masyarakat akan arti pentingnya pelaksanaan medasi dalam menyelesaikan sengketa perdata sesuai dengan PERMA No.01 Tahun 2008 , sehingga
masyarakat sadar akan keberadaan dari hukum yang dilaksanakan di Indonesia.
D. Keaslian Penulisan
Pada dasarnya penulis membuat tulisan ini dengan melihat pada sendi- sendi perkembangan hukum saat ini dan mengaitkannya dengan dasar-dasar
hukum yang bersumber dari berbagai literatur. Penulisan karya ilmiah ini ditulis dengan menggunakan literatur-literatur dan bahan bacaan dari berbagai macam
referensi yang diperoleh penulis dari perpustakaan maupun toko buku dan beberapa diantaranya diperoleh dari internet serta berita-berita yang tersiar
melalui media masa. Penulis dapat menjamin keaslian penulisan karya ilmiah ini, penulis telah memastikan bahwa di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
tidak ada judul karya ilmiah yang dalam hal ini dimaksudkan untuk skripsi yang sama dengan apa yang ditulis oleh penulis. Keaslian tulisan ini adalah murni dari
hasil karya penulis tanpa menjiplak karya tulis milik orang lain. Sebelum dilakukan penulisan, penulis telah membaca dan mengecek
semua bahan dan data mengenai skripsi yang ada di lingkungan Fakultas Hukum USU Medan, sehingga penulis meyakini bahwa penulisan ini merupakan tulisan
asli dari penulis.
E. Tinjauan Pustaka 1. Mediasi Merupakan Alternatif Penyelesaian Sengketa
Masyarakat awam sering menyebut mediasi sebagai perdamaian, namun sesungguhnya mediasi memiliki makna lebih dalam dari pada sekedar
Universitas Sumatera Utara
perdamaian. Mediasi merupakan alat atau cara untuk mencapai perdamaian. Mediasi juga merupakan sarana untuk menjaga perdamaian karena upaya
perdamaian yang ditempuh melalui mediasi dituangkan dalam perjanjian tertulis bahkan ada beberapa yang dibuat menjadi akta perdamaian, melalui perjanjian
tertulis tersebutlah maka kekonsistenan perdamaian tersebut dapat terjaga. Mediasi ditempuh guna mewujudkan perdamaian walaupun kadang ada beberapa
sengketa perdata yang tidak terselesaikan melalui mediasi, oleh karena itulah mediasi disebut sebagai alternatif penyelesaian sengketa. Pada dasarnya setiap
orang yang memiliki sengketa perdata tentu barharap dapat menemukan penyelesaian yang terbaik atas sengketanya tersebut.
Beberapa sarjana mengemukakan pendapatnya tentang makna daripada mediasi, diantaranya adalah sebagai berikut :
Nolan Haley mendefinisikan mediasi sebagai: “A short term structured task oriented, partipatory invention process. Disputing
parties work with a neutral third party, the mediator, to reach a mutually acceptable agreement”
3
“facilitated negotiation. It process by which a neutral third party, the mediator, to reach a mutually acceptable agreement”
. suatu istilah singkat yang bertugas mengorientasikan, proses penemuan para
pihak. Antara para pihak bekerja dengan pihak ketiga yang netral. Seorang mediator. Untuk mendapatkan kesepakatan yang saling menguntungkan.
Kovach mendefinisikan mediasi sebagai
4
3
Nollan Halley dan M. Jaqueline, Alternative Dispute Resolution, dalam skripsi Ririn Bidasari Tahun 2006 fakultas Hukum USU. h. 69
.
Universitas Sumatera Utara
Fasilitas untuk bernegoisasi. Yang mana proses nya berjalan dengan pihak ketiga , seorang mediator,untuk mendapatkan kesepakatan yang saling menguntungkan.
Berdasarkan rumusan tersebut, Suyud Margono merumuskan bahwa pengertian tentang mediasi mengandung unsur-unsur sebagai berikut :
5
1. Mediasi adalah sebuah proses penyelesaian sengketa berdasarkan
perundingan. 2.
Mediator terlibat dan diterima oleh para pihak yang bersengketa didalam perundingan.
3. Mediator bertugas membantu para pihak yang bersengketa untuk
mencari penyelesaian. 4.
Mediator tidak mempunyai kewenangan membuat keputusan selama perundingan berlangsung.
5. Tujuan mediasi adalah untuk mencapai kesepakatan yang dapat
diterima pihak-pihak yang bersengketa guna mengakhiri sengketa. Atas uraian tersebut maka jelaslah dapat dipahami bahwa berdasarkan
pengertianmaknanya, mediasi merupakan alternatif penyelessain sengketa yang ditempuh guna memperoleh kesepakatan atas sengketa perdata yang terjadi
diantara para pihak yang bersengketa, dimana kesepakatan itu diperoleh secara damai dan kesepakatan itu juga dilaksanakan dengan damai. Mediasi adalah jalan
untuk menuju perdamaian dan perdamaian adalah puncak dari berhasilnya suatu proses mediasi.
