Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Decroli, dkk 2008 di RSUP Dr. M. Djamil Padang bahwa proporsi bakteri paling banyak pada pasien
ulkus kaki diabetik adalah Klebsiella sp 28, Proteus mirabilis 25,6, dan Staphylococcus aureus 25,6.
5.5 Kadar Glukosa Darah Sewaktu Penderita DM Tipe 2 dengan Ulkus Kaki Diabetik
Gambar 5.11 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita DM Tipe 2 dengan Ulkus Kaki Diabetik yang Dirawat Inap Berdasarkan Kadar
Glokusa Darah Sewaktu di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2014-2015
Berdasarkan gambar 5.11 diatas dapat diketahui bahwa proporsi penderita DM tipe 2 dengan ulkus kaki diabetik yang dirawat inap di Rumah Sakit Haji
Medan tahun 2014-2015 berdasarkan kadar glukosa darah sewaktu tertinggi ≥200
mgdL yaitu 57,2 sedangkan kadar glukosa darah 200 mgdL 42,5. Hal ini sesuai dengan penelitian Kambuaya 2012 di RSUD Dok II
Jayapura bahwa proporsi kadar glukosa darah sewaktu penderita ulkus diabetik
57,2 42,5
≥200 mgdl 200 mgdl
Universitas Sumatera Utara
paling banyak dengan jumlah kadar glukosal darah sewaktu ≥200 mgdl yaitu
66,7. Kadar glukosa darah yang tinggi dalam waktu yang panjang dapat
menyebabkan teraktivasi berbagai macam reaksi yang berujung pada kurangnya vasodilatasi sehingga aliran darah ke saraf menjadi menurun. Akibatnya sensasi
nyeri akan dirasakan berkurang atau hilang sama sekali menyebabkan kaki penderita akan mudah terluka tanpa penderita sadari Misnadiarly, 2006. Selain
itu keadaan hiperglikemia dapat menghambat peyumbuhan luka bagi penderita ulkus kaki diabetik.
5.6 Terapi Pengobatan Penderita DM Tipe 2 dengan Ulkus Kaki Diabetik
Gambar 5.12 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita DM Tipe 2 dengan Ulkus Kaki Diabetik yang Dirawat Inap Berdasarkan Terapi
Pengobatan di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2014-2015
Berdasarkan gambar 5.12 diatas dapat diketahui bahwa proporsi penderita
DM tipe 2 dengan ulkus kaki diabetik yang dirawat inap di Rumah Sakit Haji
56,7 43,3
Bedah Non bedah
Universitas Sumatera Utara
Medan tahun 2014-2015 berdasarkan terapi pengobatan tertinggi adalah terapi pengobatan bedah yaitu 56,7 dan yang non bedah 43,3.
Adapun terapi non bedah untuk penderita DM tipe 2 dengan ulkus kaki diabetik yaitu berupa perbaikan sirkulasi dengan pemberian obat
– obatan yang memperbaiki viskositas darah, pengendalian status metabolik dengan pengaturan
diet, pemberian insulin, memperbaiki keadaan penderita dengan nutrisi memadai dan pemberian anti agregasi, penanggulangan infeksi dengan pemberian obat
sistemik dan lokal. Sedangkan terapi bedah untuk penderita DM tipe 2 dengan ulkus kaki
diabetik yaitu terdiri dari tindakan bedah kecil seperti insisi, pengaliran abses, debridemen dan nefrotomi. Prinsipnya adalah pengeluaran semua jaringan
nekrotik untuk maksud eliminasi infeksi sehingga luka dapat sembuh. Tindakan bedah berupa amputasi dilakukan berdasarkan indikasi yang tepat.
Amputasi pada kaki merupakan pemotongan pada bagian atau sebagian tungkai bawah penderita misalnya jari dan seterusnya atau sebagian pedis atau
sebagian tungkai bawah. Sebagian besar amputasi pada kaki diabetik bermula dari ulkus pada kulit. Bila dilakukan deteksi dini dan pengobatan yang adekuat akan
dapat mengurangi kejadian tindakan amputasi. Hasil penelitian penderita DM tipe 2 dengan ulkus kaki diabetik di Rumah
Sakit Haji Medan terdapat 17 pasien yang mengalami amputasi, yaitu 5 orang 29,4 mengalami amputasi lutut sampai kaki amputasi mayor yang mana
pasien tersebut mengalami ulkus kaki diabetik derajat 5, kemudian 6 orang 35,2 mengalami amputasi tungkai kaki amputasi minor yang mana pasien
Universitas Sumatera Utara
tersebut mengalami ulkus kaki diabetik derajat 4, selanjutnya pasien yang mengalami amputasi jari kaki sebanyak 4 orang 23,5 pasien tersebut berada
pada derajat 4 dan pasien yang mengalami re-amputasi 2 orang 11,8 yang mana pasien tersebut mengalami ulkus kaki diabetik derajat 4 dan derajat 5.
Pasien yang melakukan tindakan amputasi 12 orang berjenis kelamin perempuan dan 5 orang berjenis kelamin laki-laki. Selanjutnya, keadaan sewaktu
pulang pasien yang melakukan tindakan amputasi 14 orang pulang berobat jalan PBJ, 2 orang pulang atas permintaan sendiri PAPS dan 1 orang dalam keadaan
meninggal. Hal ini sesuai dengan penelitian Fahmi 2015 di Rumah Sakit Umum
Daerah Cengkareng bahwa terapi pengobatan terbanyak adalah terapi bedah 74,6 sedangkan hanya 25,4 pasien yang hanya menjalani terapi non bedah.
Distribusi serupa dengan yang didapatkan oleh Decroli, dkk 2008 dimana keseluruhan pasien ulkus diabetik dalam penelitiannya menjalani terapi bedah.
Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Syaufika, dkk 2011 di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau bahwa terapi pengobatan terbanyak adalah
non-bedah yaitu 89,7.
Universitas Sumatera Utara
5.7 Sumber Biaya Penderita DM Tipe 2 dengan Ulkus Kaki Diabetik