekitarnya. Berdasarkan alasan diatas penulis mengambil judul Analisis Psikologis Tokoh Utama dalam novel 1 Liter Of Tears karya Aya Kito.
1.2. RUMUSAN MASALAH
Universitas Sumatera Utara
Setiap manusia memiliki keinginan untuk dapat hidup sempurna. Menjalani setiap fase dalam hidupnya dengan baik. Dimulai dengan masa balita, anak-anak,
remaja, dewasa, menikah, memiliki anak, memiliki kehidupan yang sejahtera, keluarga yang harmonis dan masih banyak lagi lainnya. Karena sudah menjadi
sifat dasar manusia ingin mendapatkan yang lebih baik dari apa yang ia miliki saat ini. Namun apa jadinya ketika seorang manusia sudah tidak memiliki harapan
untuk bisa merencanakan masa depannya, ditambah lagi dengan hal tersebut sudah diketahui ketika berumur 15 tahun. Adalah kisah nyata di Jepang dimana
seorang anak bernama Aya Kito divonis menderita penyakit Spinocerebelar Ataxia. Yang penyakit ini masih belum ditemukan obatnya.
Dalam menghadapi penyakitnya inilah Aya Kito mengalami pergulatan pikiran yang tiada habisnya. Berulang-kali ia bertanya kepada ibunya kenapa
harus ia yang menderita penyakit tersebut. Dimasa muda dimana seharusnya ia mulai merencanakan jalan kehidupannya di saat itu pula ia harus menghadapi
ujian yang begitu berat. Sungguh beban mental yang begitu besar yang harus dihadapi seorang remaja yang masih belia. Jika dilihat dari sudut pandang
psikologis masa remaja adalah masa yang sangat labil bagi seorang individu dalam menjalani kehidupan. Karena pada masa remaja seorang individu mulai
mencari konsep diri yang ia miliki. Konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki seorang tentang dirinya, yang dibentuk melalui pengalaman-pengalaman
yang diperoleh dari interaksi dengan lingkungan. Konsep diri bukan merupakan faktor bawaan. Konsep diri berkembang dari pengalaman-pengalaman yang terus-
menerus. Menurut William H. Fitts 2006:138 mengemukakan bahwa konsep
Universitas Sumatera Utara
diri merupakan aspek penting dalam diri seseorang, karena konsep diri seseorang merupakan kerangka acuan dalam berinteraksi dengan lingkungan.
Dari Novel yang berjudul 1 Liter Of Tears terlihat dengan jelas kekuatan jiwa yang begitu besar dimiliki oleh Aya. Meskipun tak jarang ia dilanda depresi
yang membuatnya terpuruk tapi ia mampu untuk bisa tetap bertahan dan berjuang dalam menjalani hidupnya. Tujuan hidup dan motivasi yang kuat telah menjadi
energi besar bagi dirinya untuk terus berjuang melawan penyakit yang diderita. Motivasi dan tujuan hidup memiliki peranan yang besar dalam menjalani
kehidupan. Motivasi merupakan satu penggerak dari dalam hati seseorang untuk melakukan atau mencapai sesuatu tujuan. Abraham Maslow mengemukakan
bahwa pada dasarnya semua manusia memiliki kebutuhan dasar dimana kebutuhan itu sendiri merupakan kebutuhan akan menjadi motivasi bagi setiap
individu disadari atau tidak.. Ia menunjukkannya dalam 5 tingkatan yang berbentuk piramid, seseorang memulai dorongan dari tingkatan terbawah. Lima
tingkat kebutuhan itu dikenal dengan sebutan Hirarki Kebutuhan Maslow, dimulai dari kebutuhan biologis dasar sampai motif psikologis yang lebih kompleks; yang
hanya akan penting setelah kebutuhan dasar terpenuhi. Di Jepang sendiri terdapat sebuah istilah Ikigai yang berarti tujuan hidup. Pada dasarnya ikigai adalah
cerminan dari tujuan hidup atau dengan kata lain sebuah motivasi Oleh karena itulah penulis ingin mencoba mendefinisikan lebih detil terhadap kondisi
psikologis yang dihadapi oleh Aya Kito sebagai remaja yang dihadapkan pada penyakit yang mematikan.. Selain itu penulis juga ingin melihat sejauh mana
tujuan hidup atau yang disebut dengan ikigai bisa menjadi kekuatan dalam menjalani sebuah kehidupan khususnya yang telah dialami oleh Aya Kito. Maka
Universitas Sumatera Utara
berdasarkan hal tersebut, penulis merumuskan permasalahan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah kondisi psikologis Aya Kito ketika ia dihadapkan dengan penyakitnya tersebut sesuai dalam novel 1 Liter Of Tears ?
2. Bagaimana motivasi Aya Kito dalam menjalani kehidupannya?
1.3. RUANG LINGKUP PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini, agar pembahasan tidak terlalu meluas maka penulis membatasi permasalahan yang akan di teliti nantinya. Oleh karena itu, penelitian
ini difokuskan kepada analisis penokohan Aya Kito ditinjau dari sudut psikologisnya dengan kondisinya yang menderita penyakit SCA dan bagaimana
kaitannya dengan Ikigai yang ada dalam masyarakat Jepang khususnya yang terdapat dalam novel 1 Litter Of Tears .
Adapun maksud dan tujuan penulis dalam meneliti novel ini adalah untuk melihat sejauh mana sebuah tujuan hidup dan motivasi mampu memberikan
energi yang luar biasa terhadap setiap manusia dalam hal ini khususnya Aya Kito sehingga ia mampu untuk tetap bertahan dan berjuang hingga batas ketidak
berdayaannya dalam menghadapi penyakit SCA tersebut. Bagaimana perasaan, semangat, motivasi, dan daya juang yang luar biasa pada Aya Kito akan penulis
jabarkan dalam penelitian ini. Sehingga diharapkan nantinya para pembaca dapat
Universitas Sumatera Utara
menjadikannya sebagai sebuah pelajaran yang berharga bagi penulis pribadi dan pembaca sekalian.
Melalui pendekatan psikologis penulis berusaha untuk melihat kekuatan jiwa yang dimiliki oleh Aya Kito dalam menjalani kenyataan hidupnya. Melalui
novel 1 Liter Of Tears ini, penulis juga ingin menunjukkan bagaimana peranan keluarga khususnya, lingkungan sosial umumnya dan subjek sendiri tentunya
dalam membentuk pribadi seorang individu dimana dalam hal ini adalah Aya Kito sendiri. Novel 1 Litter Of Tears ini setidaknya merupakan perwakilan dari
gambaran bagaimana karakter dari remaja Jepang dalam menjalani kehidupannya.
1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 1.4.1 Tinjauan Pustaka
Melalui karya sastra segala kemungkinan-kemungkinan diungkapkan oleh pengarang, baik kehidupan jasmani maupun rohani. Sastra memiliki nilai budaya
yang tercermin dalam pemberian arti aspek psikologis pada berbagai jenis perilaku atau tindakan antar individu maupun golongan secara utuh. Cerita dalam
novel 1 Liter Of Tears ini banyak mengandung nilai-nilai psikologis yang dapat dijadikan sebagai pendidikan moral. Untuk mengetahui struktur dalam sebuah
karya sastra, haruslah dilakukan analisis unsur instrinsik karya sastra tersebut. Dalam unsur instrinsik digunakan 4 struktur karya sastra prosa yang harus
dianalisi yaitu : alur plot, penokohanperwatakan, latar, dan tema .
Universitas Sumatera Utara
Di lain sisi sastra juga memiliki unsur-unsur ekstrinsik salah satunya dalah psikologi. Pada dasarnya, psikologi sastra ditopang oleh tiga pendekatan sekaligus.
Pertama, pendekatan tekstual, yang mengkaji aspek tokoh psikologis tokoh dalam karya sastra. Kedua, pendekatan reseptif-pragmatik, yang mengkaji aspek
psikologis pembaca sebagai penikmat karya sastra yang terbentuk dari pengaruh karya yang dibacanya, serta proses resepsi pembaca dalam menikmati karya sastra.
