Prosedur Penerbitan Surat Tagihan Pajak Dalam Rangka Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat
LAPORAN TUGAS AKHIR
PROSEDUR PENERBITAN SURAT TAGIHAN PAJAK DALAM
RANGKA MENINGKATKAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK DI
KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN BARAT
O
L
E
H
NAMA
: ETIKA RAVITASARI
NIM
: 102600092
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Menyelesaikan Studi pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2013
(2)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan kesehatan dan kemampuan kepada penulis untuk dapat menyelesaikan tugas akhir sesuai dengan jadwal yang ditentukan.Tugas akhir ini disusun oleh penulis dalam rangka memenuhi salah satu syarat menyelesaikan studi pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Tugas akhir ini disusun berdasarkan data – data yang diperoleh dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat selama penulis menjalani proses Praktik Kerja Lapangan Mandiri.
Dalam menyelesaikan tugas akhir ini banyak bantuan yang diterima baik moral maupun material, untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr.Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
2. Bapak Drs.Alwi Hashim Batubara, M.Si selaku Ketua Program Studi Diploma
III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
3. Bapak Indra Efendi Rangkuti, S.Sos selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan arahan dan petunjuk kepada penulis selama proses penyusunan tugas akhir ini
(3)
4. Bapak Muhamad Ali, SST. Ak. MBA selaku Kepala Sub. Bagian Umum Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat
5. Kepada seluruh Dosen dan pegawai Program Studi Diploma III Adminitrasi
Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
6. Kepada kedua orang tua penulis yang telah bersusah payah dengan penuh
kasih dan sayang dan sabar membesarkan, mendidik, mendorong penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini
7. Kepada sahabat penulis Halimah Siregar yang selalu memberikan semangat
dan perhatian kepada penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini
8. Kepada teman – teman di Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
khususnya kepada Amalia Dwi Putri, Anna Delima Rahmadaria, Reisya Andari yang selalu memberi semangat, perhatian, dan kerjasamanya dalam menyelesaikan tugas akhir ini
9. Kepada teman penulis Kiki Cyalala yang selalu memberikan semangat dan
bantuannya kepada penulis dalam kesusahan menyelesaikan tugas akhir ini Dalam penyusunan tugas akhir ini, penulis menyadari adanya kelemahan, baik dari segi isi maupun penyajian. Namun demikian, penulis berusaha secara maksimal untuk memperbaiki tugas akhir ini agar menjadi lebih baik lagi, penulis juga mohon maaf apabila terjadi kesalahan kata – kata dalam penulisan tugas akhi ini.
(4)
Demikianlah yang dapat penulis sampaikan dan penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan kepada penulis serta penulis berharap agar tugas akhir ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Juli 2013
Penulis
(5)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... ii
BAB I : PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 1
2. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 3
3. Uraian Teoritis ... 6
4. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 10
5. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 10
6. Metode Pengumpulan Data Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 12
7. Sistematika Penulisan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 13
BAB II : GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM 1. Sejarah Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat ... 15
2. Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat ... 17
3. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat ... 19
4. Deskripsi dan Aktivitas Kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat ... 22
(6)
BAB III : GAMBARAN DATA
1. Pajak ... 26
1.1Pengertian Pajak ... 26
1.2Jenis – jenis Pajak ... 27
1.3Fungsi Pemungutan Pajak ... 29
1.4Sistem Pemungutan Pajak ... 29
1.5Asas Pemungutan Pajak ... 30
2. Surat Tagihan Pajak ... 30
2.1Pengertian Surat Tagihan Pajak ... 30
2.2Tatacara Penerbitan Surat Tagihan Pajak ... 32
2.3Fungsi Surat Tagihan Pajak ... 34
2.4Jangka Waktu Pembayaran Surat Tgaihan Pajak ... 35
2.5Petunjuk Pelaksanaan Pengeluaran Surat Tagihan Pajak Pajak Penghasilan ... 36
2.6Penerbitan Surat Tagihan Pajak(STP) Pajak Penghasilan Pasal 25 ... 39
2.7Penomoran Surat Tagihan Pajak ... 41
2.8Cara Melunasi Surat Tagihan Pajak ... 41
(7)
BAB IV : ANALISIS DAN EVALUASI
1. Prosedur Penerbitan Surat Tagihan Pajak ... 43
2. Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak dan Jumlah Penerimaan
Pajak yang Diperoleh Atas Penerbitan Surat Tagihan Pajak ... 45
3. Masalah yang Timbul dalam Penerbitan Surat Tagihan Pajak ... 47
4. Upaya Pemecahan Masalah yang Timbul ... 49
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan ... 51 2. Saran ... 52
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(8)
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Sektor perpajakan dalam beberapa tahun terakhir ini di dalam pemerintahan dijadikan andalan sebagai sumber penerimaan dalam negeri. Walaupun seperti yang kita ketahui perekonomian Indonesia sedang mengalami guncangan, namun harapan penerimaan negara tetap pada penerimaan pajak. Sektor perpajakan dianggap mampu mencerminkan kerjasama nasional. Dalam hal pembiayaan pembangunan dalam upaya melepaskan diri dari ketergantungan pada pinjaman luar negeri. Dalam rangka meningkatkan penerimaan dari sektor perpajakan tersebut, maka dalam pelaksanaan Undang-Undang Perpajakan semakin diintensifkan dan prosedur perpajakan perlu terus disempurnakan dan disederhanakan dengan memperhatikan azas keadilan, pemerataan, manfaat dan kemampuan masyarakat. Dengan penerimaan pajak akan sangat membantu pembangunan nasional yaitu kegiatan yang berlangsung terus menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik materil maupun spritual (waluyo,2010:2).
Dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 dan sebagaimana telah diubah dengan Undang Nomor 28 Tahun 2007 dan terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
(9)
Perpajakan pada Pasal 1 disebutkan bahwa Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh Orang Pribadi atau Badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapat imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Sebagai tindak lanjut guna meningkatkan penerimaan dari sektor pajak, pemerintah telah melakukan beberapa kali perubahan terhadap Undang-Undang Perpajakan di Indonesia, seperti sistem pemungutan pajak, dari mulai
menggunakan sistem pemungutan pajak official assessment system hingga kini
menggunakan sistem pemungutan pajak self assessment system, yang mana
Wajib Pajak diberikan kepercayaan sepenuhnya untuk menghitung, memperhitungkan, melaporkan, dan membayar sendiri jumlah pajak yang terutang, sehinnga dapat dikatakan Wajib Pajak memiliki peranan besar dalam menentukan keberhasilan sistem perpajakan tersebut. Pada kenyataannya masih banyak terdapat Wajib Pajak yang tidak memenuhi kewajibannya sebagai Wajib Pajak. Akibat dari tindakan Wajib Pajak ini maka dilakukanlah tindakan Penagihan Pajak yang berfungsi sebagai sarana pencairan tunggakan pajak.
Dalam hal penagihan pajak aparatur Direktorat Jenderal Pajak akan menerbitkan Surat Tagihan Pajak sebagaimana telah diatur dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 yaitu tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, khususnya mengenai pembayaran pajak sebagai sarana pelunasan pajak terutang. Namun kenyataan dilapangan masih banyak Wajib
(10)
Pajak yang tidak menghiraukan atas diterbitkannya Surat Tagihan Pajak tersebut dan selanjutnya aparatur pajak akan menerbitkan Surat Teguran Pajak atau surat peringatan lainnya. Sanksi administrasi yang dikenakan tentu saja akan menambah jumlah pajak yang harus dibayar oleh Wajib Pajak. Dengan diterbitkannya Surat Tagihan Pajak diharapkan Wajib Pajak tidak akan mengulangi kesalahan yang berakibat merugikan dirinya sendiri. Oleh karena itu, penerbitan Surat Tagihan Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam melaksanakan Undang-Undang Perpajakan, karena tujuannya tidak saja memantau kewajiban dan kepatuhan Wajib Pajak, tetapi dapat juga untuk meningkatkan penerimaan pajak.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengangkat
permasalahan seputar Surat Tagihan Pajak dengan judul “Prosedur Penerbitan
Surat Tagihan Pajak dalam Rangka Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat.”
2. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri 1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Di dalam suatu kegiatan yang dilakukan selalu memiliki tujuan sesuai dengan yang diharapkan demikian halnya dengan Praktik Kerja Lapangan Mandiri yang dilaksanakan. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan PKLM ini adalah:
(11)
1.1Untuk mengetahui prosedur penerbitan Surat Tagihan Pajak.
1.2Untuk mengetahui kendala - kendala yang timbul dalam prosedur
penerbitan Surat Tagihan Pajak.
1.3Untuk mengetahui upaya yang dilakukan dalam menghadapi kendala
dalam penerbitan Surat Tagihan Pajak.
1.4Untuk mengetahui tingkat kepatuhan Wajib Pajak dengan adanya
penerbitan Surat Tagihan Pajak.
2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini tentunya sangat bermanfaat bagi semua pihak, diantaranya adalah:
2.1 Bagi Mahasiswa
a. Meningkatkan komunikasi dan pendekatan sosial tehadap dunia kerja.
b. Mendorong mahasiswa untuk belajar, mengetahui bagaimana tenaga ahli
yang siap dipakai.
c. Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan mahasiswa, sehingga dapat
meningkatkan potensi yang ada didalam dirinya untuk menjadi pegawai yang berkualitas tinggi.
(12)
2.2 Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat
a. Menjalin hubungan baik dengan Universitas Sumatera Utara, khususnya
Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
b. Meningkatkan kerjasama dengan lembaga pendidikan dalam hal
meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
c. Membantu pihak Kantor Pelayanan Pajak Pratama dalam hal sosialisasi
perpajakan kepada masyarakat Wajib Pajak melalui peserta mahasiswa PKLM yang nantinya setelah menyelesaikan studi akan mengabdikan ilmu perpajakan yang dimilikinya kepada masyarakat.
