Beban Hidup Beban Angin Beban Hujan

Tabel 3.1. Rekapitulasi Beban Mati beban beban beban beban beban beban jumlah input atap reng kuda-kuda plafon bracing beban SAP kg kg kg kg kg kg kg P1 = P13 12,2801 3,108 7,8875 41,706 0,78875 65,77035 66 P2 = P12 12,2801 3,108 14,1625 - 1,41625 30,96685 31 P3 = P11 12,2801 3,108 16,9 - 1,69 33,9781 34 P4 = P10 12,2801 3,108 42,4675 - 4,24675 62,10235 62 P5 = P9 12,2801 3,108 23,2075 - 2,32075 40,91635 41 P6 = P8 12,2801 3,108 26,53 - 2,653 44,5711 45 P7 12,2801 3,108 18,7675 - 1,87675 36,03235 36 P14 = P24 - - 9,25 41,706 0,925 51,881 52 P15 = P23 - - 15,135 41,706 1,5135 58,3545 58 P16 = P22 - - 17,8725 41,706 1,78725 61,36575 61 P17 = P21 - - 20,9425 41,706 2,09425 64,74275 65 P18 = P20 - - 24,18 41,706 2,418 68,304 68 P19 - - 26,525 41,706 2,6525 70,8835 71

3.3.2 Beban Hidup

Beban hidup merupakan beban yang bekerja pada bangunan selama bangunan tersebut berdiri. Pada tugas akhir ini, hanya dimodelkan struktur atapnya saja maka nilai beban hidup yang ditentukan adalah beban hidup sementara akibat berat pekerja yaitu sebesar 100 kg yang diletakkan pada joint- joint batang atas top chord. Berikut ini adalah gambar permodelan pembebanan beban hidup sementara dalam struktur : Universitas Sumatera Utara Gambar 3.6. Distribusi Beban Hidup L

3.3.3 Beban Angin

Berdasarkan PPIG 1987, beban angin didefinisikan sebagai tekanan angin yang menerpa struktur baik berupa gaya tekan ataupun gaya hisap. Angin yang bergerak menabrak struktur dianggap bekerja sebagai tekanan positif pada sisi yang berhadapan langsung dengan arah angin dan tekanan negatif hisap pada sisi belakangnya. Tekanan tiup angin yang bekerja pada struktur untuk daerah normal minimum sebesar 25 kgm 2 dan untuk daerah pantai diambil minimum 40 kgm 2 . Pada tugas akhir ini beban angin diambil sebesar 40 kgm 2 . Rangka atap yang akan dianalisis memiliki sudut kemiringan sebesar α = 25 . Perhitungan untuk angin tekan dan angin hisap adalah sebagai berikut: 1. Koefisien a ngin tekan = 0,02 α – 0,4 = [0,02 . 25 – 0,4] = 0,1 Angin tekan W 1 = luasan x koef. angin tekan x beban angin = 1,655 m x 1,4 m x 0,1 x 40 kgm 2 = 9,268 kg Universitas Sumatera Utara W 1 2 = 9,268 2 = 4,634 kg 2. Koefisien angin hisap = -0,4 Angin hisap W 2 = luasan x koef. angin hisap x beban angin = 1,655 m x 1,4 m x 0,4 x 40 kgm 2 = 37,072 kg W 2 2 = 37,072 2 = 18,536 kg Arah beban angin ini tegak lurus terhadap permukaan atap batang tekan. Beban ini akan diuraikan dalam arah x dan z dalam pemodelan dengan SAP. Model pembebanan tersebut ditampilkan dalam gambar berikut Gambar 3.7. Distribusi Beban Angin Kiri Wkiri Universitas Sumatera Utara Gambar 3.8. Distribusi Beban Angin Kanan Wkanan

3.3.4 Beban Hujan

Pada atap bekerja beban hujan sebesar 20 kgm2. Seperti halnya beban mati yang ditransfer berdasarkan besarnya tributary area, beban hujan pun demikian. Beban hujan H dihitung sebagai berikut : Beban hujan H = luasan x beban hujan = 1,655 m x 1,4 m x 20 kgm 2 = 46,34 kg H 2 = 46,34 2 = 23,17 kgm 2 Beban hujan ini diletakkan sepanjang batang tekan dengan arah searah sumbu z pada SAP. Pemodelan beban hujan ditampilkan dalam gambar 3.9. Universitas Sumatera Utara Gambar 3.9. Distribusi Beban Hujan H Universitas Sumatera Utara

3.4 Gaya Dalam Maksimum