Ketiga, pendekatan ekspresif, yang mengkaji aspek psikologis sang penulis ketika melakukan proses kreatif yang terproyeksi lewat karyanya, baik penulis sebagai
pribadi maupun wakil masyarkatnya Roekhan, 1990:88. Dalam pandangan Wellek Warren 1990 dan Hardjana 1985:60-61, psikologi sastra mempunyai
empat kemungkinan penelitian. Pertama, penelitian terhadap psikolog pengarang sebagai tipe atau sebagai pribadi. Kedua, penelitian proses kreatif dalam kaitannya
dengan kejiwaan. Ketiga, penelitian hukum-hukum psikologis yang diterapkan pada karya sastra. Keempat, mempelajari dampak sebuah karya sastra terhadap
pembaca. Pendekatan psikologis adalah pendekatan yang bertolak dari asumsi
bahwa karya sastra selalu saja mambahas peristiwa perilaku yang beragam. Bila ingin melihat dan mengenal manusia lebih dalam diperlukan psikologi. Penjelasan
ke dalam batin atau kejiwaan untuk mengetahui lebih lanjut tentang seluk-beluk manusia yang unik merupakan sesuatu yang merangsang dan sangat menarik.
Banyak penulis dan peneliti sastra yang mendalami masalah psikologi untuk dapat memahami karya sastra dengan bantuan psikologi.
Para tokoh psikologi memberikan inspirasi untuk pemecahan misteri tingkah laku manusia melalui teori-teori psikologi. Di antaranya adalah teori
Universitas Sumatera Utara
psikoanalisis yang dikembangkan oleh Freud, Freudlah yang secara langsung berbicara tentang proses penciptaan seni sebagai akibat tekanan dan timbunan
masalah di alam bawah sadar yang kemudian disublimasikan ke dalam bentuk penciptaan karya seni. Teori-teori mengenai psikologi sastra terus berkembang
seiring dengan berjalannya waktu Reokhan dalam Aminuddin 1990:89 mengatakan bahwa, .....psikologi sastra sebagai salah satu disiplin ilmu ditopang
oleh tiga pendekatan studi, yaitu 1 pendekatan ekspresif, yang mengkaji aspek psikologis penulis dalam proses kreatif yang mengkaji terproyeksi lewat karya
ciptaannya, 2 pendekatan tesktual, yang mengkaji aspek psikologis sang tokoh dalam karya sastra dan 3 pendekatan reseptif pragmatis yang mengkaji aspek
psikologi pembaca yang terbentuk setelah melakukan dialog dengan karya sastra yang dinikmatinya serta proses rekreatif yang ditempuh dalam menghayati teks
sastra tersebut . Di dalam masyarakat Jepang di kenal adanya Ikigai . Ikigai didefinisikan
sebagai sebuah tujuan hidup yang menjadi motivasi bagi seorang individu. Jika dikaitkan dengan novel 1 Liter Of Tears ini maka penulis melihat adanya
pengaruh ikigai dalam pembentukan perilaku oleh tokoh utama yakni Aya Kito. Penulis mengamati akan adanya sebuah hubungan antara ikigai dengan kondisi
psikologis yang diperlihatkan Aya ketika ia berjuang dalam melawan penyakit SCA tersebut.
1.4.2 Kerangka Teori
Psikologi berasal dari bahasa latin, yaitu psyche berarti jiwa dan logos artinya ilmu. Dengan demikian psikologi dapat diterjemahkan kedalam bahasa
Universitas Sumatera Utara
indonesia menjadi ilmu jiwa. Jiwa sebagai objek dari psikologi tidak dapat dilihat, diraba, atau disentuh. Jiwa adalah sesuatu yang abstrak, hanya dapat diobservasi
melalui hasil yang ditimbulkannya. Hal ini dapat dilihat dari tingkah laku dan aktivitas lainnya sebab tingkah laku mempunyai arti yang lebih nyata daripada
jiwa karena itu lebih mudah untuk dipelajari. Melalui tingkah laku, pribadi seseorang dapat terungkap dengan mudah, cara makan, berjalan, berbicara,
menangis, dan sebagainya yang merupakan suatu perbuatan terbuka sedangkan perbuatan tertutup dapat dilihat dari tingkah lakunya seperti berpikir, takut,
senang, dan lain-lain. Dalam pembahasan ini penulis mengunakan pendekatan tekstual yaitu
mengkaji aspek psikologis sang tokoh dalam karya sastra. Sebagai salah satu pendekatan dalam studi psikologi sastra pendekatan tekstual pada mulanya hanya
bertumpu pada pendekatan psikologi dalam atau psikologi analisis yang dikembangkan Freud. Sekarang pendekatan tekstual tidak hanya bertumpu pada
pendekatan psikologi analisis, tetapi juga pendekatan-pendekatan psikologi yang lain seperti pendekatan psikologi kognitif, behavioral dan pendekatan eksistensial.
Pendekatan psikologis kognitif berangapan kepribadian manusia dibentuk oleh faktor agen internal atau pembawaan. Pendekatan psikologis behavioral
berpijak pada angapan bahwa kepribadian manusia adalah hasil bentukan dari lingkungan tempat ia berada. Pendekatan psikologi eksistensial menegaskan
bahwa manusia membentuk dirinya sendiri dalam pola jalan hidup yang dipilihnya sendiri. Jadi, dari uraian di atas dapat diketahui begitu luasnya materi
psikologis sastra. Dalam pembahasan penelitian ini mengunakan pendekatan tekstual dengan teori behavioral. Pendekatan behavioral. Mengabaikan faktor
Universitas Sumatera Utara
pembawaan lahir seperti, kecerdasan, bakat, insting dan lain-lain. Dengan kata lain manusia dianggap sebagai produk lingkungan. Manusia menjadi jahat,
beriman, penurut, berpandangan luas atau kolot adalah hasil dari bentukan lingkungannya.
Berdasarkan hal ini, perilaku manusia disebut sebagai respon yang akan muncul kalau ada stimulus tertentu yang berasal dari lingkunganya. Perilaku
manusia selalu dipandang dalam bentuk hubungan stimulus dan respon atau stimulus respon. Mengenal pendekatan behavioral lebih lanjut Roekhan dalam
Aminuddin 1990:96 mengatakan bahwa : .....Untuk menerapkan pendekatan behavioral dalam studi sastra, haruslah dilakukuan dengan mengikuti tahapan
berikut : 1 Mencari dan menentukan tokoh cerita yang akan dikaji
2 Menelusuri perkembangan karakter sang tokoh yang dikaji. Penelusuran ini dapat dilakukuan terhadap a lakukan sang tokoh b dialog sang
tokoh c pemikiran sang tokoh. 3 Mengidentifikasi perilaku sang tokoh dan mendeskripsikan serta
mengklasifikasikanya. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui macam- macam perilaku yang telah ditujukan oleh sang tokoh sebagai landasan
untuk mengidentifikasi lingkungan yang telah membentuk perilakunya. 4 Menghubungkan perilaku yang muncul dengan lingkungan yang
melatarinya. Suatu prinsip yang bagaimanapun adalah mutlak dalam psikologi yaitu
bahwa tingkah laku merupakan ekspresi mempunyai peranan yang penting dalam psikologi sekalipun patut diketahui bahwa tidak semua yang terdapat dalam
Universitas Sumatera Utara
tingkah laku. Aminuddinn1990:49 menyatakan bahwa : ..ilmu pengetahuan
tentang tingkah laku dan perbuatan individu semua berbentuk dorongan dari impulsum:dorongan,tolakan,rangsangan,rasa dalam diri manusia yang
menyebabkan timbulnya macam-macam aktifitas fisik dan psikis dijelaskan oleh psikologis. Oleh karena itu penulis memutuskan untuk menggunakan psikologi
behaviouristik dalam menganalisa novel 1 Liter Of Tears tersebut.
1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian
a. Tujuan Penelitian
Berdasarkan dengan pokok masalah yang telah dipaparkan diatas sebelumnya, maka ditentukan bahwa adapun tujuan dari penelitian ini
adalah :
Mengetahui kondisi psikologis tokoh utama dan faktor- faktor yang mempengaruhi perilaku tokoh utama dalam
novel 1 Liter Of Tears .
Menemukan nilai-nilai motivasi yang terdapat pada tokoh utama dalam novel 1 Liter Of Tears .
b. Manfaat Penelitian Adapun manfaat pe
nelitian terhadap novel 1 Liter Of Tears
ini dipusatkan pada perilaku melalui analisis tokoh
yang diharapkan dapat menambah khasanah penelitian sastra dan
dapat dijadikan sebagai pedoman penelitian selanjutnya.