2.3 Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
a. Memberi dorongan untuk meningkatkan kualitas pendidikan,
mendapatkan ilmu pengetahuan atau data yang terbaru untuk disesuaikan dengan kurikulum.
b. Memperbaiki pandangan masyarakat atas kualitas sumber daya manusia
yang dihasilkan oleh lembaga pendidikan khususnya Universitas Sumatera Utara.
c. Memberi bukti nyata atas disiplin ilmu yang telah diterapkan selama
(13)
3. Uraian Teoritis 1. Pengertian Pajak
1.1 Menurut Undang - Undang Nomor 16 Tahun 2009
Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh Orang Pribadi atau Badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang - Undang dengan tidak mendapat imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar - besarnya kemakmuran rakyat.
1.2 Menurut Prof. Dr. Rocmat Soemitro, S.H
Pajak adalah iuran kepada kas negara berdasarkan Undang - Undang( yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal ( kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum. (Waluyo:2010:3)
2. Surat Tagihan Pajak
2.1 Pengertian Surat Tagihan Pajak
Surat Tagihan Pajak adalah surat yang digunakan untuk melakukan tagihan pajak dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan/denda. Surat Tagihan Pajak mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan Surat Ketetapan Pajak. (Waluyo,2010:56)
(14)
2.2 Tatacara penertiban Surat Tagihan Pajak
Peraturan Menteri Keruangan Nomor 84/PMK.03/2010 tentang perubahan atas peraturan Menteri Keuangan Nomor 189/PMK.03/2007 tentang tata cara penertiban Surat Tagihan Pajak, Direktorat Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Tagihan Pajak untuk masa pajak, bagian tahun pajak dalam hal:
a. Pajak penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar.
b. Berdasarkan penelitian SPT terdapat kekurangan pembayaran pajak
sebagai akibat salah tulis atau salah hitung.
c. Wajib Pajak dikenakan sanksi admninistrasi berupa denda bunga dan atau
bunga
d. Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai PKP tetapi tidak membuat
Faktur Pajak atau membuat Faktur Pajak tetapi tidak tepat waktu.
e. Pengusaha yang telah ditetapkan sebagai PKP tetapi tidak mengisi Faktur
Pajak secara lengkap menurut Pasal 13 ayat 5b Undang - Undang PPN atau identitas pembeli serta nama dan tandatangan menurut Pasal 13 ayat 5b dan g Undang - Undang PPN dalam hal penyerahan dilakukan oleh PKP pedagang eceran.
f. PKP melaporkan Faktur Pajak tidak sesuai dengan masa penerbitan Faktur
Pajak.
g. PKP yang gagal berproduksi dan telah diberikan pengembalian pajak
(15)
Surat Tagihan Pajak yang telah diterima oleh Wajib Pajak wajib dibayar lunas dalam jangka waktu satu bulan sejak tanggal diterbitkan oleh pejabat pajak yang bersangkutan. Bila jangka waktu itu telah terlampaui tetapi belum juga dibayar maka dapat ditagih dengan Surat Paksa. (Saidi,2007:202)
Bagi Wajib Pajak usaha kecil dan Wajib Pajak di daerah tertentu, jangka waktu pelunasan pajak tersebut dapat diperpanjang paling lama menjadi dua bulan yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan peraturan Menteri Keuangan. (Diana dan Lilis,2010:32)
2.3 Fungsi Surat Tagihan Pajak
Adapun fungsi Surat Tagihan Pajak adalah:
a. Sebagai koreksi atas jumlah pajak yang terutang menurut SPT Wajib
Pajak.
b. Sebagai sarana untuk mengenakan sanksi berupa bunga atau denda.
c. Sebagai sarana untuk menagih pajak.
Berdasarkan Undang - Undang Nomor 16 tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan Pasal 7 ayat 1 menyatakan bahwa sanksi administrasi berupa denda untuk Surat Pemberitahuan masa PPN Rp.500.000,- Orang Pribadi Rp.100.000,- Badan Rp.1.000.000,- dan SPT masa lainnya Rp.100.000,-
Bila karena PPh dalam tahun berjalan tidak/kurang dibayar dan dari penelitian terdapat kekurangan pembayaran pajak sebagai akibat salah tulis dan/salah hitung, jumlah kekurangan pajak terutang ditambah sanksi
(16)
administrasi bunga 2% per bulan, untuk paling lama 24 bulan, sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya masa/bagian/tahun pajak sampai dengan tanggal terbit Surat Tagihan Pajak.
Bila karena PKP tidak membuat Faktur Pajak atau membuat Faktur Pajak tetapi tidak tepat waktu, PKP tidak mengisi Faktur Pajak dan PKP melaporkan Faktur Pajak tidak sesuai dengan masa penerbitannya, selain wajib menyetor pajak yang terutang, dikenai sanksi administrasi berupa denda 2% dari Dasar Pengenaan Pajak.
Bila karena PKP yang gagal berproduksi dan telah diberikan pengembalian Pajak Masukan, dikenai sanksi administrasi berupa bunga 2% per bulan dari jumlah pajak yang ditagih kembali, dihitung dari tanggal penerbitan SKPKPP sampai dengan tanggal penerbitan Surat Tagihan Pajak, dan bagian dari bulan dihitung penuh satu bulan.
Berdasarkan Pasal 16 ayat 1 Undang - Undang Nomor 16 tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, pengenaan sanksi bunga penagihan hanya dapat dikenakan kepada Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan Pembetulan, Putusan Banding dan Putusan Peninjauan Kembali, sedangkan atas Surat Tagihan Pajak (misal atas Surat Tagihan Pajak Pasal 25) tidak dapat dikenakan sanksi bunga penagihan.
Dalam keadaan tertentu dapat terjadi Surat Tagihan Pajak harus diterbitkan kembali akibat suatu hal yang diperbolehkan oleh Undang - Undang pajak,
(17)
terkait dengan hal tersebut, Menteri Keuangan melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.03/2010 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 189/PMK.03/2007 tentang Tata Cara penertiban Surat Tagihan Pajak, menyatakan bahwa dalam hal Surat Tagihan Pajak diketahui rusak, tidak terbaca, hilang atau tidak ditemukan lagi, Direktorat Jenderal Pajak karena jabatannya dapat menerbitkan kembali Surat Tagihan Pajak sebagi pengganti asli Surat Tagihan Pajak. Surat Tagihan Pajak hasil penerbitan kembali tersebut mempunyai kedudukan yang sama dengan asli Surat Tagihan Pajak. (Siahaan,2010:115)
4. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Adapun yang menjadi ruang lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri yaitu melakukan pengumpulan data dan membahas permasalahan mengenai:
1.Prosedur penerbitan Surat Tagihan Pajak.
2.Kendala yang timbul dalam proses penerbitan Surat Tagihan Pajak dan
upaya yang dilakukan dalam menghadapi kendala yang timbul dalam proses penerbitan Surat Tagihan Pajak.
3.Tingkat kepatuhan Wajib Pajak dengan adanya penebitan Surat Tagihan
Pajak.
5. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data serta memperoleh informasi yang sesuai dengan metode yang digunakan sebagai berikut:
(18)
1. Tahap Persiapan
Dalam tahap ini penulis melakukan berbagi persiapan mulai dari pengajuan judul, penentuan judul, pembuatan proposal,seminar proposal, perbaikan proposal, penentuan dosen pembimbing, bimbingan dan konsultasi dengan dosen pembimbing, pembuatan surat izin pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.
2. Studi Literatur
Penulis mengumpulkan data - data yang menyangkut masalah yang akan dibahas melalui sumber bacaan seperti buku perpajakan, Undang - Undang, artikel ilmiah serta mencari data - data dan informasi dengan membaca landasan teori yang ada hubungannya dengan laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.
3. Observasi Lapangan
Dalam tahap ini penulis melakukan peninjauan/pengamatan secara langsung pada objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri, mencari data - data dan informasi serta mempelajari laporan - laporan yang berhubungan dengan masalah yang dibahas.
4. Pengumpulan Data
Mengumpulkan data mengenai “prosedur penerbitan Surat Tagihan Pajak dalam rangka meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak di kantor pelayanan pajak pratama Medan Barat” melalui :
(19)
a. Data Primer
Bersumber dari pihak - pihak yang memahami tentang prosedur penertiban Surat Tagihan Pajak di Kantor Pelayan Pajak Pratama Medan Barat.
b. Data sekunder
Bersumber dari buku - buku tentang prosedur administrasi pertiban Surat Tagihan Pajak.
5. Analisa dan Evaluasi
Penulis menganalisis dan mengevaluasi data mengenai prosedur penerbitan surat tagihan pajak dalam rangka meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat.
6. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan cara mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Umumnya cara mengumpulkan data menggunakan beberapa metode dibawah ini:
1. Wawancara ( interview)
Yaitu dengan melakukan tanya jawab secara langsung dengan pihak yang terkait mengenai hal - hal yang berkaitan dengan pihak yang terkait mengenai hal - hal yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti.
(20)
2. Daftar Observasi
Melakukan kegiatan pengamatan langsung tentang objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri yang tujuannya adalah untuk mendapatkan gambaran dari sumber data yang perlu.
3. Dokumentasi
Pengumpulan data dengan melakukan studi dokumentasi misalnya dengan mengumpulkan daftar dokumentasi yang diperlukan seperti Peraturan Pemerintah yang berlaku, Undang - Undang resmi lainnya mengenai prosedur penerbitan Surat Tagihan Pajak. (Noor,2011:138-141)
7. Sistematika Penulisan Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Adapun yang menjadi sistematika dalam penyusunan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri adalah:
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis menjelaskan mengenai latar belakang yang menjadi dasar pemilihan dalam penyusunn laporan, tujuan dan manfaat, uraian teoritis, ruang lingkup, metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri, metode pengumpulan data serta sistematika penulisan laporan.
BAB II : GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM
Pada bab ini penulis menguraikan sejarah singkat lokasi Praktik Kerja Lapangan Mandiri yang akan diteliti, visi dan
(21)
misi lokasi Praktik Kerja Lapangan Mandiri, struktur organisasi, deskripsi dan aktivitas kerja pegawai.
