Pemilihan Pengobatan TINJAUAN PUSTAKA

dengan lingkaran biru. Sedangkan obat yang hanya dapat diperoleh dengan resep dokter, mempunyai tanda khusus berupa lingkaran bulat merah, yaitu obat keras Depkes RI, 1997. Obat-obat yang digolongkan sebagai obat bebas dengan tanda bulatan hijau golongan obat bebas atau biru golongan obat bebas terbatas dalam garis lingkaran hitam, bukan merupakan obat kelas rendahan bila dibandingkan dengan jenis obat keras. Suatu obat dimasukkan dalam golongan obat bebas bukan karena khasiatnya rendah, tetapi karena memenuhi syarat-syarat yang ditentukan Menteri Kesehatan untuk digolongkan menjadi obat bebas Widodo, 2004. Dalam melaksanakan pengobatan sendiri, harus diwaspadai saat menggunakan obat bebas terbatas, karena khusus untuk obat bebas terbatas selain terdapat tanda khusus lingkaran biru, diberi pula tanda peringatan untuk aturan pakai obat. Karena hanya dengan takaran dan kemasan tertentu obat ini aman digunakan untuk pengobatan sendiri Depkes RI, 2008.

2.3. Pemilihan Pengobatan

Kriteria yang dipakai untuk memilih sumber pengobatan, menurut Young 1980 yaitu: pengetahuan tentang sakit dan obatnya, keyakinan efektivitas pengobatan, biaya yang dikaitkan dengan ketersediaan dana dan waktu, serta keparahan sakit. Sedangkan menurut Kalangie 1984, yaitu: pengetahuan tentang sakit dan obatnya, biaya yang berkaitan dengan pengobatan, keparahan sakit, serta nasihat keluarga. Proses pengambilan keputusan dimulai dengan penerimaan informasi, memproses berbagai informasi dan kemungkinan dampaknya, kemudian mengambil keputusan dengan berbagai dampaknya Supardi, Muktiningsih, dan Handayani, 1997. Masalah kesehatan masyarakat, termasuk penyakit, ditentukan oleh 2 faktor utama, meliputi faktor perilaku dan non-perilaku fisik, sosial, ekonomi, politik, dan sebagainya. Oleh sebab itu, upaya penanggulangan masalah kesehatan masyarakat juga dapat ditujukan pada kedua faktor utama tersebut. Upaya intervensi terhadap faktor fisik non-perilaku meliputi upaya pemberantasan penyakit menular, penyediaan sarana air bersih dan pembuangan tinja, serta penyediaan pelayanan kesehatan. Sedangkan upaya intervensi terhadap faktor perilaku dapat dilakukan melalui dua pendekatan, yakni Notoatmodjo, 2010: a. Pendidikan education Pendidikan merupakan upaya persuasi atau pembelajaran kepada masyarakat agar masyarakat mau melakukan tindakan-tindakan praktik untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Melalui proses pembelajaran ini terjadi perubahan atau tindakan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan yang dihasilkan oleh pendidikan kesehatan ini. Sehingga, perilaku tersebut diharapkan akan berlangsung lama long lasting dan juga menetap karena didasarkan oleh kesadaran dan pengetahuan yang diperolehnya melalui proses pembelajaran tersebut. b. Paksaan atau tekanan coercion Dilakukannya paksaan atau tekanan kepada masyarakat agar mereka melakukan tindakan-tindakan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri. Hasil dari paksaan atau tekanan ini memang cepat, akan tetapi, tindakan atau perilaku yang sebagai hasil tekanan ini tidak akan berlangsung lama. Ini disebabkan karena perilaku ini tidak didasari oleh pemahaman dan kesadaran untuk apa mereka berperilaku seperti itu. Jadi, berdasarkan keuntungan dan kerugian dua pendekatan tersebut, pendekatan pendidikanlah yang paling cocok sebagai upaya pemecahan masalah kesehatan masyarakat, melalui faktor perilaku Notoatmodjo, 2010. Promosi kesehatan sebagai pendekatan terhadap faktor perilaku kesehatan. Maka kegiatannya tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku itu sendiri. Menurut Lawrence Green 1980 dalam Notoatmodjo 2010, 3 faktor tersebut yaitu: a. Faktor predisposisi predisposing factors Faktor-faktor yang dapat mempermudah atau mempengaruhi terjadinya perilaku pada diri seseorang atau masyarakat, adalah pengetahuan dan sikap seseorang atau masyarakat tersebut terhadap apa yang akan dilakukan. b. Faktor pemungkin enabling factors Faktor pemungkin atau pendukung enabling perilaku adalah fasilitas, sarana, atau prasarana yang mendukung atau memfasilitasi terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat. c. Faktor penguat reinforcing factors Pengetahuan, sikap, dan fasilitas yang tersedia terkadang belum menjamin terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat. Sehingga diperlukan faktor penguat untuk menjaminnya. Faktor-faktor penguat tersebut antara lain tokoh masyarakat, peraturan, undang-undang, surat-surat keputusan dari para pejabat pemerintahan pusat atau daerah.

2.4. Konsep Perilaku Kesehatan