Di samping itu hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah
ilmu pengetahuan kepada pembaca dan khususnya mahasiswa program
studi Sastra
Jepang bahwa, bidang ilmu sastra dapat bekerja sama dengan bidang-bidang ilmu yang lain dalam mengapresiasikan karya
Universitas Sumatera Utara
sastra misalnya
analisis tokoh
berdasarkan pendekatan psikologi. Selain itu,penelitian ini diharapkan membuka cara pandang penulis khususnya dan
pembaca pada umumnya dalam menyikapi setiap permasalahan hidup yang dihadapi dalam menjalani kehidupan ini.
1.6 Metode dan Teknik Penelitian 1.6.1 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif. Metode penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian
yang didasarkan pada data deskripsi dari suatu kasus, keadaan, sikap, hubungan, atau suatu sistem pemikiran suatu masalah yang menjadi objek penelitian.
Biasanya objek penelitian dilakukan untuk mendapat deskripsi, gambaran, atau suatu lukisan secara sistematis, faktual, detail, dan akurat serta sifat-sifat atau
perilaku hubungan antara berbagai fenomena. Ciri dari metode ini biasanya, difokuskan pada masalah faktual yang ada
pada waktu penelitian. Data yang dikumpulkan, disusun, dianalisis, dan interpretasi sangat tergantung pada teknik penelitian yang digunakan, karena itu
teknik-teknik pengumpulan dan analisis data harus disajikan secara jelas dan detail . Mula-mula data dikumpulkan dan disusun, lalu dideskripsikan, dengan
maksud menemukan unsur-unsurnya, kemudian dianalisis.
1.6.2 Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik penelitian yang digunakan dalam membahas dan memecahkan masalah penelitian ini adalah dengan menggunakan studi
kepustakaan Library Research. Berdasarkan pengertian tersebut penulis
Universitas Sumatera Utara
melakukan studi kepustakaan Library Research dengan membaca buku yang ada di perpustakaan umum Universitas Sumatera Utara, membaca skripsi yang ada di
Departemen Sastra Jepang, membaca literatur dan melalui penelusuran media internet. Literature yang menjadi objek penelitian penulis adalah sebuah novel
biografi dan memori yang berjudul 1 Liter Of Tears . Melalui novel ini penulis melakukan metode deskriptif untuk menggambarkan bagaimana suatu kasus,
keadaan, sikap, hubungan, atau suatu sistem pemikiran suatu masalah yang menjadi objek penelitian yang didekatkan dengan nilai-nilai psikologis maupun
edukasi bagi pembacanya. Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah :
1. Mengumpulkan data dan referensi atau buku-buku yang berhubungan dengan objek penelitian.
2. Membaca novel 1 Liter Of Tears yang merupakan ringkasan daripada buku harian Aya Kito sendiri.
3. Mencari, mengumpulkan, menganalisis, dan mendeskripsikan nilai- nilai yang terdapat dalam novel 1 Liter Of Tears yang diprediksikan
mengandung unsur psikologis yang dapat memberikan cerminan baik bagi pembaca.
4. Setelah dianalisis penelitian tersebut disusun dalam sebuah laporan.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL 1 LITER OF TEARS , STUDI
PSIKOLOGIS
2.1 Defenisi Novel
Novel berasal dari bahasa Italia novella yang dalam bahasa Jerman : novella. Secara harfiah novella berarti sebuah barang baru yang kecil dan
kemudian diartikan sebagai cerita pendek dalam bentuk prosa. Istilah novella atau novelle mengandung pengertian yang sama dengan istilah novelette yang berarti
sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya cukupan, tidak terlalu panjang, namun juga tidak terlalu pendek Abrams, dalam Nurgiyantoro, 1998:9. Seiring
berjalannya waktu dan berkembangnya karya sastra, novel dianggap bersinonim dengan fiksi. Dengan demikian, pengertian fiksi juga berlaku untuk novel. Sebab
fiksi pertama-tama menyaran pada prosa naratif, seperti novel. Fiksi menceritakan barbagai masalah kehidupan manusia dalam
interaksinya dengan lingkungan dan sesama. Fiksi merupakan hasil dialog, kontemplasi, dan reaksi pengarang terhadap lingkungan dan kehidupan. Walau
berupa cerita rekaan atau khayalan, tak benar jika fiksi dianggap sebagai hasil kerja lamunan belaka, melainkan penghayatan dan perenungan secara intens,
perenungan terhadap hakikat hidup dan kehidupan, perenungan yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab. Fiksi merupakan karya yang
imajinatif yang dilandasi kesadaran dan tanggung jawab dari segi kreativitas sebagai karya seni. Fiksi menawarkan model-model kehidupan sebagimana yang
Universitas Sumatera Utara
diidealkan oleh pengarang sekaligus menunjukkan sosoknya sebagai karya seni yang berunsur estetik dominan.
Novel sebagai sebuah karya fiksi juga menawarkan sebuah dunia, dunia yang berisi model kehidupan yang diidealkan, dunia imajinier, yang dibangun
melalui berbagai unsure intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh dan penokohan, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang kesemuanya bersifat
imajinier. Kesemuanya itu walau bersifat noneksistensial, karena dengan sengaja dikreasikan oleh pengarang dibuat mirip, diimitasikan dan atau dianalogikan
dengan dunia nyata lengkap dengan peristiwa-peristiw dan latar aktualnya sehingga tampak seperti sungguh ada dan terjadi serta terlihat berjalan dengan
sistem koherensinya sendiri. Nurgiyantoro 1998:18-20 membagi novel dalam 2 golongan, yaitu novel
populer dan novel serius. Novel populer adalah novel yang populer pada masanya dan banyak penggemarnya, khususnya pembaca dikalangan remaja. Novel
golongan ini menampilkan masalah-masalah yang aktual dan selalu menzaman, namun hanya sampai pada tingkat permukaan. Novel populer tidak menampilkan
permasalahan kehidupan secara lebih intens, tidak berusaha meresapi hakikat kehidupan. Sebab novel populer pada umumnya bersifat artificial, hanya bersifat
secara sementara, cepat ketinggalan zaman, dan tidak memaksa orang untuk membacanya sekali lagi. Novel populer biasanya cepat dilupakan orang, apalagi
dengan munculnya novel-novel baru yang lebih populer pada masa sesudahnya. Novel serius adalah novel yang memberikan isi cerita yang serba
berkemungkinan, jadi dituntut konsentrasi yang tinggi untuk dapat memahami cerita yang dipaparkan didalamnya. Pengalaman dan permasalahan kehidupan
Universitas Sumatera Utara
yang ditampilkan dalam novel jenis ini disoroti dan diungkapkan sampai ke inti hakikat kehidupan yang bersifat universal. Novel serius disamping memberikan
hiburan, juga terimplisit tujuan memberikan pengalaman yang berharga kepada pembaca, atau paling tidak, mengajak untuk meresapi dan merenungkan secara
lebih sungguh-sungguh tentang permasalahan yang dikemukakan. Ini merupakan keunggulan dari novel serius sehingga tetap bertahan sepanjang masa dan tetap
menarik sepanjang masa. Sementara itu Goldman dalam Faruk 1994:17-19, mendefenisikan novel
sebagai cerita mengenai pencarian yang terdegredasi akan nilai-nilai yang otentik dalam dunia yang juga terdegredasi. Pencarian itu dilakukan oleh seorang hero
yang problematik. Nilai-nilai otentik itu adalah totalitas yang secara tersirat muncul dalam novel, nilai-nilai yang mengorganisasi sesuai dengan mode dunia
sebagai totalitas. Dengan pengertian tersebut, nilai-nilai otentik tersebut hanya dapat dilihat dari kecenderungan terdegredasinya dunia dan problematiknya sang
hero. Karena itu, nilai-nilai itu hanya ada dalam kesadaran penulispengarang novelis, dengan bentuk yang konseptual dan abstrak.
Novel merupakan suatu genre sastra yang bercirikan keterpecahan yang tidak terdamaikan dalam hubungan antara sang hero dengan dunia. Keterpecahan
itulah yang menyebabkan dunia dan hero menjadi sama-sama terdegredasi dalam hubungannya dengan nilai-nilai yang otentik yang berupa totalitas diatas.
