Latar Belakang Perencanaan Rangka Atap Baja Ringan Berdasarkan Australian/New Zealand Standard (AS/NZS 4600:1996)

menjadi “miring”. Penurunan standar kualitas itu tentu saja sangat membahayakan. Sudah banyak berita mengenai robohnya rangka atap baja ringan di berbagai lokasi. Salah satu penyebab munculnya “kualitas non-standar” itu adalah karena sampai saat ini Indonesia belum memiliki peraturan mengenai material cold formed steel yang merupakan material pembentuk rangka jenis ini. Hal ini menyebabkan banyak pelaksana di lapangan tidak terbiasa dengan proses perencanaan dan pelaksanaannya.

1.2 Latar Belakang

Baja cold-formed atau cold-rolled canai dingin atau light-gage atau baja ringan adalah komponen struktur baja dari lembaran atau pelat baja dengan proses pengerjaan dingin. Baja canai dingin semakin populer digunakan sebagai alternatif pengganti kayu dan secara intensif dipakai pada bangunan rendah tidak- bertingkat low-rise building. Riset tentang baja cold-formed untuk bangunan dimulai oleh Prof. George Winter dari Universitas Cornell mulai tahun 1939. Berdasarkan riset-riset beliau maka dapat dilahirkan edisi pertama tentang “Light Gauge Steel Design Manual” tahun 1949 atas dukungan AISI American Iron and Steel Institute. Sejak dikeluarkan peraturan tersebut atau lebih dari lima dekade ini, maka pemakaian material baja canai dingin semakin berkembang untuk konstruksi bangunan, mulai Universitas Sumatera Utara struktur sekunder sampai struktur utama, misalnya untuk balok lantai, rangka atap dan dinding pada bangunan industri, komersial maupun rumah tinggal. Negara-negara selain USA umumnya sudah melengkapi dengan peraturan perencanaan dan karena didukung dengan hasil-hasil penelitian maka aplikasi baja canai dingin semakin maju yang berimbas pada semakin efisien dan luas pemakaiannya. SNI 03-1729-2002 atau Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung adalah acuan terbaru perencanaan konstruksi baja Indonesia dan setara dengan peraturan AISC American Institute of Steel Construction. Meskipun demikian aplikasinya terbatas pada profil baja canai panas hot-rolled yang umumnya cocok dipakai pada konstruksi berat. Pada sisi lain ada juga profil baja canai dingin cold-formed yang banyak digunakan pada konstruksi ringan. Bagaimanapun juga perilaku baja canai dingin berbeda dengan baja canai panas Wei-Wen Yu 2000 sehingga perencanaannyapun berbeda. Produksi baja canai dingin di Indonesia semakin meningkat, umumnya ditujukan pada konstruksi baja ringan yang bersaing dengan konstruksi kayu yang cenderung semakin langka dan mahal. Meskipun demikian akibat ketiadaan peraturan tentang baja canai dingin maka banyak pelaksana di lapangan tidak terbiasa dengan proses perencanaan dan pelaksanaannya. Menghadapi kondisi seperti itu, umumnya para insinyur yang ada bilamana berkaitan dengan cold-formed akan menyerahkan bulat-bulat mulai dari Universitas Sumatera Utara perencanaan sampai pelaksanaannya pada kontraktor spesialis yang umumnya sekaligus pemasok material tersebut. Penelitian mengenai perencanaan baja konvensional sudah banyak dilakukan dan memberikan hasil yang memuaskan. Namun, penelitian mengenai perencanaan baja ringan belum banyak dilakuka n. Di Indonesia diketahui bahwa rangka atap jenis ini banyak mengalami kegagalan. Kegagalan tersebut dapat disebabkan oleh kegagalan elemen, kegagalan sambungan, kombinasi keduanya atau kesalahan pengerjaan sehingga diperlukan analisis lebih lanjut mengenai perilaku struktur rangka atap baja ringan dan sambungannya yang didesain menurut prosedur yang biasa dilakukan saat ini.

1.3 Maksud dan Tujuan