BAB III : GAMBARAN DATA
Pada bab ini penulis menguraikan penjelsan tentang pajak, Surat Tagihan Pajak, tatacara penerbitan Surat Tagihan Pajak, fungsi Surat Tagihan Pajak, jangka waktu pembayaran Surat Tagihan Pajak, petunjuk pelaksanaan pengeluaran Surat Tagihan Pajak Penghasilan, penerbitan Surat Tagihan Pajak Penghasilan Pasal 25, penomoran Surat Tagihan Pajak,cara pelunasan Surat Tagihan Pajak, dan dasar hukum.
BAB IV : ANALISIS DAN EVALUASI
Pada bab ini penulis akan menganalisa data yang diperoleh serta menanganalisa masalah yang timbul, alternatif pemecahan masalah juga evaluasi tehadap alternatif pemecahan masalah.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini penulis mengemukakan tentang kesimpulan dan saran mengenai objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri dan permasalahan yang penulis hadapi selama melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri di lapangan.
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(22)
BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI
PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
1. Sejarah Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat
Pada tahun 1976, Kantor Pelayanan Pajak masih disebut Kantor Inspeksi
Pajak. Pada saat itu masih ada dua kantor inspeksi pajak yaitu Inspeksi Pajak Medan Selatan dan Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara.
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 276/KMK/01/1989 tanggal 25 Maret 1989 tentang Organisasi dan Tata Usaha Direktorat Jendral Pajak, maka Kantor Inspeksi Pajak diubah namanya menjadi Kantor Pelayanan Pajak sehingga sejak April 1989 Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara diganti namanya menjadi Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara.
Kemudian untuk menetapkan pelayanan yang akan diberikan pemerintah kepada masyarakat umum, khususnya kepada Wajib Pajak pada tanggal 29 Maret 1994 dikeluarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 94/KMK/1994 terhitung mulai tanggal 1 April 1994 Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Medan menjadi 4 kantor yaitu:
1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat, Jl. Asrama No.7 Medan.
2. Kantor pelayanan Medan Timur, Jl. Diponegoro No.30 Medan.
(23)
4. Kantor Pelayanan Pajak Medan Binjai, Jl. Binjai No.7
Kemudian sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor 443/KMK/01/2001 tanggal 23 Juli 2001 Kantor Pelayanan Pajak Medan Baratdipecah menjadi dua kantor yaitu Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat dan Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia yang mulai berlaku sejak 25 Januari 2002.
Wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat meliputi:
1. Kecamatan Medan Barat
2. Kecamatan Medan Helvetia
3. Kecamatan Medan Sunggal
4. Kecamatan Medan Petisah
PENG-04/WPJ.01/2008 tanggal 26 Mei 2008 dari kanwil Direktorat Jendral Pajak Sumatera Utara I, kantor Pelayanan Pajak Medan Barat dipecah menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah dan Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat yang mulai berlaku sejak 27 Mei 2008. Masa ini lebih dikenal dengan sebutan masa reformasi pajak. Dan wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat adalah Kecamatan Medan Barat yang terdiri dari 6 kelurahan, yaitu :
1. Kelurahan Glugur Kota
2. Kelurahan Kesawan
3. Keluraha Pulo Brayan Kota
4. Kelurahan Karang Berombak
(24)
6. Kelurahan Silalas
Wilayah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat
Waskon I Glugur Kota
Waskon II Kesawan
Waskon III Pulo Brayan Kota
Karang Berombak
Waskon IV Sei Agul
Silalas
2. Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat
Adapun Visi dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat adalah menjadi pengelola keuangan dan kekayaan negara bertaraf internasional yang dipercaya dan dibanggakan masyarakat, serta instrumental bagi proses transformasi bangsa menuju masyarakat adil, makmur dan berperadaban tinggi. .
Dan misi dari kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat adalah
1. Di Bidang Fiskal
Mengembangkan kebijakan fiskal yang sehat dan berkelanjutan serta
mengelola kekayaan dan utang negara secara hati - hati (prudent), bertanggung
jawab dan trasparan.
2. Di Bidang Ekonomi
Mengatasi masalah-masalah ekonomi serta proaktif senantiasa mengambil peran strategis dalam upaya membangun ekonomi bangsa yang mampu
(25)
mengantarkan bangsa Indonesia menuju masyarakat yang dicita-citakan konstitusi.
3. Di Bidang Politik
Mendorong proses demokrasi fiskal dan ekonomi.
4. Di Bidang Sosial dan Budaya
Mengembangkan masyarakat finansial yang berbudaya dan modern.
5. Di Bidang Kelembagaan
Memeperbaharui diri (self reinventing) sesuai dengan aspirasi masyarakat dan
perkembangan mutakhir teknologi keuangan serta administrasi publik, serta pembenahan pembangunan kelembagaan dibidang keuangan yang baik dan kuat yang akan memberikan dukungan dan pedoman pelaksana yang rasional dan adil, dengan didukung oleh pelaksana yang potensial dan mempunyai integritas yang tinggi.
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat mempunyai tugas melaksanakan penyuluhan, pelayanan, dan pengawas Wajib Pajak dibidang Pajak Pengahasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Tidak Langsung Lainnya dalam wailayah wewenang berdasarkan peraturan perundang - undangan yang berlaku.
Beberapa tugas dan fungsi organisasi pelaksana Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat dalah sebagai berikut:
(26)
1. Penetapan dan Penerbitan produk hukum perpajakan.
2. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan
pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya.
3. Penyuluhan perpajakan.
4. Pelaksanaan registrasi Wajib Pajak.
5. Pelaksanaan ekstensifikasi.
6. Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak.
7. Pelaksanaan pemeriksaan pajak.
8. Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak.
9. Pelaksanaan konsultasi perpajakan.
10.Pelaksanaan intensifikasi.
11.Pembetulan ketetapan pajak.
12.Pelaksanaan administrasi Kantor.
3. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat
Struktur organisasi adalah suatu bagan yang menggambarkan sistematis
mengenai penetapan tugas - tugas, fungsi dan wewenang serta tanggung jawab masing-masing dengan tujuan yang telah di tentukan sebelumnya. Tujuannya yaitu untuk membina keharmonisan kerja agar pekerjaan dapat dilaksanakan dengan teratur dan baik untuk mencapai tujuan yang diharapkan secara maksimal.
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat menerapkan Struktur organisasi Lini dan staf. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat dipimpin
(27)
oleh seorang kepala kantor yang secara operasional bertanggung jawab kepada kepala Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak.
Untuk mencapai organisasi yang lebih baik sesuai dengan pangkat dan jabatan, dengan mengetahui tugas dan tanggung jawab masing-masing setiap bagian akan berinteraksi dan beroperasi secara harmonis dengan keteraturan pasti dengan wadah struktur organisasi.
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat terdiri dari sembilan seksi yang masing - masing seksi dipimpin Kepala Seksi dan pelaksana. Khusus untuk seksi pengawasan dan konsultasi, selain kepala seksi dan pelaksana, seksi ini juga
memiliki Account Representative atau yang biasa disingkat dengan sebutan AR.
Struktur organisasi yang ada di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat dapat digambarkan sebagai berikut :
1. Kepala Kantor
2. Sub Bagian Umum
3. Seksi Pelayanan
4. Seksi Pengolahan Data dan Informasi ( PDI)
5. Seksi Pengawasan dan Konsultasi (WASKON)
6. Seksi Penagihan
7. Seksi Ekstensifikasi
8. Seksi Pemeriksaan
(28)
Bagan Struktur Organisasi
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat
KEPALA KANTOR KPP PRATAMA MEDAN BARAT KEPALA SEKSI EKTENSIFIKASI KEPALA SEKSI WASKON I KEPALA SEKSI PEMERIKSAAN KEPALA SEKSI WASKON II KEPALA SEKSI PENAGIHAN KEPALA SEKSI WASKON III KEPALA SEKSI PELAYANAN KEPALA SEKSI PDI KEPALA SEKSI WASKON IV KEPALA SUBBAG UMUM PELAKSANA SEKSI PDI PELAKSANA SEKSI PELAYANAN PELAKSANA SEKSI EKSTENSIFIKASI PELAKSANA SEKSI PENAGIHAN PELAKSANA SEKSI PEMERIKSAAN AR SEKSI WASKON I AR SEKSI WASKON III AR SEKSI WASKON II AR SEKSI WASKON IV PELAKSANA SEKSI WASKO IV PELAKSANA SEKSI WASKON III PELAKSANA SEKSI WASKON II SUPERVISOR KELOMPOK I
KETUA TIM I KELOMPOK I
KETUA TIM II KELOMPOK II
ANGGOTA TIM I KEL-I
ANGGOTA TIM I KEL-I
SUPERVISOR KELOMPOK II KETUA TIM KELOMPOK II ANGGOTA TIM KEL-II PELAKSANA SEKSI WASKON I PETUGAS KEAMANAN CLEANING SERVICE
(29)
4. Deskripsi dan Aktifitas Kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat.
Tugas dan fungsi masing-masing akan diuraikan dalam setiap seksi, dimana Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat mempunyai tugas pokok yaitu melaksanakan kegiatan operasional pelayanan perpajakan di bidang pajak penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Pertambahan Nilai Atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Tidak Langsung lainnya dalam daerah wewenangnya, berdasarkan kebijaksanaan teknis yang ditetapkan oleh Direktorat Jendral Pajak.
Beberapa tugas dan fungsi organisasi pelaksanaan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat :
1. Pengumpulan dan pengolahan data, penggalian potensi pajak serta
ekstensifikasi Wajib Pajak.
2. Penatausahaan dan pengecekan data Surat Pemberitahuan (SPT) tahunan
serta berkas Wajib Pajak.
3. Penatausahaan dan Pengecekan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa serta
pemantauan dan penyusunan masa PPh, PPN, PPnBM dan Pajak Tidak Langsung Lainnya.