Keterpecahan itu pula yang membuat sang hero menjadi problematik. Berdasarkan teori Lukacs, Goldman membagi novel menjadi 3 jenis:
1. Novel Idealisme Abstrak
Universitas Sumatera Utara
Disebut demikian karena novel ini menampilkan 2 hal. Pertama, dengan menampilkan tokoh yang masih ingin bersatu dengan dunia, novel itu masih
memperlihatkan idealisme. Kedua, walaupun memperlihatkan idealisme akan tetapi karena persepsi tokoh itu tentang dunia bersifat subjektif, didasarkan pada
kesadaran yang sempit, idealismenya menjadi abstrak. 2. Novel Romantisisme Keputusasaan
Novel jenis ini menampilkan kesadaran hero yang terlampau luas. Kesadarannya lebih luas daripada dunia sehingga menjadi berdiri sendiri dan
terpisah dari dunia. Itu sebabnya, sang hero cenderung pasif dan cerita berkembang menjadi analisis psikologis semata-mata.
3. Novel Pendidikan Novel jenis ini memaparkan bahwa sang hero di satu pihak mempunyai
interioritas, tetapi di lain pihak juga ingin bersatu dengan dunia. Karena ada interaksi antara dirinya dengan dunia, hero itu mengalami kegagalan. Karena
mempunyai interioritas, ia menyadari sebab kegagalan itu. Jadi, berdasarkan pada paparan defenisi novel diatas, maka penulis
menarik kesimpulan bahwa novel yang menjadi objek kajian penelitian penulis merupakan novel serius dan novel pendidikan. Hal ini dikarenakan di dalam novel
1 liter of tears ini syarat dengan nilai-nilai positif dalam menjalani dan menyikapi hidup. Selain itu, begitu banyak dalam novel yang menceritakan
bagaimana mengubah sebuah rasa tertekan menjadi sebuah semangat dalam menjadikan hidup lebih bermakna serta bermanfaat bagi orang-orang sekitar
walaupun dengan kondisi yang terbatas. Kondisi Aya Kito yang sangat terbatas tidak menjadi halangan bagi dirinya untuk bisa mewujudkan impiannya menjadi
Universitas Sumatera Utara
sesuatu yang bisa memberikan kekuatan bagi orang lain. Malu akan kondisinya yang selalu membutuhkan pertolongan ibunya, teman-temannya serta orang-orang
disekitarnya menjadi cambuk bagi Aya untuk tetap bertahan melawan penyakitnya. Aya bukan hanya hero bagi dirinya sendiri namun juga bagi orang lain.
2.2 Unsur Intrinsik Novel
Struktur formal karya sastra dapat disebut sebagai elemen atau unsur-unsur yang membentuk karya sastra. Karya sastra seperti bemtuk novel pada dasarnya
dibangun oleh unsur-unsur tema, alur plot, setting latar, tokoh penokohan, sudut pandang pusat pengisahan. Unsur-unsur ini yang menjadi fokus untuk
diresensi atau ditelaah secara struktur formal pada umumnya.
a. Tema
Tema membuat cerita lebih terfokus, menyatu, mengerucut, dan berdampak. Bagian awal dan akhir cerita akan menjadi pas, sesuai, dan
memuaskan berkat keberadaan tema. Tema merupakan elemen yang relevan dengan setiap peristiwa dan detail sebuah cerita. Stanton 2007:36-37
mengatakan bahwa tema merupakan aspek cerita yang sejajar dengan makna dalam pengalaman manusia; sesuatu yang menjadikan suatu pengalaman begitu
diingat. Ada yang menggambarkan dan menelaah kejadian atau emosi yang dialami manusia seperti cinta, derita, rasa takut, kedewasaan, keyakinan,
pengkhianatan manusia terhadap diri sendiri, atau bahkan usia tua. Ada juga yang menghakimi tindakan karakter-karakter didalannya dengan atribut baik atau
Universitas Sumatera Utara
buruk serta memusatkan perhatian pada persoalan moral tanpa bermaksud memberi penilaian dan seolah-olah berkata inilah hidup .
Sementara itu menurut Fananie 2000:84, tema adalah ide, gagasan, pandangan hidup pengarang yang melatar belakangi ciptaan karya sastra. Karena
sastra merupakan refleksi kehidupan masyarakat, maka tema yang diungkapkan dalam karya sastra bisa sangat beragam. Tema bisa berupa persoalan moral, etika,
agama, sosial budaya, teknologi, tradisi yang terkait erat dengan masalah kehidupan. Namun, tema bisa berupa pandangan pengarang, ide atau keinginan
pengarang dalam menyiasati persoalan yang muncul. Berdasarkan pengetian tema diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
tema dalam novel 1 Liter Of Tears ini adalah bagaimana perjuangan seorang remaja berusia 15 tahun yang menderita penyakit SCA untuk tetap bertahan hidup
dan melawan penyakit tersebut hingga akhirnya ia menghembuskan nafas terakhirnya.
b. Alur plot
Salah satu elemen terpenting dalam membentuk sebuah karya fiksi adalah plot cerita. Dalam analisis cerita, plot sering disebut dengan istilah alur. Dalam
pengertiannya yang paling umum, plot atau alur sering diartikan sebagai keseluruhan rangkaian peristiwa yang terdapat dalam cerita Sundari, dalam
Fananie, 2000:93. Menurut Stanton dalam Nugiyantoro 1998:113, bahwa plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya
dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain Alur atau plot merupakan struktur
Universitas Sumatera Utara
rangkaian kejadian dalam cerita yang disusun sebagai interrelasi fungsional yang menandai urutan fungsional yang menandai urutan bagian-bagian dalam
keseluruhan fiksi. Dengan demikian, alur itu merupakan perpaduan unsur-unsur yang membangun cerita sehingga merupakan kerangka utama cerita. Menurut
Aminuddin 2000:90, pada umumnya alur pada cerita prosa fiksi disusun berdasarkan urutan sebagai berikut:
1. Perkenalan, pada bagian ini pengarang menggambarkan situasi dan memperkenalkan tokoh-tokohnya.
2. Pertikaian, pada bagian ini pengarang mulai menampilkan pertikaian yang dialami sang tokoh.
3. Perumitan, pada bagian ini pertikaian semakin menghebat. 4. Klimaks, pada bagian ini puncak perumitan mulai muncul.
5. Peleraian, disini persoalan demi persoalan mulai terpecahkan. Menurut susunannya atau urutannya alur terbagi dalam 2 jenis, yaitu alur
maju dan alur mundur. Alur maju adalah alur yang susunannya mulai dari peristiwa pertama, peristiwa kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya sampai cerita
itu berakhir. Alur mundur adalah alur yang susunannya dimulai dari peristiwa terakhir kemudian kembali pada peristiwa pertama, kedua, dan seterusnya sampai
kembali lagi pada peristiswa terakhir tadi. Adapun Plot atau alur yang terdapat dalam novel ini adalah alur maju.
Dimulai ketika Aya Kito memasuki usia 15 tahun yang di awali dengan kemunduran fisik Aya Kito dan dilanjutkan dengan cerita ketika ia menghadapi
penyakitnya sampai usia 23 tahun dan akhirnya penyakit tersebut mengakhiri kehidupannya.
Universitas Sumatera Utara
c. Latar setting
Dalam karya sastra, latar setting merupakan satu elemen pembentuk cerita yang sangat penting, karena elemen tersebut akan dapat menentukan situasi
umum sebuah karya Abrams dalam Fananie, 2000:97. Latar atau setting yang disebut sebagai landas tumpu menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu,
dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan Abrams, dalam Nurgiyantoro, 1998:216.
Adapun lattar atau setting dalam novel 1 Liter Of Tears ini berada di daerah Toyohashi, prefektur aichi di Jepang.
d.Penokohan Perwatakan
Jones dalam Nurgiyantoro 1998:165, mengatakan bahwa penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam
sebuah cerita. Jadi penokohan dalam karya sastra menunjuk pada pelaku atau tokoh ceritanya. Tokoh cerita menempati posisi strategis sebagai pembawa dan
penyampai pesan, amanat, moral, atau sesuatu yang sengaja ingin disampaikan kepada pembaca.
Tokoh cerita, menurut Abrams dalam Nurgiyantoro 1998:165, adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif yang ditafsirkan memiliki
kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Yang dimaksud dengan
penokohan disini adalah bagaimana pengarang menampilkan tokoh-tokoh dalam ceritanya dan bagaimana tokoh-tokoh tersebut Aminuddin, 2000:92.
Universitas Sumatera Utara
Adapun tokoh-tokoh dalam novel 1 liter of tears ini diantaranya : Ayah
: Umur 41 tahun. Memiliki perangai yang tegas dan sangat menyayangi keluarga.
