BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Sesuai dengan pernyataan Van Apeldoorn bahwa tujuan hukum adalah
untuk mengatur tata tertib masyarakat secara damai dan adil. Berdasarkan pendapat Van Apeldoorn tersebut maka dapat diketahui bahwa mediasi
memiliki peranan dalam menyelesaikan sengketa perdata, peranan mediasi tersebut adalah untuk menyelesaikan sengketa perdata secara damai
sehingga dapat ditemukannya win-win solution yang tidak akan merugikan bagi masing-masing pihak yang bersengketa. Dengan penyelesaian
sengketa perdata secara damai melalui mediasi maka tercapailah tujuan hukum yang sebenar-benarnya yakni mengatur tata tertib masyarakat
secara damai dan adil. Jika melihat peran mediasi dalam menyelesaikan sengeketa perdata dipengadilan Negeri Medan maka sangat terlihat jelas
bahwa mediasi memiliki peranan penting dalam menyelesaikan sengeketa perdata, namun pada kenyataanya dilapangan para pihak yang
bersengeketa tidak memanfaatkan sebesar-besarnya manfaat dari mediasi itu sendiri karena para pihak kurang mengerti bahwa peran dari mediasi itu
sendiri memiliki manfaat yang besar. Hal ini terlihat dari sedikitnya perkara yang berhasil diselesaikan melalui jalur mediasi, karena
pertahunnya dimulai dari tahun 2008 setelah dikeluarkannya PERMA No. 01 Tahun 2008 sampai dengan 2010 akta perdamaian yang dihasilkan
sangatlah sedikit. Jadi peran mediasi di Pengadilan Negeri Medan sangat kurang memfasilitasi untuk dilaksanakannya perdamaian.
Universitas Sumatera Utara
2. Pada dasarnya, jika melihat prosedur pelaksanaan mediasi di Pengadilan
Negeri Medan maka jelas terlihat pelaksanaan mediasi di Pengadilan Negeri Medan merujuk pada PERMA No. 1 Tahun 2008 dimana mediasi
dilakukan melalui tiga tahapan yaitu proses pra mediasi, proses mediasi dan proses akhir mediasi. Jika melihat kenyataannya dilapangan, proses
dan tahapan-tahapan mediasi telah dilaksanakan sesuai amanat PERMA No.1 Tahun 2008 namun mengenai pelaksanaannya tersebut sering juga
tidak terlaksana dengan baik dan oleh karena itulah mediasi sering kali mengalami kegagalan. Di Pengadilan Negeri Medan sesuai amanat dari
pasal 130 Hir dan 154 Rbg telah banyak perkara yang diupayakan selesai melalui mediasi, namun sejak tahun 2008 hingga tahun 2010 jika melihat
table yang telah dibahas dalam bab ini maka terlihat sedikit sekali perkara yang terselesaikan melalui mediasi walaupun ada beberapa perkara yang
hampir terselesaikan melalui mediasi, dimana pada akhirnya mediasi tersebut mengalami kegagalan, jika melihat data yang diperoleh penulis
maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan mediasi telah dilaksanakan di Pengadilan Negeri Medan namun dalam hal tingkat keberhasilannya
sangat lah minim sehingga pelaksanaan mediasi di pengadilan Negeri Medan Kurang dirasa oleh para pihak yang bersengketa.
3. mengenai kefektifitasan hasil dari pelaksanaan mediasi di Pngadilan Negeri Medan terlihat jelas bahwa pelaksanaan mediasi tidak Efektif
diamana mediasi itu sendiri belum efektif untuk menyelesaikan sengketa perdata di Pengadilan Negeri Medan. Walaupun pelaksanaan mediasi
Universitas Sumatera Utara
sebagai amanat dari pasal 130 HIR dan 154 Rbg telah efektif untuk dilakukan, namun hasil dari mediasi tersebut banyak yang tidak
menemukan kesepakatan untuk berdamai sehingga tidak menyelesaikan sengketa perdata yang terjadi. Ketidak efektifan mediasi dapat dilihat dari
hasil perdamaian dalam menyelesaikan sengketa perdata di Pengadilan Negeri Medan terbukti dengan sangat sedikit sekali jumlah akta
perdamaian yang diperoleh oleh penulis dari bagian administrasi atau pencatatan data perkara di Pengadilan Negeri Medan. Maka pemberdayaan
PERMA No.01 Tahun 2008 harus lebih diintensifkan baik oleh Mahkamah Agung maupun Ketua Pengadilan Negeri Medan, sehingga kesadaran akan
besarnya manfaat mediasi itu sendiri dapat dirasakan oleh para pihak yang bersengketa.
B. SARAN