4. Penatausahaan, penerimaan, penagihan, penyelesaian, keberatan dan
restitusi PPh,PPN, PPnBM dan Pajak Tidak Langsung lainnya.
5. Verifikasi dan penerapan sanksi perpajakan
(30)
7. Penyuluhan dan pelayanan perpajakan
8. Pengurusan tata usaha dan rumah tangga Kantor Pelayanan Pajak
Untuk dapat melaksanakan tugas pokok dan funsi sesuai Keputusan
Menteri Keuangan Nomor 94/KMK.01/1994 tanggal 29 Maret 1994, maka pembagian tugas dan wewenang masing - masing seksi dalam struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat adalah :
1. Kepala Kantor
Kantor Pelayanan Pajak Pratama merupakan penggabungan dari KPP,KPPBB dan karikpa maka Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama mempunyai tugas mengkoordinasikan pelaksanaan penyuluhan, pelayanan, pengawasan Wajib Pajak di bidang PPh, PPN, PPnBM, Pajak Tidak Langsung lainnya. Dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Sub Bagian Umum
Mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha, dan perlengkapan rumah tangga.
3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)
Mempunyai tugas melakukan pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, urusan tata usaha penerimaan perpajakan, pelayanan dukungan teknis
komputer, pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filling serta penyampaian
(31)
4. Seksi Pelayanan
Mempunyai tugas melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan, serta surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi perpajakan Wajib Pajak, serta melakukan kerjasama perpajakan.
5. Seksi Penagihan
Mempunyai tugas melakukan urusan penatausahaan piutang pajak, penundaan angsuran dan tunggakan pajak, penagihan aktif, usulan penghapusan piutang pajak, serta penyimpanan dokumen - dokumen penagihan.
6. Seksi Pemeriksaan
Mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta pemeriksaan administrasi perpajakan lainnya.
7. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan
Mempunyai tugas melakukan tugas pengamatan potensi perpajakan, pendataan objek pajak dan subjek pajak, pembentukan dan pemuktakhiran basis data nilai objek pajak dalam menunjang ekstensifikasi.
(32)
8.
Seksi Pengawasan dan KonsultasiMasing - masing mempunyai tugas pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak, bimbingan/himbauan kepada Wajib Pajak dan konsultasi teknis perpajakan, penyusunan profil Wajib Pajak, melakukan rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, usulan pembetulan ketetapan pajak, danmelakukan evaluasi hasil banding.
9.
Kelompok Jabatan FungsionalKelompok jabatan fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang - undangan yang berlaku:
a.
Kelompok jabatan fungsional terdiri dari sejumlah jabatan fungsionalyang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai dengan bidang keahlian.
b.
Setiap kelompok tersebut dikoordinasikan oleh pejabat fungsionalsenior yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Wilayah dan Kepala Kantor Pelayanan Pajak yang bersangkutan.
c.
Jumlah jabatan fungsional tersebut ditentukan berdasrkan kebutuhandan beban kerja.
d.
Jenis dan jenjang jabatan diatur sesuai dengan peraturan(33)
BAB III
GAMBARAN DATA
1. Pajak
1. 1 Pengertian Pajak
Banyak pengertian pajak yang disampaikan oleh para ahli menyebabkan sulitnya untuk memasukkan defenisi pajak yang tepat ke dalam Undang - Undang Perpajakan. Meskipun demikian unsur - unsur yang terkandung dalam pengertian pajak yang disampaikan oleh para ahli tersebut hampir sama dan saling melengkapi. Beberapa pengertian pajak menurut Undang - Undang dan para ahli:
1. Menurut Undang - Undang Nomor 16 Tahun 2009
Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh Orang Pribadi atau Badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang - Undang dengan tidak mendapat imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar - besarnya kemakmuran rakyat.
2. Menurut Prof. Dr. Rocmat Soemitro, S.H
Pajak adalah iuran kepada kas negara berdasarkan Undang - Undang( yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal ( kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum. (Waluyo:2010:3)
(34)
3. Menurut Dr.Soeparman Soemahamidjaja
Pajak adalah iuran wajib, berupa uang atau barang yang dipungut berdasarkan penguasa berdasarkan norma - norma hukum, guna menutup biaya produksi barang -barang dan jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum.
4. Menurut Mr. Dr. N. J. Feldmann
Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh terutang kepada penguasa, (menurut norma - norma yang ditetapkannya secara umum), tanpa adanya kontraprestasi dan semata mata digunakan untuk menutup pengeluaran -pengeluaran umum.
Berdasarkan pengertian tersebut diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Pajak dipungut berdasarkan kekuatan Undang - Undang dan aturan
pelaksanaannya.
2. Sifatnya dapat dipaksakan.
3. Tidak dapat ditunjukan adanya kontraprestasi (imbalan secara langsung) baik
secara individual ataupun pemerintah.
4. Pajak dipungut oleh pemerintah, baik pusat maupun daerah.
1. 2. Jenis-jenis Pajak
Menurut sifatnya pajak dapat dibedakan atas dua bagian :
1. Pajak Subjektif
Pajak subjektif adalah pajak yang memperhatikan keadaan pribadi Wajib Pajak untuk menetapkan pajaknya, contohnya : Pajak Penghasilan (PPh)
(35)
2. Pajak Objektif
Pajak Objektif adalah pajak yang pemungutannya berdasarkan objeknya, tanpa memperhatikan keadaan Wajib Pajak, contohnya : Pajak Pertambahan Nilai(PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
Menurut lembaga pemungutannya, pajak dibagi dua yaitu
1. Pajak Pusat
Pajak Pusat adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara.
Contohnya : PPh, PPN, PPnBM
2. Pajak Daerah
Pajak Daerah adalah pajak yang dipungut pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.
Contohnya : Pajak Reklame, Pajak Hiburan. Menurut golongan,pajak dapat dibedakan dua yaitu
1. Pajak Langsung
Pajak Langsung adalah pajak yang pembebannya tidak dapat dilimpahkan kepada pihak lain, tetapi harus menjadi beban langsung Wajib Pajak yang bersangkutan.
Contoh : Pajak Penghasilan
2. Pajak Tidak Langsung
Pajak Tidak Langsung adalah pajak yang pembebanannya dapat dilimpahkan ke pihak lain. Contoh : Pajak Pertambahan Nilai.
(36)
1. 3. Fungsi Pemungutan Pajak
Fungsi pemungutan pajak ada dua yaitu :
1. Fungsi Budgeter
Yaitu sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah.
2. Fungsi regulerend
Yaitu sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan di bidang sosial dan ekonomi.
1. 4. Sistem Pemungutan Pajak
Dalam sistem pemungutan pajak kita mengenal tiga macam yaitu :
a. Official assessment system adalah sistem pemungutan pajak yang
memberikan wewenang kepada fiskus untuk menetukan besarnya pajak terutang bagi Wajib Pajak.
b. Self assessment system adalah sistem pemungutan pajak yang
memberikan wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang berdasarkan Undang-Undang yang berlaku.
c. With holding system adalah sistem pemungutan pajak yang
memberikan wewenang kepada pihak ketiga untuk menghitung dan menetapkan jumlah pajak yang terutang dan membantu pemerintah memeungut pajak dari Wajib Pajak.
(37)
1. 5. Asas Pemungutan Pajak
Asas pemungutan pajak merupakan suatu batas kewenangan yang
dapat dilakukan oleh suatu negara dalam melakukan pemungutan pajak agar tidak memberatkan bagi orang yang dikenakan pajak. Adapun pemungutan pajak tersebut terdiri dari :
a. Asas Domisili
Negara berhak memungut pajak atas seluruh penghasilan Wajib Pajak yang bertempat tinggal atau berdomisili di wilayahnya.
b. Asas Sumber
Negara berhak memungut pajak atas seluruh penghasilan yang bersumber di wilayahnya tanpa memperhatikan dimana Wajib Pajak tersebut berdomisili.
c. Asas Kebangsaan/nasionalitas
Suatu negara berhak memungut pajak kepada setiap orang yang memiliki kebangsaab atas negara tersebut, tanpa memperhatikan tempat tinggal dari Wajib Pajak yang bersangkutan.
2. Surat Tagihan Pajak
2. 1. Pengertian Surat Tagihan Pajak
Surat Tagihan Pajak adalah surat yang digunakan untuk melakukan
tagihan pajak dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan/denda. Surat Tagihan Pajak mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan Surat Ketetapan Pajak. (Waluyo,2010:56)
(38)
Surat Tagihan Pajak bunga/denda penagihan bisa dikatakan sebagai bunga atas bunga karena dasar pengenaan Surat Tagihan Pajak adalah Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding dan Putusan Peninjauan Kembali yang dalam nilai ketetapan tersebut telah mengandung unsur sanksi administrasi berupa bunga.
Berdasarkan Pasal 16 ayat 1 Undang - Undang Nomor 16 tahun 2009
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, pengenaan sanksi bunga penagihan hanya dapat dikenakan kepada Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan Pembetulan, Putusan Banding dan Putusan Peninjauan Kembali, sedangkan atas Surat Tagihan Pajak (misal atas Surat Tagihan Pajak Pasal 25) tidak dapat dikenakan sanksi bunga penagihan.