Ibu : Umur 40 Tahun. Sangat penyayang dan begitu perhatian
terhadap anak- anaknya. Beliau juga berprofesi sebagai
wanita karir. Karakternya yang disiplin, tegas namun begitu lembut terhadap anak-anaknya.
Aya Kito : Remaja Berusia 14 tahun. Memiliki sifat yang keras
kepala, cengeng tetapi juga gampang tertawa. Ako
: Umur 12 Tahun. Merupakan saingan Aya dalam belajar dan berprestasi.
Adik Laki-laki : Berusia 11 tahun. Pada saat tertentu ia bersikap sangat
dewasa seakan-akan ia adalah kakak laki-laki Aya Adik Laki-laki
: Umur 10 tahun. Memiliki daya khayal yang tinggi namun ceroboh.
Rika : Adik bungsu Aya Kito yang masih berusia 2 tahun.
Wajahnya terlihat mirip seperti sang ayah dan rambut ikal seperti ibunya.
Dr. Yamamoto Hiroko : Seorang dokter yang menangani Aya semenjak ia
divonis menderita penyakit SCA. Dr. Yamamoto merupakan sosok dokter yang sangat tangguh.
Selalu berjuang untuk menemukan obat dari penyakit SCA tersebut. Meskipun terlihat sedikit
Universitas Sumatera Utara
keras terhadap Aya namun sebenarnya ia sangat menginginkan kesembuhan bagi Aya.
Dokter Hiroko : Sangat peduli dengan perkembangan kesehatan Aya.
Ibu Guru Kazuki : Guru di sekolah SLB yang selalu emberikan motivasi
terhadap Aya dalam mengarungi hidupnya. Ibu Guru Makoto
: Terlihat kurang begitu menyukai Aya dikarenakan kondisi Aya yang merepotkan teman-temannya di sekolah.
Nenek Kasumi : Seorang nenek yang mencintai Aya seperti anaknya
sendiri. Kasih sayangnya terhadap Aya adalah sebuah kekuatan bagi Aya dalm melawan penyakit SCA tersebut.
Yu Shin : Teman dekat Aya ketika bersekolah di SMA. Sikap
loyalitas terhadap aya membuat Aya merasa berhutang budi pada keduanya.
Ken : Seorang anak SD penderita penyakit yang sama seperti
Aya. Namun keceriaan Ken selalu menjadi peneduh bagi aya.
e. Sudut Pandang Pusat Pengisahan
Sudut pandang atau point of view, menyaran pada cara sebuah cerita dikisahkan. Sudut pandang merupakan cara atau pandangan yang dipergunakan
pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca
Abrams, dikutip Nurgiyantoro, 1998:248. Dengan demikian, sudut pandang
Universitas Sumatera Utara
pada hakikatnya merupakan strategi, teknik, siasat, yang secara sengaja dipilih pengarang untuk mengemukakan gagasan dan ceritanya.
Menurut Aminuddin 2000:96 sudut pandang adalah kedudukan atau posisi pengarang dalam cerita tersebut. Dengan kata lain posisi pengarang
menempatkan dirinya dalam cerita tersebut dari titik pandang ini pula pembaca mengikuti jalannya cerita dan memahami temanya. Terdapat beberapa jenis sudut
pandang pusat pengisahanpoint of view, yaitu: 1. Pengarang sebagai tokoh utama. Sering juga posisi yang demikian disebut
sudut pandang orang pertama aktif. Disini pengarang menuturkan dirinya sendiri.
2. Pengarang sebagai tokoh bawahan atau sampingan. Disini pengarang ikut melibatkan diri dalam cerita, akan tetapi ia mengangkat tokoh utama.
Dalam posisi yang demikian itu sering disebut sudut pandang orang pertama pasif.
3. Pengarang hanya sebagai pengamat sebagai yang berada di luar cerita. Disini pengarang menceritakan orang lain dalam segala hal
Dalam hal ini, sudut pandang pengarang Aya Kiyo dalam novel 1 Liter Of Tears adalah sebagai tokoh utama. Aya Kito sebagai pengarang novel ini
menceritakan pengalaman pribadinya dalam menghadapi penyakit SCA yang belum ditemukan obatnya. Semua hal yang ia rasakan dan ia alami ia tumpahkan
dalam tulisan diarynya yang berjumlah lebih dari 40 buah buku. Hingga pada akhirnya seluruh catatan hidupnya di buat dalam sebuah buku untuk menjadi
motivasi bagi orang-orang sekitarnya terutama yang menderita penyakit yang sama dengan dirinya.
Universitas Sumatera Utara
2.3. Psikologi Secara Umum
Secara umum psikologis mempengaruhi hampir seluruh aspek kehidupan. Dengan semakin kompleksnya masyarakat. Maka psikologis memegang peranan
yang penting dalam memecahkan masalah manusia. Para ahli psikologis menaruh perhatian terhadap segala masalah yang beraneka ragam. Namun yang jelas
disiplin ilmu psikologis mempelajari tindak tanduk atau tingkah laku manusia dimana pun berada. Tingkah laku tersebut merupakan hasil perpadanan yang
dipadatkan oleh tiap-tiap individu dengan lingkungan dan keinginannya. Artinya tingkah itu lahir berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang dialami dalam
kehidupan, kemudian dicetuskan dalam sikap-sikap yang sesuai dengan norma atau adat istiadat di mana individu tersebut dilahirkan. Psikologi pada pokoknya
menyibukan diri dalam masalah aktifitas psikis seperti membenci, mencintai, menanggapi, berbicara dan penampilan diri, emosi-emosi yang terdapat dalam
bentuk tangis dan senyum. Misalnya jika seorang mencintai orang lain tentu saja rasa itu diungkapkan dalam bentuk kasih sayang dan penuh perhatian terhadap
orang dicintai. Tetapi seseorang membenci orang lain hal tersebut juga dapat kelihatan dari tingkah lakunya apakah rasa bencinya itu disebabkan karena rasa iri,
kurang senang, dan sebagai berikut. Jadi psikologis menyelidiki kepribadian individu dalam bentuk tingkah laku dan penyesuaian dirinya dengan lingkungan,
dan sekaligus hubungan timbal balik dengan sesamanya,dengan perincian: 1. Ilmu pengetahuan yaitu suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun
secara sistematis dan metode-metode tertentu yang tersussun secara sistematis dan metode-metode tertentu yang bersifat ilmu. Sedangkan
Universitas Sumatera Utara
pssikologis di samping ilmu yang merupakan seni karena dalam penerapannya dalam kehidupan manusia diperlukan keterampilan dan
kreatifitas tersendiri. 2. Tingkah laku dan kegiatan mempunyai arti konkrit yang dapat diamati
dengan panca indra, sehingga tingkah laku mudah diikenal dan mudah dipelajari.
3. Lingkungan yaitu tempat manusia hidup, berinteraksi, menyesuaikan diri, dan mengembangkan dirinya. Individu menerima pengaruh dari
lingkungan.
2.4. Hubungan Sastra Dengan Psikologi
Karya sastra merupakan produk dari suatu keadaan kejiwaan dan pemikiran pengarang yang berada dalam situasi setengah atau sub cooncius.
Setelah mendapat bentuk yang jelas dituangkan ke dalam, bentuk tertentu secara sadar dalam bentuk penciptaan karya sastra terjadi dalam dua tahap, tahap
pertama dalam bentuk meramu gagasan dalam situasi imajinatif dan abstrak kemudian dipindahkan ke dalam tahap kedua yaitu penulisan karya yang sifatnya
mengongkritkan apa yang sebelumnya dalam bentuk abstrak. Freud dengan teori psikoanalisisnya mengambarkan bahwa pengarang dalam menciptakan suatu
karya sastra diserang oleh penyakit jiwa yang dinamakan neurosis. Bukan hanya itu saja, bahkan kadang-kadang sampai pada tahap psikosis seperti sakit saraf dan
mental yang membutanya berada dalam kondisi sebagai tertekan bukan berarti gila, berkeluh kesah akibat ide dan gagasan yang mengelora serta menghendaki
agar disublimasikan atau disalurkan dalam bentuk penciptaan yaitu karya sastra.
