Tanda Peringatan Cara Pemilihan Obat Efek Obat

1. Nama obat 2. Komposisi 3. Indikasi 4. Informasi cara kerja obat 5. Aturan pakai 6. Peringatan khusus untuk obat bebas terbatas 7. Perhatian 8. Nama produsen 9. Nomor batchlot 10. Nomor registrasi, sebagai tanda ijin edar sah yang diberikan oleh pemerintah pada setiap kemasan obat 11. Tanggal kadaluarsa

2.1.3. Tanda Peringatan

Tanda peringatan selalu tercantum pada kemasan obat bebas terbatas, yang berupa empat persegi panjang berwarna hitam berukuran panjang 5 cm, lebar 2 cm, dan memuat pemberitahuan berwarna putih sebagai berikut: Gambar 2.2 Tanda peringatan pada kemasan obat bebas terbatas Sumber: Depkes RI, 2006

2.1.4. Cara Pemilihan Obat

Yang perlu diperhatikan dalam menetapkan jenis obat yang dibutuhkan adalah Depkes RI, 2006: a. Gejala atau keluhan penyakit b. Kondisi khusus, misalnya: hamil, menyusui, bayi, lanjut usia, diabetes melitus, dan lain-lain. c. Riwayat alergi atau reaksi yang tidak diinginkan terhadap obat tertentu. d. Nama obat, zat berkhasiat, kegunaan, cara pemakaian, efek samping, dan interaksi obat yang dapat dibaca pada etiket atau brosur obat. e. Pilihlah obat yang sesuai dengan gejala penyakit dan tidak ada interaksi obat dengan obat yang sedang diminum. f. Tanyakan kepada apoteker untuk pemilihan obat yang tepat dan informasi yang lengkap.

2.1.5. Efek Obat

Tidak ada obat yang menyebabkan efek spesifik tunggal saja. Suatu molekul obat tidak mungkin berikatan hanya dengan satu jenis reseptor molekul, karena jumlah reseptor potensial dalam setiap pasien sangat banyak. Sehingga, pasien dan dokter mungkin menjumpai lebih dari satu efek obat. Obat lebih bersifat selektif, dibanding spesifik, dalam bekerja, karena obat akan berikatan dengan satu atau beberapa jenis reseptor dengan lebih kuat dibanding reseptor lainnya, sehingga menghasilkan efek yang khusus Bourne dan Zastrow, 2012. Selain efek terapi yang diinginkan, obat dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan. Efek yang tidak diinginkan tersebut dikenal dengan istilah efek samping obat, yang merupakan setiap respons obat yang merugikan dan tidak diharapkan serta terjadi pada manusia karena penggunaan obat dengan dosis atau takaran normal Depkes RI, 1997. Selektivitas obat biasanya dipisahkan berdasarkan efeknya menjadi dua kategori yaitu: efek menguntungkan atau efek terapeutik dan efek toksik. Iklan farmasi maupun dokter kadangkala menggunakan istilah efek samping, yang menyatakan bahwa efek tersebut tidak bermakna atau terjadi melalui suatu jalur yang berlawanan dengan prinsip kerja obat. Pengertian yang demikian sering menjadi keliru Bourne dan Zastrow, 2012. Respons individu-individu terhadap suatu obat bisa sangat bervariasi. Seorang individu dapat memberikan respons yang berlainan terhadap obat yang sama pada waktu yang berbeda selama masa pengobatan. Kadang kala, penderita menunjukkan respons tidak lazim atau idiosinkrasi, yaitu respons yang jarang terlihat pada kebanyakan penderita. Respons idiosinkrasi biasanya disebabkan oleh perbedaan genetik metabolisme obat atau mekanisme imunologik, termasuk reaksi alergi Bourne dan Zastrow, 2012. Variasi kuantitatif respons obat biasanya lebih sering dan secara klinis lebih penting. Respons alergi terhadap suatu obat juga bisa terjadi pada setiap individu, yang disebut reaksi hipersensitivitas. Seorang individu disebut hiporeaktif atau hiperreaktif terhadap suatu obat jika intensitas efek suatu obat dalam dosis tertentu menjadi berkurang atau bertambah bila dibandingkan dengan efeknya pada kebanyakan individu. Dengan beberapa obat, intensitas respons akibat pemberian obat bisa berubah selama masa terapi. Respons biasanya menurun akibat pemberian obat yang terus-menerus, menghasilkan suatu keadaan toleransi relatif efek obat. Apabila respons menghilang dengan cepat setelah pemberian suatu obat, respons demikian disebut sebagai takifilaksis Bourne dan Zastrow, 2012. Kebanyakan toksisitas serius obat dalam praktik klinis merupakan perluasan farmakologik langsung kerja terapeutik suatu obat. Dalam beberapa kasus mis, perdarahan disebabkan oleh terapi antikoagulan; koma hipoglikemik akibat insulin, toksisitas bisa dihindari dengan mengatur dosis obat yang diberikan secara bijaksana disertai pemantauan efek dengan seksama pengukuran koagulasi darah atau glukosa serum dan ditambah oleh tindakan-tindakan tambahan menghindari trauma jaringan yang bisa menjurus ke perdarahan; pengaturan asupan karbohidrat. Pada keadaan lainnya, toksisitas bisa dihindari sama sekali tidak memberi obat jika indikasi terapeutiknya lemah, atau jika tersedia obat lain Bourne dan Zastrow, 2012 Banyak obat juga menghasilkan baik efek menguntungkan maupun efek toksik melalui ikatan dengan satu jenis reseptor yang terdapat di berbagai jaringan. Tiga strategi terapeutik yang digunakan untuk menghindari atau mengurangi toksisitas suatu obat yaitu Bourne dan Zastrow, 2012: a. Obat harus selalu diberikan dalam dosis terkecil yang dapat menghasilkan efek menguntungkan yang dapat diterima. b. Jika obat-obat tambahan yang bekerja melalui mekanisme reseptor dan menghasilkan beragam toksisitas, sebaiknya dosis obat yang pertama dikurangi sehingga toksisitasnya juga berkurang. Misalnya penggunaan obat imunosupresif lain sebagai tambahan glukokortikoid dalam pengobatan gangguan inflamasi. c. Selektivitas kerja obat dapat ditingkatkan dengan memanipulasi konsentrasi obat di berbagai reseptor tubuh, misalnya, dengan pemberian glukokortikoid aerosol ke dalam bronchi pada asma. Faktor utama yang menentukan dosis dan efek obat, antara lain Jas, 2007: a. Umur dan berat badan b. Luas permukaan tubuh body surface area c. Jenis kelamin d. Waktu dan faktor tempat e. Faktor fisiologik f. Faktor patologik g. Faktor farmakogenetik idiosinkrasi h. Faktor imunologik alergi terhadap obat i. Faktor psikologik dan lingkungan

2.1.6. Dosis