Dalam keadaan tertentu dapat terjadi Surat Tagihan Pajak harus
diterbitkan kembali akibat suatu hal yang diperbolehkan oleh Undang -Undang pajak, terkait dengan hal tersebut, Menteri Keuangan melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.03/2010 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 189/PMK.03/2007 tentang Tatacara penerbitan Surat Tagihan Pajak, menyatakan bahwa dalam hal Surat Tagihan Pajak diketahui rusak, tidak terbaca, hilang atau tidak ditemukan lagi, Direktorat Jenderal Pajak karena jabatannya dapat menerbitkan kembali Surat Tagihan Pajak sebagi pengganti asli Surat Tagihan Pajak. Surat Tagihan Pajak
(39)
hasil penerbitan kembali tersebut mempunyai kedudukan yang sama dengan asli Surat Tagihan Pajak. (Siahaan,2010:115)
2. 2. Tatacara penerbitan Surat Tagihan Pajak
Peraturan Menteri Keruangan Nomor 84/PMK.03/2010 tentang
perubahan atas peraturan Menteri Keuangan Nomor 189/PMK.03/2007 tentang tatacara penerbitan Surat Tagihan Pajak, Direktorat Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Tagihan Pajak untuk masa pajak, bagian tahun pajak dalam hal:
a. Pajak penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar.
jumlah kekurangan pajak terutang ditambah sanksi administrasi bunga 2% per bulan, untuk paling lama 24 bulan, sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya masa/bagian/tahun pajak sampai dengan tanggal terbit Surat Tagihan Pajak (pasal 14 ayat 3)
b. Berdasarkan penelitian SPT terdapat kekurangan pembayaran
pajak sebagai akibat salah tulis atau salah hitung.
jumlah kekurangan pajak terutang ditambah sanksi administrasi bunga 2% per bulan, untuk paling lama 24 bulan, sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya masa/bagian/tahun pajak sampai dengan tanggal terbit Surat Tagihan Pajak (pasal 14 ayat 3).
(40)
c. Wajib Pajak dikenakan sanksi admninistrasi berupa denda bunga dan atau bunga.
Sanksi administrasi berupa denda sebesar 50% sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 25 ayat(9) dan sebesar 100% sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 27 ayat (5d) Undang - Undang Nomor 16 tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan.
d. Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai PKP tetapi tidak
membuat Faktur Pajak atau membuat Faktur Pajak tetapi tidak tepat waktu.
selain wajib menyetor pajak yang terutang, dikenai sanksi administrasi berupa denda 2% dari Dasar Pengenaan Pajak (pasal 14 ayat 4). Dan pajak yang terutang ditagih dengan Surat Ketetapan Pajak sebagaimana diatur dalam pasal 13.
e. Pengusaha yang telah ditetapkan sebagai PKP tetapi tidak mengisi
Faktur Pajak secara lengkap menurut Pasal 13 ayat 5b Undang - Undang PPN atau identitas pembeli serta nama dan tandatangan menurut Pasal 13 ayat 5b dan g Undang - Undang PPN dalam hal penyerahan dilakukan oleh PKP pedagang eceran.
selain wajib menyetor pajak yang terutang, dikenai sanksi administrasi berupa denda 2% dari Dasar Pengenaan Pajak (pasal
(41)
14 ayat 4). Dan pajak yang terutang ditagih dengan Surat Ketetapan Pajak sebagaimana diatur dalam pasal 13.
f. PKP melaporkan Faktur Pajak tidak sesuai dengan masa
penerbitan Faktur Pajak.
selain wajib menyetor pajak yang terutang, dikenai sanksi administrasi berupa denda 2% dari Dasar Pengenaan Pajak (pasal 14 ayat 4). Dan pajak yang terutang ditagih dengan Surat Ketetapan Pajak sebagaimana diatur dalam pasal 13.
g. PKP yang gagal berproduksi dan telah diberikan pengembalian
pajak masukan.
dikenai sanksi administrasi berupa bunga 2% per bulan dari jumlah pajak yang ditagih kembali, dihitung dari tanggal penerbitan Surat Keputusan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak sampai dengan tanggal penerbitan Surat Tagihan Pajak, dan bagian dari bulan dihitung penuh satu bulan.
2. 3. Fungsi Surat Tagihan Pajak
Adapun fungsi Surat Tagihan Pajak adalah:
a. Sebagai koreksi atas jumlah pajak yang terutang menurut SPT
Wajib Pajak.
b. Sebagai sarana untuk mengenakan sanksi berupa bunga atau
denda.
(42)
Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan Pasal 7 ayat 1 menyatakan bahwa sanksi administrasi berupa denda untuk Surat Pemberitahuan masa PPN Rp.500.000,- Orang Pribadi Rp.100.000,- Badan Rp.1.000.000,- dan SPT masa lainnya Rp.100.000,-
c. Sebagai sarana untuk menagih pajak.
2. 4. Jangka Waktu Pembayaran Surat Tagihan Pajak (STP)
Dalam Pasal 9 ayat 3 Undang - Undang Ketentuan Umum dan
Tatacara Perpajakan disebutkan bahwa Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, serta Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan dan Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan Pembetulan, Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali, yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah, harus dilunasi dalam jangka waktu satu bulan sejak tanggal diterbitkan.
Surat Tagihan Pajak yang telah diterima oleh Wajib Pajak wajib
dibayar lunas dalam jangka waktu satu bulan sejak tanggal diterbitkan oleh pejabat pajak yang bersangkutan. Bila jangka waktu itu telah terlampaui tetapi belum juga dibayar maka dapat ditagih dengan Surat Paksa. (Saidi,2007:202)
Bagi Wajib Pajak usaha kecil dan Wajib Pajak di daerah tertentu,
jangka waktu pelunasan pajak tersebut dapat diperpanjang paling lama menjadi dua bulan yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan peraturan Menteri Keuangan. (Diana dan Lilis,2010:32)
(43)
Wajib Pajak usaha kecil sebagimana dimaksud di atas terdiri dari Wajib Pajak orang pribadi dan Wajib Pajak badan. Wajib Pajak Orang Pribadi usaha kecil harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri.
2. penerimaan bruto dari pekerjaan bebas dalam Tahun Pajak sebelumnya tidak lebih dari Rp
Wajib Pajak badan usaha kecil harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. modal Wajib Pajak badan 100% (seratus persen) dimiliki oleh Warga Negara Indonesia.
2. menerima atau memperoleh peredaran usaha dalam Tahun Pajak sebelumnya tidak lebih dari Rp
900.000.000,-2. 5. Petunjuk Pelaksanaan Pengeluaran Surat Tagihan Pajak Pajak Penghasilan (PPh)
Keputusan Direktorat Jendral Pajak Nomor KEP-28/PJ.41/1993
tentang perubahan keputusan Direktorat Jendral Pajak Nomor
KEP-14/PJ.BT5/1985 tentang petunjuk pelaksanaan pengeluaran Surat Tagihan
Pajak Pajak Penghasilan menyatakan bahwa :
a. Surat Tagihan Pajak atas PPh Pasal 25 yang tidak atau kurang
dibayar bagi Wajib Pajak :
1. Bank dan lembaga keuangan bukan bank.
(44)
3. Perusahaan PMA dan PMDN.
4. Wajib Pajak yang dikelola KPP Badora.
5. Wajib Pajak baru.
6. 100 Wajib Pajak Besar.
Dikeluarkan setiap saat setelah lewat jatuh tempo pembayaran/penyetoran.
b. Surat Tagihan Pajak atas PPh Pasal 21, Pasal 23 dan Pasal 26 yang
tidak atau kurang dibayar dikeluarkan setiap saat setelah jatuh tempo pembayaran/penyetoran.
c. Surat Tagihan Pajak atas PPh yang kurang karena terdapat salah
tulis dan atau salah hitung pada Surat Pemberitahuan Tahunan PPh dikeluarkan setiap saat setelah dilakukan penelitian Surat Tagihan Pajak.
d. Surat Tagihan Pajak untuk menagih sanksi administrasi berupa
bunga dan atau denda karena tidak atau terlambat menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan PPh dikeluarkan segera setelah saat timbulnya sanksi administrasi yang terutang oleh Wajib Pajak. Pengeluaran Surat Tagihan Pajak dilakukan meliputi bulan-bulan pada saat atau masa PPh terutang yang kurang/tidak dibayar atau timbulnya sanksi administrasi berupa denda dan atau bunga yang terutang.
(45)
e. Surat Tagihan Pajak atas Pajak Penghasilan Pasal 25 dikeluarkan triwulan sebagai berikut :
1. Untuk masa pajak Januari s/d Maret dikeluarkan pada bulan
Mei.
2. Untuk masa pajak April s/d Juni dikeluarkan pada bulan
Agustus.
3. Untuk masa pajak Juli s/d September dikeluarkan pada bulan
Nopember.
4. Untuk masa pajak Oktober s/d Desember dikeluarkan paling
lambat akhir bulan Januari tahun berikutnya sepanjang Wajib Pajak belum menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan PPh.
f. Surat Tagihan Pajak untuk menagih sanksi administrasi berupa
denda bagi Wajib Pajak yang tidak atau terlambat menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa PPh dikeluarkan triwulan.
1. Untuk masa pajak Januari s/d Maret dikeluarkan pada bulan
Mei.
2. Untuk masa pajak April s/d Juni dikeluarkan pada bulan
Agustus.
3. Untuk masa pajak Juli s/d September dikeluarkan pada bulan
(46)
4. Untuk masa pajak Oktober s/d Desember dikeluarkan paling lambat akhir bulan Januari.
g. Setiap kali pengeluaran Surat Tagihan Pajak untuk suatu masa
atau periode, hendaknya memperhatikan masa - masa pajak sebelumnya dalam tahun pajak yang bersangkutan yang perlu diterbitkan Surat Tagihan Pajak.
h. Bentuk, jenis, kode formulir yang dipergunakan dalam rangka
pengeluaran Surat Tagihan Pajak Pajak Penghasilan adalah bentuk, jenis dan kode formulir sebagaimana ditetapkan dalam keputusan Direktorat Jendral Pajak Nomor KEP-63/PJ.11/1990 dan Nomor KEP-09/PJ/1992.
i. Unit organisasi yang menangani proses pengeluaran Surat Tagihan
Pajak disesuaikan dengan unit organisasi sebagaimana dimaksud dalam keputusan Menteri Keuangan Nomor 516/KMK.01/1992 tentang Organisasi dan tata kerja Direktorat Jendral Pajak.