Universitas Sumatera Utara
Oleh karena itu, karya sastra tidak dapat dilepaskan dari masalah penciptaan yang diikuti oleh berbagai macam masalah kejiwaan maka untuk mengunakan
pendekatan psikologis ini harus melalui dukungan psikologi. Pengetahuan psikologi yang minim tentu saja akan mempersulit pemahaman ataupun
pemakaian pendekatan psikologis. Sastra sebagai gejala kejiwaan yang di dalamnya terkandung fenomena
kejiwaan yang tampak lewat perilaku tokoh-tokohnya. Dengan demikian, karya sastra teks sastra dapat didekati dengan demikian mengunakan pendekatan
psikologis. Hal ini tentu dapat kita terima karena antara sastra dengan psikologi memiliki hubungan lintas yang bersifat tak langsung dan fungsional. Secara tidak
langsung artinya hubungan itu ada karena baik sastra maupun psikologi kebetulan memiliki tempat berangkat yang sama yaitu kejiwaan manusia secara mendalam.
Hasil penangkapan itu setelah mengalami proses pengolahan diungkapkan dalam bentuk sebuah karya sastra. Perbedaannya adalah pengarang mengemukakannya
dalam bentuk formulasi penelitian psikologi. Dengan demikian tidaklah mengada-ada kalau antara sastra dan psikologi
dapat dilakukan kajian lintas disiplin ilmu. Psikologi dan karya sastra memiliki hubungan fungsional, yakni sama-sama berguna untuk sarana mempelajari
keadaan kejiwaan orang lain. Perbedaan gejala kejiwaan yang ada dalam karya sastra adalah gejala-gejala kejiwaan dari manusia imajiner sedangkan dalam
psikologis manusia dalam dunia nyata. Sekalipun demikian keduanya dapat saling mengisi untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam terhadap kejiwaan
manusia karena mungkin saja apa yang terungkap oleh pengarang tidak mampu diamati oleh psikologi atau bahkan sebaliknya.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa karya sastra sebenarnya tidak dapat dilepaskan oleh penganut paham-paham strukturalisme tradisional.
Mereka menganggap bahwa karya sastra itu bersifat otonom lepas sama sekali dari penulisnya, padahal antara keduanya terdapat hubungan kausalitas atau sebab
akibat yaitu karya sastra merupakan hasil kreatifitas pengarangnya tidak mungkin lahir tanpa ada penulis sebagai penuturnya. Itulah sebabnya psikologis sastra,
khususnya dalam kajian psikologis pengarang. Karya sastra yang bermutu menurut pandangan pendekatan psikologis adalah karya sastra yang mampu
menggambarkan kekalutan dan kekacauan batin manusia karena hakekat kehidupan manusia itu adalah perjuangan menghadapi kekalutan batinnya sendiri.
Perilaku yang tampak dalam kehidupan diri mereka masing-masing. Apa yang sesungguhnya terjadi dalam dirinya karena manusia sering berusaha menutupinya.
Kejujuran, kecintaan, kemunafikan dan lain-lain berada dalam batin masing- masing yang terkadang terlihat gejalanya dari luar dan kadang-kadang tidak. Oleh
sebab itu, kajian tentang dan tokoh harus ditekannya pada aspek kejiwaan dan tentu saja tidak lepas dari teori psikologi.
2.5. PSIKOLOGI ALIRAN BEHAVIORISME
Behaviorisme adalah sebuah aliran dalam psikologi yang didirikan oleh John B.Watson pada tahun 1913 yang berpendapat bahwa perilaku harus
merupakan unsur subyek tunggal psikologi. Behaviorisme merupakan aliran revolusioner, kuat dan berpengaruh, serta memiliki akar sejarah yang cukup dalam.
Behaviorisme lahir sebagai reaksi terhadap introspeksionisme yang menganalisis
Universitas Sumatera Utara
jiwa manusia berdasarkan laporan-laporan subjektif dan juga psikoanalisis yang berbicara tentang alam bawah sadar yang tidak tampak.
Behaviorisme secara keras menolak unsur-unsur kesadaran yang tidak nyata sebagai obyek studi dari psikologi, dan membatasi diri pada studi tentang
perilaku yang nyata. Dengan demikian, Behaviorisme tidak setuju dengan penguraian jiwa ke dalam elemen seperti yang dipercayai oleh strukturalism.
Berarti juga behaviorisme sudah melangkah lebih jauh dari fungsionalisme yang masih mengakui adanya jiwa dan masih memfokuskan diri pada proses-proses
mental. Behaviorisme ingin menganalisis bahwa perilaku yang tampak saja yang dapat diukur, dilukiskan, dan diramalkan. Behaviorisme memandang pula bahwa
ketika dilahirkan, pada dasarnya manusia tidak membawa bakat apa-apa. Manusia akan berkembang berdasarkan stimulus yang diterimanya dari
lingkungan sekitarnya. Lingkungan yang buruk akan menghasilkan manusia buruk, lingkungan yang baik akan menghasilkan manusia baik. Kaum behavioris
memusatkan dirinya pada pendekatan ilmiah yang sungguh-sungguh objektif. Kaum behavioris mencoret dari kamus ilmiah mereka, semua peristilahan yang
bersifat subjektif, seperti sensasi, persepsi, hasrat, tujuan, bahkan termasuk berpikir dan emosi, sejauh kedua pengertian tersebut dirumuskan secara subjektif.
Fungsionalisme Menjadi dasar bagi behaviorisme melalui pengaruhnya pada tokoh utama behaviorisme, yaitu Watson. Watson adalah murid dari Angell
dan menulis disertasinya di University of Chicago. Dasar pemikiran Watson yang memfokuskan diri lebih proses mental daripada elemen kesadaran, fokusnya
perilaku nyata dan pengembangan bidang psikologi pada animal psychology dan
Universitas Sumatera Utara
child psychology adalah pengaruh dari fungsionalisme. Meskipun demikian, Watson menunjukkan kritik tajam pada fungsionalisme
PRINSIP DASAR BEHAVIORISME : Perilaku nyata dan terukur memiliki makna tersendiri, bukan sebagai
perwujudan dari jiwa atau mental yang abstrak Aspek mental dari kesadaran yang tidak memiliki bentuk fisik adalah pseudo
problem untuk sciene, harus dihindari. Penganjur utama adalah Watson : overt, observable behavior, adalah satu-
satunya subyek yang sah dari ilmu psikologi yang benar. Dalam perkembangannya, pandangan Watson yang ekstrem ini dikembangkan
lagi oleh para behaviorist dengan memperluas ruang lingkup studi behaviorisme dan akhirnya pandangan behaviorisme juga menjadi tidak seekstrem Watson,
dengan mengikutsertakan faktor-faktor internal juga, meskipun fokus pada overt behavior tetap terjadi.
Aliran behaviorisme juga menyumbangkan metodenya yang terkontrol dan bersifat positivistik dalam perkembangan ilmu psikologi.
Banyak ahli a.l. Lundin, 1991 dan Leahey, 1991 membagi behaviorisme ke dalam dua periode, yaitu behaviorisme awal dan yang lebih belakangan.
Terhadap aliran behaviorisme ini, kritik umumnya diarahkan pada pengingkaran terhadap potensi alami yang dimiliki manusia. Bahkan menurut
pandangan ini, manusia tidak memiliki jiwa, tidak memiliki kemauan dan kebebasan untuk menentukan tingkah lakunya sendiri. Dibawah ini adalah dua
Universitas Sumatera Utara
orang tokoh yang memiliki pengaruh besar dalam perkembangan psikologi behaviouristik.
a. John B. Watson
Watson berpendapat bahwa introspeksi merupakan pendekatan yang tidak ada gunanya. Alasannya adalah jika psikologi dianggap sebagai suatu ilmu, maka
datanya harus dapat diamati dan diukur. Watson mempertahankan pendapatnya bahwa hanya dengan mempelajari apa yang dilakukan manusia perilaku mereka
memungkinkan psikologi menjadi ilmu yang objektif. Watson menolak pikiran sebagai subjek dalam psikologi dan
mempertahankan pelaku sebagai subjek psikologi. Khususnya perilaku yang observabel atau yang berpotensi untuk dapat diamati dengan berbagai cara baik
pada aktivitas manusia dan hewan. 3 prinsip dalam aliran behaviorisme: 1 menekankan respon terkondisi sebagai elemen atau pembangun pelaku.
Kondisi adalah lingkungan external yang hadir dikehidupan. Perilaku muncul sebagai respon dari kondisi yang mengelilingi manusia dan hewan.
