2 Keadaan jiwa orang itu yang sedemikian rupa, sehingga ia mempunyai
kemampuan untuk dapat mengerti terhadap nilai perbuatannya beserta akibatnya.
3 Keadaan jiwa orang itu sedemikian rupa sehingga ia mampu untuk
menyadari, menginsyafi bahwa perbuatan yang akan dilakukannya itu adalah suatu kelakuan yang tercela, kelakuan yang tidak dibenarkan
oleh hukum, atau oleh masyarakat maupun tata susila.
2. Kesalahan Yang Berupa Kesengajaan Atau Kealpaan
a Kesengajaan
Di dalam penjelasan resmi KUHP Memory van Toelichting “kesengajaan” atau opzet diartikan sebagai “menghendaki” dan
“mengetahui” willen en wetens. Dengan batasan yang diberikan Memory van Toelichting di atas secara umum dapatlah dikatakan, bahwa
kesengajaan mengandung pengertian adanya kehendak dan adanya kesadaran pengetahuan dalam diri seseorang yang melakukan perbuatan
pidana. Dengan demikian, maka seseorang dikatakan dengan sengaja melakukan suatu perbuatan pidana apabila orang itu menghendaki
terhadap dilakukannya perbuatan itu dan menyadari mengetahui terhadap apa yang dilakukannya itu.
55
Berkaitan dengan masalah kesengajaan di dalam ilmu pengetahuan hukum pidana doktrin dikenal ada 2 teori tentang kesengajaan, yaitu :
56
1 Teori kehendak wilstheorie
55
Tongat, Op.Cit., hal. 238.
56
Ibid., hal. 239.
Universitas Sumatera Utara
Menurut teori ini, seseorang dianggap sengaja melakukan suatu perbuatan pidana apabila orang itu menghendaki dilakukannya
perbuatan itu. 2
Teori pengetahuan membayangkan voorstelling-theorie Menurut teori ini, sengaja berarti membayangkan akan timbulnya
akibat perbuatannya. Dalam pandangan teori ini orang tidak bis menghendaki akibat suatu perbuatan, tetapi hanya bisa
membayangkan akibat yang akan terjadi. Dalam hal seseorang melakukan sesuatu dengan sengaja dapat
dibedakan 3 corak bentuk kesengajaan, yaitu sebagai berikut :
57
1 Kesengajaan sebagai maksud tujuan opzet alsoogmerk atau
sering disebut dengan dolus directus. Kesengajaan sebagai maksud akan terjadi, apabila seseorang
menghendaki melakukan suatu perbuatan sekaligus menghendaki terhadap timbulnya akibat perbuatan itu.
2 Kesengajaan dengan tujuan yang pasti atau yang merupakan
keharusan. Kesengajaan ini akan terjadi apabila seseorang melakukan suatu
perbuatan mempunyai tujuan untuk menimbulkan akibat tertentu, tetapi disamping akibat yang dituju itu pelaku insyaf atau
menyadari, bahwa dengan melakukan perbuatan untuk menimbulkan akibat yang tertentu itu, perbuatan tersebut pasti akan
menimbulkan akibat lain yang sebenarnya tidak dikehendaki hanya disadari kepastian akan terjadinya.
57
Ibid., hal. 240.
Universitas Sumatera Utara
3 Kesengajaan dengan sadar akan kemungkinan atau kesengajaan
dengan syarat voorwardelijk opzet dolus eventualis. Kesengajaan ini akan terjadi apabila seseorang melakukan suatu
perbuatan mempunyai tujuan untuk menimbulkan akibat tertentu, tetapi disamping akibat yang dituju itu pelaku insyaf atau
menyadari, bahwa dengan melakukan perbuatan itu untuk menimbulkan akibat tertentu itu, perbuatan tersebut mungkin akan
menimbulkan akibat lain yang sebenarnya tidak dikehendaki hanya disadari kemungkinan akan terjadi.
b Kealpaan Kelalaian culpa
Di dalam penjelasan resmi KUHP Memory van Toelichting mengatakan, bahwa kelalaian culpa terletak antara sengaja dan kebetulan.
Culpa dipandang lebih ringan dibanding dengan sengaja. Oleh karena itu Hazewinkel Suringa mengatakan bahwa delik culpa itu merupakan delik
semu quasidelict sehingga diadakan pengurangan pidana.
58
Untuk adanya kealpaan harus dipenuhi 2 syarat, yaitu :
59
a. Tidak adanya kehati-hatian yang diperlukan dalam pengertian telah
berbuat tidak hati-hati. Syarat ini ditujukan pada kealpaan kelalaian terhadap perbuatannya. Jenis kealpaan ini merupakan
kealpaan kelalaian yang terjadi pada jenis tindak pidana formil. b.
Adanya akibat yang dapat diduga sebelumnya, dalam pengertian, pelaku telah tidak menduga terhadap timbulnya akibat yang
seharusnya diduganya. Syarat ini ditujukan pada kealpaan
58
Andi Hamzah, Op.Cit., hal. 125.
59
Tongat, Op.Cit., hal. 288.
Universitas Sumatera Utara
kelalaian terhadap akibatnya. Jenis kealpaan ini merupakan kealpaan kelalaian yang terjadi pada jenis tindak pidana materil.
3. Tidak Ada Alasan Pemaaf