2. 6. Penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP) Pajak Penghasilan Pasal 25
Menurut Surat Edaran Direktorat Jendral Pajak Nomor
SE-41/PJ.41/2001 tentang penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP) Pajak Penghasilan Pasal 25 menjelaskan bahwan:
a. Surat Tagihan Pajak atas Pajak Penghasilan Pasal 25 yang tidak atau
Kurang dibayar bagi Wajib Pajak bank dan Lembaga Bukan Bank, perusahaan Negara/daerah,Perusahaan PMA dan PMDN, Wajib Pajak
(47)
yang dikelola oleh KPP badora,Wajib Pajak baru, dan 100 Wajib Pajak
besar dikeluarkan setiap saat setelah lewat jatuh tempo
pembayaran/penyetoran.
b. Surat Tagihan Pajak atas Pajak Penghasilan Pasal 25 yang tidak atau
kurang dibayar bagi Wajib Pajak Orang Pribadi pengusaha tertentu diterbitkan setiap saat lewat jatuh tempo pembayaran/penyetoran.
c. Penerbitan Surat Tagihan Pajak dilakukan meliputi bulan - bulan pada saat
atau masa Pajak Penghasilan terutang yang tidak atau kurang dibayar atau timbulnya sanksi administrasi berupa denda dan atau bunga yang terutang.
d. Besar angsuran setiap bulan dalam rangka penerbitan Surat Tagihan Pajak
Penghasilan Pasal 25 bagi Wajib Pajak Orang Pribadi pengusaha tertentu didasarkan pada pemeriksaan lapangan pada pelaksanaan ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi pajak serta peredaran bruto menurut Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai sepanjang Dasar Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai meliputi satu outlet/gerai yang dimiliki Wajib Pajak terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak yang sama dengan Kantor Pelayanan Pajak dimana Pengusaha Kena Pajak terdaftar.
(48)
2. 7. Penomoran Surat Tagihan Pajak
Setiap Surat Tagihan Pajak memiliki nomor unik atau disebut nomor
kohir. Penomoran STP ini sama persis dengan penomoran SKP dengan format sebagai berikut :
1. AAAAA/BBB/CC/DDD/EE. AAAAA menunjukkan nomor urut dalam
lima digit. Misalnya 00202.
2. BBB meunjukkan kode untuk jenis pajak. Misalnya 106 untuk PPh Badan
atau 107 untuk PPN.
3. CC menunjukkan tahun pajak. Misal untuk tahun pajak 2007 kodenya
adalah 07.
4. DDD adalah kode KPP yang menerbitkan. Misalnya angka 059
menunjukkan KPP PMA Enam.
5. EE menunjukkan tahun diterbitkannya STP tersebut. Misalnya jika STP
diterbitkan tahun 2008 maka kodenya adalah 08.
2. 8. Cara Melunasi Surat Tagihan Pajak.
Untuk melunasi Surat Tagihan Pajak maka Wajib Pajak harus
membayarrnya di bank-bank yang menerima pembayaran pajak dengan menggunaka Nomor Surat Tagihan Pajak dalam Surat Setoran Pajak tersebut di bagian Nomor Ketetapan. Kelalaian pencantuman Nomor Surat Tagihan Pajak ini biasanya akan mengakibatkan permasalahan di kemudian hari karena Wajib Pajak akan dianggap belum membayar Surat Tagihan Pajak tersebut. Untuk
(49)
menyelesaikannya biasanya Wajib Pajak harus melalui proses pemindah bukuan yang cukup memakan waktu.
2. 9. Dasar Hukum Surat Tagihan Pajak
1. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.03/2010 tentang
perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 189/PMK.03/2007 tentang Tata Cara penerbitan Surat Tagihan Pajak.
2. Keputusan Direktorat Jendral Pajak Nomor KEP-28/PJ.41/1993
tentang perubahan keputusan Direktorat Jendral Pajak Nomor
KEP-14/PJ.BT5/1985 tentang petunjuk pelaksanaan pengeluaran Surat
Tagihan Pajak Pajak Penghasilan.
3. Surat Edaran Direktorat Jendral Pajak Nomor SE-41/PJ.41/2001
tentang penebitan Surat Tagihan Pajak (STP) Pajak Penghasilan Pasal 25.
4. Keputusan Direktorat Jendral Pajak Nomor Kep-05/PJ.24/1995
tanggal 3 Februari 1995 tentang bentuk Surat Tagihan Pajak dan Surat ketetapan Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa Pajak Penjualan atas barang Mewah sesuai dengan Keputusan Direktorat Jendral Pajak Nomor KEP-18/PJ.24/1995.
(50)
BAB IV
ANALISIS DAN EVALUASI
1. Prosedur Penerbitan Surat Tagihan Pajak
Data sanksi-sanksi yg akan diterbitkan
STP
Account Representative (AR)
mengidentifikasi
Bunga psl 19 ayat (1) dan (2) Ya
SOP tatacara penerbita STP bunga penagihan
Meneliti data yg hrus diterbitkan STP
tidak
Membuat nota
perhtungan & STP Meneliti &menyetujui
Menugaskan untuk mencetak Mencetak STP
Konsep STP Meneliti & menandatangani
STP Menatausahakan & menyampaikan SOP tatacara penatausahaan dokumen WP SOP tataca penyampaian dokumen di KPP STP
Selesai
Kepala seksi waskon
Kepala seksi pelayanan Account Representative
Pelaksana Seksi pelayanan
Untuk wp
Bagan Arus Penerbitan Surat Tagihan Pajak di Seksi Pengawasan dan Konsultasi
(51)
Dari bagan arus penerbitan Surat Tagihan Pajak di seksi pengawasan dan
konsultasi diatas prosedur penerbitan Surat Tagihan Pajak dimulai dari Account
Representative melakukan identifikasi data – data yang akan diterbitkan Surat
Tagihan Pajak ( tidak termasuk Pasal 19 ayat (1) dan (2) Undang – Undang
Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan) kemudian Account Representative
membuat nota perhitungan dan Surat Tagihan Pajak, Surat Tagihan Pajak yang
diterbitkan adalah Surat Tagihan Pajak Denda Penagihan. Account
Representative membuat nota perhitungan dan Surat Tagihan Pajak jika :
1. Wajib Pajak tidak mengajukan banding atas keputusan keberatan dalam
jangka waktu paling lama 3 bulan sejak Surat Keputusan Keberatan diterima.
2. Putusan banding menolak atau mengabulkan sebagian permohonan Wajib
Pajak yang menyebabkan menambah jumlah pajak yang masih harus dibayar. Kemudian kepala seksi Pengawasan dan Konsultasi meneliti dan menandatangani Nota Perhitungan serta meneliti dan melakukan persetujuan penerbitan Surat Tagihan Pajak dan menyampaikannya kepada kepala Seksi Pelayanan, kemudia kepala seksi Pelayanan menugaskan pelaksana Seksi Pelayanan untuk mencetak Surat Tagihan Pajak yang telah disetujui, setelah itu Kepala Seksi Pelayanan atau pajabat yang berwenang meneliti dan menandatangani Surat Tagihan Pajak, selanjutnya diserahkan kembali kepada pelaksana seksi Pelayanan untuk diproses lebih lanjut. Dan terakhir pelaksana Seksi Pelayanan menatausahakan dan menyampaikan Surat Tagihan Pajak ke
(52)
Wajib Pajak sesuai dengan SOP tatacara penatausahaan Dokumen Wajib Pajak dan SOP tatacara penyampaian Dokumen di Kantor Pelayanan Pajak.
Jangka waktu penerbitan Surat Tagihan Pajak paling lama 3 hari kerja atau jangka waktu penerbitan Surat Tagihan Pajak denda penagihan paling lama 7 hari kerja setelah jatuh tempo pengajuan banding terlewati dan paling lama 7 hari kerja sejak putusan banding diterima.
2. Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak dan Jumlah Penerimaan Pajak yang Diperoleh Atas Penerbitan Surat Tagihan Pajak
Dalam rangka meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak fungsi pengawasan memiliki peran yang sangat penting, karena tanpa pengawasan dalam kondisi tingkat kepatuhan masyarakat Wajib Pajak masih rendah, dapat mengakibatkan
sistem perpajakan yang digunakan sekarang ini yaitu self assessment system
tidak dapat berjalan dengan baik. Dan ini dapat berakibat pada sektor penerimaan pajak. Dalam penerbitan Surat Tagihan Pajak, yang dapat ditagih adalah besarnya jumlah pajak yang menunggak yang masih harus dibayar oleh Wajib Pajak. Besarnya jumlah Surat Tagihan Pajak yang diterbitkan merupakan tagihan untuk Wajib Pajak yang harus segera dilunasi oleh Wajib Pajak sebelum jatuh tempo, dan juga merupakan penerimaan bagi Kantor Pelayanan Pajak. Tingkat kepatuhan dan perkembangan penerimaan pajak yang diperoleh oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat atas adanya penerbitan Surat Tagihan Pajak dapat dilihat dari tabel berikut ini :
(53)
Tabel Surat Tagihan Pajak yang diterbitkan dan jumlah penerimaan/tunggakkan
total 2011 1175 665.177.873
1.152.560 43.632.120 413.702 6.203.086 108.430.732 114.259.428 PPN 6 111 1 3 155 677 222
total 2010 1341 716.452.820
2011
PPh Final pasl 4(2) PPh pasal 21 PPh pasal 22 PPh pasal 23
PPh psl 25/29 badan
PPh psl 25/29 Prang Pribadi
391.086.245 116 527.677 75.502.289 1.129.744 2.685.099 170.038.838 170.447.343 296.121.830 1 133 1 2 286 802 2010
PPh Final pasl 4(2) PPh pasal 21 PPh pasal 22 PPh pasal 23
PPh psl 25/29 badan
PPh psl 25/29 Prang Pribadi PPN
302.254.923 2009
total 2009 311
137 44 360.000 43.000.000 0 0 108.425.428 24.540.079 125.929.416 PPh pasal 22
PPh pasal 23
PPh psl 25/29 badan
PPh psl 25/29 Prang Pribadi PPN 1 60 0 0 69 PPh pasal 21
tahun
pajak jenis STP yang diterbitkan
jumlah STP yang diterbitkan
jumlah tunggakkan/
penerimaan PPh Final pasl 4(2)
Sumber: Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat, 2013
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa Surat Tagihan Pajak yang diterbitkan pada tahun 2009 sebanyak 311 STP dan di tahun 2010 1341 STP, dari hasil tersebut bisa diketahui bahwa jumlah Surat Tagihan Pajak yang diterbitkan
(54)
mengalami peningkatan dari tahun 2009 ke tahun 2010, ini menjelaskan bahwa masih kurangnya kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Beberapa faktor yang menyebabkan Surat Tagihan Pajak yang diterbitkan meningkat umumnya disebabkan dari Wajib Pajak itu sendiri, salah satu contohnya Wajib Pajak kurang memahami pelaksanan peraturan perpajakan, misalnya Wajib Pajak yang baru terdaftar kurang paham dalam pengisian SPT yang terkadang menyebabkan kesalahan adanya kekurangan pembayaran pajak akibat salah tulis atau salah hitung. Dan jika dipandang dari jumlah penerimaan atau jumlah tunggakannya, penerimaan pajak yang diperoleh oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat dari penerbitan Surat Tagihan Pajak tahun 2009 dan tahun 2010 mengalami peningkatan sebesar Rp. 414.197.897,- dibanding dari tahun 2010 ke 2011 Surat Tagihan Pajak yang diterbitkan mengalami penurunan, dari 1341 ditahun 2010 menjadi 1175 ditahun 2011, dan dilihat dari jumlah tunggakkan pajaknya, penerimaan pajak yang diperoleh dari penerbitan Surat Tagihan Pajak mengalami penurunan sebesar Rp.51.247.947,- dilihat dari segi positifnya maka di tahun 2010 dan 2011 kepatuhan Wajib Pajak mengalami peningkatan,dibanding dari tahun 2009, karena Surat Tagihan Pajak yang diterbitkan kepada Wajib Pajak menurun.