2 Perilaku adalah dipelajari sebagai konsekuensi dari pengaruh lingkungan maka sesungguhnya perilaku terbentuk karena dipelajari. Lingkungan
terdiri dari pengalaman baik masa lalu dan yang baru saja, materi fisik dan sosial. Lingkungan yang akan memberikan contoh dan individu akan
belajar dari semua itu. 3. Memusatkan pada perilaku hewan. Manusia dan hewan sama, jadi
mempelajari perilaku hewan dapat digunakan untuk menjelaskan perilaku manusia.
b. B.F. Skinner
Universitas Sumatera Utara
Behaviorisme , sebutan bagi aliran yang dianut Watson, turut berperan dalam pengembangan bentuk psikologi selama awal pertengahan abad ini, dan cabang
perkembangannya yaitu psikologi stimulus-respon yang masih tetap berpengaruh. Hal ini terutama karena hasil jerih payah seorang ahli psikologi dari Harvard, B.F.
Skinner. Psikologi stimulus-respon mempelajari rangsangan yang menimbulkan respon dalam bentuk perilaku, mempelajari ganjaran dan hukuman yang
mempertahankan adanya respon itu, dan mempelajari perubahan perilaku yang ditimbulkan karena adanya perubahan pola ganjaran dan hukuman.
Skinner, berpendapat kepribadian terutama adalah hasil dari sejarah penguatan pribadi individu . Meskipun pembawaan genetis turut berperan,
kekuatan-kekuatan sangat menentukan perilaku khusus yang terbentuk dan dipertahankan, serta merupakan khas bagi individu yang bersangkutan. Dalam
sebuah karyanya, Skinner membuat 3 asumsi dasar, yaitu: 1 Perilaku itu terjadi menurut hukum behavior can be controlled
2 Skinner menekankan bahwa perilaku dan kepribadian manusia tidak dapat dijelaskan dengan mekanisme psikis seperti Id atau Ego ; 3
Perilaku manusia tidak ditentukan oleh pilihan individual. Kaum behavioris lebih dikenal dengan teori belajar, karena menurut
mereka, seluruh perilaku manusia, kecuali insting, adalah hasil belajar. Kaum behavioris sangat mengagungkan proses belajar, terutama proses belajar asosiatif
atau proses belajar stimulus-respon, sebagai penjelasan terpenting tentang tingkah laku manusia. Para pendahulu aliran pemikiran ini adalah Isaac Newton dan
Charles Darwin. Tokoh-tokoh lainnya yaitu Edward Thorndike, Clark Hull, John Dollard, Neal Miller, dan masih banyak lagi lainnya.
Universitas Sumatera Utara
2.6
Perkembangan Kepribadian dan Sosial Pada Remaja
Yang dimaksud dengan perkembangan kepribadian adalah perubahan cara individu berhubungan dengan dunia dan menyatakan emosi secara unik;
sedangkan perkembangan sosial berarti perubahan dalam berhubungan dengan orang lain Papalia Olds, 2001. Perkembangan kepribadian yang penting pada
masa remaja adalah pencarian identitas diri. Yang dimaksud dengan pencarian identitas diri adalah proses menjadi seorang yang unik dengan peran yang penting
dalam hidup Erikson dalam Papalia Olds, 2001.
Perkembangan sosial pada masa remaja lebih melibatkan kelompok teman sebaya dibanding orang tua Conger, 1991; Papalia Olds, 2001. Dibanding
pada masa kanak-kanak, remaja lebih banyak melakukan kegiatan di luar rumah seperti kegiatan sekolah, ekstra kurikuler dan bermain dengan teman Conger,
1991; Papalia Olds, 2001. Dengan demikian, pada masa remaja peran kelompok teman sebaya adalah besar.
Pada diri remaja, pengaruh lingkungan dalam menentukan perilaku diakui cukup kuat. Walaupun remaja telah mencapai tahap perkembangan kognitif yang
memadai untuk menentukan tindakannya sendiri, namun penentuan diri remaja dalam berperilaku banyak dipengaruhi oleh tekanan dari kelompok teman sebaya
Conger, 1991.
Kelompok teman sebaya diakui dapat mempengaruhi pertimbangan dan keputusan seorang remaja tentang perilakunya Conger, 1991; Papalia Olds,
2001. Conger 1991 dan Papalia Olds 2001 mengemukakan bahwa
Universitas Sumatera Utara
kelompok teman sebaya merupakan sumber referensi utama bagi remaja dalam hal persepsi dan sikap yang berkaitan dengan gaya hidup. Bagi remaja, teman-
teman menjadi sumber informasi misalnya mengenai bagaimana cara berpakaian yang menarik, musik atau film apa yang bagus, dan sebagainya Conger, 1991.
2.6.1. Ciri-ciri Masa Remaja
Masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa remaja terjadi perubahan yang cepat baik secara fisik, maupun psikologis. Ada beberapa perubahan yang
terjadi selama masa remaja.
1. Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal yang dikenal dengan sebagai masa storm stress. Peningkatan
emosional ini merupakan hasil dari perubahan fisik terutama hormon yang terjadi pada masa remaja. Dari segi kondisi sosial, peningkatan
emosi ini merupakan tanda bahwa remaja berada dalam kondisi baru yang berbeda dari masa sebelumnya. Pada masa ini banyak tuntutan dan
tekanan yang ditujukan pada remaja, misalnya mereka diharapkan untuk tidak lagi bertingkah seperti anak-anak, mereka harus lebih mandiri dan
bertanggung jawab. Kemandirian dan tanggung jawab ini akan terbentuk seiring berjalannya waktu, dan akan nampak jelas pada remaja akhir
yang duduk di awal-awal masa kuliah. 2. Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai kematangan seksual.
Terkadang perubahan ini membuat remaja merasa tidak yakin akan diri dan kemampuan mereka sendiri. Perubahan fisik yang terjadi secara
cepat, baik perubahan internal seperti sistem sirkulasi, pencernaan, dan
Universitas Sumatera Utara
sistem respirasi maupun perubahan eksternal seperti tinggi badan, berat badan, dan proporsi tubuh sangat berpengaruh terhadap konsep diri
remaja. 3. Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan
orang lain. Selama masa remaja banyak hal-hal yang menarik bagi dirinya dibawa dari masa kanak-kanak digantikan dengan hal menarik
yang baru dan lebih matang. Hal ini juga dikarenakan adanya tanggung jawab yang lebih besar pada masa remaja, maka remaja diharapkan
untuk dapat mengarahkan ketertarikan mereka pada hal-hal yang lebih penting. Perubahan juga terjadi dalam hubungan dengan orang lain.
Remaja tidak lagi berhubungan hanya dengan individu dari jenis kelamin yang sama, tetapi juga dengan lawan jenis, dan dengan orang dewasa.
4. Perubahan nilai, dimana apa yang mereka anggap penting pada masa kanak-kanak menjadi kurang penting karena sudah mendekati dewasa.
5. Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan yang terjadi. Di satu sisi mereka menginginkan kebebasan, tetapi di sisi
lain mereka takut akan tanggung jawab yang menyertai kebebasan tersebut, serta meragukan kemampuan mereka sendiri untuk memikul
tanggung jawab tersebut.
2.6.2. Tugas Perkembangan Remaja
` Adapun tugas perkembangan remaja menurut Havighurst dalam Gunarsa
1991 antara lain :
Universitas Sumatera Utara
memperluas hubungan antara pribadi dan berkomunikasi secara lebih dewasa dengan kawan sebaya, baik laki-laki maupun perempuan
memperoleh peranan sosial
menerima kebutuhannya dan menggunakannya dengan efektif
memperoleh kebebasan emosional dari orangtua dan orang dewasa lainnya
mencapai kepastian akan kebebasan dan kemampuan berdiri sendiri
memilih dan mempersiapkan lapangan pekerjaan
mempersiapkan diri dalam pembentukan keluarga
membentuk sistem nilai, moralitas dan falsafah hidup
Erikson dalam Papalia, Olds Feldman, 2001 mengatakan bahwa tugas utama remaja adalah menghadapi identity versus identity confusion, yang
merupakan krisis ke-5 dalam tahap perkembangan psikososial yang diutarakannya. Tugas perkembangan ini bertujuan untuk mencari identitas diri agar nantinya
remaja dapat menjadi orang dewasa yang unik dengan sense of self yang koheren dan peran yang bernilai di masyarakat Papalia, Olds Feldman, 2001.