4
Kimberlee K. Kovach, Mediation Principle and Practice dalam skripsi Ririn Bidasari. Ibid, h. 16.
5
Suyud Margono, ADR dan Arbitrase Proses Pelembagaan dan Aspek Hukum, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2000, h. 59.
Universitas Sumatera Utara
Mediasi sebagai alternatif penyelesaian sengketa merupakan jalan yang ditempuh oleh para pihak yang bersengketa untuk menyelesaikan sengketa yang
terjadi, dalam kenyataannya mediasi sering sekali menemukan kegagalan namun tak jarang juga mediasi berhasil menemukan win-win solutions. Berhasil atau
tidaknya mediasi mencapai permufakatan sangat dipengaruhi oleh mediator. Mediator adalah pihak yang paling berperan dalam mendamaikan pihak-pihak
yang bersengketa, mediator merupakan tokoh utama dalam pelaksanaan mediasi. Mediator adalah pihak independen yang bersifat netral, ia bertugas untuk mencari
titik persoalan dan menemukan solusi atas persoalan tersebut serta mengajukan solusi tersebut kepada pihak-pihak yang bersengketa. Mediator juga harus
mempunyai kemampuan meyakinkan para pihak yang bersengketa bahwa solusi yang ditawarkannya akan lebih menguntungkan bagi para pihak dibandingkan
apabila para pihak yang bersengketa tersebut menyelesaikan sengketanya melalui pengadilan dan melewati proses persidangan yang panjang.
Fuller dalam Riskin dan E. Westbrook menyebutkan tujuh fungsi mediator, yakni sebagai catalyst, educator, translator, resource person, bearer of
bad news, agent of reality dan scapegoat.
6
Dengan penjelasan sebagai berikut :
7
1. Sebagai “Katalisator”,mengandung pengertian bahwa kehadiran
mediator dalam proses perundingan mampu mendorong lahirnya suasana yang konstruktif bagi diskusi.
2. Sebagai “pendidik”, berarti seseorang harus berusaha memahami
aspirasi, prosedur kerja, keterbatasan politis, dan kendala usaha dari
6
Leonard L. Riskin dan James E. Westbrook, Despute Resolution and Lawyers dalam skripsi Ririn Bidasari tahun, Op.Cit. h. 97.
7
Suyud Margono, Op.cit, h. 60-61.
Universitas Sumatera Utara
para pihak. Oleh sebab itu, ia harus berusaha melibatkan diri dalam dinamika perbedaan diantara para pihak.
3. Sebagai “penerjemah”, berarti mediator harus berusaha menyampaikan
dan merumuskan usulan pihak yang satu kepada pihak yang lainnya melalui bahasa atau ungkapan yang baik dengan tanpa mengurangi
sasaran yang dicapai oleh pengusul. 4.
Sebagai “nara sumber”, berarti seorang mediator harus mendayagunakan sumber-sumber informasi yang tersedia.
5. Sebagai “penyandang berita jelek”, berarti seorang mediator harus
menyadari bahwa para pihak dalam proses perundingan dapat bersikap emosional. Untuk itu mediator harus mengadakan pertemuan terpisah
dengan pihak-pihak terkait untuk menampung berbagai usulan. 6.
Sebagai “agen realitas”, berarti mediator harus berusaha memberi pengertian secara jelas kepada salah satu pihak bahwa sasarannya tidak
masuk akal tercapai melalui perundingan. 7.
Sebagai “kambing hitam”, berarti seorang mediator harus siap disalahkan, misalnya dalam membuat kesepakatan hasil perundingan.
Demikian penting peran mediator dalam mensukseskan proses mediasi. Selain mediator, itikad baik dan kelapangan hati para pihak yang bersengketa juga
merupakan hal penting yang harus ada dalam diri para pihak yang bersengketa untuk dapat mencapai keberhasilan mediasi. Keberhasilan mediasi sebagai
alternative penyelesaian sengketa perdata dipengaruhi oleh peran mediator dan itikad baik dari masing-masing pihak yang bersengketa. Bila mediator handal,
Universitas Sumatera Utara
namun tidak ada itikad baik dari salah satu saja pihak yang bersengketa maka tidaklah mungkin kesepakatan dapat tercapai. Maka dari pada itu, keberhasilan
mediasi dipengaruhi oleh peran mediator dan itikad baik dari para pihak yang bersengketa sehingga mediasi di pengadilan akan benar-benar tercapai.
F. Metode Penelitian