3. Masalah yang Timbul Dalam Penerbitan Surat Tagihan Pajak
Dari data di atas, terlihat masih banyak hal – hal mengenai masalah yang berhubungan antara kewajiban Wajib Pajak dan Fiskus secara administrasi khususnya masalah kepatuhan Wajib Pajak, sehingga perlu diterbitkan Surat
(55)
Tagihan Pajak. Masalah pengenaan sanksi dan denda dengan penerbitan Surat Tagihan Pajak meliputi bagaimana penerbitan, pencairan serta pelunasan Surat Tagihan Pajak. Faktor penyebab utama diterbitkan Surat Tagihan Pajak secara umum karena Wajib Pajak kurang memahami pelaksanaan peraturan perpajakan. Terutama Wajib Pajak yang baru mendaftar, umumnya masih kurang jelas dalam hal pembayaran angsuran bulanan atau pembayaran masa. Contohnya dalam hal pembayaran masa nihil, Wajib Pajak masih banyak menganggap bahwa dengan tidak membayar pajak berarti tidak perlu melakukan pelaporan. Hal ini mengakibatkan Wajib Pajak tersebut dikenakan sanksi administrasi karena terlambat melapor.
Dalam penerbitan Surat Tagihan Pajak itu sendiri sebenarnya tidak ada masalah, masalah yang timbul ada pada saat proses pencairan dan pelunasan Surat Tagihan Pajak tersebut, berikut beberapa masalahnya adalah
1. Alamat Wajib Pajak yang terkadang tidak sesuai dengan alamat yang
terdaftar dalam Surat Tagihan Pajak tersebut, dan ini menyebabkan proses pencairan Surat Tagihan Pajak tersebut terhambat.
2. Jadwal waktu penerbitan yang tidak sesuai dengan waktu ditentukan.
Keterlambatan dalam penerbitan Surat Tagihan Pajak terlihat dalam penerbitan Surat Tagihan Pajak terhadap Wajib pajak. Menurut peraturan, pelaksanaan penerbitan Surat Tagihan Pajak untuk Wajib Pajak dikeluarkan setiap saat setelah lewat jatuh tempo pembayaran/penyetoran. Dengan masih ditundanya pembuatan Nota Perhitungan oleh seksi Waskon tidak jarang
(56)
akhirnya atas sanksi bunga atau denda di kumulatifkan dengan bulan berikutnya. Kurangnya petugas bila dibandingkan dengan kuantitas pekerjaan merupakan salah satu faktor penghambat bagi kelancaran penerbitan Surat Tagihan Pajak.
3. Surat Tagihan Pajak yang telah diterbitkan ditagih oleh seksi penagihan.
Pencairan atau pelunasan Surat Tagihan Pajak sangat tergantung pada seksi penagihan. Apabila Wajib Pajak tidak melunasi pada saat jatuh tempo maka akan diterbitkan Surat Teguran, Surat Paksa dan seterusnya. Surat Tagihan Pajak yang telah lewat jatuh tempo dapat dilihat dari buku pengawasan penagihan, apakah telah dilakukan penagihan atau belum. Selama ini penatausahaan Surat Tagihan Pajak yang sudah dilunasi juga belum maksimal. Hal ini akan menyebabkan pengawasan terhadap pencairan Surat Tagihan Pajak yang sudah lunas ada yang tidak dipisahkan di satu tempat tersendiri dan ada juga Surat Tagihan Pajak yang sudah lunas dan sudah diberi nomor kohir tidak dicatat didaftar pengawasan pencairan.
4. Upaya Pemecahan Masalah yang Timbul
Beberapa upaya pemecahan masalah yang dapat penulis kemukakan antara lain sebagai berikut :
a. Meningkatkan pengawasan dan pembinaan terhadap Wajib Pajak.
Karena perlu disadari bahwa pelaksanaan kewajiban perpajakan yang dilakukan Wajib Pajak tidak akan selalu sesuai dengan aturan perpajakan yang telah ditentukan dan ini akan berpengaruh terhadap sektor
(57)
penerimaan pajak. Pembinaan yang dilakukan kepada Wajib Pajak harus penuh dengan kesabaran dan kesadaran yang tinggi. Dan tetap memberikan sanksi administrasi kepada Wajib Pajak yang tidak melaksanakan kewajiban perpajakannya secara konsisten dan konsekuen. Hal ini dilakukan supaya Wajib Pajak tidak mengulangi kembali kesalahannya.
b. Melakukan pengecekan langsung dilapangan mengenai data – data Wajib
Pajak atau identitas Wajib Pajak, supaya proses penerbitan, pencairan atau pun penagihan Surat Tagihan pajak tidak terhambat.
c. Memerlukan penambahan tenaga pelaksana setiap seksi yang terkait
dalam penerbitan Surat Tagihan Pajak, supaya penerbitan Surat Tagihan Pajak dapat diterbitkan tepat waktu dan berjalan dengan baik.
d. Upaya lainnya yang bisa dilakukan misalnya dengan meningkatkan
pelaksanaan penyuluhan perpajakan khususnya tentang PPh, PPN dan PPnBM melalui media elektronik, media sosial serta bantuan dari berbagai pihak. Dengan memberikan informasi – informasi terbaru dalam pelaksanaan peraturan perpajakan khususnya mengenai Surat Tagihan Pajak dan juga memberikan penjelasan kepada Wajib Pajak yang bersifat praktis tentang kewajiban membayar pajak yang harus disetor, batas waktu pembayaran pajak dan pelaporan pajak yang tidak boleh terlambat. Dan tetap melaksanakan pengawasan dan equalisasi atau sensus pajak terhadap omset – omset yang dimiliki oleh Wajib Pajak.
(58)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka pada bab ini penulis akan memberikan kesimpulan sehubungan dengan apa yang telah dikemukakan. Berikut kesimpulan yang dapat dikemukakan antara lain :
a. Dalam penerbitan Surat Tagihan Pajak seksi - seksi yang terkait dalam
penerbitan tersebut adalah seksi Pengawasan dan Konsultasi, seksi Pelayanan dan seksi Penagihan. Dimana seksi Pengawasan dan Konsultasi yang menghitung Surat Tagihan Pajak dari Nota Perhitungan dan seksi Pelayanan yang mencetak Surat Tagihan Pajak sedangkan seksi penagihan yang menagih Surat Tagihan Pajak yang telah diterbitkan kepada Wajib Pajak.
b. Kurangnya pemahaman sebagian Wajib Pajak terhadap ketentuan perpajakan
yang berlaku, misalnya salah satu contoh tentang tatacara pengisian SPT.
c. Masalah umum yang sering terjadi dalam penerbitan Surat Tagihan Pajak
atau dalam proses pencairan adalah kurangnya tenaga pelaksana dan sarana untuk menagih dan juga identitas Wajib Pajak yang terkadang tidak sesuai dengan yang terdaftar didalam Surat Tagihan Pajak.
d. Rendahnya tingkat kesadaran masyarakat Wajib Pajak akan Surat Tagihan
pajak yang diterbitkan dikarenakan sanksi dan denda yang diberikan relatif kecil.
(59)
2. Saran
Berikut saran yang dapat penulis kemukakan antara lain:
a. Perlunya dilakukan penyuluhan terus – menerus dari pihak Direktorat Jendral
Pajak kepada Wajib Pajak tentang masalah – masalah yang terkait dalam perpajakan dan tentang peraturan perpajakan yang terbaru, agar Wajib Pajak paham dan dapat melaksanakan kewajiban perpajakannya dengan baik.
b. Memberikan pelayanan yang maksimal misalnya dengan memberikan
pelayanan yang baik, cepat dan menyenangkan bagi Wajib Pajak, hal ini bisa mendorong kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakan karena diberikan kemudahan – kemudahan dan pelayanan yang baik.
c. Penambahan tenaga pegawai perlu dilakukan oleh pihak KPP supaya bisa
memaksimal pelayanan kepada Wajib Pajak.
d. Fiskus sebaiknya melakukan pengecekan terlebih dahulu kelapangan sebelum
menerbitkan Surat Tagihan Pajak apakah benar identitas Wajib Pajak yang ada di Surat Tagihan Pajak tersebut sesuai dengan aslinya, dan supaya tidak terjadi kesalah pahaman yang lain kepada Wajib pajak
e. Untuk Wajib Pajak agar tidak hanya memperlihatkan kepatuhan secara
formal saja, tetapi sebaiknya patuh secara material juga harus dilakukan yaitu dengan melaporkan dan membayar pajaknya dengan jujur.