Untuk menyelesaikan krisis ini remaja harus berusaha untuk menjelaskan siapa dirinya, apa perannya dalam masyarakat, apakah nantinya ia akan berhasil
atau gagal yang pada akhirnya menuntut seorang remaja untuk melakukan penyesuaian mental, dan menentukan peran, sikap, nilai, serta minat yang
dimilikinya
2.5 Ikigai pada masyarakat Jepang
Universitas Sumatera Utara
Di Jepang motivasi sendiri sering dikaitkan dengan Ikigai yang didefinisikan sebagai tujuan hidup. Bagi sebagian masyarakat jepang bahkan juga
masyarakat dunia mengakui akan eksistensi dari ikigai itu sendiri. Sekitar tahun 1994, sebuah survei dilakukan di Jepang terhadap puluhan ribu orang dewasa
yang berusia 40-70 tahun. Diantara pertanyaan yang diajukan beberapa diantara berkaitan dengan ikigai. Seperti pertanyaan, Apakah anda memiliki Ikigai dalam
hidup anda? . Setelah itu, para peneliti mengikuti responder tersebut selama lebih kurang 7 tahun. Selama periode tersebut sekitar 7 responden telah meninggal
dunia. Para peneliti memperhitungkan faktor-faktor resiko yang dikenal dengan baik seperti mortalitas untuk umur, jenis kelamin, pendidikan, indeks masa tubuh,
penggunaan rokok, konsumsi alkohol, pekerjaan, stres yang dirasakan, juga riwayat penyakit dari para responden.
Ternyata, setelah dilakukan penelitian lebih lanjut ditemukan bahwa responden yang masih bertahan hidup adalah mereka-mereka yang telah memiliki
ikigai dari dalam dirinya. Jika dihubungkan secara psikologis menunjukkan bahwa adanya indikator yang memiliki korelasi antara ikigai dan responden
berumur panjang, yakni ketika seseorang memiliki tujuan dalam hidupnya baik itu berupa mimpi, angan-angan, cita-cita yang ingin didapatkannya lalu terekam
dalam alam bawah sadarnya. Setelah itu,secara disadari atau tidak tubuh merespon otak dalam mencapai sesuatu tersebut. Untuk itu, tubuh atau fisik
berusaha untuk mewujudkan keinginan yang terekam dalam pikiran. Disinilah ikigai bertransisi dari sebuah angan, mimpi, atau keinginan apapun menjadi
sebuah energi besar dari dalam diri setiap pribadi. Dan tentu saja hal ini berpengaruh terhadap seberapa besar keinginan orang tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Seseorang yang telah memiliki ikigai akan lebih termotivasi dalam menjalani hidupnya. Ikigai memberikan arah pada seorang individu dalam
memaknai setiap arti dari kehidupan yang ia tempuh. Ikigai sendiri bukan hanya dikenal di Jepang saja namun juga di seluruh dunia, tentu saja dalam bahasa yang
berbeda. Ikigai sendiri juga memiliki kaitan dengan hubungan sosial di dalam masyarakat. Adapun hubungan yang dimaksud yaitu ketika seorang individu
merasa bermanfaat bagi lingkungannya maka ada kepuasan tersendiri yang dirasakan oleh individu tersebut dan tentu saja hal ini menjadi sebuah energi dan
motivasi bagi individu tersebut untuk lebih menunjukkan eksistensinya dalam memberikan manfaat pada lingkungan sekitarnya. Hal ini terbukti dengan
penelitian yang dilakukan di daerah Jepang tepatnya di kepulauan Okinawa. Dimana di wilayah ini rata-rata penduduknya memiliki umur yang relatif lebih
panjang dibandingkan dengan umur manusia pada umumnya saat ini. Ternyata hasil penelitian mengungkapkan bahwa penduduk Okinawa memiliki ikigai yang
membuat mereka berumur lebih panjang. Begitu besarnya pengaruh ikigai dalam kehidupan manusia. Sehingga
selayaknyalah setiap manusia memiliki Ikigai dalam dirinya masing-masing. Karena dengan itulah kita bisa mendapatkan motivasi dan energi yang besar
dalam menjalani kehidupan. Tanpa sebuah ikigai manusia diibaratkan seperti mayat hidup dimana usianya akan habis sia-sia tanpa ada memberikan suatu
manfaat baik itu bagi diri sendiri apalagi orang lain. Namun terkadang ikigai sering dihubungkan dengan tingkat ekonomi.
Pada kenyataannya ikigai tidak selalu berhubungan dengan masalah ekonomi. Ikigai membuat seseorang merasa hidup lebih layak sebab ia memiliki sesuatu
Universitas Sumatera Utara
yang sepatutnya diperjuangkan. Ikigai ini bersifat pribadi dan ikigai juga mencerminkan karakteristik dari masing-masing individu.
Menurut Kamiya, ikigai sangat erat kaitannya dengan tingkat kebutuhan manusia yang dikemukakan oleh Abraham Maslow.
Maslow telah membentuk sebuah hirarki dari lima tingkat kebutuhan dasar. Di luar kebutuhan tersebut,
kebutuhan tingkat yang lebih tinggi ada. Ini termasuk kebutuhan untuk memahami, apresiasi estetik dan spiritual kebutuhan murni. Dalam tingkat dari lima kebutuhan
dasar, orang tidak merasa perlu kedua hingga tuntutan pertama telah puas, maupun ketiga sampai kedua telah puas, dan sebagainya.Kebutuhan dasar Maslow
adalah sebagai berikut:
1. Kebutuhan Fisiologis
Ini adalah kebutuhan biologis. Mereka terdiri dari kebutuhan oksigen, makanan, air, dan suhu tubuh relatif konstan. Mereka adalah kebutuhan kuat karena jika
seseorang tidak diberi semua kebutuhan, fisiologis yang akan datang pertama dalam pencarian seseorang untuk kepuasan.
2. Kebutuhan Keamanan
Ketika semua kebutuhan fisiologis puas dan tidak mengendalikan pikiran lagi dan perilaku, kebutuhan keamanan dapat menjadi aktif. Orang dewasa memiliki
sedikit kesadaran keamanan mereka kebutuhan kecuali pada saat darurat atau periode disorganisasi dalam struktur sosial seperti kerusuhan luas. Anak-anak
sering menampilkan tanda-tanda rasa tidak aman dan perlu aman.
3. Kebutuhan Cinta, sayang dan kepemilikan
Ketika kebutuhan untuk keselamatan dan kesejahteraan fisiologis puas, kelas berikutnya kebutuhan untuk cinta, sayang dan kepemilikan dapat muncul. Maslow
Universitas Sumatera Utara
menyatakan bahwa orang mencari untuk mengatasi perasaan kesepian dan keterasingan. Ini melibatkan kedua dan menerima cinta, kasih sayang dan
memberikan rasa memiliki.
4. Kebutuhan Esteem
Ketika tiga kelas pertama kebutuhan dipenuhi, kebutuhan untuk harga bisa menjadi dominan. Ini melibatkan kebutuhan baik harga diri dan untuk seseorang
mendapat penghargaan dari orang lain. Manusia memiliki kebutuhan untuk tegas, berdasarkan, tingkat tinggi stabil diri, dan rasa hormat dari orang lain. Ketika
kebutuhan ini terpenuhi, orang merasa percay diri dan berharga sebagai orang di dunia. Ketika kebutuhan frustrasi, orang merasa rendah, lemah, tak berdaya dan
tidak berharga.
5. Kebutuhan Aktualisasi Diri
Ketika semua kebutuhan di atas terpenuhi, maka dan hanya maka adalah kebutuhan untuk aktualisasi diri diaktifkan. Maslow menggambarkan aktualisasi
diri sebagai orang perlu untuk menjadi dan melakukan apa yang orang itu lahir untuk dilakukan. Seorang musisi harus bermusik, seniman harus melukis, dan
penyair harus menulis. Kebutuhan ini membuat diri mereka merasa dalam tanda- tanda kegelisahan. Orang itu merasa di tepi, tegang, kurang sesuatu, singkatnya,
gelisah. Jika seseorang lapar, tidak aman, tidak dicintai atau diterima, atau kurang harga diri, sangat mudah untuk mengetahui apa orang itu gelisah tentang.
Hal ini tidak selalu jelas apa yang seseorang ingin ketika ada kebutuhan untuk aktualisasi diri.
Universitas Sumatera Utara
BAB III Analisa Psikologis Dalam Novel 1 Liter Of Tears