(60)
DAFTAR PUSTAKA
Saidi, Muhammad Djafar.2007. pembaharuan Hukum Pajak. Jakarta:
PT.RajaGrafindo Persada.
Waluyo.2010. Perpajakan Indonesia. Jakarta:Salemba Empat.
Siahaan, Marihot pahala.2010. Hukum Pajak Formal. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Diana, Anastasia dan Lilis Setiawati.2010. Perpajakan Indonesia Jilid 3.
Yogyakarta:CV.Andioffset.
Noor, Juliansyah.2011. Metodologi penelitian .Jakarta:Kencana Prenada Media
Group.
Direktorat Jenderal Pajak. Undang-Undang Republik Indonesia Nompor 28 tahun
2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah
diubah terkhir dengan Undang-Undang Nomor 16 tahun 2009.
(1)
Tagihan Pajak. Masalah pengenaan sanksi dan denda dengan penerbitan Surat Tagihan Pajak meliputi bagaimana penerbitan, pencairan serta pelunasan Surat Tagihan Pajak. Faktor penyebab utama diterbitkan Surat Tagihan Pajak secara umum karena Wajib Pajak kurang memahami pelaksanaan peraturan perpajakan. Terutama Wajib Pajak yang baru mendaftar, umumnya masih kurang jelas dalam hal pembayaran angsuran bulanan atau pembayaran masa. Contohnya dalam hal pembayaran masa nihil, Wajib Pajak masih banyak menganggap bahwa dengan tidak membayar pajak berarti tidak perlu melakukan pelaporan. Hal ini mengakibatkan Wajib Pajak tersebut dikenakan sanksi administrasi karena terlambat melapor.
Dalam penerbitan Surat Tagihan Pajak itu sendiri sebenarnya tidak ada masalah, masalah yang timbul ada pada saat proses pencairan dan pelunasan Surat Tagihan Pajak tersebut, berikut beberapa masalahnya adalah
1. Alamat Wajib Pajak yang terkadang tidak sesuai dengan alamat yang terdaftar dalam Surat Tagihan Pajak tersebut, dan ini menyebabkan proses pencairan Surat Tagihan Pajak tersebut terhambat.
2. Jadwal waktu penerbitan yang tidak sesuai dengan waktu ditentukan. Keterlambatan dalam penerbitan Surat Tagihan Pajak terlihat dalam penerbitan Surat Tagihan Pajak terhadap Wajib pajak. Menurut peraturan, pelaksanaan penerbitan Surat Tagihan Pajak untuk Wajib Pajak dikeluarkan setiap saat setelah lewat jatuh tempo pembayaran/penyetoran. Dengan masih ditundanya pembuatan Nota Perhitungan oleh seksi Waskon tidak jarang
(2)
akhirnya atas sanksi bunga atau denda di kumulatifkan dengan bulan berikutnya. Kurangnya petugas bila dibandingkan dengan kuantitas pekerjaan merupakan salah satu faktor penghambat bagi kelancaran penerbitan Surat Tagihan Pajak.
3. Surat Tagihan Pajak yang telah diterbitkan ditagih oleh seksi penagihan. Pencairan atau pelunasan Surat Tagihan Pajak sangat tergantung pada seksi penagihan. Apabila Wajib Pajak tidak melunasi pada saat jatuh tempo maka akan diterbitkan Surat Teguran, Surat Paksa dan seterusnya. Surat Tagihan Pajak yang telah lewat jatuh tempo dapat dilihat dari buku pengawasan penagihan, apakah telah dilakukan penagihan atau belum. Selama ini penatausahaan Surat Tagihan Pajak yang sudah dilunasi juga belum maksimal. Hal ini akan menyebabkan pengawasan terhadap pencairan Surat Tagihan Pajak yang sudah lunas ada yang tidak dipisahkan di satu tempat tersendiri dan ada juga Surat Tagihan Pajak yang sudah lunas dan sudah diberi nomor kohir tidak dicatat didaftar pengawasan pencairan.
4. Upaya Pemecahan Masalah yang Timbul
Beberapa upaya pemecahan masalah yang dapat penulis kemukakan antara lain sebagai berikut :
a. Meningkatkan pengawasan dan pembinaan terhadap Wajib Pajak. Karena perlu disadari bahwa pelaksanaan kewajiban perpajakan yang dilakukan Wajib Pajak tidak akan selalu sesuai dengan aturan perpajakan yang telah ditentukan dan ini akan berpengaruh terhadap sektor
(3)
penerimaan pajak. Pembinaan yang dilakukan kepada Wajib Pajak harus penuh dengan kesabaran dan kesadaran yang tinggi. Dan tetap memberikan sanksi administrasi kepada Wajib Pajak yang tidak melaksanakan kewajiban perpajakannya secara konsisten dan konsekuen. Hal ini dilakukan supaya Wajib Pajak tidak mengulangi kembali kesalahannya.
b. Melakukan pengecekan langsung dilapangan mengenai data – data Wajib Pajak atau identitas Wajib Pajak, supaya proses penerbitan, pencairan atau pun penagihan Surat Tagihan pajak tidak terhambat.
c. Memerlukan penambahan tenaga pelaksana setiap seksi yang terkait dalam penerbitan Surat Tagihan Pajak, supaya penerbitan Surat Tagihan Pajak dapat diterbitkan tepat waktu dan berjalan dengan baik.
d. Upaya lainnya yang bisa dilakukan misalnya dengan meningkatkan pelaksanaan penyuluhan perpajakan khususnya tentang PPh, PPN dan PPnBM melalui media elektronik, media sosial serta bantuan dari berbagai pihak. Dengan memberikan informasi – informasi terbaru dalam pelaksanaan peraturan perpajakan khususnya mengenai Surat Tagihan Pajak dan juga memberikan penjelasan kepada Wajib Pajak yang bersifat praktis tentang kewajiban membayar pajak yang harus disetor, batas waktu pembayaran pajak dan pelaporan pajak yang tidak boleh terlambat. Dan tetap melaksanakan pengawasan dan equalisasi atau sensus pajak terhadap omset – omset yang dimiliki oleh Wajib Pajak.
(4)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka pada bab ini penulis akan memberikan kesimpulan sehubungan dengan apa yang telah dikemukakan. Berikut kesimpulan yang dapat dikemukakan antara lain : a. Dalam penerbitan Surat Tagihan Pajak seksi - seksi yang terkait dalam
penerbitan tersebut adalah seksi Pengawasan dan Konsultasi, seksi Pelayanan dan seksi Penagihan. Dimana seksi Pengawasan dan Konsultasi yang menghitung Surat Tagihan Pajak dari Nota Perhitungan dan seksi Pelayanan yang mencetak Surat Tagihan Pajak sedangkan seksi penagihan yang menagih Surat Tagihan Pajak yang telah diterbitkan kepada Wajib Pajak. b. Kurangnya pemahaman sebagian Wajib Pajak terhadap ketentuan perpajakan
yang berlaku, misalnya salah satu contoh tentang tatacara pengisian SPT. c. Masalah umum yang sering terjadi dalam penerbitan Surat Tagihan Pajak
atau dalam proses pencairan adalah kurangnya tenaga pelaksana dan sarana untuk menagih dan juga identitas Wajib Pajak yang terkadang tidak sesuai dengan yang terdaftar didalam Surat Tagihan Pajak.
d. Rendahnya tingkat kesadaran masyarakat Wajib Pajak akan Surat Tagihan pajak yang diterbitkan dikarenakan sanksi dan denda yang diberikan relatif kecil.
(5)
2. Saran
Berikut saran yang dapat penulis kemukakan antara lain:
a. Perlunya dilakukan penyuluhan terus – menerus dari pihak Direktorat Jendral Pajak kepada Wajib Pajak tentang masalah – masalah yang terkait dalam perpajakan dan tentang peraturan perpajakan yang terbaru, agar Wajib Pajak paham dan dapat melaksanakan kewajiban perpajakannya dengan baik. b. Memberikan pelayanan yang maksimal misalnya dengan memberikan
pelayanan yang baik, cepat dan menyenangkan bagi Wajib Pajak, hal ini bisa mendorong kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakan karena diberikan kemudahan – kemudahan dan pelayanan yang baik.
c. Penambahan tenaga pegawai perlu dilakukan oleh pihak KPP supaya bisa memaksimal pelayanan kepada Wajib Pajak.
d. Fiskus sebaiknya melakukan pengecekan terlebih dahulu kelapangan sebelum menerbitkan Surat Tagihan Pajak apakah benar identitas Wajib Pajak yang ada di Surat Tagihan Pajak tersebut sesuai dengan aslinya, dan supaya tidak terjadi kesalah pahaman yang lain kepada Wajib pajak
e. Untuk Wajib Pajak agar tidak hanya memperlihatkan kepatuhan secara formal saja, tetapi sebaiknya patuh secara material juga harus dilakukan yaitu dengan melaporkan dan membayar pajaknya dengan jujur.
(6)
DAFTAR PUSTAKA
Saidi, Muhammad Djafar.2007. pembaharuan Hukum Pajak. Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada.
Waluyo.2010. Perpajakan Indonesia. Jakarta:Salemba Empat.
Siahaan, Marihot pahala.2010. Hukum Pajak Formal. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Diana, Anastasia dan Lilis Setiawati.2010. Perpajakan Indonesia Jilid 3. Yogyakarta:CV.Andioffset.
Noor, Juliansyah.2011. Metodologi penelitian .Jakarta:Kencana Prenada Media Group.
Direktorat Jenderal Pajak. Undang-Undang Republik Indonesia Nompor 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah
diubah terkhir dengan Undang-Undang Nomor 16 tahun 2009.